Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI I.A.Rai Widhiawati 1, I G.A.Adnyana Putera 1, dan Lia Arista 2 1 Dosen Teknik Sipil, Universitas Udayana, Denpasar E-mail: dayurai@civil.unud.ac.id 2 Alumni Teknik Sipil, Universitas Udayana, Denpasar ABSTRAK Penyedia jasa umumnya berharap proyek berjalan sesuai rencana yang telah dibuat, namun dalam pelaksanaannya kerap kali terjadi penyimpangan. Perbedaan antara rencana yang telah dibuat dengan kenyataan di lapangan dapat menimbulkan masalah seperti keterlambatan waktu pelaksanaan proyek. Banyak faktor yang dapat menyebabkan keterlambatan pelaksanaan proyek konstruksi yang mungkin berbeda di setiap daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor utama penyebab keterlambatan pelaksanaan proyek konstruksi, serta subfaktor yang paling berpengaruh pada masing-masing faktor penyebab keterlambatan di Kabupaten Buleleng. Analisis yang digunakan adalah Relatif Indeks (RI) dan Analisis Faktor. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar kuesioner pada 30 responden yang berasal dari pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan proyek konstruksi di Kabupaten Buleleng tahun 2013-2015. Dari hasil analisis didapatkan faktor utama penyebab keterlambatan pelaksanaan proyek konstruksi di Kabupaten Buleleng yaitu Faktor Lingkup Kontrak/Dokumen Pekerjaan; Faktor Karakteristik Tempat dan Faktor Situasi; serta Faktor Bahan. Subfaktor yang paling berpengaruh pada tujuh faktor keterlambatan yaitu komunikasi yang kurang baik antara tenaga kerja dan mandor; perubahan desain; pengiriman bahan; pemilik susah dihubungi dan ditemui; pengawas sering meninggalkan lapangan dan susah ditemui; kualitas peralatan yang kurang baik; akses ke lokasi proyek yang jauh atau sulit ditempuh. Kata kunci : Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan Proyek 1. PENDAHULUAN Menyusun perencanaan merupakan tahap awal yang penting dilakukan sebelum memulai pekerjaan, Tujuan perencanaan adalah untuk menentukan metode yang terbaik dalam melaksanakan pekerjaan sehingga suatu pekerjaan selesai sesuai dengan mutu, waktu, dan biaya yang sudah direncanakan. Namun terkadang jadwal pelaksanaan yang telah direncanakan tidak sesuai penerapannya di lapangan akibat faktor-faktor tertentu sehingga menyebabkan keterlambatan dalam pelaksanaannya. Kabupaten Buleleng merupakan wilayah Bali bagian Utara yang memiliki potensi pariwisata yang kini tengah gencar-gencarnya dikembangkan oleh pemerintah guna menyeimbangkan pembangunan antara Bali Selatan (Denpasar dan Badung) dan Bali Utara. Hal tersebut berdampak pada permintaan akan fasilitas penunjang atau infrastruktur yang mendukung kelancaran pariwisata, sehingga banyak proyek-proyek konstruksi yang mulai dibangun di Buleleng seperti hotel, perumahan, pertokoan, jalan raya, dan berbagai proyek infrastruktur. Contoh beberapa proyek yang mengalami keterlambatan di Kabupaten Buleleng seperti proyek pembuatan kandang ternak, dimana proyek ini terhenti sementara pembangunannya akibat menuai kritik dari masyarakat sekitar yang khawatir akan terkena dampak apabila bangunan tersebut dioperasikan nantinya, sehingga pembangunan belum bisa dilanjutkan sampai menemukan jalan tengah antara pemilik dengan masyarakat sekitar. Proyek lainnya yang mengalami keterlambatan yaitu Proyek Usaha Jalan Tani, dimana proyek ini mengalami keterlambatan akibat lokasi proyek yang berada di daerah terpencil dengan akses jalan yang susah ditempuh, sehingga kesulitan dalam pengangkutan bahan ke lokasi proyek dan kesulitan penggunaan alat berat yang berdampak pada waktu pelaksanaan proyek. Penyebab keterlambatan pelaksanaan suatu proyek kemungkinan berbeda di setiap daerah. Namun keterlambatan dapat diminimalisir apabila sudah diketahui faktor yang paling sering menjadi penyebab keterlambatan sehingga bisa merencanakan metode kerja yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang sering terjadi pada proyek-proyek konstruksi khususnya di wilayah Kabupaten Buleleng. Terdapat tujuh faktor yaitu Faktor Tenaga Kerja; Faktor MK - 187
Lingkup Kontrak/Dokumen Pekerjaan; Faktor Bahan; Faktor Manajerial; Faktor Sistem Inspeksi, Kontrol, dan Evaluasi Pekerjaan; Faktor Peralatan; serta Faktor Karakteristik Tempat, Pada masing-masing faktor juga terdapat Sub faktor yang paling berpengaruh pada masing-masing faktor penyebab keterlambatan pada pelaksanaan proyek konstruksi. Hasil analisis diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan serta langkah awal untuk dapat menghindari ataupun mengendalikan dan mengatasi keterlambatan waktu dalam pelaksanaan proyek. 2. MATERI DAN METODE Pengertian Keterlambatan Proyek Dalam suatu proyek, dikatakan terlambat apabila persentase realisasi pekerjaan di lapangan lebih kecil dari persentase yang telah direncanakan. Menurut Levis dan Atherley (1996), suatu pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan sesuai waktu yang ditargetkan karena alasan tertentu, maka dikatakan pekerjaan itu mengalami keterlambatan, yang akan berdampak pada perencanaan yang telah dibuat serta pada masalah keuangan. Keterlambatan dapat merugikan kedua belah pihak, dari pihak kontraktor maupun pemilik proyek. Bagi kontraktor yaitu bertambahnya biaya tidak langsung dan dapat dikenakan sanksi penalty sehingga mengurangi keuntungan. Dampak keterlambatan bagi pemilik adalah tertundanya waktu pengoperasian gedung maupun usaha yang dibangun. Penyebab Keterlambatan Proyek Keterlambatan pelaksanaan proyek disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Proboyo (1999) diantaranya seperti adanya perubahan rencana saat proses pelaksanaan, manajerial yang kurang baik, gambar dan spesifikasi yang tidak lengkap, dan faktor lainnya akibat kesalahan kontraktor maupun yang terjadi akibat faktor eksternal. Keterlambatan proyek dapat disebabkan baik dari pihak kontraktor, pemilik, ataupun oleh faktor alam dan lingkungan diluar kemampuan manusia atau disebut dengan force majeur. Standard dokumen kontrak yang diterbitkan AIA (American Institute Of Architects) mengklasifikasikan keterlambatan proyek menjadi tiga (3) kelompok, yaitu (Alifen et al., 2000): a. Compensable Delay adalah keterlambatan yang beralasan dan dapat diberikan kompensansi, diamana keterlambatan ini disebabkan karena kesalahan oleh pihak pemilik. Dalam kasus ini kontraktor berhak atas dispensasi waktu dan biaya ekstra. b. Excusable/Non Compensable Delay adalah keterlambatan yang beralasan, tetapi tidak dapat diberikan kompensasi. Seperti faktor cuaca buruk, kebakaran, banjir, peperangan, inflasi/eskalasi harga, dan keadaan tak terduga lainnya. c. Non-Excusable Delay adalah keterlambatan yang tidak beralasan, yang disebabkan karena kegagalan kontraktor memenuhi tanggung jawabnya dalam pelaksanaan proyek. Dalam kasus ini kontraktor akan terkena denda penalti sesuai dengan kontrak. Analisis Relatif Indeks Perhitungan Relatif Indeks digunakan untuk mencari tingkat pengaruh pada tujuh (7) faktor keterlambatan, dimana faktor dengan nilai RI terbesar merupakan faktor yang memiliki pengaruh paling besar sebagai penyebab keterlambatan pelaksanaan Proyek. Berikut ini adalah tahapan perhitungan untuk mendapatkan nilai RI: 1. Perhitungan Nilai Total Dari hasil kuesioner yang didapat, data kemudian ditabulasi dan dicari nilai total pada setiap faktornya. n= n1+ n2 + n3 +.. + n n (1) Keterangan: n = Nilai Total masing-masing faktor n = Jumlah subfaktor masing-masing faktor MK - 188
2. Perhitungan Skor Total Jumlah subfaktor pada masing-masing faktor berbeda, sehingga setelah mendapatkan nilai total, maka maka hasil tersebut dibagi dengan jumlah masing-masing subfaktor: Skor Total = (2) 3. Perhitungan Relatif Indeks (RI) RI bertujuan untuk mengetahui tingkat pengaruh faktor yang diteliti Nilai RI yaitu antara 0-1, semakin mendekati 1 nilai RI, semakin besar pengaruh faktor tersebut sebagai penyebab keterlambatan pelaksanan proyek konstruksi. RI = (3) Analisis Faktor Pengaruh subfaktor pada masing-masing faktor dapat diketahui dengan Analisis Faktor. Dari hasil Analisis Faktor didapatkan nilai komunalitas, dimana semakin besar komunalitasnya maka semakin kuat pengaruh variabel tersebut sebagai pembentuk faktor yang dimaksudkan. Berikut ini tahapan Analisis Faktor dengan menggunakan bantuan program SPSS (Santoso, 2015) : 1. Menilai variabel yang layak dianalisis dengan menghitung nilai KMO (Kaiser-Meyer-Olkin), syarat nilai KMO yaitu > 0,5. 2. Menghitung nilai Measure of Sampling Adequence (MSA). Syarat nilai MSA yaitu > 0,5. Apabila ada variabel dengan nilai MSA dibawah 0,5 maka dilakukan pengujian ulang tanpa mengikutsertakan variabel tersebut hingga tidak ada lagi nilai MSA < 0,5. 3. Melakukan ekstraksi faktor. Tahap ini bertujuan untuk melihat berapa faktor yang dapat terbentuk dari variabel yang digunakan. Namun pada penelitian ini karena faktor dan masing-masing sub faktornya sudah ditentukan sebelumnya oleh peneliti, maka diharapkan dari hasil ekstrasi faktor hanya terbentuk 1 faktor yang berarti subfaktor yang telah ditentukan oleh peneliti sudah tepat variabelnya sebagai pembentuk faktor yang dimaksudkan. 4. Menginterpretasikan hasil analisis faktor, yaitu dengan melihat skor faktor dan komunalitas pada masing-masing subfaktor. Komunalitas adalah jumlah variansi (bisa dalam bentuk persen) dari suatu variabel yang bisa dijelaskan/diwakilkan oleh faktor yang terbentuk. Subfaktor yang memiliki komunalitas di atas 75% dianggap memiliki pengaruh besar sebagai pembentuk faktor penyebab keterlambatan pelaksanaan proyek konstruksi. Metode Penelitian Objek penelitian adalah proyek-proyek yang mengalami keterlambatan di daerah Buleleng. Dimana proyek tersebut merupakan proyek yang sedang dikerjakan maupun telah selesai pembangunannya periode tahun 2013-2015 dengan kualifikasi nilai proyek kecil dan menengah. Data sekunder yaitu data proyek-proyek yang dijadikan objek penelitian diperoleh dari Dinas Perijinan Kabupaten Buleleng berupa data penerima Ijin Mendirikan Bangunan periode tahun 2013-2015, dan data proyek serta kontraktor yang menangani proyek tersebut yang didapat dari situs resmi LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) Kabupaten Buleleng. Dari data sekunder yang telah terkumpul, selanjutnya dilakukan penyebaran kuesioner kepada pihak kontraktor yang menangani proyek tersebut. Hasil dari penyebaran kuesioner, didapat 30 responden yang ikut dalam pengisian kuesioner, dimana yang berhak menjadi responden tersebut adalah mereka yang menduduki jabatan diantaranya yaitu Direktur, Project Manager, Site Manager, dan Pelaksana Lapangan. Data jawaban responden kemudian dikonversi ke dalam skala Likert kemudian ditabulasi untuk memudahkan dalam melakukan analisis. Namun sebelumnya perlu dilakukan pengujian terhadap kuesioner yaitu uji validitas dan uji reliabilitas. Setelah kuesioner dinyatakan valid dan reliabel maka selanjutnya dilakukan analisis Relatif Indeks (RI) dan Analisis Faktor dengan SPSS untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh pada penyebab keterlambatan serta subfaktor yang paling berpengaruh pada masing-masing faktor penyebab keterlambatan pelaksanaan proyek konstruksi. MK - 189
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan Relatif Indeks (RI) RI digunakan untuk mengetahui peringkat dari tujuh (7) faktor yang dianalisis. Nilai RI berkisar antara 0-1. Dimana dari hasil perhitungan, nilai RI yang paling besar berarti menduduki peringkat pertama sebagai faktor dengan pengaruh paling besar. Tabel 1 menunjukkan peringkat pada tujuh faktor penyebab keterlambatan yang diurutkan dari nilai RI terbesar. Hasil Analisis Faktor Tabel 1. Peringkat Faktor Keterlambatan Berdasarkan Hasil Perhitungan Nilai RI Peringkat Faktor Keterlambatan RI 1 Faktor Lingkup Kontrak/Dokumen Pekerjaan (Contract Document) 0,743 2 Faktor Karakteristik Tempat (Site Characteristic) dan 0,738 Faktor Situasi 3 Faktor Bahan (Materials) 0,719 4 Faktor Tenaga Kerja (Labors) 0,696 5 Faktor Sistem Inspeksi, Kontrol, dan Evaluasi Pekerjaan 0,695 6 Faktor Peralatan (Equipment) 0,682 7 Faktor Manajerial (Managerial) dan Perencanaan (Planning) Analisis Faktor digunakan untuk mengetahui sub faktor yang memiliki pengaruh besar pada 7 faktor penyebab keterlambatan. Perhitungan analisis faktor menggunakan bantuan program SPSS. Berikut adalah tahapan dalam Analisis Faktor: 1. Menilai variabel yang layak dianalisis. Untuk melihat variabel mana saja yang dapat dianalisis ke tahap selanjutnya yaitu dengan mencari nilai KMO dan MSA. Gambar 1. Menunjukan hasil pengujian nilai KMO pada Faktor Lingkup Kontrak/Dokumen Pekerjaan. 0,672 Gambar 1. Hasil pengujian nilai KMO dengan SPSS pada Faktor Lingkup Kontrak Syarat nilai KMO adalah > 0,5. Dari Gambar 1 diperoleh nilai KMO sebesar 0,892 yang berarti data layak untuk dianalisis lebih lanjut. Setelah variabel memenuhi syarat KMO, maka selanjutnya menentukan Measure of Sampling Adequence (MSA). Hasil perhitungan MSA pada Faktor Lingkup Kontrak ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2. Hasil pengujian nilai MSA dengan SPSS pada Faktor Lingkup Kontrak MK - 190
Nilai MSA ditunjukkan oleh angka dengan kode a pada kolom anti-image correlation. Pada ke-6 subfaktor sudah memenuhi nilai MSA yaitu > 0,5 sehingga data dapat digunakan ke analisis selanjutnya. Namun apabila ada variabel dengan nilai MSA yang masih belum memenuhi syarat, maka variabel tersebut harus dihapus kemudian dicari lagi nilai MSA tanpa mengikutsertakan variabel tersebut sehingga tidak ada lagi nilai MSA yang kurang dari 0,5. Begitu juga seterusnya pada Faktor lainnya dilakukan dengan cara yang sama. 2. Ekstrasi Faktor Ektrasi faktor bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis faktor yang akan dipakai. Karena variabel (subfaktor) pada masing-masing faktor sudah ditetapkan oleh peneliti maka variabel tersebut dikatakan tepat apabila hanya terbentuk 1 faktor. Contoh hasil ekstrasi faktor pada Faktor Lingkup Kontrak ditampilkan pada Gambar 3. Gambar 3. Hasil Ekstrasi Faktor dengan SPSS pada Faktor Lingkup Kontrak Eigenvalue yaitu kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung varians keenam variabel yang dianalisis. Terdapat 1 nilai eigenvalue pada elemen tersebut dengan nilai lebih dari 1, dengan variansi sebesar 74,779%. Karena hanya terbentuk 1 faktor, maka keenam subfaktor tersebut diinterpretasikan sudah tepat variabelnya sebagai subfaktor pada Faktor Lingkup Kontrak/Dokumen Pekerjaan. Pada tujuh faktor yang dianalisis, masing-masing subfaktor di dalamnya hanya terbentuk 1 faktor sesuai yang diharapkan. Sehingga subfaktor yang telah ditetapkan dapat dikatakan sudah tepat sebagai pembentuk faktor yang dimaksudkan. 3. Menginterpretasikan Hasil Analisis Faktor Tahap akhir dari analisis faktor yaitu menginterpretasikan hasilnya untuk melihat subfaktor yang memiliki pengaruh besar sebagai pembentuk faktor tersebut. Interpretasi faktor dilakukan dengan melihat hasil skor faktor dan komunalitas dari masing-masing faktor. Skor faktor dan komunalitas pada Faktor Lingkup Kontrak/Dokumen Pekerjaan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Skor Faktor dan Komunalitas pada Faktor Lingkup Kontrak Subfaktor Skor Faktor Komunalitas (%) Gambar rencana dan spesifikasi pekerjaan yang tidak lengkap 0,866 74,9 Adanya perubahan desain pada waktu pelaksanaan proyek 0,934 87,2 Keterlambatan pemilik dalam membuat keputusan 0,714 50,9 Ketidaksepahaman aturan pembuatan gambar kerja antara perencana dan kontraktor 0,917 84,0 Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang telah selesai 0,828 68,6 Pemilik tidak melakukan pembayaran sesuai dengan waktu perjanjian yang telah disepakati. 0,911 82,9 Didapat sub faktor yang memiliki skor faktor dan komunalitas paling besar yaitu sub faktor adanya perubahan desain pada waktu pelaksanaan proyek, berarti pada Faktor Lingkup Kontrak/Dokumen Pekerjaan, sub faktor yang paling berpengaruh yaitu adanya perubahan desain. Sub faktor ketidaksepahaman aturan pembuatan gambar kerja antara perencana dan kontraktor, serta subfaktor pembayaran oleh pemilik yang lewat dari waktu yang telah disepakati juga memiliki kontribusi yang besar (di atas 75%) sebagai sub faktor penyebab keterlambatan pada Faktor Lingkup Kontrak/Dokumen Pekerjaan. Untuk mengetahui subfaktor yang memiliki pengaruh besar pada faktor lainnya, dilakukan dengan cara yang sama. MK - 191
4. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan pada proyek yang berada di Kabupaten Buleleng, dengan menggunakan sampel sebanyak 30 maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Tiga faktor utama penyebab keterlambatan pelaksanaan proyek konstruksi di Kabupaten Buleleng adalah : - Faktor Lingkup Kontrak/Dokumen Pekerjaan (Contract Document). - Faktor Karakteristik Tempat (Site Characteristic) dan Faktor Situasi. - Faktor Bahan (Materials). 2. Subfaktor yang memiliki pengaruh besar pada masing-masing faktor penyebab keterlambatan berdasarkan perhitungan Analisis Faktor yaitu: - Pada Faktor Lingkup Kontrak/Dokumen Pekerjaan (Contract Document) adalah subfaktor adanya perubahan desain; ketidaksepahaman aturan pembuatan gambar kerja antara perencana dan kontraktor; serta pembayaran oleh pemilik yang lewat dari waktu yang telah disepakati. - Pada Faktor Karakteristik Tempat (Site Characteristic) dan Faktor Situasi adalah akses ke lokasi proyek yang jauh atau sulit ditempuh dan intensitas curah hujan yang tinggi. - Pada Faktor Bahan (Materials) adalah keterlambatan pengiriman bahan; terlambatnya waktu pemesanan bahan; dan peningkatan harga material. - Pada Faktor Tenaga Kerja (Labors) adalah komunikasi yang kurang baik antara tenaga kerja dan mandor. - Pada Faktor Sistem Inspeksi, Kontrol, dan Evaluasi Pekerjaan adalah pengawas sering meninggalkan lapangan dan susah ditemui sehingga memperlambat proses evaluasi pekerjaan. - Pada Faktor Peralatan (Equipment) adalah kualitas peralatan yang kurang baik; dan jumlah peralatan yang tersedia kurang memadai. - Pada Faktor Manajerial (Managerial) dan Perencanaan (Planning) adalah pemilik susah dihubungi dan ditemui sehingga komunikasi antara kontraktor dan pemilik kurang; dan metode konstruksi/pelaksanaan kerja yang tidak tepat. DAFTAR PUSTAKA Astina, N. 2012. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan Proyek Konstruksi di Kabupaten Tabanan. (Tugas Akhir Program Sarjana Teknik Sipil Universitas Udayana, 2012) Levis dan Atherley. 1996. Delay Construction, Langford Nugraha, P., INatan, Sutjipto, R. 1985. Manajemen Proyek Konstruksi I. Kartika Yudha, Surabaya. Nunnally, J.C. 1978. Psychometric Theory, 2 nd edition. McGraw-Hill Book, New York. Proboyo, B. 1999. Keterlambatan Waktu Pelaksanaan Proyek : Klasifikasi dan Peringkat dari Penyebab- Penyebabnya, Dimensi Teknik Sipil, Vol. 1, No.2, September 1999. Purwatiningrum, O. 2011. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan Proyek Gedung di Denpasar dan Badung. (Tugas Akhir Program Sarjana Teknik Sipil Universitas Udayana, 2011) Santoso, S. 2015. Menguasai Statistik Multivariat : Konsep Dasar dan Aplikasi dengan SPSS. PT Elex Media Komputindo, Jakarta Soeharto, I. 1999. Manajemen Proyek : Dari Konseptual Sampai Operasional. Jilid 1 Erlangga, Bandung. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung, Alfabeta Supranto. 2010. Analisis Multivariat Arti & Interpretasi. Cetakan ke-2. Rineka Cipta, Jakarta. MK - 192