Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki.

dokumen-dokumen yang mirip
Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir

Peningkatan Hasil Belajar Materi Keunggulan Lokasi Indonesia Melalui Pendekatan Problem Based Learning pada Siswa Kelas VII B SMPN 6 Kota Bima

Penerapan Teori Konstruktivisme

Penerapan Metode Smart Games untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bilangan Berpangkat Pada Siswa Kelas IX SMPN 1 Kalidawir.

Penerapan Strategi 3M (Meniru, Mengolah, Mengembangkan) untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis Poster

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, serta

Upaya Penguasaan Direct & Indirect Speech melalui. Pendekatan Scientific dengan Model Discovery Learning.

Penerapan Metode Jigsaw untuk Peningkatkan Hasil Belajar Ketrampilan Pengolahan Hasil Samping Seralia dan Umbi

Penerapan Metode Think Pair Share untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Iklan Baris

IMPLEMENTASI MEDIA WORDWALL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN VOCABULARY DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS IV SD N NGADIREJO II KARTASURA

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

BAB I PENDAHULUAN. dan sudah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan, salah satunya adalah

Penerapan Metode Smart Games dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar Operasi Bilangan Berpangkat

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Seting Dan Karakteristik Subjek Penelitian

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DISCUSSION TEXT BERDASARKAN KONSEP THE GENRE BASED APPROACH PADA SISWA KELAS XII IPA 3 SMA NEGERI 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI MEMAHAMI DAN MENANGKAP PESAN DALAM LAGU MELALUI METODE DEMONSTRASI. Endah Sulistiowati

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan, seperti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, semua

Yayuk Jatining Rahayu 4

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Jeffry Gagah Satria Frigatanto

Dwi Ambarwati 1. PENDAHULUAN

Bambang Supriyanto 36

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. di sekolah. Dalam KTSP Bahasa Inggris 2006 dijelaskan bahwa dalam belajar

PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan pendidikan. Bahasa Inggris memiliki peran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pemeliharaan

BAB I PENDAHULUAN. budaya dengan menggunakan bahasa Inggris. Dengan demikian, bahasa Inggris. serta menikmati estetika bahasa dalam budaya Inggris.

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli

Kanti Sariati Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo. Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. mengungkapkan gagasan dan perasaan, dan memahami beragam nuansa makna.

PENERAPAN ALAT PERAGA KEPING BERWARNA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT. Heri Susianto

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. di kelas VII yang berjumlah 19 orang yang terdiri dari 5 orang siswa laki-laki dan

PENGGUNAAN MEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA PENDEK. Widayati

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

PENERAPAN METODE MOVING GROUPS UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS VIII-H SMPN 1 BOYOLANGU. Oleh : Agus Sunaryo

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

Kanti Sukowati 9. Kata Kunci: metode demonstrasi, hasil belajar. Guru Kelas VI A SDN Darungan 01 Kec. Tanggul

Imro ati 49. Kata Kunci : kooperatif, jigsaw,menulis resensi buku pengetahuan. 49 Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia SMPN 1 Puger Kabupaten Jember

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN BANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA

1. PENDAHULUAN. Kemampuan menggunakan bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris diarahkan untuk

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action

Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indoneia melalui Metode DRTA (Directed Reading Thingking Activity) Yamini 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran merupakan kegiatan integral antara pelajar dan guru

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang dikenal dengan classroom action

Rusmartini Guru SDN 2 Nambahrejo

Nina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM KOORDINAT DENGAN METODE DISKUSI KELOMPOK DI KELAS VIII-B SMP NEGERI 3 SUBANG

Ramadi, Eva Sarah Program Pendidikan Guru Pra Sekolah dan Dasr Universitas Lambung Mangkurat

BAB III METODE PENELITIAN. PTK merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang

Yonathan SMP Negeri 1 Tolitoli, Kab. Tolitoli, Sulawesi Tengah ABSTRAK

Lia Agustin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN REOG. Sri Harjanti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Oleh: Sadar SDN 1 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja

Tabel 3.1. Juli Agustus September Studi lapangan x 2 Penyusunan Proposal x

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR-UNSUR CERITA PENDEK MELALUI METODE JIGSAW

INOVASI KOOPERATIF MODEL STAD MATERI POKOK MEMAHAMI KEPUTUSAN BERSAMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Budaya

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Diajukan Oleh: Eliana Rahmawati

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK. Sri Suwarni

PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 349 TANJUNG KAPA MANDAILING NATAL

Oleh: Ernawati SMA Negeri 1 Gondang, Tulungagung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI AJAR VOLUME BANGUN RUANG SISI LENGKUNG. Abu Khaer

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

EFEKTIVITAS CAROUSEL ACTIVITY DALAM SPEAKING CLASS

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN PERPADUAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE DAN TALKING STICK PADA SISWA KELAS VIII

III. METODE PENELITIAN. adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja

PENERAPAN METODE PERMAINAN LARI SAMBUNG MATA PELAJARAN PENJASKES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 2 A SDN TANGGUL KULON 03 JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

Transkripsi:

Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki Ida Nurhayati 1 1 SMPN 1 Besuki, Tulungagung Email: 1 idanurhayati@gmail.com Tersedia Online di http://www.jurnal.unublitar.ac.id/ index.php/briliant Sejarah Artikel Diterima pada 11 Februari 2018 Disetuji pada 11 Februari 2018 Dipublikasikan pada 13 Februari 2018 Hal. 70-79 Kata Kunci: vocabulary teks deskriptif, pendekata scientific, guide inquiry DOI: http://dx.doi.org/10.28926/briliant.v3i1.142 Abstrak: Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Kelas VIII B pada waktu pembelajaran Bahasa Inggris diperoleh hasil bahwa Prestasi belajar siswa kurang memuaskan, yaitu dari 26 siswa hanya 1 siswa yang nilainya dapat mencapai KKM atau 70 dan 10 siswa nilainya antara 41-69, sedangkan 15 siswa lainnya nilainya 41. Untuk itu agar dapat meningkatkan Prestasi belajar siswa dalam menyelesaikan soal tentang Vocabulary Teks Descritive serta untuk tercapainya tujuan pembelajaran perlu diadakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan Metode Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry. penerapan pembelajaran Vocabulary Teks Descritive melalui Metode Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry dapat meningkatkan Prestasi belajar siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Besuki Tulungagung dan dapat mempermudah siswa dalam menyelesaikan persoalan Vocabulary Teks Descritive. Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, khususnya pada mata pelajaran bahasa Inggris menetapkan bahwa kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa Indonesia adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya dengan menggunakan bahasa Inggris. Dengan demikian, fungsi bahasa Inggris sebagai alat untuk berkomunikasi diupayakan dalam rangka mengakses informasi untuk membina hubungan interpersonal, bertukar informasi serta menikmati estetika bahasa dalam budaya Inggris. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah secara umum memiliki tujuan sebagai berikut: (1) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris, baik dalam bentuk lisan atau tulis, yang meliputi kemampuan mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing). 2) Menumbuhkan kesadaran tentang hakikat bahasa dan pentingnya bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar. 3) Mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitan antarbahasa dan budaya serta memperluas cakrawala budaya agar siswa memiliki wawasan lintas budaya dan dapat melibatkan diri dalam keragaman budaya. Keempat keterampilan tersebut akan dapat tercapai dengan baik apabila siswa memiliki kemampuan kosa kata (vocabulary) yang memadai. Vocabulary merupakan salah satu komponen penting dalam pengajaran bahasa Inggris di samping komponen lainnya seperti structure, pronunciation dan intonation. Vocabulary mempunyai peranan yang sangat vital. Jika seorang siswa lemah dalam penguasaan vocubalary, maka tidak dapat meng-komunikasikan pikiran dan 70

idenya dengan jelas seperti yang diinginkannya baik lisan maupun tulisan. Siswa tidak dapat mengutarakan dengan sempurna apa yang ingin ia sampaikan saat dia berbicara atau menjelaskan apa yang dia inginkan. Siswa tidak akan mampu membaca text baik yang merupakan bahan ajar disekolah maupun yang ada pada majalah, surat kabar dan sebagainya. Bahkan siswa tidak dapat memahami siaran yang dipancarkan melalui radio maupun televisi. Demikan juga kemampuan dalam menyimak dan membaca akan terkendala dengan penguasaan kosakata yang terbatas. Sudah merupakan pendapat umum, memiliki kosakata yang memadai merupakan modal untuk lancarnya berkomunikasi. Lebih lanjut Jeremy Harmer (1991) menganalogkan jika bahasa itu merupakan sebatang tubuh, structure merupakan tulang yang membentuk rangka sedangkan kosakata atau vocabulary merupakan daging yang membuat tubuh mempunyai bentuk. Dengan demikian seorang tidak akan dapat berkomunikasi dalam bahasa sasaran kalau penguasaan kosakatanya tidak memadai. Dari uraian di atas dapat disimpulkan, ketidakmampuan sebagian besar siswa SMP untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris salah satu factor adalah disebabkan kurangnya penguasaan kosakata. Penguasaan kosa kata merupakan hal yang paling mendasar yang harus dikuasai seseorang dalam pembelajaran bahasa inggris yang merupakan bahasa asing bagi seluruh siswa dan masyarakat Indonesia. Bagaimana seseorang dapat mengungkapkan suatu bahasa apabila ia tidak memahami kosakata dari bahasa tersebut. Apalagi kalau yang dipelajari itu adalah bahasa asing, sehingga penguasaan kosakata bahasa tersebut merupakan sesuatu yang mutlak dimiliki oleh pembelajar bahasa. Apabila seorang siswa memiliki perbendaharaan kata bahasa inggris yang memadai maka otomatis akan lebih menunjang pada pencapaian empat kompetensi bahasa inggris tadi. Demikian juga sebaliknya tanpa memiliki kosa kata yang memadai seorang siswa akan mengalami kesulitan dalam mencapai kompetensi berbahasa di atas. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa dengan penguasaan kosa kata yang memadai diharapkan siswa akan lebih mudah dan mampu mengaplikasikannya dalam kalimat, khususnya dalam Bahasa Inggris, berbentuk Descriptive text. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran bahasa inggris, penulis sering mendapati para siswa di SMP Negeri 1 Besuki Tulungagung, sekolah tempat penulis mengajar mengalami kesulitan dalam mencapai suatu kompetensi dasar. Hal ini dikarenakan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa kurang memadai, sehingga sangat mengganggu pencapaian kompetensi seperti yang tertera dalam kurikulum. Mereka sering kesulitan memahami arti sebuah kata karena pemahaman kosakata mereka relatif kurang memadai sehingga proses pencapaian suatu kompetensi dasar akan berjalan lebih lama. Apabila para siswa mengalami kesulitan dalam memahami arti sebuah kata selama proses pembelajaran maka dengan terpaksa akhirnya penulis memberikan jalan pintas pada mereka dengan cara menyuruh siswa mencari arti kata tersebut dalam kamus dan memberitahu secara langsung arti dari kata tersebut. Walaupun cara tersebut apabila terlalu sering digunakan berakibat kurang baik bagi para siswa karena hanya beberapa orang siswa yang memiliki kamus dan siswa menjadi tergantung pada kamus bukan pada pemahaman konteks kata, serta siswa sering menunggu pada makna kata yang berasal dari guru 71

Berdasarkan hasil pengamatan dalam proses belajar mengajar dikelas, keadaan sekolah, dan melalui peninjauan bidang akademik dan non akademik, diperoleh hasil bahwa keadaan SMP Negeri 1 Besuki Tulungagung khususnya siswa Kelas VIII B tahun ajaran 2015/2016 dalam pelajaran Bahasa Inggris belum menunjukkan prestasi belajar sesuai dengan KKM yang ditetapkan terutama pada pengerjaan Vocabulary teks descritive. Padahal, ditinjau dari keadaan fisik sekolah, yaitu ruang Kelas VIII B sudah baik dan sesuai sebagai tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Pengamatan pada proses pembelajaran oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan proses belajar mengajar lah yang belum membuat siswa aktif belajar, sehingga kemampuan siswa belum tergali dengan maksimal. Pada ulangan harian Bahasa Inggris dengan Vocabulary teks descritive, di dapat rata-rata nilai sebesar 54,4 dari 26 siswa, padahal Kriteria Ketuntasan Minimalnya (KKM) telah ditentukan nilai sebesar 70. Di dapati hanya 1 siswa yang mendapat nilai di atas 70 dan 10 siswa mendapat nilai antara 41-69. Hal ini berarti, hanya 3,85% dari siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar, dan yang lainnya memiliki prestasi belajar yang rendah. Oleh karena itu, demi memperbaiki berbagai masalah yang ada, peneliti memerlukan suatu solusi untuk mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi. Akhirnya diputuskan dengan menggunakan Pendekatan scientific dengan model Guide inquiry dalam pembelajaran Bahasa Inggris ini. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran yaitu pendekatan ilmiah (Scientific Approach). Pendekatan ini lebih efektif hasilnya jika diimplementasikan di dalam kelas dibandingkan dengan pendekatan tradisional, yaitu meningkatnya kemampuan siswa dari aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Pendekatan scientific dengan model Guide inquiry adalah metode pembelajaran yang menempatkan siswa bertanggungjawab secara penuh terhadap proses belajarnya, dan Guru hanya memberikan bimbingan terbatas pada pemilihan topik dan pengembangan pertanyaan. Muslimin Ibrahim (2007: 1), mendefinisikan inquiry sebagai suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Secara umum, inquiry merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya. Pendekatan scientific dengan model Guide inquiry dalam pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mngembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Kegiatan guide inquiry sangat penting karena dapat mengoptimalkan keterlibatan pengalaman langsung siswa dalam proses pembelajaran. Joyce, et al (Muslimin Ibrahim, 2007: 5) menyatakan bahwa guide inquiry perlu didesain untuk membelajarkan proses penelitian yang dapat mempengaruhi cara siswa 72

memproses informasi dan mengembangkan komitmen terhadap guide inquiry ilmiah. Dengan demkian, dalam pendekatan scientific dengan model Guide inquiry siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan kemampuan yang dimilikinya secara optimal. METODE Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan di ruang Kelas VIII B SMP Negeri 1 Besuki Tulungagung. pada semester 2, pada tanggal 9 April 2016 sampai dengan 16 April 2016. Dalam penelitian ini subjek yang digunakan adalah seluruh siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Besuki Tulungagung tahun pelajaran 2015/2016 sebanyak 26 siswa terdiri dari 9 orang siswa laki-laki dan 17 orang siswa perempuan dengan memiliki latar belakang sosial ekonomi, prestasi akademik yang cukup variatif. Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus, dimana masing-masing siklus dikenai perlakuan yang sejenis dengan bobot yang beda. Dibuat dua siklus dimaksudkan untuk memperbaiki system pengajaran yang dilaksanakan. Klasifikasi Masalah Perencanaan 1 Refleksi 1 Tindakan 1 Mengamati 1 Refleksi 2 Perencanaan II Mengamati 2 Tindakan 2 Selanjutnya sampai mencapai hasil yang diinginkan Gambar 1 Langkah-Langkah PTK dengan 2 Siklus Adapaun ragam instrument penelitian tindakan kelas yang telah dipersiapkan yaitu, Rencana Pelaksaaan Pembelajaran sebagai instrument rencana 73

pelaksanaan tindakan. Lembar observasi Guru sebagai instrument utama pengumpul data proses dan lembar observasi siswa, wawancara, angket dan catatan lapangan sebagai instrument pendukung pengumpul data proses. Selain itu juga terdapat instrument pengumpul data hasil, yang dapat dikumpulkan dari hasil belajar berdasarkan soal-soal yang diberikan, serta ketrampilan siswa berdasarkan rubrik yang ada. Teknik analisis yang digunakan yaitu deskriptif persentase. Data hasil penelitian yang dianalisis meliputi rata-rata kelas, ketuntasan belajar individu dan ketuntasan belajar secara klasikal. Selanjutnya hasil analisis data diperoleh baik secara kualitatif (dengan kata-kata) dan kuantitatif (dengan grafik). Hasil ini diinterprestasikan dan disimpulkan untuk menjawab permasalahan yang ada. Analisis data dari sumber-sumber informasi hasil penelitian di dapat dari: (1) Analisis dara observasi, (2) analisis data wawancara, dan 3) analisis data tes.. HASIL Siklus I Dalam pelaksanaan pembelajaran, Guru masih menghadapi berbagai kendala, antara lain: (1) Masih ada kelompok yang bingung dalam mengikuti langkah-langkah yang tertera dalam lembar kegiatan. (2) Masih ada beberapa siswa yang belum aktif dalam pelaksanaan percobaan. 3) Ketika pelaksanaan diskusi, ada beberapa siswa yang tidak aktif menyampaikan pendapatnya. (4) Dalam menyimpulkan hasil percobaan, terdapat 3 (tiga) kelompok yang malu untuk presentasi, dan hanya terdapat 3 (tiga) siswa yang mengajukan pertanyaan. Adapun prosentase hasil observasi dalam pelaksanaan percobaan pada siklus I dapat dilihat dari tabel 3 bawah ini. Perhitungan prosentase keberhasilan siklus I di bawah ini diskusikan juga dengan teman sejawat. Tabel 1 Prosentase Hasil Observasi Siklus I No Kegiatan Siswa Prosentase 1 Kelengkapan menyiapkan alat dan bahan percobaan 40% 2 Keruntutan langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan 55% percobaan 3 Keaktifan siswa selama melaksanakan kegiatan percobaan 60% 4 Keaktifan siswa dalam mengutarakan pendapat saat berdiskusi 60% 5 Kesimpulan akhir sesuai percobaan 54% Hasil post test pada siklus pertama dapat menjadi perhitungan persentase peningkatan prestasi belajar siswa. Dengan acuan penilaian tetap berdasarkan nilai KKM yang telah ditetapkan yaitu paling sedikit siswa memperoleh nilai 70. Adapun rekapitulasi hasil test siklus I adalah sebagai berikut: Tabel 2 Hasil Post Test Siklus Pertama No Deskripsi Nilai 1 Jumlah Nilai 1730 2 Rata-rata Hasil Post Test 66,5 3 Jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM (70) 10 4 Presentase siswa yang mendapat nilai diatas KKM (70) 38,5% 5 Jumlah siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (70 16 74

6 Presentase siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (70) 59,4% Nilai rata-rata hasil post test, dapat dihitung dari : Ẋ =, Jadi Ẋ = Nilai KKM = 70. Jadi sudah ada peningkatan prestasi belajar, namun hanya sedikit. Rumus Ketuntasan Individu (prestasi belajar siswa) = x 100% Jadi, Ketuntasan Individu (prestasi belajar siswa) = x 100% = 38,5% Masing kurang dari indicator pencapaian siklus I sebesar 85% atau lebih. Maka dilanjutkan percobaan pembelajaran dengan Pendekatan scientific dengan model Guide inquiry pada siklus II. Tabel berikut adalah daftar frekuensi nilai post test siklus I Bahasa Inggris Vocabulary teks descritive dengan soal pengerjaan siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Besuki Tulungagung setelah pembelajaran menggunakan Pendekatan scientific dengan model Guide inquiry, dengan nilai minimal KKM sebesar 70: Tabel 3 Daftar Nilai Ulangan Harian Siklus I Nilai Frekuensi Prosentase 0 40 3 9,4% 41 69 13 50,0% 70 100 10 38,5% Jumlah 26 100% Dari tabel diatas dapat kita lihat terdapat 3 siswa atau 9,4% yang mendapat nilai 0 40, 13 siswa atau 50,0% yang mendapat nilai antara 41 69, dan 10 siswa atau 38,5% yang mendapat nilai antara 70 100. Dengan ketentuan nilai KKM 70, dapat disimpulkan jika pencapaian prestasi nilai 70 100, maka prestasi belajar siswa telah meningkat dari 3,85% menjadi 38,5%. Namun karena belum mencapai target indicator pencapaian siklus I sebesar 85% atau lebih, maka akan dilanjutkan ke Siklus II. Selain itu, dari proses wawancara diperoleh kesimpulan bahwa beberapa siswa menjadi bersemangat dalam belajar Bahasa Inggris, karena pelaksanaan kegiatan belajar Bahasa Inggris dengan Pendekatan scientific dengan model Guide inquiry ini dilaksanakan dengan langsung secara mandiri oleh siswa, dan melaksanakan kegiatan bersama kelompok sehingga lebih ringan. Meskipun masih terdapat kendala-kendala seperti yang telah diuraikan dalam laporan observasi. Siklus II Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, Guru telah melaksanakan perbaikan dari siklus I, siswa sudah mengalami kemajuan dan pelaksanaan-pun telah berjalan baik. Namun Guru menemukan masalah baru dalam pelaksanaan siklus II, yaitu: (1) Suasana gaduh di kelas, karena beberapa siswa menjadi saling 75

berteriak satu sama lain. Namun diantisipasi oleh peneliti dengan memerintahkan ketua kelompok untuk mengkondisikan anggotanya. (2) Masih terdapat 3-4 siswa yang malu dalam presentasi dan kurang aktif dalam diskusi kelompok. Adapun prosentase hasil observasi dalam pelaksanaan percobaan pada siklus II dapat dilihat dari tabel bawah ini. Perhitungan prosentase keberhasilan siklus II di bawah ini diskusikan juga dengan teman sejawat. Tabel 4 Prosentase Hasil Observasi Siklus II No Kegiatan Siswa Prosentase 1 Kelengkapan menyiapkan alat dan bahan percobaan 80% 2 Keruntutan langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan 90% percobaan 3 Keaktifan siswa selama melaksanakan kegiatan percobaan 85% 4 Keaktifan siswa dalam mengutarakan pendapat saat berdiskusi 92% 5 Kesimpulan akhir sesuai percobaan 89% Hasil post test pada siklus kedua dapat menjadi perhitungan persentase peningkatan prestasi belajar siswa. Dengan acuan penilaian tetap berdasarkan nilai KKM yang telah ditetapkan yaitu paling sedikit siswa memperoleh nilai 70. Adapun rekapitulasi hasil test siklus II adalah sebagai berikut: Tabel 5 Hasil Post Test Siklus Kedua No Deskripsi Nilai 1 Jumlah Nilai 2115 2 Rata-rata Hasil Post Test 81,3 3 Jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM (70) 23 4 Presentase siswa yang mendapat nilai diatas KKM (70) 88,5% 5 Jumlah siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (70 3 6 Presentase siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (70) 11,5% Nilai rata-rata hasil post test, dapat dihitung dari : Ẋ =, Jadi Ẋ = Nilai KKM = 70. Jadi sudah ada peningkatan prestasi belajar yang signifikan. Rumus Ketuntasan Individu (prestasi belajar siswa) = x 100% Jadi, Ketuntasan Individu (prestasi belajar siswa) = x 100% = 88,5% Telah mencapai indicator pencapaian siklus II sebesar 85% atau lebih. Maka tidak perlu dilanjutkan percobaan pembelajaran dengan Pendekatan scientific dengan model Guide inquiry pada siklus III. Tabel berikut adalah daftar frekuensi nilai post test siklus II Bahasa Inggris dengan Vocabulary teks descritive siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Besuki Tulungagung setelah pembelajaran menggunakan Pendekatan scientific dengan model Guide inquiry siklus II, dengan nilai minimal KKM sebesar 70: 76

Tabel 6 Daftar Nilai Ulangan Harian Siklus II Nilai Frekuensi Prosentase 0 40 0 0,0% 41 69 3 11,5% 70 100 23 88,5% Jumlah 26 100% Dari tabel diatas dapat kita lihat terdapat 3 siswa atau 11,5% yang mendapat nilai antara 41 69, dan 23 siswa atau 88,5% yang mendapat nilai antara 70 100. Dengan ketentuan nilai KKM 70, dapat disimpulkan jika pencapaian prestasi nilai 70 100, maka prestasi belajar siswa telah meningkat dari 38,5% menjadi 88,5%. Dengan 88,5% maka telah tercapai indicator pencapaian siklus II sebesar yang 85% atau lebih, maka tidak perlu dilanjutkan ke Siklus III. Selain itu, dari proses wawancara diperoleh kesimpulan bahwa beberapa siswa menjadi bersemangat dalam belajar Bahasa Inggris, karena pelaksanaan kegiatan belajar Bahasa Inggris yang berpendekatan scientific dengan model Guide inquiry ini dilaksanakan dengan secara baik bersama kelompok menjadikan mereka lebih rileks dan ringan dalam mengerjakan laporan kegiatan. Meskipun masih terdapat kendala-kendala seperti yang telah diuraikan dalam laporan observasi. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus I, II dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan kualitas pembelajaran yang tampak dan perolehan hasil evaluasi dan keaktifan siswa. Dari tabel 4.2 dan gambar 4.2 siklus I hasil observasi menunjukkan, prosentase keberhasilan kelengkapan menyiapkan alat dan bahan percobaan 40%, prosentase keruntutan langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan percobaan 55%, prosentase keaktifan siswa dalam melaksanakan kegiatan percobaan 60%, prosentase keaktifan siswa dalam mengutarakan pendapat saat berdiskusi 54% dan prosentase hasil penarikan kesimpulan akhir sesuai percobaan 50%. Berdasarkan tabel 4.5 dan gambar 4.5 siklus II hasil observasi menunjukkan, prosentase keberhasilan metode kelengkapan menyiapkan alat dan bahan percobaan siswa yang disiapkan 80%, prosentase keruntutan langkahlangkah yang ditempuh dalam pelaksanaan percobaan 90%, prosentase keaktifan siswa dalam melaksanakan kegiatan percobaan 85%, prosentase keaktifan siswa dalam mengutarakan pendapat saat berdiskusi 92% dan prosentase hasil penarikan kesimpulan akhir sesuai percobaan 89%. Dari daftar nilai (lihat lampiran) dapat kita lihat adanya prosentase kenaikan nilai Bahasa Inggris mulai dari kondisi awal pra tindakan, diketahui baru 1 siswa atau 3,85% yang mengalami ketuntasan belajar dan mendapatkan nilai sesuai dengan KKM. Hasil evaluasi siklus I menunjukkan baru 10 siswa atau 38,5% yang mengalami ketuntasan belajar dan mendapat nilai sama dengan atau di atas KKM yaitu 70. Hal itu menunjukkan bahwa pelaksanaan siklus I belum mencapai keberhasilan, karena indicator pencapaian adalah sebesar 85% atau lebih. Siklus II menunjukkan ada 23 siswa atau 88,5% dari 26 siswa yang mengalami ketuntasan belajar. Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa pada 77

siklus II ini peneliti telah mencapai keberhasilan dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan. Ketika peneliti melaksanakan siklus I, peneliti mengalami berbagai kendala antara lain Sebagian besar siswa masih ragu-ragu saat diminta menuliskan kosa kata yang telah dipelajarinya dalam bentuk kalimat sederhana. Masih ada kelompok yang bingung dalam mengikuti langkah-langkah yang tertera dalam lembar kegiatan. Masih ada beberapa siswa yang belum aktif dalam pelaksanaan percobaan. Ketika pelaksanaan diskusi, ada beberapa siswa yang tidak aktif menyampaikan pendapatnya. Dalam menyimpulkan hasil percobaan, terdapat 3 (tiga) kelompok yang malu untuk presentasi, dan hanya terdapat 3 (tiga) siswa yang mengajukan pertanyaan. Peneliti kemudian melaksanakan siklus II sebagai perbaikan siklus I, sebelum pelaksanaan siklus II ini peneliti mengganti rencana pembelajaran Pendekatan scientific dengan model Guide inquiry baru yaitu dengan mengerjakan vocabulary menggunakan media tabel deskripsi hewan dan atau gambar agar menguasai isi teks descriptive tentang hewan dalam bahasa Inggris.. Dalam pelaksanaan percobaan, peneliti senantiasa memberi bimbingan untuk siswanya dalam melaksanakan langkah-langkah sesuai lembar kegiatan. Peneliti pun memberi bimbingan siswa saat berdiskusi untuk menarik kesimpulan. Dengan adanya motivasi guru berupa reward, siswa telah terlihat aktif dalam kegiatan pembelajaran dalam melaksanakan percobaan, presentasi di depan kelas dan berdiskusi menarik kesimpulan. Meskipun ada kendala yaitu suasana gaduh di kelas, karena beberapa siswa menjadi saling berteriak satu sama lain., namun dengan hasil prestasi belajar yang dicapai dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas dari siklus II ini telah berhasil. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam 2 siklus dengan menerapkan Pendekatan scientific dengan model Guide inquiry dalam pembelajaran Bahasa Inggris pada siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Besuki Tulungagung, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut : Penerapan pendekatan scientific dengan model Guide inquiry dapat meningkatkan prestasi belajar Bahasa Inggris siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Besuki Tulungagung. Berdasarkan hasil observasi dan pelaksanaan siklus I dan II juga dapat kita amati adanya perubahan kenaikan prosentase dalam menyiapkan alat dan bahan, keruntutan langkah-langkah siswa dalam melaksanakan percobaan, keaktifan siswa dalam melaksanakan kegiatan percobaan, keaktifan siswa ketika berdiskusi dan hasil akhir atau simpulan yang diperoleh dari hasil kegiatan diskusi. SARAN Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan sebagai bahan uraian penutup penelitian tindakan kelas ini, antara lain: (1) Bagi Guru, Hendaknya mempersiapkan secara cermat perangkat pendukung pembelajaran dan fasilitas belajar yang diperlukan, karena sangat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pembelajaran yang pada akhirnya berpengaruh pada proses dan prestasi belajar Bahasa Inggris siswa. (2) Bagi Siswa, Hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran, selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru dan 78

meningkatkan usaha belajar sehingga dapat memperoleh prestasi yang diharapkan. (3) Bagi Sekolah, Hendaknya mengupayakan pengadaan berbagai media pembelajaran Matematika untuk kelas. DAFTAR RUJUKAN Harmer, J. 1991. The Practice of English Language Teaching. Essex: Longman Ibrahim, I. 2007. Pembelajaran Ikuiri. (Online), (http://kpicenter.- org/index.php?option=com_content&task=view&id=37&itemid=4), diakses 5 September 2007. Schmidth, M.K. dkk. 2009. Teori Pembelajaran dan Pengajaran. Yogyakarta: Mirza Media 79