ANALISA PENYEBAB TERJADINYA KEAUSAN PADA CRANK PIN BEARING MESIN DIESEL HANSHIN MODEL LH36L

dokumen-dokumen yang mirip
Abstrak. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh keausan ring piston terhadap kinerja mesin diesel

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN CONNECTING ROD DAN CRANKSHAFT MESIN OTTO SATU SILINDER EMPAT LANGKAH BERKAPASITAS 65 CC. Widiajaya

PERENCANAAN BATANG TORAK MOTOR BENSIN 4 LANGKAH 100 CC

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

ANALISIS VARIASI TEKANAN PADA INJEKTOR TERHADAP PERFORMANCE (TORSI DAN DAYA ) PADA MOTOR DIESEL

UNJUK KERJA MESIN DIESEL MITSUBISHI 4DR5 SEBAGAI PENGGERAK KAPAL PADA KONDISI TRIM

ANALISIS KEAUSAN PADA DINDING SILINDER MESIN DIESEL

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak

MODUL IV B PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL

ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE)

ANALISA PENGARUH ENDAPAN KARBON PADA BAGIAN ATAS TORAK TERHADAP PRESTASI MOTOR DIESEL L4D 115 AM 48 KUBOTA. R Bagus Suryasa M.

PENGARUH PENGGUNAAN TURBOCHARGER DENGAN INTERCOOLER TERHADAP PERFORMANSI MOTOR BAKAR DIESEL

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN TOYOTA CORONA 2000 CC. Bagian utama pada motor terdapat komponen atau bagian utama yang

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER

PENGARUH VARIASI SUDUT BUTTERFLY VALVE PADA PIPA GAS BUANG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN TOYOTA COROLA 1300 CC. Bagian utama pada motor terdapat komponen atau bagian utama yang

PENGARUH PERUBAHAN TITIK BERAT POROS ENGKOL TERHADAP PRESTASI MOTOR BENSIN EMPAT LANGKAH

Pengaruh Temperatur Pendingin Mesin terhadap Kinerja Mesin Induk di KM TRIAKSA

Pengaruh Parameter Tekanan Bahan Bakar terhadap Kinerja Mesin Diesel Type 6 D M 51 SS

Prediksi Performa Linear Engine Bersilinder Tunggal Sistem Pegas Hasil Modifikasi dari Mesin Konvensional Yamaha RS 100CC

EFISIENSI GAS ENGINE PADA BERBAGAI PUTARAN: STUDI EKSPERIMEN PADA JES GAS ENGINE J208GS

Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan (RPKPM).

BAB I MOTOR PEMBAKARAN

Pengaruh Kerenggangan Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin

ANALISA PENGARUH FLYWHEEL DAN FIRING ORDER TERHADAP PROSES KERJA MESIN DIESEL

Mesin Penggerak Kapal PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

TUGAS SARJANA PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UJI KUALITAS MINYAK PELUMAS DENGAN METODE GESESKAN

Analisa Pengaruh Flywheel dan Firing Order Terhadap Proses Kerja Mesin Diesel

PENGARUH PERUBAHAN NA DAN VOOR ONSTEKING TERHADAP KERJA MESIN


Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel

UJI PERFORMANSI MESIN OTTO SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART

BAB II DASAR TEORI. dipakai saat ini. Sedangkan mesin kalor adalah mesin yang menggunakan

DAMPAK KERENGGANGAN CELAH ELEKTRODE BUSI TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN 4 TAK

Optimasi Daya dan Torsi pada Motor 4 Tak dengan Modifikasi Crankshaft dan Porting pada Cylinder Head

UNJUK KERJA MESIN BENSIN 4 SILINDER TYPE 4G63 SOHC 2000 CC MPI

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

TERMODINAMIKA SIKLUS KERJA DAN PEMAKAIAN BAHAN BAKAR MESIN DIESEL EMPAT LANGKAH 350 HP, 400 RPM (KAJIAN TEORITIS) Aloysius Eddy Liemena *) Abstract

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

PERANCANGAN MICRODIESEL TUGAS AKHIR

PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BAKAR INJEKSI ABSTRAK

PENGARUH VARIASI PENYETELAN CELAH KATUP MASUK TERHADAP EFISIENSI VOLUMETRIK RATA - RATA PADA MOTOR DIESEL ISUZU PANTHER C 223 T

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

ANALISIS MESIN PENGGERAK PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN BAHAN BAKAR BIOGAS. Tulus Subagyo 1

Seta Samsiana & Muhammad Ilyas sikki

STUDI NUMERIK RESPON GETARAN MESIN BENSIN DUA SILINDER SEGARIS DENGAN VARIASI SUDUT ANTAR ENGKOL

Engine banyak ditemui dalam aktifitas kehidupan manusia, secara kumulatif sebagai penghasil daya yang berguna untuk menggerakan kendaraan, peralatan

Materi. Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika

Unjuk Kerja Diesel Engine Type Direct Injection Dengan Metode Simulasi dan Eksperimen

BAB I MOTOR DIESEL ( DIESEL ENGINE ) Motor diesel untuk perkapalan ( Marine Diesel Engine ) dikelompokan kepada :

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah

BAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

TUGAS SARJANA STUDI PERBANDINGAN BEBERAPA PRODUK CONNECTING ROD YANG ADA DI PASARAN DITINJAU DARI ASPEK METROLOGI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN RESIRKULATOR GAS BUANG PADA KNALPOT STANDAR, TERHADAP PERFORMA MESIN SEPEDA MOTOR YAMAHA MIO J

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

KAJIAN EKSPRIMENTAL PENGARUH BAHAN ADITIF OCTANE BOSTER TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN DIESEL

BAB I KOMPONEN UTAMA SEPEDA MOTOR

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM)

ANALISIS PERFORMANSI MOTOR BAKAR DIESEL SWD 8FG PLTD AYANGAN TAKENGON ACEH TENGAH

ANALISA PENGARUH PEMANASAN AWAL BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN MOTOR DIESEL SATU SILINDER

III. METODE PENELITIAN. : Motor Bensin 4 langkah, 1 silinder Volume Langkah Torak : 199,6 cm3

KAJIAN TEKNIS PENGARUH KERAK KARBON DI ATAS KEPALA TORAK TERHADAP UNJUK KERJA (PERFORMANCE) MESIN MOBIL MINIBUS GL TOYOTA KIJANG TIPE LGX-2L DIESEL

ANALISIS PENGARUH BENTUK PERMUKAAN PISTON TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PETUNJUK PRAKTIKUM MESIN KAPAL JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN MARINE ENGINEERING

PREDIKSI PERFORMA LINEAR ENGINE BERSILINDER TUNGGAL SISTEM PEGAS HASIL MODIFIKASI DARI MESIN KONVENSIONAL YAMAHA RS 100CC

BAB II DASAR TEORI 2.1. Motor Bensin Penjelasan Umum

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF ABD 01 SOLAR KE DALAM MINYAK SOLAR TERHADAP KINERJA MESIN DIESEL


BAB III ANALISIS KASUS

KAJIAN UNJUK KERJA MOTOR BAKAR MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Umum. 2.2 SIKLUS IDEAL

ANALISA KINEMATIKA DAN DINAMIKA CONNECTING ROD MOTOR BAKAR SATU SILINDER HONDA REVO

BAB IV ANALISA PERBANDINGAN DAN PERHITUNGAN DAYA

KINERJA MESIN DIESEL AKIBAT PEMASANGAN THERMOSTAT PADA NANCHANG TYPE 2105A 3

Andik Irawan, Karakteristik Unjuk Kerja Motor Bensin 4 Langkah Dengan Variasi Volume Silinder Dan Perbandingan Kompresi

BAB IV PENGERTIAN - PENGERTIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kompresor adalah alat pemampat atau pengkompresi udara, dengan kata lain

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

ANALISA KEKUATAN CRANKSHAFT DUA-SILINDER KAPASITAS 650 CC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

UJI PERFORMA PENGARUH IGNITION TIMING TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN BERBAHAN BAKAR LPG

ANALISA KUALITAS MATERIAL BEBERAPA PRODUK CRANK SHAFT SEPEDA MOTOR TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

PENGARUH BERAT RODA GILA (FLYWHEEL) TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MOTOR DIESEL STASIONER SATU SILINDER

Kerusakan & Reparasi pada Crankshaft

BAB II LANDASAN TEORI. mekanik berupa gerakan translasi piston (connecting rods) menjadi gerak rotasi

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

PENENTUAN KECEPATAN DAN PERCEPATAN MEKANISME ENGKOL PELUNCUR PADA KOMPONEN MESIN

PENGARUH PENAMBAHAN TURBULATOR PADA INTAKE MANIFOLD TERHADAP UNJUK KERJA MESIN BENSIN 4 TAK

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR UDARA MASUK TERHADAP TEKANAN DAN TEMPERATUR GAS BUANG PADA PLTD PULO PANJANG BANTEN

Motor diesel dikategorikan dalam motor bakar torak dan mesin pembakaran dalam merubah energi kimia menjadi energi mekanis.

Transkripsi:

ISSN ISSN L 2337 6686 2338 3321 ANALISA PENYEBAB TERJADINYA KEAUSAN PADA CRANK PIN BEARING MESIN DIESEL HANSHIN MODEL LH36L Sri Endah Susilowati Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta E mail: didit.sumardiyanto@yahoo.co.id ABSTRAK: Mesin diesel Hanshin Model LH36L adalah mesin yang dipergunakan sebagai mesin penggerak utama kapal. Tujuan penelitian ini dilakukan dikarenakan pada saat mesin diesel Merek HANSHIN tipe LH36L dioperasikan, terdengar getaran yang cukup kencang. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pembongkaran pada elemen elemen penghasil daya dan mengukur massa dari masing masing elemen yang diperlukan untuk perhitungan. Hasil penelitian menunjukkan dengan asumsi beban maksimal 130% dari daya keluaran mesin, besar daya efektif maksimal, Ni = 3,628.00 kw, tekanan indikator, Pi = 307.00 N/cm2. Gaya dorong piston, Fgh = 313,200.00 N, gaya inersia reciprocating, Fj = 62,316.00 N, gaya total yang diterima pin piston, Fsum, dan gaya yang diterima crank pin, Fcr = 377,341.00 N. Beban beban tersebut mengakibatkan tekanan rata rata bidang, kmax = 99,40 kg/cm2, dan karakteristik kerja bantalan, λcr = 58.15, yang masih dibawah toleransi. Kerusakan crank pin bearing disebabkan oleh adanya kotoran berupa karbon sisa pembakaran yang masuk ke dalam karter pelumas. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa telah terjadi adanya keausan pada crank pin bearing, yang menyebabkan timbulnya getaran. Perlu untuk diteliti penyebab atas kerusakan tersebut agar bisa dilakukan pencegahan sehingga terhindar dari masalah yang sama. Kata kunci: Mesin diesel, pelumasan, keausan ABSTRACT: HANSHIN diesel engine The LH36L model is a machine used as the main engine of the ship. The purpose of this research is done because at the time of diesel engine Brand HANSHIN, type LH36L operated, with a vibration that is quite fast. The method undertaken in this study is to perform disassembly on power generation elements and measure the mass of each element required for calculation. From the data obtained in the field, assuming a maximum load of 130% of the engine output power, the maximum effective maximum power, Ni = 3,628.00 kw, indicator pressure, Pi = 307.00 N / cm2. The piston thrust force, Fgh = 313,200.00 N, reciprocating inertia force, Fj = 62,316.00 N, the total force received by the piston pin, Fsum, and force received by the crank pin, Fcr = 377,341.00 N. The loads result in the average field pressure, kmax = 99.40 kg / cm2, and bearing work characteristics, λcr = 58.15, which is still below tolerance. So the damage to the crank pin bearing is caused by the presence of dirt in the form of carbon burning that comes into the lubricant charter. From the results of research indicates that there has been wear and tear on the crank pin bearing, which causes the occurrence of vibration. Need to investigate the cause of the damage so that it can be prevented so avoid the same problem. Keywords: Diesel engine, lubrication, wear and tear PENDAHULUAN tekanan udara yang masuk ke silinder lebih besar, sistem pemasukan udara pada mesin mesin diesel yang besar selalu dilengkapi dengan turbocharger. Latar belakang penulisan makalah ini bahwa motor bakar torak adalah mesin pembakaran dalam yang mengubah gaya translasi dari piston akibat gaya dorong dari hasil pembakaran menjadi gaya putar pada poros engkol. Pertemuan antara lengan ayun yang meneruskan gaya translasi dengan poros engkol terjadi pada crank pin. Untuk menghindari terjadinya gesekan, maka crank pin dipasang/didudukkan pada sebuah bantalan luncur yang diberi pelumas. Mesin diesel Hanshin Model LH36L adalah mesin yang dipergunakan sebagai mesin penggerak utama kapal, timbul getaran yang melebihi kondisi normalnya. Dari hasil pengecekan telah terjadi keausan pada bagian crank pin bearing. Gambar Tekanan Maksimum Tingginya tekanan maksimum di dalam ruang bakar, selain tergantung dari perbandingan kompresi juga dipengaruhi oleh tekanan udara pembakaran yang masuk ke dalam ruang bakar. Agar diperoleh 1. Elemen Elemen Pembakaran Penerus Gaya Menurut Petrowsky (1976:147) Lonjakan tekanan yang terjadi akibat terbakarnya bahan bakar di dalam silinder seperti terlihat pada Gambar 2 70

MAJOR CAUSES OF PREMATURE BEARING FAILURE Dirt 45,4% Misassembly 12,8% Misalignment 12,6% Insufficient Lubrication 11,4% Overloading 8,1% Corrosion 3,7% Improper Journal Finish 3,2% Other 2,8% Gambar 2. Peningkatan Tekanan pada Berbagai Sudut Poros Engkol Dinamika dalam Mekanisme Penghasil Daya Akibat terjadinya reaksi kimia antara bahan bakar dengan udara pembakaran, maka terjadi lonjakan tekanan di dalam ruang bakar. Tekanan tersebut memberikan gaya dorong terhadap piston, sehingga menyebabkan piston menuju Titik Mati Bawah (TMA). Gerakan translasi piston tersebut diubah menjadi gaya rotasi pada poros engkol (crank shaft) dan menghasilkan torsi. Distribusi gaya pada mesin seperti terlihat pada Gambar 3. Tekanan Indikator Pi = Tekanan indikasi (kg/cm2) Vd = Volume langkah piston Gambar 3.... 1 atau D = Diameter silinder L = Panjang langkah Torak = Kecepatan putar poros engkol, rpm = Jumlah silinder = Rasio siklus, untuk mesin... 2 Pg = Pmax = Tekanan maksimum di dalam ruang bakar (kgf/cm2) Fgh = Gaya dorong yang diterima piston (kgf) A = Luas penampang melintang piston (cm2) Penyebab Terjadinya Kerusakan Lebih Awal Bantalan Crank Pin Penyebab terjadinya kerusakan pada bantalan adalah berbagai macam. Dari hasil penelitian oleh Clevitte 77, penyebab terjadinya kerusakan lebih awal (rusak sebelum waktu normalnya) dari sebuah bantalan adalah: Diagram Gaya gaya yang Terjadi pada Elemen Penerus Gaya Fgh = Fgp Fgp = Gaya yang diteruskan oleh pin piston (kgf) 71

METODOLOGI PENELITIAN Gaya inersia reciprocating adalah: Metoda yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pembongkaran pada elemen elemen penghasil daya dan mengukur massa dari masing masing elemen yang diperlukan untuk perhitungan. Dari data data yang diperoleh di lapangan, dengan asumsi beban maksimal 130% dari daya keluaran mesin, besar daya efektif maksimal, Ni = 3.628,00 kw, tekanan indikator, Pi = 307,00 N/cm2. Gaya dorong piston, Fgh = 313.200,00 N, gaya inersia reciprocating, Fj = 62.316,00 N, gaya total yang diterima pin piston, Fsum, dan gaya yang diterima crank pin, Fcr = 377.341,00 N. Beban beban tersebut mengakibatkan Tekanan rata rata bidang, kmax = 99,40 kg/cm2, dan karakteristik kerja bantalan, λcr = 58,15, yang masih dibawah toleransi. Sehingga kerusakan crank pin bearing disebabkan oleh adanya kotoran berupa karbon sisa pembakaran yang masuk ke dalam karter pelumas.... 3 = massa piston + massa connecting rod = percepatan piston (m/s)... 4 = ½ panjang langkap piston = Panjang connecting rod = Kecepatan sudut poros engkol (rad/s) = Sudut pergerakan crank Untuk perhitungan diambil beban maksimum,... 5 Total keseluruhan gaya yang diterima oleh crank pin:... 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Tekanan Rata rata Bidang Data Hasil Penelitian... 7 Spesifikasi Mesin 1. Merek 2. Type F = gaya/beban (Newton) A = luas bidang penahan, yaitu: : HANSHIN : LH36L, 4 stroke engine, in line 3. Diameter silinder : 360 mm 4. Panjang Langkah : 670 mm 5. Jumlah silinder :6 6. Putaran : 270 rpm 7. Kecepatan piston rata rata : 6,03 m/s 8. Daya keluaran : 1912 kw Dari hasil penelitian diperoleh seperti terlihat pada Tabel 1 berikut: d = Diameter jurnal L = Tebal connecting rod (panjang jurnal) Menurut Petrovsky (1976:355) batasan untuk beban pada bantalan crank pin adalah: 90 120 kg/cm2 untuk low speed diesel 200 220 kg/cm2 untuk high speed diesel Karakteristik Kondisi Kerja Bantalan, menurut Petrovsky (1976:360):... 8 = Karakteristik kondisi kerja bantalan, batasan Tabel 1. Data Hasil Pengukuran = Viskositas dinamis untuk SAE 10W 50 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab terjadinya kerusakan pada bantalan crank pin. Apakah gaya yang diterima melampaui kekuatan materialnya atau ada penyebab lainnya. Perhitungan Daya Efektif Maksimum Daya keluaran mesin, 72

Gaya Inersia Reciprocating Daya maksimum mesin 120% dari daya optimum mesin. Dalam perhitungan ini dipergunakan daya maksimum 130%, sehingga: Daya Efektif, = massa piston + massa connecting rod = 186 kg = percepatan piston, m/s2 Daya Indikator Daya indikator adalah daya yang dihasilkan dari proses pembakaran di dalam silinder, nilainya adalah: Ne = 2486 kw = efisiensi mekanis, untuk mesin 4 tak dengan turbocharger berkisar menurut Petrovsky (1976:61) 0,80 sampai 0,88, diambil nilai maksimal. = ½ panjang langkah piston = 0,670/2 = 0,335 m = Panjang connecting rod = 1,34 m Maka = Kecepatan sudut poros engkol Tekanan Indikator = Sudut pergerakan crank Pi = Tekanan indikator, kg/cm2 Vd = Volume langkah piston D = 360 mm, L = 670 mm Atau Untuk, dengan sudut engkol, = 270 (rpm) = 6 buah = rasio siklus, untuk mesin 4 tag = 2 Maka tekanan indikator maksimum: Nilai Gaya Dorong terhadap Piston Sehingga gaya inersia reciprocating: Fgh = Gaya dorong yang diterima piston Pgp = Pi max = 307 N/cm2 A = Luas penampang melintang piston D = 0,36 m Maka, Dengan menggunakan cara yang sama, maka untuk sudut engkol yang lain diperoleh hasil seperti terlihat pada Tabel 2. = 0,355 m = 28,27 m/s2 Tabel 2. Hasil Perhitungan untuk Fj Fgh = Fgp Fgp = gaya yang diteruskan oleh pin piston ke connecting rod Ternyata nilai maksimum terjadi pada sudut engkol 0o dan 360o, yaitu Fj = 62316 N. Untuk perhitungan selanjutnya diambil beban maksimum. 73

Gaya Keseluruhan yang Diterima oleh Crank Pin Maka diperoleh: Masih dalam batasan karakteristik Kondisi Kerja Bantalan (Petrovsky,1976:360) Untuk = 552.640 N = 62.316 N = 186 kg = 9,81 m/s2 Diperoleh: Tabel 3. Hasil Perhitungan Total keseluruhan gaya yang diterima oleh crank pin: pada beban maksimum Pembahasan Dari kondisi di lapangan terdapat serbuk keras seperti pasir yang diduga berasal dari karbon. Kotoran inilah yang mengabrasi bantalan pada crank pin, seperti terlihat pada Gambar 4 & Gambar 5. Tanda negatif menunjukkan arah yang berlawanan Tekanan Rata Rata Bidang = 616.780 N = luas bidang penahan, = 215 mm, = 180 mm Sehingga beban (tekanan) yang diterima oleh bantalan crank pin: Gambar 4. Serbuk yang Telah Mengeras, Diambil dari Celah Bantalan Crank Pin Gambar 5. Kerusakan Bantalan Crank Pin yang Dikarenakan oleh Kotoran yang Terkandung di dalam Minyak Lumas Masih dalam batasan untuk beban pada bantalan crank pin (Maleev,1973:355) Karakteristik Kondisi Kerja Bantalan[1,360] = Karakteristik kondisi kerja bantalan = 270 rpm = viskositas dinamis untuk SAE 10W 50, pada temperatur 60oC, = 162,5 (kg/cm2) 74

PENUTUP DAFTAR PUSTAKA Henshall. Medium and High Speed Diesel Engines for Marine Use. The Institute of Marine Engineers. Bristol. 1976. Khovakh. Motor Vehicle Engines. MIR Publisher. Moscow. 1971. Kumar, M.S.. A Study of Crankpin Failure in I.C Engine. Mechanical Engineering An International Journal (MEIJ),Vo.1, Mo. 3, November 2014 Maleev. Operasi dan Pemeliharaan Mesin Diesel, terjemahan Bambang Priambodo. Erlangga. Jakarta. 1991. Maleev. Internal Combustion Engines. McGraw Hill Book Company. Tokyo. 1973. Niemen. Elemen Mesin I, terjemahan Anton Budiman, Bambang Priambodo. Erlangga. Jakarta. 199.2 Petrowsky. Marine Internal Combustion Engines. Mir Publisher. Moscow. 1976. Sorte, S.E.. Stress Analysis and Design Optiization of Crankpin. International Journal of Science and Modern Engineering, Vol 1, No.4, 2013. Wiranto Arismunandar, Koichi Tsuda. Motor Diesel Putaran Tinggi. Pradnya Paramita. Jakarta. 2004. www.marine.man.eu/docs/librariesproviders6/service letters/s12012.pdf Kesimpulan Rusaknya bantalan crank pin diduga karena adanya kotoran yang terdapat di pelumas. Jadi bukan karena besarnya gaya yang diterima oleh bantalan. Hal tersebut terbukti bahwa: a) Tekanan rata rata bidang, kmax = 162,5 kg/cm2 masih berada di dalam toleransi b) Karakteristik Kondisi Kerja Bantalan = 58,15 juga masih berada dalam daerah toleransi. Saran Saran Kondisi kerusakan mesin ini diawali dengan adanya kotoran berupa karbon di dalam karter pelumas, sehingga mengabrasi bantalan crank pin. Untuk menjaga agar usia pakai mesin dapat maksimal, maka harus dilakukan beberapa hal sebagai berikut: a) Jadwal penggantian pelumas harus sesuai dengan pengoperasian yang direkomendasi kan b) Dilakukan pemanasan awal yang cukup sebelum mesin dibebani, karena hal tersebut berpengaruh pada gesekan antara ring piston dengan dinding silinder. 75