BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus disyukuri dan sesuatu yang indah bagi seseorang yang sudah berkeluarga. Jika anak dalam keadaan sehat, orang tua pun senang dan bangga. Anak yang sehat jasmani dan rohani merupakan aset bangsa karena di tangan mereka kelak nasib bangsa ini ditentukan. Jika suatu bangsa memiliki anak-anak yang sehat jasmani dan rohani maka akan tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Hal yang harus dilakukan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas adalah dengan memperhatikan aspek tumbuh kembang anak. Tumbuh kembang merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara fisik maupun psikososial (Nursalam dkk., 2005). Tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan bio-psikososial, dan perilaku. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda yang memberikan ciri tersendiri pada setiap anak (Soetjiningsih, 1995). Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan berkesinambungan. Salah satu tahap tumbuh kembang yang dilalui anak adalah masa prasekolah akhir (4-5 tahun). Pada anak usia 4-5 tahun perkembangan yang 1
paling menonjol adalah keterampilan motorik. Menurut Wijaya (2008), perkembangan motorik sangat berkaitan erat dengan kegiatan fisik. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik terbagi menjadi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Menurut Frankenburg dkk. (1981) dalam Soetjiningsih (1995), motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Perkembangan motorik kasar pada anak usia 4 tahun yaitu anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya. Pada anak usia 5 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya bertambah dan menyenangi kegiatan lomba. Perkembangan motorik halus pada anak usia 4 tahun sangat berkembang bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian, anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada anak usia 5 tahun telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan (Silawati, 2008). 2
Hal yang dapat dilakukan orang tua agar perkembangan motorik kasar dan motorik halus anaknya optimal adalah dengan memberikan stimulasi pada anak. Stimulasi dapat dilakukan oleh orang tua terutama adalah ibu, karena yang lebih banyak mengawasi perkembangan anak sehari-hari (Nursalam dkk., 2005). Peranan ibu tentang perkembangan anak sangat diperlukan untuk membantu anak dalam mencapai tumbuh kembang yang optimal. Oleh karena itu, seorang ibu harus mempunyai pengetahuan yang baik tentang perkembangan anak. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengaruh pengetahuan terhadap perkembangan anak sangat penting sebab ibu yang mempunyai cukup pengetahuan dan pendidikan yang tinggi akan lebih memperhatikan perkembangan anaknya (Notoatmodjo, 2003). Sebaliknya, jika ibu tidak memperhatikan perkembangan anak dan tidak memberikan stimulasi terhadap perkembangannya, maka anak akan mengalami keterlambatan dalam perkembangan (Suherman, 2000). Jika hal ini terjadi, maka dikemudian hari akan berdampak pada kepribadian anak yaitu anak merasa kurang percaya diri, raguragu dalam bertindak, kurang bahagia dalam berinteraksi sehingga anak menjadi introvert atau tidak diterima oleh lingkungannya (Hurlock, 1999). Menurut hasil penelitian Apriliana (2006), yang dilakukan di Desa Pucangrejo Wilayah Kerja Puskesmas Gemuh Kendal mengenai hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik dengan tingkat perkembangan motorik 3
kasar anak usia prasekolah (3-5 tahun) dengan hasil pengetahuan ibu tinggi (30,8%), dan perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah (3-5 tahun) baik (38,5%). Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah (3-5 tahun). Berdasarkan hasil survey dan wawancara yang telah peneliti lakukan pada tanggal 16 Januari 2009 dengan 15 ibu yang mempunyai anak usia 4-5 tahun di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 7 Semarang didapatkan data bahwa 9 orang mengaku tidak pernah membaca buku-buku yang berkaitan tentang perkembangan anak atau mencari informasi tentang kesehatan keluarga dari media massa. Para ibu juga tidak mengetahui tugas perkembangan yang harus dicapai anak usia 4-5 tahun sehingga membiarkan perkembangan motorik kasar dan motorik halus pada anak berjalan begitu saja tanpa memberikan stimulasi pada perkembangan anaknya. Perkembangan anak usia 4-5 tahun di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 7 Semarang ada yang tidak sesuai dengan umur, misalnya: ada anak yang belum dapat menulis beberapa huruf, memotong bentuk-bentuk sederhana, dan melompat dengan satu kaki. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka dilakukan kegiatan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang perkembangan anak dengan perkembangan motorik kasar dan halus anak usia 4-5 tahun di TK Aisyiyah Bustanul Atfal 7 Semarang. 4
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas bahwa anak usia 4-5 tahun lebih menonjol pada perkembangan motorik yaitu motorik kasar dan motorik halus karena dalam masa ini anak lebih mengembangkan keterampilan fisik. Oleh karena itu, peran ibu dalam memantau perkembangan anak sangat penting terutama dalam perkembangan motorik kasar dan motorik halus anak usia 4-5 tahun. Apabila dalam masa ini perkembangan anak tidak terpantau dengan baik akan berdampak pada keterlambatan perkembangan, maka hendaknya seorang ibu perlu mempunyai pengetahuan yang baik tentang perkembangan anak. Jadi, dapat dirumuskan masalah dari penelitian yaitu apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang perkembangan anak dengan perkembangan motorik kasar dan motorik halus anak usia 4-5 tahun di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 7 Semarang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum : Mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang perkembangan anak dengan perkembangan motorik kasar dan motorik halus anak usia 4-5 tahun. 2. Tujuan khusus : a) Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang perkembangan anak. b) Mengidentifikasi perkembangan motorik kasar anak usia 4-5 tahun. c) Mengidentifikasi perkembangan motorik halus anak usia 4-5 tahun. 5
d) Menganalisis hubungan pengetahuan ibu tentang perkembangan anak dengan perkembangan motorik kasar anak usia 4-5 tahun. e) Menganalisis hubungan pengetahuan ibu tentang perkembangan anak dengan perkembangan motorik halus anak usia 4-5 tahun. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Profesi Keperawatan : Sebagai bahan untuk mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan di lapangan tentang perkembangan motorik kasar dan halus anak usia 4-5 tahun. 2. Bagi Instansi Pendidikan : Sebgai masukan agar lebih memperhatikan perkembangan anak terutama perkembangan motorik kasar dan motorik halus anak usia 4-5 tahun. 2. Bagi Peneliti : Sebagai dasar penelitian lebih lanjut dan mengetahui adanya perkembangan yang lebih lanjut terutama dalam perkembangan motorik kasar dan halus anak usia 4-5 tahun. 3. Bagi Masyarakat : Dapat memberikan pemahaman ibu tentang perkembangan anak usia 4-5 tahun. E. Bidang Ilmu Penelitian ini dilakukan dalam bidang ilmu keperawatan anak. 6
7