IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Perlakuan terhadap Volume Usus Besar Pasca Transportasi Rataan volume usus besar ayam broiler pada berbagai perlakuan pasca transportasi disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Volume Usus Besar Pasca Transportasi Ulangan Perlakuan (ml) P0 P1 P2 P3 P4 1 7 9 9 4 10 2 8 6 7 8 6 3 9 5 6 12 5 4 8 9 8 7 6 Rataan 8 7,25 7,5 7,75 6,75 Standar Deviasi 0,82 2,06 1,29 3,30 2,22 Keterangan: P0 = Tanpa pemberian probiotik P1 = Probiotik (Lactobacillus plantarum + Lactobacillus acidophilus) P2 = Probiotik (Lactobacillus plantarum + Trichosporon beigelii) P3 = Probiotik (Lactobacillus acidophilus + Cryptococcus humicolus) P4 = Probiotik (Triscosporon beigelii + Cryptococcus humicolus) Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 7, dapat dilihat bahwa rataan volume berkisar 6,75 ml sampai dengan 8 ml. Rataan volume usus besar yang terendah diperoleh pada P4 (Cryptococcus humicolus + Trichosporon beiglii) sebesar 6,75 ml, dan rataan tertinggi volume usus besar ditunjukkan pada P0 (tanpa pemberian probiotik) sebesar 8 ml. Hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa pemberian kombinasi probiotik bakteri dan yeast dapat menurunkan volume usus besar. Kombinasi probiotik yang mempunyai volume usus besar yang paling rendah dicapai oleh perlakuan P4 (Cryptococcus humicolus + Trichosporon beiglii), hal ini disebabkan karena kombinasi probiotik yeast dapat memperbaiki mikroflora usus dan meningkatkan
27 efisiensi pakan. Pourabedin dan Zhao (2015) menyatakan bahwa dinding sel yeast diketahui dapat menjadi probiotik dengan efisiensi untuk menstimulasi sistem imun dan memperbaiki mikroflora dalam saluran pencernaan. Mikroflora usus yang baik dapat meningkatkan kecernaan dan penyerapan nutrien pada usus besar bekerja menjadi lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Kompiang dkk (2002) bahwa probiotik dapat memperbaiki saluran pencernaan dan meningkatkan kecernaan pakan, yaitu dengan cara menekan bakteri patogen dalam saluran pencernaan sehingga mendukung perkembangan bakteri yang menguntungkan yang membantu penyerapan zat-zat makanan. Semua kombinasi probiotik mempunyai volume usus besar yang lebih rendah dibandingkan P0 yang tidak diberikan probiotik. P0 mempunyai volume yang lebih tinggi menunjukkan bahwa kecernaan pada P0 cukup rendah. Tidak diberikannya probiotik menjadikan P0 mempunyai cadangan energi yang terpakai sehingga perlakuan tanpa probiotik lebih mengalami stres daripada yang diberi perlakuan probiotik. Dalam kondisi stres, terjadi ketidakseimbangan mikrobiota usus dan mekanisme pertahanan tubuh menurun (Jin dkk., 1997), dengan adanya suplementasi probiotik, masalah tersebut bisa diminimalkan, yang membuktikan perbedaan hasil kinerja. Volume usus yang rendah menunjukkan bahwa penyerapan lebih tinggi sehingga waste product menjadi lebih sedikit dan mudah dikeluarkan. Waste product yang sedikit menandakan bahwa zat kandungan nutrisi banyak terserap dan cadangan energi di dalam tubuh meningkat sehingga apabila saat ayam ditransportasikan tidak terjadi stres karena kebutuhan energi untuk proses metabolism tercukupi. Suryadi (2011) menyatakan bahwa transportasi ternak akan
28 mengakibatkan proses metabolisme yang intensif, sehingga akan terjadi pengurasan cadangan makanan. Berdasarkan hasil sidik ragam yang terlampir pada Lampiran 3, perlakuan tidak memberikan perbedaan nyata (P>0,05) terhadap volume usus besar. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian probiotik kombinasi bakteri dan yeast selama pemeliharaan memberikan respon yang sama terhadap rataan volume usus besar, tetapi rataan dari tiap perlakuan yang diberikan probiotik cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang tidak diberikan probiotik. Fuller (1992) menyatakan bahwa probiotik adalah mikrobia hidup sebagai suplemen yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi kesehatan melalui peningkatan keseimbangan mikrobia dalam saluran pencernaan. Hasil penelitian Mikulec dkk. (1999) menunjukkan probiotik mempunyai pengaruh yang menguntungkan terhadap pertumbuhan massa tubuh dan peningkatan konversi pakan ayam broiler bila kadar protein kasar dalam makanan tidak efisien. 4.2. Pengaruh Perlakuan terhadap Panjang Usus Besar Pasca Transportasi Rataan panjang usus besar ayam broiler pada berbagai perlakuan pasca transportasi disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Rataan Panjang Usus Besar Ayam Broiler Pasca Transportasi. Ulangan Perlakuan (cm) P0 P1 P2 P3 P4 1 12,00 10,00 8,00 9,50 9,40 2 12,00 9,00 4,50 9,00 14,00 3 9,50 7,00 6,70 6,50 7,50 4 9,00 10,00 8,00 8,50 8,00 Rataan 10,63 9,00 6,80 8,38 9,73 Standar Deviasi 1,60 1,41 1,65 1,31 2,96
29 Keterangan: P0 = Tanpa pemberian probiotik P1 = Probiotik (Lactobacillus plantarum + Lactobacillus acidophilus) P2 = Probiotik (Lactobacillus plantarum + Trichosporon beigelii) P3 = Probiotik (Lactobacillus acidophilus + Cryptococcus humicolus) P4 = Probiotik (Triscosporon beigelii + Cryptococcus humicolus) Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 8, dapat dilihat bahwa rataan panjang usus besar terendah ditunjukkan pada P2 (Lactobacillus plantarum + Trichosporon beigelii) sebesar 6,8 cm kemudian diikuti dengan P3 (Lactobacillus acidophilus + Cryptococcus humicolus) sebesar 8,38 cm, P1 (Lactobacillus plantarum + Lactobacillus acidophilus) sebesar 9 cm dan P4 (Triscosporon beigelii + Cryptococcus humicolus) sebesar 9,73 cm. Rataan terendah diperoleh pada P0 (tanpa pemberian probiotik) sebesar 10,63 cm. Hasil pengamatan pada tabel 8 menunjukkan bahwa P0 (tanpa probiotik) mempunyai panjang usus yang sesuai standar yaitu 10 cm (Suprijatna dkk., 2008). Hal ini juga menunjukkan bahwa perlakuan probiotik mempunyai ukuran usus yang lebih pendek jika dibandingkan dengan standar. Diantara perlakuan probiotik lainnya, P4 dengan kombinasi probiotik yeast mempunyai rataan yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena sel yeast mempunyai ukuran yang lebih besar daripada bakteri sehingga kombinasi yeast pada P4 mempunyai rataan panjang usus besar yang cukup tinggi. Meskipun yeast hanya sebagian kecil organisme yang menyusun mikrobiota, ukuran sel mereka 10 kali lebih besar daripada bakteri (Czerucka dkk., 2007). Rataan panjang usus besar pada semua perlakuan probiotik cenderung lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa usus besar yang diberi probiotik dapat mencerna lebih cepat dan volume isi usus besar menjadi rendah sehingga kecernaan meningkat dan bakteri patogen ikut tereleminasi. Usus besar yang lebih pendek menandakan bahwa penyerapan pada usus lebih tinggi dan jarak tempuh waste
30 product lebih pendek. Penyerapan yang tinggi menandakan bahwa banyak zat nutrisi yang terserap dan cadangan energi di dalam tubuh meningkatkan sehingga apabila dilakukan transportasi tidak terjadi stres karena kebutuhan energi terpenuhi. Salah satu pemicu kolonisasi bakteri patogen adalah stres. Stres dapat disebabkan oleh penyakit, kepadatan yang berlebih dan juga transportasi. Ketidakseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan dan menurunnya efisiensi pakan secara cepat termasuk akibat dari stresspada ternak. Diberikannya probiotik dapat membantu menyeimbangkan mikroorganisme dan juga meningkatkan efisiensi pakan karena probiotik dapat membantu perkembangan mikroorganisme non patogen. Widyastuti dan Soarianawati (1999) yang menyatakan bahwa probiotik mampu mencegah tumbuhnya bakteri atau organisme yang merugikan bagi induk semangnya, dan dapat meningkatkan kecernaan dan penyerapan nutrien pakan karena mampu merangsang peristaltis yaitu gerakan usus karena adanya kompetisi antara mikroorganisme probiotik dengan bakteri patogen guna menempel pada epithel usus sehingga secara simultan akan membantu aktivitas dan perkembangan usus. Berdasarkan hasil sidik ragam yang terlampir pada Lampiran 3, perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap panjang usus besar. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian probiotik berbagai kombinasi bakteri dan yeast selama pemeliharaan memberikan respon yang sama terhdap panjang usus besar. Secara keseluruhan, rataan dari tiap perlakuan yang diberi probiotik cenderung mengalami pemanjangan dan melebihi standar yaitu 10 cm (Suprijatna dkk., 2008). Dengan diberikannya probiotik, nutrien yang berasal dari pakan dapat diserap oleh usus besar sehingga sel usus besar menjadi lebih sehat. Probiotik juga
31 membantu mengurangi jumlah bakteri patogen dan dapat membantu perkembangan bakteri asam laktat di dalam sekum. Probiotik sangat penting bagi tubuh karena menunjukkan peranan fisiologis yang penting dalam menjaga keseimbangan mikroflora saluran pencernaan sehingga terbentuk suatu ekosistem yang unik, yaitu terjadi interaksi yang kompleks yang bekerja secara sinergis dan antagonistis tergantung dari strain yang terlibat, jumlah dan aktivitas metaboliknya (Kneifel dkk., 1999) 4.3. Pengaruh Perlakuan terhadap ph Usus Besar Pasca Transportasi Rataan ph usus besar ayam broiler pada berbagai perlakuan pasca transportasi disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Rataan ph Usus Besar Ayam Broiler Pasca Transportasi Ulangan Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 1 6,85 6,75 6,70 6,75 6,25 2 6,55 7,05 6,90 5,85 6,90 3 6,40 6,35 6,75 7,00 6,45 4 6,80 6,20 6,40 6,90 6,70 Rataan 6,65 6,59 6,69 6,63 6,58 Standar Deviasi 0,21 0,39 0,21 0,53 0,28 Keterangan: P0 = Tanpa pemberian probiotik P1 = Probiotik (Lactobacillus plantarum + Lactobacillus acidophilus) P2 = Probiotik (Lactobacillus plantarum + Trichosporon beigelii) P3 = Probiotik (Lactobacillus acidophilus + Cryptococcus humicolus) P4 = Probiotik (Triscosporon beigelii + Cryptococcus humicolus) Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 9, dapat dilihat bahwa rataan ph usus besar terendah ditunjukkan pada P4 (Triscosporon beigelii + Cryptococcus humicolus) sebesar 6,58 dan P1 (Lactobacillus plantarum + Lactobacillus acidophilus) sebesar 6,59, kemudian diikuti oleh P3 (Lactobacillus acidophilus + Cryptococcus humicolus) sebesar 6,63 dan rataan ph usus besar tertinggi
32 ditunjukkan pada P2 (Lactobacillus plantarum + Trichosporon beigelii) sebesar 6,69 dan P0 (tanpa pemberian probiotik) sebesar 6,65. Tabel 9 dapat menunjukkan bahwa semua perlakuan mempunyai ph usus besar yang berada pada kisaran normal sesuai dengan pendapat Mabelle dkk (2013) yaitu sekitar 6,20. Hal ini menandakan bahwa kombinasi probiotik dapat mempertahankan keseimbangan ph di dalam usus besar dalam keadaan normal. Bakteri asam laktat dapat mempertahankan ph sehingga terjadi keseimbangan lingkungan mikrobiota dalam usus besar. Siegumfeldt dkk., (2000) menyatakan bahwa bakteri asam laktat mampu mempertahankan ph intraseluler lebih alkali daripada ph ekstraseluler, tetapi penurunan ph intraseluler tetap berlangsung seiring dengan menurunnya ph ekstraseluler yang mendukung toleransinya terhadap asam. Bakteri dapat menurunkan ph intraseluler sekitar menjadi netral pada saat ph ekstraseluler turun, tetapi akan menggunakan banyak energi karena perbedaan gradien proton yang besar dan mengakibatkan terjadinya akumulasi anion asam organik dalam sitosol yang beracun bagi sel (Russel, 1992). Mekanisme kerja probiotik adalah mendesak mikroorganisme non indigenous keluar dari ekosistem saluran pencernaan dan menggantikan lokasi mikroorganisme patogen di dalam saluran pencernaan. Karena probiotik berasal dari mikroorganisme indigenous, maka proses translokasi adalah alamiah dalam ekosistem usus. Mikroba patogen non indigenous merupakan benda asing, oleh karena itu didesak keluar dari saluran pencernaan, dengan demikian mekanisme probiotik dalam usus ialah mempertahankan keseimbangan, mengeliminasi mikroorganisme yang tidak diharapkan atau bakteri patogen dari induk semang (Fuller, 1997).
33 Berdasarkan hasil sidik ragam yang terlampir pada Lampiran 3, perlakuan tidak memberikan perbedaan nyata (P>0,05) terhadap ph usus besar. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian probiotik berbagai kombinasi bakteri dan yeast selama pemeliharaan memberikan respon yang sama terhadap ph usus besar, tetapi secara keseluruhan rataan dari tiap perlakuan yang diberikan masih berada kisaran normal jika dibandingkan dengan ph standar usus besar yaitu sekitar 6,20 (Mabelle dkk., 2013). Probiotik dapat berkontribusi terhadap kesehatan ternak, salah satunya yaitu melalui stimulasi sistem imun. Sistem imun perlu ditingkatkan agar meminimalisir stress pada ternak dan juga terhindar dari penyakit. Menurut Ng dkk (2009), mekanisme aksi probiotik pada sistem imun mukosa broiler tidak sepenuhnya jelas. Namun, diakui bahwa probiotik memiliki efek imunisasi. Havenaar & Spanhaak (1994) berpendapat bahwa salah satu efek modulasi kekebalan (immunemodulating) pada unggas adalah antigen yang dilepaskan oleh organisme mati adalah diserap dan dengan demikian merangsang sistem kekebalan tubuh. Menurut hasil penelitian Loddi (2003) dan Nunes (2008), antigen (lipopolisakarida dan peptidoglikan) terus-menerus dilepaskan pada lumen intestinal. Disisi lain, pelepasan ini meningkat selama proses infeksi, komponen ini mendasar dalam pengembangan dan pemeliharaan respons imun lokal (Hamann dkk., 1998; Loddi, 2003), karena mereka memiliki efek kemotaks pada sel dan sel epitelterkait dengan kekebalan mukosa, dan menyebabkan perubahan pada epitel usus inang. Perubahan yang diinduksi oleh probiotik di epitel usus ditekankan oleh penurunan ph luminal, aktivitas antimikroba dan sekresi peptida antimikroba yang menghambat invasi bakteri dan menghalangi adhesi sel epitel. (Arvola dkk., 1999).