Agrium, Oktober 2013 Volume 18 No 2

dokumen-dokumen yang mirip
PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. )

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

Agrium, April 2011 Volume 16 No 3

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH PADA APLIKASI DOSIS PUPUK ORGANIK PADAT DAN CAIR

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

Agrium ISSN (Print) ISSN (Online) Oktober 2014 Volume 19 No. 1

BAHAN METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK N (ZA) TERHADAP PERTUMBUHAN SERTA PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L)

Pupuk organik cair termasuk dalam salah satu pupuk organik yang memiliki manfaat memperbaiki sifat fisik tanah, membantu pembentukan klorofil daun,

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman kedelai ( Glycine max L. Merril) merupakan komoditi pertanian. kacang-kacangan lainnya. Biji kedelai mengandung 30-50% protein

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

PEMBERIAN MIKORIZA DAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays)

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Tanah

ISSN X Jurnal AGROTEK Vol 5, No 6 April 2017

Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Dengan Pemberian Pupuk Kandang Sapi Dan Pupuk Fosfat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PENGARUH PUPUK HIJAU Calopogonium mucunoides DAN FOSFOR TERHADAP SIFAT AGRONOMIS DAN KOMPONEN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)

I. PENDAHULUAN. terus bermunculannya berbagai jenis industri yang mengolah bahan baku yang

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK PELANGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TERUNG (Solanum Melongena L)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

Agrium, Oktober 2013 Volume 18 No 2

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

Volume 11 Nomor 2 September 2014

MEASURES FOR INCREASING PRODUCTION GROWTH AND SWEET CORN

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.) pada Pemberian Pupuk Cair

Vol 3 No 1. Januari - Maret 2014 ISSN :

PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merill)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka memengaruhi peserta. memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan

Agrium, April 2013 Volume 18 No 1

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

Jurnal Online Agroekoteaknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

Agrium, April 2013 Volume 18 No 1

Pengaruh BAP ( 6-Benzylaminopurine ) dan Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Vol 2 No. 1 Januari - Maret 2013 ISSN :

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Terhadap Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair dan Aplikasi Pupuk NPK

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine Max L. (MERILL)) DENGAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Varietas Tidar Berdasarkan Dosis Pupuk Organik Padat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG

RESPON PEMBERIAN PUPUK BOKASHI AMPAS TEBU DAN PUPUK BOKASHI ECENG GONDOK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) Merril)

PENDAHULUAN. penting di Indonesia. Kandungan protein kedelai sangat tinggi, sekitar 35%-40%

ABSTRACT. APLIKASI BEBERAPA JENIS COMPOST TEA TERHADAP PERUBAHAN JUMLAH MIKROORGANISME TANAH INCEPTISOL, PRODUKSI DAN KUALITAS SAWI (Brassica juncea)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pertumbuhan tanaman bayam cabut (Amaranthus

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) DENGAN PEMBERIAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DAN PUPUK KANDANG AYAM

Potential Rhizobium and Urea Fertilizer to Soybean Production (Glycine max L.) on The Former Rice Field

GROWTH AND PRODUCTION RESPONSE OF MUNGBEAN (Vigna radiata L.) ON PALM MALE FLOWER COMPOST AND RABBIT URINE APPLICATION

Agrium, Oktober 2011 Volume 17 No 1

PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK DAN PUPUK PELENGKAP PLANT CATALYST TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.

RESPON PENAMBAHAN ABU SEKAM DAN DOLOMIT TERHADAP PERTUMBUHAN KEDELAI DI TANAH ALFISOL Aditya Perdanatika 1, Suntoro 2, Pardjanto 2

PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L)

KERAGAAN PERTUMBUHAN JAGUNG DENGAN PEMBERIAN PUPUK HIJAU DISERTAI PEMUPUKAN N DAN P

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

Jurnal Cendekia Vol 12 No 2 Mei 2014 ISSN

EFEKTIVITAS PEMBERIAN EM (Effective Microorganism) TERHADAP PERTUMBUHAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA CAMPURAN PAKIS CACAH DAN ARANG SEKAM SKRIPSI

169 ZIRAA AH, Volume 35 Nomor 3, Oktober 2012 Halaman ISSN

I. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Wakifatul Hisani, Andi Muhammad Israwan Mallawa

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR KULIT PISANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) MASAYU NPM.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHU LUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan jagung. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein 30-50%, lemak

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair Urin Kambing Pada Beberapa Jarak Tanam

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.)TERHADAP MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR SKRIPSI OLEH

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

PENGARUH CAMPURAN MEDIA TUMBUH DAN DOSIS PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PEMBIBITAN

Transkripsi:

Agrium, Oktober 213 Volume 18 No 2 RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max L.) AKIBAT PEMBERIAN LIMBAH PADAT (SLUDGE) KELAPA SAWIT DAN PUPUK CAIR ORGANIK Efrida Lubis dan Wan Arfiani Barus Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian UMSU Medan Email: efridalubis@rocketmail.com Abstract The objective of research was to determinate of growth and production of Soja max (Glycine max L.) with provision sludge oil palm andorganic liquid manure. This research was conducted using Randomized Design Group (RAK) factorial with two factors, namely : sludge (S) which consist of three extent that to S = Without Giving, S 1 = 2,5 kg/plot, and S 2 = 5 kg/plot. While organic liquid manure complete (B) which consist of three standart are, B = Without Giving, B 1 = 5 cc/l water, and B 2 = 1 cc/l water. Key words : Production, soja max, Sludge, organic liquid manure Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi tanamankedelai (Glycine max L.) terhadap pemberian Sludge kelapa sawit dan pupuk cair organik. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor yang diteliti yaitu : Sludge (S) terdiri atas 3 taraf yaitu S = Tanpa pemberian, S 1 = 2,5 kg/plot, dan S 2 = 5 kg/plot. Sedangkan Pupuk cair organik biogrow complete dengan menggunakan 3 taraf yaitu : B = Tanpa pemberian, B 1 = 5 cc/l air, dan B 2 = 1 cc/l air. Kata Kunci : Produksi, Kedelai, Sludge, pupuk cair organik A. PENDAHULUAN Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun selalu meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan perkapita. Oleh karena itu, diperlukan suplai kedelai tambahan yang harus diimpor karena produksi dalam negeri belum dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Lahan budidaya kedelai pun diperluas dan produktivitasnya ditingkatkan. Untuk pencapaian usaha tersebut, diperlukan pengenalan mengenai tanaman kedelai yang lebih mendalam. 1 Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan tanaman kedelai adalah tersedianya benih bermutu dengan daya kecambah > 85 %. Untuk menghasilkan benih bermutu dan berdaya kecambah tinggi diperlukan penanganan panen yang tepat. 2 Potensi produktivitas yang tinggi dapat dicapai bila didukung komponen-komponen teknologi anjuran seperi cara tanam, penyiapan lahan, pemupukan atau pengendalian hama. 3 Pertumbuhan tanaman kedelai sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanah, namun tanah yang subur tidak hanya dapat dilihat dari keadaan fisiknya saja tetapi juga kandungan atau efektifitas jasad yang ada di dalam tanah. Aktivitas jasad di dalam tanah ternyata banyak memberikan peran dalam menjaga kesuburan tanah. Pada tahun terakhir ini banyak dilakukan penggantian pupuk buatan menjadi pupuk organik karena pupuk buatan sekarang ini harganya cukup mahal yang berdampak sangat berbahaya. Salah satu pupuk organik yang banyak digunakan saat ini pada tanaman kedelai adalah Inokulum Rhizobium. Dalam proses pertumbuhanya tanaman kedelai membutuhkan nitrogen dalam jumlah yang cukup. Yang berfumgsi untuk pembentukan asam amino (protein). Umumnya Nitrogen dapat melalui udara dengan bantuan bintil-bintil akar yang mengandung bakteri Rhizobium. Bakteri bersimbiois dengan tanaman kedelai sehingga tanaman dapat memanfaatkan Nitrogen dari udara. 4 Sludge mengandung unsur hara nitrogen, fosfor, kalium, magnesium, dan kalsium yang cukup tinggi sehingga dapat diasumsikan sebagai pengganti pupuk. Komponen Limbah kelapa sawit yaitu selulosa, lignin yang disebut sebagai limbah lignoselulosa. 5 Sludge berasal dari proses fermentasi dan kemudian mengendap didasar bak yang memiliki persentase sekitar 23%/ton TBS, kandungan unsur hara per ton sludge adalah.37% N (8 kg Urea),.4 % P (2.9 kg RP),.91 % K (18.3 kg MOP), dan.8 % Mg (5 kg Kieserite). Unsur hara yang dikandung dalam sludge dan penggabungan dengan pupuk organik cair 112

Efrida Lubis dan Wan Arfiani Barus organik berharap pertumbuhan dan produksi kedelai dapat meningkat. Dalam pemupukan beberapa hal penting yang harus diperhatikan adalah jenis tanaman, kondisi tanaman, pupuk, waktu pemberian. Jika ketiga hal ini terpenuhi, maka efisiensi dan efektivitas pemupukan akan tercapai. 6 Dari kandungan unsur hara yang ada pada sludge dan pupuk cair organik tersebut saya ingin menguji dan melihat respon pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai akibat pemberian dari kedua faktor tersebut. Penelitian dilakukan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produsi kedelai (Glycine max L.) akibat pemberian limbah padat (sludge) kelapa sawit dan pupuk cair organik. B. METODE PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan di lahan BPTD Jln Kesuma. Medan Estate Kecamatan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, April 213 sampai Juli 213. Dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan dua faktor : Faktor Pertama adalah : Limbah Padat (sludge)kelapa sawit terdiri dari 3 taraf S = Tanpa pemberian S 1 = 2,5 kg/plot S 2 = 5 kg/plot Faktor Kedua adalah : PupukCair Organik Complete terdiri dar 3 taraf B = Tanpa pemberian B 1 =5 cc/ liter air B 2 =1 cc/liter air C. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman (cm) Hasil pengujian sidik ragam tinggi tanaman kedelai umur 4 MST dengan pemberian sludge menunjukkan hasil yang berbeda nyata sedangkan pupuk cair organik dan interaksinya memberikan hasil berbeda tidak nyata. Untuk melihat perbedaannya dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman kedelai tertinggi akibat pemberian SLUDGE (S)terdapat pada perlakuan S 2 dengan dosis 5 kg/plot yaitu 42,2 cm, namun berbeda nyata dengan S (33,51 cm) dan S 1 (34,75 cm). Umur 5 MST menunjukkan hasil berbeda nyata sedangkan interaksi berbeda tidak nyata. Dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman Kedelai Akibat Pemberian SLUDGE dan Pupuk Cair Organik 4 MST S 3,42 36,36 33,76 33,51b S 1 36,2 28,3 4,19 34,75b S 2 41,5 4,45 44,56 42,2a Rataan 35,83 34,95 39,5 Tabel 2. Rataan Tinggi Tanaman Kedelai Akibat Pemberian SLUDGE dan Pupuk Cair Organik Umur 5 MST S 42,26 45,17 44,33 43,92c S 1 51,6 4,9 56,73 49,56b S 2 5,76 56,44 61,44 56,21a Rataan 48,3b 47,5bc 54,17a Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa tanaman kedelai tertinggi terdapat pada perlakuan S 2 yaitu 56,21 cm yang berbeda nyata dengan S (43,92 cm) dan S 1 (49,56 cm), dan S 1 berbeda nyata dengan S., Sedangkan pemberian pupuk organik terdapat pada perlakuan B 2 yaitu 54,17 cm, berbeda nyata dengan B (48,3 cm) dan B 1 (47,5 cm). Hubungan tinggi tanaman dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 bahwa tinggi tanaman kedelai mengalami peningkatan seiring dengan penambahan dosis SLUDGE dan menunjukkan hubungan linier yang positif. Hubungan antara tinggi tanaman dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 bahwa tinggi tanaman kedelai mengalami peningkatan seiring dengan penambahan dosis pupuk cair organik biogrow dan menunjukkan hubungan linier positif. 113

Tinggi Tanaman 5 MST (cm) Tinggi Tanaman 6 MST (cm) Tinggi Tanaman (cm) RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI Ŷ = 2,458x + 43,75 r =,997 Ŷ = 32,5-1,72x r =,856-1 1 3 5 Gambar 1. Hubungan Tinggi Tanaman Kedelai Umur 4 dan 5 MST terhadap Pemberian SLUDGE 8 6 4 2 8 6 4 2 Dosis SLUDGE (kg/plot) Ŷ = 45,61 + 1,341x r =,72 4 MST 5 MST 5 1 Dosis (cc/ml) Gambar 2. Hubungan Tinggi Tanaman Kedelai Umur 5 MST Terhadap Pemberian Pupuk Cair Organik Analisis sidik ragam, berpengaruh nyata terhadap panjang tanaman kedelai, terutama pada umur 6 MST. Hasil uji lanjut Duncan dengan taraf signifikasi 5% memberikan hasil yang berbeda nyata, demikian juga interaksi Untuk melihat perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa tanaman kedelai tertinggi terdapat perlakuan S1 5 kg/plot yaitu 67,85cm, namun berbeda nyata dengan S (54,98 cm) dan S 2 (61,42 cm). Sedangkanpemberian pupuk cair organik biogrow (B) (B 2 : 1 cc/l air) yaitu (65,56 cm) yang berbeda nyata dengan B (6,33 cm) dan B 1 (61,42 cm). Tabel 3. Rataan Tinggi Tanaman Kedelai Akibat Pemberian SLUDGE dan Pupuk Cair Organik Umur 6 MST S 54,59gh 54,77fg 55,57ef 54,98 S 1 64,57cd 51,25hi 68,43bc 61,42 S 2 61,82de 69,6ab 72,67a 67,85 Rataan 6,33 58,36 65,56 Interaksi juga berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, terdapat pada perlakuan S 2 B 2 (72,67 cm) yang berbeda nyata dengan semua kombinasi perlakuan. Berdasarkan kombinasi umur 6 MST dapat dilihat pada Gambar 3. 9 (S2)Ŷ = 62,42+1,85x r=,964 75 6 45 3 15 (S1)Ŷ= 52,82-1,718x r =,98 (S)Ŷ=54,48-,98x r =,882 5 1 Dosis SLUDGE x SLUDGE (S) SLUDGE (S1) SLUDGE (S2) Gambar 3. Hubungan Tinggi Tanaman Kedelai Umur 6 MST terhadap Pemberian SLUDGE dan Pupuk Cair Organik Gambar 3 menunjukkan bahwa tinggi tanaman kedelai mengalami peningkatan seiring dengan penambahan dosis SLUDGE dan pupuk cair organik menunjukkan hubungan linier yang positif dengan persamaan Ŷ= 62,42 -,85x dengan nilai r =,964 dan persamaan 114

Luas Daun (cm) Efrida Lubis dan Wan Arfiani Barus Ŷ= 52,82-1,718x dengan nilai r =,98 dan Ŷ = 54,84,98x dengan nilai r =,882. Luas Daun (cm) Hasil pengujian sidik ragam bahwa luas daun tanaman kedelai pada umur 4 MST dengan pemberian limbah padat SLUDGE menunjukkan hasil yang berbeda nyata sedangkan pupuk cair organik biogrow dan interaksinya menunjukkan hasil berbeda tidak nyata. Untuk melihat perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Luas Daun Tanaman Kedelai Akibat Pemberian SLUDGE dan Pupuk Cair Organik Umur 4 MST S 35,18 4,4 37,7 37,43b S 1 4,3 39,8 45,69 41,6b S 2 45,78 51,5 51,59 49,62a Rataan 4,33 43,54 44,78 Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa luas daun tanaman kedelai terluas akibat pemberian SLUDGE (S) terdapat pada perlakuan S 2 dengan dosis 5 kg/plot (49,62), namun berbeda nyata dengan S (37,43) dan S 1 (41,6). Pada umur 5 MST menunjukkan bahwa pemberian SLUDGE (S) menunjukan hasil yang berbeda nyata, pemberian pupuk cair organik biogrow dan interaksinya (S x B) memberikan hasil berbeda tidak nyata. Untuk melihat perbedaan dapat dilihat pada Tabel 5. Dari Tabel 5 menunjukkan bahwa luas daun tertinggi terdapat pada perlakuan S 2 (54,16) yang berbeda nyata dengan S (41,45) dan S 1 (45,48), sedangkan Pemberian SLUDGE menunjukkan bahwa luas daun tertinggi umur 6 MST terdapat pada perlakuan S 2 (59,3) yang berbeda nyata dengan S (45,7) dan S 1 (5,5). Pada umur 6 MST menunjukkan bahwa pemberian SLUDGE (S) menunjukan hasil yang berbeda nyata, pemberian pupuk cair organik biogrow dan interaksinya (S x B) memberikan hasil berbeda tidak nyata. Untuk melihat perbedaan dapat dilihat pada Tabel 6. Hubungan antara luas daun tanaman kedelai dengan pemberian SLUDGE umur 4, 5 dan 6 MST dapat dilihat pada Gambar 4. Tabel 5. Rataan Luas Daun Tanaman Kedelai Akibat Pemberian SLUDGE dan Pupuk Cair Organik Umur 5 MST S 39,4 45,15 4,15 41,45b S 1 43,58 41,5 51,35 45,48b S 2 5,39 56 56,1 54,16a Rataan 44,34 47,55 49,2 Tabel 6. Rataan Luas Daun Tanaman Kedelai Akibat Pemberian SLUDGE dan Pupuk Cair Organik Umur 6 MST S 43,5 49,77 43,82 45,7b S 1 48,3 45,27 56,58 5,5b S 2 54,83 6,73 61,54 59,3a Rataan 48,88 51,92 53,98 8 6 4 2 Ŷ = 49,56-1,882x r =,999 Ŷ = 37,39-1,654x r =,999 Ŷ = 41,48-1,69x r =,997-1 1 3 5 Dosis SLUDGE (kg/plot) 4 MST 5 MST 6 MST Gambar 4. Hubungan Luas Daun Tanaman Kedelai Umur 4, 5 dan 6 MST terhadap Pemberian SLUDGE Gambar 4 menunjukkan bahwa luas daun tanaman kedelai mengalami peningkatan seiring dengan penambahan dosis SLUDGE umur 4, 5 dan 6 MST dan menunjukkan hubungan linier yang positif. Umur Berbunga (hari) Dari hasil pengujian sidik ragam terlihat bahwa pemberian SLUDGE (S) memberikan pengaruh nyata, sedangkan pupuk cair organik 115

Umur Berbunga (hari) RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI biogrow (B) dan kombinasi (S x B) berpengaruh tidak nyata. Untuk melihat perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Umur Berbunga Tanaman Kedelai Akibat Pemberian SLUDGE dan Pupuk Cair Organik S 44 44 43 43,67a S 1 43 41,33 41,33 41,89b S 2 43,33 43,67 41,33 42,78ab Rataan 43,44 43 41,89 Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan SLUDGE pada umur berbunga tanaman kedelai tercepat terdapat pada perlakuan S yaitu (43,67 hari) yang berbeda tidak nyata dengan S 2 (42,78 hari), namun S (43, 67 hari) berbeda nyata dengan S 1 (42,78 hari). Hubungan antara umur berbunga tanaman kedelai dengan pemberian SLUDGE dapat dilihat pada Gambar 5. 75 6 45 3 Ŷ = 43,24-,178x 15 r = -,5-1 1 3 5 Dosis SLUDGE (kg /plot) Gambar 5. Hubungan Umur Berbunga Tanaman Kedelai Terhadap Pemberian SLUDGE Gambar 5 bahwa umur berbunga tanaman kedelai mengalami percepatan / lebih awal seiring dengan penambahan dosis SLUDGE dan menunjukkan hubungan linier yang positif. Jumlah Klorofil Daun Berdasarkan hasil analisis sidik ragam untuk parameter jumlah klorofil daun umur 4 MST dengan pemberian SLUDGE (S) menunjukan hasil yang berbeda nyata dan pemberian pupuk cair organik biogrow (B) dan interaksinya (S x B) menunjukkan hasil berbeda tidak nyata. Untuk melihat perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rataan Jumlah Klorofil Tanaman Kedelai Akibat Pemberian SLUDGE dan Pupuk Cair Organik Umur 4 MST S 32,91 32,28 33,6 32,93b S 1 33,14 32,83 33,99 33,32b S 2 34,9 35,91 35,75 35,25a Rataan 33,38 33,67 34,45 Dari Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah klorofil tanaman kedelai tertinggi dengan pemberian SLUDGE (S) terdapat pada perlakuan S 2 dengan dosis 5 kg/plot (35,25), namun berbeda nyata dengan S (32,93) dan S 1 (33,32). Pada umur 5 MST menunjukkan bahwa pemberian SLUDGE (S) menunjukan hasil yang berbeda nyata sedangkan pemberian pupuk cair organik biogrow (B) dan interaksinya (S x B) memberikan hasil berbeda tidak nyata. Untuk melihat perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Dari Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah klorofil tanaman kedelai tertinggi akibat pemberian SLUDGE (S) terdapat pada perlakuan S 2 dengan dosis 5 kg/plot (4,59), namun berbeda nyata dengan S (37,91) dan S 1 (38,44). Pada umur 6 MST menunjukkan bahwa pemberian SLUDGE (S) menunjukan hasil yang berbeda nyata sedangkan pemberian pupuk cair organik biogrow dan interaksinya (S x B) memberikan hasil berbeda tidak nyata. Untuk melihat perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah klorofil tanaman kedelai tertinggi akibat pemberian SLUDGE (S) terdapat pada perlakuan S 2 dengan dosis 5 kg/plot (44,15), namun memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan S (42,31) dan S 1 (42,43). Hubungan antara jumlah klorofil tanaman kedelai dengan pemberian SLUDGE umur 4, 5, dan 6 MST dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 menunjukkan bahwa klorofil daun tanaman kedelai mengalami peningkatan seiring dengan penambahan dosis 116

Jumlah Klorofil Daun Efrida Lubis dan Wan Arfiani Barus SLUDGE umur 4, 5 dan 6 MST yang menunjukkan hubungan linier yang positif. Tabel 9. Rataan Klorofil Daun Tanaman Kedelai Akibat Pemberian SLUDGE dan Pupuk Cair Organik Umur 5 MST S 38,11 37,7 38,55 37,91b S 1 4,5 38,27 36,99 38,44b S 2 39,84 4,53 41,39 4,59a Rataan 39,33 38,62 38,98 Tabel 1. Rataan Jumlah Klorofil Tanaman Kedelai Akibat Pemberian SLUDGE dan Pupuk Cair Organik Umur 6 MST S 42,28 41,67 42,98 42,31b S 1 42,88 42,4 42,37 42,43b S 2 43,61 43,87 44,97 44,15a Rataan 42,92 42,53 43,44 Produksi Per Tanaman (kg) Hasil analisis sidik ragam, pada parameter produksi per tanaman menunjukkan bahwa pemberian SLUDGE dan pupuk cair organik berpengaruh nyata. Hasil uji lanjut Duncan memberikan hasil yang berbeda nyata, demikian juga interaksi keduanya. Untuk melihat perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 11. Dari Tabel 11 menunjukkan bahwa produksi per tanaman kedelai tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian SLUDGE (S) (S 1 : 2,5 kg/plot) yaitu (,23 kg), namun berbeda nyata dengan S (,18 kg) dan S 2 (,2 kg). Sedangkanpemberian pupuk cair organik biogrow (B) (B 2 : 1 cc/l air) yaitu (,21 kg) dan B 1 (,21kg).berbeda nyata terhadap B (3,55 kg). Interaksi pemberian SLUDGE dan pupuk cair organik (S x B) juga berbeda nyata produksi per tanaman tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan S 1 B 1 (,28 kg) yang berbeda nyata pada semua kombinasi perlakuan, namun pada perlakuan S 1 B berpengaruh nyata terhadap perlakuan S 2 B 2, dan lainnya, namun tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan S 2 B 1. 6 45 3 Ŷ = 35,54-1,78x r =,986 Ŷ= 33,2-1,876x r =,998 15 Ŷ = 33,5-1,822x r =,994-1 1 3 5 Dosis SLUDGE (kg/plot) 4 MST 5 MST 6 MST Gambar 6. Hubungan Klorofil Daun Tanaman Kedelai Umur 4, 5 dan 6 MST terhadap Pemberian SLUDGE Tabel 11. Rataan Produksi Per Tanaman Kedelai Akibat Pemberian SLUDGE dan Pupuk Cair Organik S,17gh,18fg,18ef,18 S 1,22c,28a,18de,23 S 2,15hi,18cd,27ab,2 Rataan,18,21,21 Hubungan kombinasi kedua perlakuan dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 menunjukkan bahwa produksi per tanaman kedelai mengalami peningkatan seiring dengan penambahan dosis SLUDGE dan pupuk cair organik dan menunjukkan hubungan linier yang positif pada SLUDGE dan pupuk cair organik Produksi Per Plot (kg) Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, pada parameter produksi per plot menunjukkan bahwa pemberian SLUDGE dan pupuk cair organik biogrow berpengaruh nyata. Hasil uji lanjut Duncan memberikan hasil yang berbeda 117

Produksi Per tanaman (kg) Produksi per Plot (kg) RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI nyata, demikian juga interaksi memberikan hasil yang berbeda nyata. Untuk melihat perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 12.,3,2,1 (S)Ŷ=,171 -,1x r =,75 (S1)Ŷ =,176 -,1x r =,986 5 1 (S2)Ŷ =,14 -,12x r =,923 Dosis SLUDGE x SLUDGE(S) SLUDGE(S1) SLUDGE(S2) Gambar 7. Hubungan Produksi Per Tanaman Kedelai Terhadap Pemberian SLUDGE dan Pupuk Cair Organik Tabel 12. Rataan Produksi Per Plot Tanama Kedelai Akibat Pemberian SLUDGE dan Pupuk Cair Organik S 3,33gh 3,67fg 3,67ef 3,56 S 1 4,33c 5,67a 3,67de 4,56 S 2 3,hi 3,67cd 5,33ab 4 Rataan 3,55 4,34 4,22 Dari Tabel 12 menunjukkan bahwa produksi per plot tanaman kedelai tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian SLUDGE (S) (S 1 : 2,5 kg/plot) yaitu (4,56 kg), namun berbeda nyata dengan S (3,56 kg) dan S 2 (4, kg). Sedangkanpemberian pupuk cair organik biogrow (B) (B 1 : 5 cc/l air) yaitu (4,34 kg) yang berbeda nyata terhadap B (3,55 kg) dan B 2 (4,22 kg). Interaksi keduanya produksi per plot tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan S 1 B 1 (5,67 kg) yang berbeda nyata pada semua kombinasi perlakuan, namun pada perlakuan S 1 B berpengaruh nyata terhadap perlakuan S 2 B 2, dan perlakuan lainnya, namun tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan S 2 B 1. Berdasarkan kombinasi kedua perlakuan dapat dilihat pada Gambar 8. 6 (S1)Ŷ = 2,835 -,233x r =,943 4,5 3 1,5 (S2)Ŷ= 3,886 -,134x r =,432 (S)Ŷ = 3,386 -,34x r =,75 5 1 Dosis SLUDGE x SLUDGE(S) SLUDGE(S1) SLUDGE(S2) Gambar 8. Hubungan Produksi Per Plot Tanaman Kedelai Terhadap Pemberian SLUDGE dan Pupuk Cair Organik Gambar 8 menunjukkan bahwa produksi per-plot tanaman kedelai mengalami peningkatan seiring dengan penambahan dosis SLUDGE dan pupuk cair organik dan menunjukkan hubungan linier yang positif PEMBAHASAN Respon Pemberian SLUDGE Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada pengamatan parameter tinggi tanaman mulai umur 4-6 minggu setelah tanam (MST) dengan interval waktu pengamatan 1 minggu sekali menunjukkan peningkatan. Dari beberapa tahap pengamatan tinggi tanaman menunjukkan perbedaan yang sangat nyata, terutama pada umur 6 MST. Tanaman yang tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian SLUDGE dengan taraf 5 kg/plot (S 2 ) yaitu (67,85 cm), dan tanaman terendah terdapat pada perlakuan tanpa pemberian SLUDGE (S )yaitu (54,98 cm). Perlakuan S dan S 1 menunjukkan perbedaan yang nyata. Parameter luas daun juga menunjukkan perbedaan yang nyata, terutama pada umur 6 minggu setelah tanam (MST). Luas daun yang paling tinggi pada perlakuan pemberian SLUDGE dengan taraf 5 kg/plot (S2) yaitu (59,3 cm), dan luas terendah pada perlakuan tanpa pemberian SLUDGE (S) yaitu (45,7 cm). Perlakuan S dan S1 menunjukkan perbedaan yang nyata. 118

Efrida Lubis dan Wan Arfiani Barus Parameter umur berbunga juga menunjukkan perbedaan yang nyata, terutama pada umur 41 hari setelah tanam (HST) pada perlakuan pemberian SLUDGE dengan taraf 2,5 kg/plot (S1).dan umur berbunga yang terlama terdapat pada perlakuan tanpa pemberian SLUDGE dengan taraf kg/plot (S). Parameter jumlah klorofil daun juga menunjukkan perbedaan yang nyata, terutama pada umur 6 minggu setelah tanam (MST). Jumlah klorofil daun paling tinggi pada perlakuan pemberian SLUDGE dengan taraf 5 kg/plot (S2) yaitu (44,15), dan jumlah klorofil daun terendah terdapat pada perlakuan tanpa pemberian SLUDGE (S) dengan luas (42,31 ). Perlakuan S dan S1 menunjukkan perbedaan yang nyata. Parameter produksi per tanaman juga menunjukkan perbedaan yang nyata, produksi per tanaman paling tinggi pada perlakuan pemberian SLUDGE dengan taraf 2,5 kg/plot (S1) yaitu (,23 kg), dan produksi per tanman terendah terdapat pada perlakuan tanpa pemberian SLUDGE (S) yaitu dengan jumlah (,18 kg). Perlakuan S dan S1 menunjukkan perbedaan yang nyata. Parameter produksi per plot juga menunjukkan perbedaan yang nyata, produksi per plot paling tinggi pada perlakuan pemberian SLUDGE dengan taraf 2,5 kg/plot (S1) yaitu (4,56 kg), dan produksi per plot terendah terdapat pada perlakuan tanpa pemberian SLUDGE (S) yaitu dengan jumlah (3,56 kg). Perlakuan S dan S1 menunjukkan perbedaan yang nyata. Dari analisis tanah sebelum melakukan penelitian kandungan N dalam tanah,1 %. Pemberian SLUDGE kandungan N bertambah dapat dilihat setelah umur tanaman satu bulan dan dapat dibuktikan dari hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini sesuai dengan pernyataan Murbandono 7 yang menyatakan bahwa bahan organik dapat berperan langsung sebagai sumber hara tanaman dan secara tidak langsung dapat menciptakan suatu kondisi lingkungan pertumbuhan tanaman yang lebih baik dengan meningkatkan ketersediaan hara untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian Hakimuddin 8 SLUDGE pengaruh yang tidak signifikan, dikarenakan kondisi ph tanah rendah yaitu 5,32. Sehingga unsur hara dalam tanah dan SLUDGE tidak dapat diserap. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan dalam kondisi ph tanah optimum yaitu 6,71, unsur hara dalam tanah dan SLUDGE diserap oleh tanaman. Respon Pemberian Pupuk Cair Organik Dari pengujian hasil secara statistik terlihat bahwa perlakuan pemberian pupuk cair organik biogrow terhadap parameter tinggi tanaman menunjukkan perbedaan yang nyata, dimana tanaman dengan tinggi tanaman tertinggi umur 6 MST terdapat pada pemberian pupuk cair organik biogrow (B 2 ) yaitu (65,56 cm) dan panjang tanaman terendah terdapat pada perlakuan (B 1 ) yaitu (58,36cm). Parameter produksi per tanaman juga menunjukkan perbedaan yang nyata. Produksi per tanaman yang paling tinggi pada perlakuan pemberian pupuk cair organik biogrow dengan taraf 5 cc/liter (B2) yaitu (,21 kg), dan produksi per tanaman terendah terdapat pada perlakuan tanpa pemberian pupuk cair organik biogrow (B) yaitu (,18 kg). Parameter produksi perplot juga menunjukkan perbedaan yang nyata. Produksi perplot yang paling tinggi pada perlakuan pemberian pupuk cair organik biogrow dengan taraf 5 cc/liter (B1) yaitu (4,31), dan produksi perplot terendah terdapat pada perlakuan tanpa pemberian pupuk cair organik biogrow (B) yaitu (3,55). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa parameter umur berbunga, luas daun dan warna daun tidak menunjukan perbedaan yang nyata. Hal ini disebabkan karena penggunaan dosis yang kurang maksimal, dan unsur hara fosfor yang ada didalam tidak dapat memenuhi kebutuhan tanaman kedelai. Pada tanah yang miskin unsur P, pemupukan 75 1 kg/ha perlu dilakukan untuk mendapatkan pertanaman dan hasil yang baik. 9 Menurut Mul Mulyani 1 hasil maksimum dicapai pada sejumlah nutrisi yang tidak terlalu tinggi dosisnya karena makin tinggi dosisnya hasil justru menurun. Menurut Anwar 11 ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat produktifitas suatu tanaman. Pada dasarnya jenis dan jumlah unsur hara yang tersedia di dalam tanah harus cukup dan seimbang untuk pertumbuhan agar tingkat produktifitas yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Interaksi SLUDGE dan Pupuk Cair Organik Dari hasil pengujian statistik didapati interaksi antara SLUDGE dan menunjukkan pengaruh perbedaan yang nyata terhadap parameter tinggi tanaman umur 6 119

MST, produksi per tanaman dan produksi per plot. Tinggi tanaman tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan S 2 B 2 (72,67 cm) dan terendah pada kombinasi S B (54,98 cm), Produksi per tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan S 1 B 1 (,28 kg/tanaman) dan terendah pada kombinasi S 2 B (,15 kg/tanaman) dan Produksi per plot tertinggi terdapat pada perlakuan S 2 B 2 (4, kg/plot) dan terendah terdapat pada perlakuan S B (3,56 kg/plot). Hal ini disebabkan karena kedua faktor saling mendukung untuk pertumbuhan tanaman kacang kedelai, dengan perpaduan keduanya, sehingga tanaman dapat menyerap unsur hara melalui akar ataupun daun, unsur hara C dan O diserap oleh tanaman melalui udara dalam bentuk CO 2 yang diambil melauli stomata dalam proses fotosintesis. SLUDGE diberikan dengan cara dicampurkan pada tanah dan menambah unsur hara dalam tanah, sehingga tanah kaya akan unsur hara. Menurut Loebis dan Tobing 12 ditinjau dari karakteristik padatan yang mengandung bahan organik dan unsur hara. Sludge dapat digunakan sebagai pengganti pupuk, dalam volume besar dan satuan tertentu dengan kebutuhan menurut dosis pemupukan, juga mempunyai sifat fisis dan kadar nutrisi hampir sama dengan kompos. Kandungan SLUDGE berupa bahan kering 81,56% yang di dalamnya terdapat protein kasar 12,63%, serat kasar 9,98%, lemak kasar 7,12%, kalsium,3%, fosfor,3%, dan energi 154 kal/1 gram. complete adalah pupuk organik yang terbuat dari bagian ikan tuna segar yang ditangkap di laut lepas. Dengan proses enzimatis pada suhu yang rendah, kebutuhan unsur hara, hormon pertumbuhan dan perangsang, asam amino, vitamin dan mineral serta berbagai enzim masih tetap terjaga, stabil dan alami yang bisa langsung diserap oleh tanaman. 13 Sedangkan untuk parameter yang lain tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada interaksinya diakibatkan karena adanya perbedaan dari sifat dari masing-masing pemberian, pemberian faktor pupuk dasar, dan dosis masing masing perlakuan yang tidak optimal. D.KESIMPULAN 1. Pemberian SLUDGE Kelapa Sawit dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai. Dosis terbaik pada perlakuan S 2 yaitu 5 kg/plot. 2. Pemberian Pupuk Cair Organik dapat meningkat pertumbuhan dan produksi per plot. Dosis terbaik pada perlakuan B 2 yaitu 1 cc/liter air. 3. Kombinasi SLUDGE Kelapa Sawit dan Pupuk Cair Organik dapat meningkatkan tinggi tanaman umur 6 MST. Produksi per plot. Dosis terbaik pada perlakuan kombinasi S 1 B 1 Dosis SLUDGE 2,5 kg/ plot dan Pupuk Cair Organik 5 cc / liter air yaitu 5, 67 kg DAFTAR PUSTAKA 1. Nazaruddin. 1993. Komoditi Ekspor Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. Penebar Swadaya. Jakarta. 2. Kartono. 24. Teknik Penyimpanan Benih Kedelai. Buletin Teknik Pertanian.Bogor. 3. Adisarwanto, T. Saleh, N. Marwoto dan Sunarli, N. 2. Teknologi ProdukiKedelai. Puslitbangtan. Bogor. 4. Adisarwanto, T. 28. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar Swadaya. Jakarta 5. Adisarwanto, T, dan Widianto, R. 28. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta. 6. Darnoko. 1993. Solid. http://kutada.wordpress.com/211/8/25/s olid/ Diakses Tanggal 5 Januari 213 7. Susila, Anas D. 26. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Bagian Produksi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura. Institut Pertanian Bogor. 8. Murbandono. 25. Membuat Kompos, AgroMedia Pustaka, Jakarta 9. Hakimuddin. 27. Pengujian Sludge Terhadap Kacang Hijau. http://www.uasy.ac.id/jurnal/biota/lengkap.pdf. Diakses 14 juli 213 1. Hasibuan, B.E. 26. Pupuk dan Pemupukan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan. 11. Mul Mulyani Sutedjo. 1987. Pupuk Dan Cara Pemupukan, Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. 12. Loebis, A., dan Tobing, L. 1989. Inventarisasi dan Karakteristik Limbah PMS. Seminar Pengendalian Limbah PMS dan Karet, 2-21 Desember 1989 di Medan. http://izinpupukpestisida.blogspot.com/21 /2/potensi-pemanfaatn -limbah-sawituntuk.html. Diakses Tanggal 5 Januari 213 13. PT. DALLE MEGA INDONESIA. 21. http://dallegroupcom.indonetwork.co.id. html. Diases pada tanggal 8 Januari 213. 12