PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

dokumen-dokumen yang mirip
KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

KAJIAN PENGARUH KEBIJAKAN IMPOR SAPI TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI DI NTB

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERIMAAN DAN PENDAPATAN USAHA PEMOTONGAN SAPI POTONG DI PERUSAHAAN DAERAH ANEKA WIRAUSAHA KABUPATEN DEMAK. Imelda Oct Utami, Harini TA 1

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul

PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU MELALUI PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMIC)

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA MELALUI PERBAIKAN MUTU PAKAN DAN PENINGKATAN PERAN KELOMPOKTANI DI KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai sangat strategis. Dari beberapa jenis daging, hanya konsumsi

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

Menakar Penyediaan Daging Sapi dan Kerbau di dalam Negeri Menuju Swasembada 2014

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan lain yang bersifat komplementer. Salah satu kegiatan itu adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

I. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun

PENGANTAR. Latar Belakang. andil yang besar dalam pemenuhan kebutuhan pangan terutama daging.

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

PRAKIRAAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN PRODUK PANGAN TERNAK DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu usaha peternakan yang banyak dilakukan oleh masyarakat

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

OPERASIONAL PROGRAM TEROBOSAN MENUJU KECUKUPAN DAGING SAPI TAHUN 2005

Peran dan fungsi pemerintah pada era otonomi daerah adalah. berupa pelayanan dan pengaturan (fasilitator, regulator dan dinamisator)

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Lingkungan Eksternal Penggemukan Sapi. diprediksi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI AYAM BROILER DI KABUPATEN BUNGO. SKRIPSI. Oleh : ELSYE DILLA ANGRIANI

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat 2012

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Permintaan dunia terhadap pangan hewani (daging, telur dan susu serta produk

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Daging Sapi di Sulawesi Selatan

1.2 Latar Belakang Kondisi Peternakan Di Indonesia

IV. POTENSI PASOKAN DAGING SAPI DAN KERBAU

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

PENDAHULUAN. Kemajuan pembangunan nasional tidak terlepas dari peran bidang peternakan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN JAWA TENGAH TAHUN 2014

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN TAHUN 2014

PENDAHULUAN. Populasi ternak sapi di Sumatera Barat sebesar 252

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini

SKRIPSI. Oleh : VIVI MISRIANI

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

I. PENDAHULUAN. Pendapatan nasional per kapita tahun 2012 yakni ,07 sedangkan tahun 2013

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

Bab 4 P E T E R N A K A N

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN AKHIR PEMANTAPAN PROGRAM DAN STRATEGI KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI DAGING SAPI

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS"

PENDAHULUAN Latar Belakang

Hubungi Kami : Studi Potensi Bisnis dan Pelaku Utama Industri PETERNAKAN di Indonesia, Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms)

Transkripsi:

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta e-mail : goested@yahoo.com Abstrak Kebutuhan daging sapi dalam negeri belum dapat sepenuhnya dipenuhi dari produksi daging sapi dalam negeri sehingga untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri harus diimpor. Indonesia pada dasarnya mempunyai potensi untuk pengembangan ternak sapi dalam negeri hal ini didukung oleh potensi sumber daya alam, disamping itu sektor peternakan akan dapat untuk meningkatkan pendapatan petani. Untuk mempercepat pertumbuhan produksi sapi dalam negeri pemerintah telah menetapkan program swasembada daging sapi dalam negeri pada tahun 2014. Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk mengatahui produktifitas, penawaran dan permintaan serta tingkat pendapatan petani dari usaha ternak sapi potong di Yogyakarta. Kajian ini dilaksanakan di Kabupaten Bantul, Sleman, Kulon Progo dan Gunungkidul. Metode penelitian menggunakan metode survai, yaitu metode penelitian dengan mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data. Pengambilan sampel peternak ditentukan secara acak sederhana yang menjadi anggota kelompok tani. Jumlah sampel terdiri dari 20 peternak untuk setiap kabupaten, sehingga secara keseluruhan ada 80 peternak sampel. Data primer dikumpulkan melalui wawancara berdasarkan kuisioner yang telah disiapkan, sedangkan data sekunder dikumpulkan dari instansi/lembaga yang terkait dengan penelitian. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa produktivitas ternak sapi di Yogyakarta selama lima tahun terakhir mengalami penurunan, namun ketersediaan ketersediaan daging sapi masih memenuhi kebutuhan. Penawaran dan permintaan daging sapi potong di Yogyakarta selama lima tahun terakhir mengalami surplus sebanyak 9,879 ton. Perhitungan analisa usaha untuk 5 ekor sapi, dapat memberi keuntungan sebesar Rp 16.472.500,- setahun, dengan nilai B/C sebesar 1,61 Kata Kunci: produktivitas, analisa usaha dan sapi potong Pendahuluan Sapi potong dan daging sapi mempunyai peranan cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan protein hewani di Indonesia, sehingga keberadaannya dan kesinambungan usaha sapi potong perlu mendapat perhatian secara serius. Dilain pihak perlindungan terhadap konsumen daging sangat diharapkan mendapatkan harga daging yang wajar serta terjangkau dengan daya beli masyarakat. Setelah kerisis ekonomi, nampaknya aspek pemasaran sapi potong dan daging menjadi fenomena pembangunan peternakan di Indonesia. Disatu pihak insentif pemasaran bagi produsen perlu diperhatikan dan dilain pihak harga daging juga disesuaikan dengan daya beli konsumen. Dengan terjadinya krisis ekonomi, permasalahan yang muncul bertambah komplek. Disamping harga daging menjadi tinggi, juga masalah suplai daging serta impor 538

yang selalu mengundang pro dan kontra baik dari masyarakat maupun dari pengambil kebijakan. Dari aspek produksi saja, upaya peningkatan harus ditinjau secara kualitas maupun kuantitas, yang masing-masing memiliki faktor penghambat. Secara kualitas faktor penghambatnya ialah rendahnya tingkat kebuntingan/kelahiran, sedangkan secara kuantitas faktor penghambatnya terletak pada masih tingginya angka pemotongan sapi betina produktif. Walaupun populasi sapi potong terus meningkat sejak 2006, yakni dari 10,8 juta ekor pada tahun 2006 (BPS, 2011) menjadi 14,8 juta ekor pada Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK) tahun 2011 (Anonim, 2011b), namun belum mampu mencukupi konsumsi daging dalam negeri. Sehingga pemenuhannya melalui impor bakalan sapi potong (Ditjennak, 2010b). Di sisi lain, sapi betina yang masih memiliki potensi reproduksi optimal (produktif) banyak dipotong di Rumah Potong Hewan (RPH), padahal sapi betina produktif tersebut dapat terus dipelihara untuk perbibitan sapi, sehingga dapat meningkatkan populasi sapi di Indonesia. Provinsi Jawa Tengah menempati urutan kedua sebagai daerah terbanyak terjadinya pemotongan sapi betina produktif (Ditjennak, 2011). Kebutuhan daging sapi dalam negeri belum dapat sepenuhnya dipenuhi dari produksi daging sapi dalam negeri sehingga untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri harus diimpor. Indonesia pada dasarnya mempunyai potensi untuk pemengembangan ternak sapi dalam negeri hal ini didukung oleh potensi sumber daya alam, disamping itu sektor peternkan akan dapat untuk meningkatkan pendapatan petani. Untuk mempercepat pertumbuhan produksi sapi dalam negeri pemerintah telah menetapkan program swasembada daging sapi dalam negeri pada tahun 2014. Untuk mendukung program tersebut dan meningkatkan daya saing peternak dalam negeri pemerintah telah menurunkan kuota impor daging secara bertahap setiap tahunnya sehingga diharapkan pada tahun 2014 Indonesia mampu untuk berswasembada daging sapi ataupun bisa mengurangi impor daging sapi hingga diharapkan impor hanya sekitar 10 persen dari kebutuhan daging dalam negeri. Mengingat sapi potong merupakan jenis ternak yang mempunyai prospek cukup bagus dan stabil beberapa tahun terakhir ini, maka dipandang perlu untuk dilakukan kajian terhadap Pengembangan Ternak Sapi Potong dalam Memenuhi Swasembada Daging Sapi Di Yogyakarta. Atas dasar hal tersebut maka tujuan dari kajian ini adalah Untuk mengetahui produktifitas ternak sapi potong di Yogyakarta, untuk mengetahui penawaran dan permintaan ternak sapi potong, serta untuk mengetahui tingkat pendapatan dari usaha ternak sapi potong 539

Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2016 di Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode yang digunakan adalah metode survey dan pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara menggunakan kuesioner dan diskusi kelompok (Focus Group Discussion/FGD). Data sekunder diperoleh dari dinas/instansi terkait, untuk selanjutnya data yang terhimpun dianalisis secara diskriptif. Data yang diperoleh dalam penelitian ini, dianalisis dengan menggunakan analisis input-output usahatani dengan parameter yang diamati dalam penelitian ini meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap, serta biaya lain yang dianggap perlu. Hasil dan Pembahasan Peternakan sapi potong yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini telah dapat memenuhi kebutuhan diwilayahnya dan tidak lagi mendatangkan ternak dari luar daerah. Program pengembangan sapi potong yang dicanangkan pemerintah, telah menjadikan daerah ini sebagai daerah swasembada daging sapi. Salah satu program yang dilaksanakan pemerintah adalah dengan mengembangkan populasi ternak sapi yang sudah ada; melestarikan sapi bakalan dari beberapa sentra pengembangan yang ada agar tidak di jual ke luar daerah; dan merubah tradisi pemeliharaan ekstensif menjadi intensif; serta meningkatkan pendampingan agar adopsi teknologi dapat diterima dengan baik. Produktivitas Sapi Potong Permintaan terhadap bahan pangan mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan pertumbuhan produksi pangan karena pertumbuhan penduduk berdasarkan deret angka sedangkan pertumbuhan produksi pngan berdasarkan deret ukur. Salah satu komoditi bahan pangan yang mengalami peningkatan yang signifkan adalah daging sapi. Peningkatakan permintaan terhadap daging sapi disebaabkan oleh beberapa faktor diantaranya : tingginga pendapatan perkapita pependuduk, tingginya kesadaran untuk mengkonsumsi pangan yang bergizi tinggi dan tingginya permintaan terhadap daging olahan sehingga permintaan induastri pengolahan daging semakin tinggi. 540

Tabel 5 : Produktivitas daging sapi potong (ton) di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011-2015. No Tahun Ketersediaaan Kebutuhan Selisih 1 2011 11.245 7.574 3.671 2 2012 10.455 8.347 2.108 3 2013 7.959 7.223 0.736 4 2014 8.811 7.460 1.351 5 2015 8.947 6.934 2.013 Jumlah 47.417 37.538 9.879 Sumber : Data dioleh Tabel 6 : Produktivitas Ternak Sapi potong (ekor) potong di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011-2015. No Tahun Ketersediaaan Kebutuhan Selisih 1 2011 65.522 44.141 21.381 2 2012 60.931 48.643 12.288 3 2013 46.361 42.092 4.269 4 2014 51.349 43.474 7.875 5 2015 52.144 40.409 11.735 Jumlah 276.307 218.759 57.548 Sumber : Data dioleh Penawaran dan Permintaan Sapi Potong Peningkatan permintaan daging sapi dalam negeri merupakan peluang dan sekaligus tantangan bagi usaha peternakan dalam negeri. Peluang dengan terbukanya pasar domestik yang luas sedangkan tantangannya adalah produk daging impor akan sangat mudah untuk masuk ke pasar domestik. Selama ini kebutuhan daging dalam negeri dipasok dari daging sapi lokal, daging sapi impor dan dari impor daging beku. Kebutuhan daging mengalami peningkatan dari tahun ketahun dan terjadinya perubahan pola konsumsi konsumen yang mengkonsumsi pangan olahan dengan mutu yang tinggi. 541

Grafik 1 : Perbandingan penawaran dan permintaan daging sapi potong (ton) di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011-2015. Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa peningkatan produksi daging sapi telah mencukupi kebutuhan daging sapi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Produksi tertinggi terjadi pada tahun 2011. Namun karena tidak diikuti dengan kebutuhan yang meningkat, maka terjadi penurunan produksi hingga tahun 2013. Tahun 2014 dan 2015, peroduksi mulai meningkat kembali walapun tidak seperti tahun sebelumnya. Hal ini trerjadi akibat dari terjadinya penurunan dari kebutuhan daging sapi potong di Yogyakarta. Peluang pasar, dapat dilihat berdasarkan gambaran perkembangan supply dan demand daging sapi potong di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, diketahui bahwa ketersediaan selama lima tahun terakhir sebesar 47,417 ton. Sedasngkan kebutuhan daging sapi selama lima tahun adalah sebasar 37,538 ton. Dengan demikian ketersediaan daging sapi di Yogyakarta mengalami surplus sebesar 9,879 ton. Peningkatan ketersediaan daging selama 5 tahun terakhir yaitu mulai dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 rata hanya sebesar 2,37 %, sedangkan peningkatan kebutuhan daging mencapai 1,88 %. 542

Grafik 2 : Perbandingan penawaran dan permintaan ternak sapi potong (ekor) di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011-2015. Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa peningkatan produksi ternak sapi telah mencukupi kebutuhan daging sapi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Produksi tertinggi terjadi pada tahun 2011. Namun karena tidak diikuti dengan kebutuhan yang meningkat, maka terjadi penurunan produksi hingga tahun 2013. Tahun 2014 dan 2015, terjadi peningkatan jumlah ternak walapun tidak seperti tahun sebelumnya. Peluang pasar, dapat dilihat berdasarkan gambaran perkembangan supply dan demand ternak sapi potong di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, diketahui bahwa ketersediaan selama lima tahun terakhir sebesar 376.307 ekor. Sedasngkan kebutuhan ternak sapi selama lima tahun adalah sebasar 218.759 ekor. Dengan demikian ketersediaan daging sapi di Yogyakarta mengalami surplus sebesar 57.548 ekor. Peningkatan ketersediaan ternak selama 5 tahun terakhir yaitu mulai dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 rata hanya sebesar 18,82 %, sedangkan peningkatan kebutuhan ternak mencapai 10,93 %. Artinya usaha penyediaan daging dan ternak sapi potong di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai mengalami peningkatan produksi. Selain untuk memenuhi kebutuhan lokal di Daerah Istimewa Yogyakarta, daging ternak sapi potong juga memasok untuk kebutuhan di daerah propinsi laiinya. Analisa Usaha Sapi Potong Untuk analisa usaha, survey akan dilaksanakan bulan September 2016 543

1. Biaya Produksi a. Pembelian 5 ekor bakalan : 5 x 250 kg x Rp. 16.000,- Rp. 20.000.000,- 2. Pendapatan b. Kandang c. Pakan - Hijauan: - Konsentrat: 5 x 2 kg x Rp. 1.750,- x 365 d. Retribusi kesehatan ternak: 5 x Rp.100.000,- Rp. 6.387.500,- Rp. 500.000,- Jumlah biaya produksi Rp. 26.887.500,- - a. Penjualan sapi -Tambahan berat badan: 5 x 365 x 0,8 kg = 1.460 kg - Berat sapi setelah setahun: (5 x 250 kg) + 1.460 kg = 2.710 kg - Harga jual sapi hidup: Rp. 16.000,-/kg x 2.710 kg Rp. 43.360.000,- b. Penjualan kotoran (tidak dijual) Jumlah pendapatan Rp. 16.472.500,- 3. Keuntungan a. Tanpa memperhitungkan biaya tenaga Rp. 16.472.500,- internal keuntungan penggemukan 5 ekor sapi selama setahun. 4. Parameter kelayakan usaha B/C ratio = 1,61 Kesimpulan 1. Produktivitas ternak sapi di Yogyakarta selama lima tahun terakhir mengalami penurunan, namun ketersediaan daging sapi masih memenuhi kebutuhan. 2. Penawaran dan permintaan daging sapi potong di Yogyakarta selama lima tahun terakhir mengalami surplus sebanyak 9,879 ton. 3. Perhitungan analisa usaha untuk 5 ekor sapi, dapat memberi keuntungan sebesar Rp 16.472.500,- setahun, dengan nilai B/C sebesar 1,61 544

Daftar Pustaka Abidin Z, 2002. Penggemukan Sapi Potong. Agro Media Pustaka. Jakarta Murtidjo BA, 2001. Beternak Sapi Potong. Kanisius. Yogyakarta Rasyaf, 2001. Beternak Ayam Petelur. Cetakan ke 17. PT. Penebar Swadaya. Jakarta., 2003. Manajemen Peternakan Ayam Petelur. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Sarwono, B dan Arianto, H.B 2006. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Santoso, U. 2006. Manajemen Usaha Ternak Potong. Penebar Swadaya. Jakarta. Singarimbun, M dan S. Effendi, 1996. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta. Siregar, SB. 2004. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta. Soekartawi,1993. Prinsip Dasar Ekonomi dan Pertanian. PT. Raja Grafindo Persanda. Jakarta. Soeprapto, H dan Abidin, Z. 2006. Cara Tepat Penggemukan Sapi Potong. Afro Media Pustaka. Jakarta. Statistik Peternakan 2012 Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan 545