BAB II KAJIAN PUSTAKA. hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN KEGIATAN MONTASE DENGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B1 TK ALKHAIRAAT TONDO PALU

BAB II KAJIAN PUSTAKA. anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat dan pada usia 5 tahun

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak. pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini. kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi.

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD

PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B2 DI TK SAMPOROA DHARMA WANITA PERSATUAN KOTA PALU. Ari Okta Pratiwi 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil yang

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang. Gerakan yang menggunakan yaitu otot-otot halus atau sebagian anggota

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B3 TK AISYIYAH V PALU

II. KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Teori Belajar Behaviorisme. melalui proses stimulus dan respon yang bersifat mekanis.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN

DEMA YULIANTO, TITIS AWALIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Motorik Halus

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE DARI BAHAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH SIMPANG IV AGAM.

ARTIKEL PENELITIAN. Disusun Oleh : INA SALAMAH NPM :

NAMA : ELNI NIM : :

BAB II LANDASAN TEORI. gerakan pada seluruh bagian tubuh. Perkembangan motorik merupakan suatu

BAB I1 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK MENGGUNAKAN BUBUR KORAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AL QUR AN AMAL SALEH PADANG

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KREATIVITAS DAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN ORIGAMI PADA ANAK KELOMPOK B BA AISYIYAH NGALAS II

Disusun oleh : WINDITA FITRI ILHAMI A

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB II LANDASAN TEORI. manusia yaitu kebutuhan untuk berdiri sendiri (need for autonomy) dan. kebutuhan untuk bergantung (needs for deference).

BAB I PENDAHULUAN. usia enam tahun menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS. Warjiatun

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI MENARIK GARIS DALAM POLA DI TAMAN KANAK-KANAK HARAPAN BUNDA

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DI KELOMPOK B TK DHARMAWANITA LABUAN PANIMBA

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Motorik

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

BAB III METODE PENELITIAN

KATMINI AR. KOESDYANTHO NIM:

BAB III METODE PENELITIAN

ARTIKEL PENELITIHAN OLEH: PENI REJEKI NPM:

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.dalam standar

Peningkatan Motorik Halus Melalui Kegiatan Paper Quilling Pada Anak Kelompok B3 Di TK. Darul Falah Cukir Diwek Jombang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini

Artikel Penelitian. Disusun oleh MAHMUDAH NPM:

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENIRU GARIS PADA ANAK KELAS A TK ABA MERBUNG KLATEN SELATAN TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK AISYIYAH PARIGI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI BERMAIN KOLASE PADA ANAK KELOMPOK A TK DHARMA WANITA KECAMATAN NGASEM KABUPATEN KEDIRI

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI MEDIA BUBUR KERTAS PADA ANAK KELOMPOK B TK PERTIWI BEKU TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI PERMAINAN MELIPAT KERTAS PADA ANAK KLAS B TK ABA MERBUNG KLATEN SELATAN TAHUN AJARAN 2012/2013

JURNAL. Oleh: MUIN DWI ASTUTI NPM P. Dibimbing oleh : 1. DEMA YULIANTO, M.Psi. 2. ANIK LESTARININGRUM, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. berjalan seiring dengan perkembangan motorik. antara mata, tangan dan otot-otot kecil pada jari-jari, pergelangan tangan,

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S 1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MEMBUTSIR DENGAN MENGGUNAKAN PLAYDOUGH DI PAUD KAMBOJA KOTA GORONTALO JURNAL OLEH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

SKRIPSI UPAYA PENINGKATAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI KEGIATAN MENGGAMBAR PADA PAUD TERPADU AR-RAHMAN KABUPATEN KEPAHIANG

KREATIF LEWAT MENGGUNTING DAN MENEMPEL

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kreativitas Pengertian Kreativitas

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN MELUKIS DENGAN KUAS TAMAN KANAK-KANAK PASAMAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Utamanya untuk Pendidikan anak Usia Dini. Menurut UU

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN ROLET KATA DI TAMAN KANAK KANAK AISYIYAH KUBANG AGAM

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan perilaku yang belum matang menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Inggris adalah Classroom Action Research (CAR). Menurut Hopkins (dalam Wiriaatmadja,

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PKK KARTINI PADOKAN KIDUL TIRTONIRMOLO KASIHAN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Ea Siti Julaeha, 2014 Meningkatkan keterampilan motorik halus dengan alat peraga edukatip (APE) berbasis bahan lingkungan sekitar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses

II. KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan

ELMI SUSRIANTI NIM / 10127

Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini *

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kemampuan berasal dari kata mampu yang

KARYA ILMIAH OLEH JUWITA OVITA SARI NPM A1I111014

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING GAMBAR PADA KELOMPOK B TK PERINTIS MONGKRONG WONOSEGORO

KARYA ILMIAH. Oleh : SUSIWATI A1/111186

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pendidikan Anak Usia Dini

KEGIATAN MENEMPEL BULU AYAM PADA KELOMPOK BERMAIN BUNGA MULIA SLUMBUNG DESA SLUMBUNG KECAMATAN NGADILUWIH KABUPATEN KEDIRI SKRIPSI

KOLASE DAPAT MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK B TK KREBET KECAMATAN MASARAN KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan

ARTIKEL PENELITIAN. Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan S.Pd. Pada Program Studi PG-PAUD FKIP UNP Kediri

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Pra Tindakan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN KOLASE DENGAN BERBAGAI MEDIA

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik halus Menurut Bambang Sujiono dkk, 2005: 1.11) motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Gerakan ini tidak membutuhkan tenaga namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat karena koordinasi antara mata dan tangan sudah semakin baik maka akan mudah dapat mengurus diri sendiri dan pengawasan orang yang lebih tua. Sumantri (2005: 143) motorik halus adalah kemampuan dalam keterampilan motorik yang bebeda pula dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak, untuk keterampilan motorik halus itu sendiri pengorganisasian penggunaan kelompok otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dan tangan. Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, melempar, dan menangkap bola serta memainkan benda-benad atau alat permainan. Motorik halus suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara menggerakan (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 338) melakukan proses perkembangan fisik yang berkaitan erat dengan motorik halus anak. Motorik halus ini merupakan

perkembangan pengendalian gerakan yang terkoordinir anatara susunan syaraf, otak,dan otot. Mahendra (1998: 142) keterampilan motorik halus merupakan keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil/halus untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang berhasil. Magil (1985: 141) keterampilan ini melibatkan koordinasi syaraf otot yang memerlukan ketepatan derajat tinggi keterampilan yang memerlukan koordinasi mata, tangan, menulis dan menggunting. Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil, dan koordinasi mata dan tangan syaraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang kontinyu secara rutin. Seperti bermain puzzle, menyusun balok, memasukan benda kedalam lubang sesuai bentuknya, membuat garis, melipat kertas dan sebagainya. Kecerdasan motorik halus anak akan berbeda-beda. Dalam hal kekuatan maupun ketepatannya, perbedaan ini juga dipengaruhi oleh pembawaan anak dan stimulasi yang didapatkannya. Lingkungan (orang tua) mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam kecerdasan motorik halus anak, lingkungan dapat meningkatkan ataupun menurunkan taraf kecerdasan anak terutama pada masa pertama kehidupannya. 2. Jenis-jenis Motorik Halus Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu dan dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Jenisjenis motorik halus menurut Andang (2009: 3) antara lain: (1) menulis (2) menggambar (3) memotong (4) mewarnai (5) memainkan benda-benda atau alat-alat permainan (6)

membuat sesuatu dengan malam/lilin (7) merangkai sesuatu (8) berjinjit (9) bermain alat tulis. Menurut Sujiono dkk, (2009 1.14) motorik halus yang terlihat pada usia TK adalah anak mulai dapat menyisir, membuka dan menutup sleting membuka dan mengancing baju sendiri. Semakin baik gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi seperti ; menggunting kertas dengan hasil yang lurus, mewarnai gambar dengan sederhana, menggunakan klip untuk menyatukan dua lembar kertas,menjahit, menganyam kertas, menempel, menajamkan pensil dengan rautan pensil, namun tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai ketrampilan ini pada tahap yang sama.dalam melakukan motorik halus anak memerlukan dukungan ketrampilan fisik lain serta kematangan mental anak.misalnya menggambar,mewarnai dan menempel. Menurut Bambang Sujiono, dkk (2008:14) Kemampuan keterampilan motorik halus hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan semakin baik maka anak sudah dapat mengurus dirinya sendiri dengan pengawasan orang tua. Gerakan motorik halus seperti menulis dan menggambar akan diperlukan anak saat ia bersekolah nanti.namun demikian, kemampuan seorang anak untuk melakukan gerak motorik tertentu tak akan sama dengan anak lain walaupun usia mereka sama. 3. Tujuan Pengembangan Motorik Halus Anak Sumantri (2005: 146) tujuan pengembangan motorik halus anak adalah anak mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan, anak mampu menggerakan anggota tubuh yang

berhubungan dengan gerak jari jemari, anak mampu mengkoordinasi indra mata dan aktivitas tangan, anak mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik. Saputra dan Rudyanto (2005: 115) menjelaskan tujuan dari pengembangan motorik halus yaitu mampu mengfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan, mampu mengkoordinasikan kecepatan mata dengan tangan, mampu mengendalikan emosi. Sedangkan menurut Suyanto (2005:51) motorik halus berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan bagian-bagian tubuh yangn lebih spesifik, seperti menulis, melipat, merangkai, mengancing baju, menali sepatu, dan menggunting. Berbagai kegiatan pembelajaran seperti melipat, mengelem, menggunting kertas melatih motorik halus pada anak. 4. Alat Peraga Bermain Motorik halus Erik H Ericson (dalam Sutarti :50) anak dalam penyusunan pengalaman dengan membuat suatu keadaan yang semestinya dan menguasai kenyataan melalui uji coba dan perencanaan didalamnya. Aspek psikomotorik anak sangat berperan dalam aspek kognitif dan afektif anak, sehingga dapat melatih keterampilan motorik halus anak. Kemampuan motorik halus anak bisa dikembangkan dengan cara anak menggunting gambar yang disukai anak misalnya gambar orang, gambar pohon dll. Pengembangan motorik halus ini hal umum yang dapat guru lakukan untuk menstimulasi perkembangan motorik halus anak. Menurut Sumanto (2005: 47) Menggambar merupakan salah satu bentuk kegiatan berekspresi bagi anak-anak usia dini. Menggambar bagi anak adalah media berekspresi dan berkomunikasi yang dapat menciptakan suasana aktiv, asyik, dan menyenangkan.

Dengan mempelajari dan mempraktekan pembuatan jenis-jenis gambar sebagaimana yang ditulis dan diharapkan dalam pembelajaran sesuai tingkat perkembangan anak. B. Kegiatan Montase 1. Pengertian Montase Menurut Sumanto, (2005: 91) montase adalah suatu kreasi seni aplikasi yang dibuat dari tempelan guntingan gambar atau guntingan foto diatas bidang dasaran gambar. Montase berasal dari bahasa Inggris (montage) artinya menempel. Pada awal kehadirannya dikenal dalam seni fotografi yang kemudian berpengaruh pada cara karya seni dengan menghasilkan kreasi tema-tema baru yang unik. Dalam kamus besar Indonesia (2007: 754) montase adalah komposisi gambar yang dihasilkan dari pencampuran unsur beberapa sumber. Karya montase dihasilkan dari mengomposisikan beberapa gambar yang sudah jadi dengan gambar yang sudah jadi lainnya. Gambar rumah dari majalah kemudian dipotong yang hanya diambil gambar rumahnya saja, kemudian ditempelkan pada permukaan alas gambar, gambar orang juga dari sebuah majalah yang kemudian dipotong gambar orangnya saja, yang juga ditempelkan pada permukaan alas gambar dengan dikomposisikan dengan gambar rumah tersebut. Gambar mobil yang diambil dari sebuah majalah kemudian dipotong gambar mobilnya saja, kemudian dipasang dikomposisikan dengan gambar rumah dan orang. Gambar pohon, gambar jalan, gambar pagar, juga dilakukan seperti halnya rumah, orang dan mobil sehingga menjadi satu kesatuan sebagai gambar yang menceritakan suasana rumah yang lengkap beserta perangkat dan lingkungannya menjadi gambar baru. Ini adalah merupakan salah satu contoh sederhana dari karya montase. Pembuatan montase

yang lebih rumit adalah menggunakan material tiga dimensi di mana unsur-unsurnya terdiri bukan dari gambar tetapi benda-benda yang telah memiliki arti walaupun tidak dipadukan dengan benda lain. Melalui bahan kegiatan montase dapat dikembangkan daya imajinasi, daya khayal, sikap cekatan, telaten dan kreatif. Bagi anak usia taman kanak-kanak kegiatan ini cukup menarik karena melalui berkarya mereka dapat mengungkapkan kegembiraannya dalam suasana bermain kreatif. Kegiatan motase ini seperti halnya kegiatan pada waktu anak-anak bermain bongkar pasang gambar atau puzzle. Penyusunan dan penempelan bagian-bagian guntingan gambar dapat dirubah atau dikreasikan sehingga dihasilkan komposisi yang menarik dan artistik, meskipun hasil akhir yang ditampilkan tidak realistis. Dalam kegiatan motase ini, gambar atau foto yang ditempelkan dapat diambil atau digunting dari majalah, kalender bekas, surat kabar, dan lainnya. Bentuk gambar atau foto dapat berupa objek manusia, binatang, tumbuhtumbuhan, mobil, pesawat, dan lain sebagainya. Anak taman kanak-kanak juga dapat memanfaatkan gambar bongkar pasang yang biasanya dibuat oleh anak-anak dengan kertas warna. 2. Material Montase Menurut (Pamadhi, 2008: 28) dalam pembuatan montase terutama karya dua dimensi, anak akan memadukan gambar-gambar yang telah ada dengan gambar-gambar lain yang mempunyai tujuan agar dari beberapa bagian gambar tesebut dapat menjadi satu kesatuan dan membuat objek cerita yang baru. Sehingga materialnya pun harus mengacu kepada tujuan objek cerita apa yang ingin dibuat, misalnya; gambar orang,

gambar mobil, gambar rumah dan lain sebagainya, karena objek yang diinginkan adalah suasana rumah beserta lingkungannya. Material yang lain di antaranya: lem sebagai bahan perekat gambar yang akan dipasang pada lembaran kerta atau papan; gunting untuk memotong gambar-gambar (orang, rumah, pohon, mobil dan lain-lain) yang akan ditempel sebagai bagian-bagian objeknya; lembaran kertas atau papan triplek untuk alas gambar yang nantinya akan ditempati bagian-bagian dari rangkaian cerita gambar tersebut (Pamadhi, 2008) Material untuk montase yang biasa dipergunakan dalam kegiatan seni pada umumnya akan jauh berbeda dengan material yang dipergunakan untuk media ekspresi dalam pembelajaran montase di TK. Karena montase di samping sebagai karya dua dimensi juga tiga dimensi, karena seni pertunjukkan montase lebih mengarah pada karya tiga dimensi, karena dalam seni pertunjukkan montase ini berbentuk setting panggung yang dihasilkan dari beberapa unsur panggung yang dikemas sehingga menjadi sebuah ruang yang memiliki kesatuan yang bertujuan member suasana suatu peristiwa atau momen tertentu (Pamadhi, 2008) Menurut Listianingsih (http://tiyapoenya.blogspot, 2011) dalam pelaksanaan montase material yang ditempel adalah potongan kertas bergambar yang sudah jadi, misalnya yang digunting bentuk gambar dari majalah, koran dan sebagainya yang kemudian disusun dan ditempelkan pada bidang kertas dan dilengkapi dengan unsur lain sehingga menghasilkan cerita atau tema baru. 3. Langkah-langkah Membuat Montase a. Siapkan bahan untuk membuat montase berupa anaeka gambar atau foto yang secara langsung dapat diperoleh dari majalah atau surat kabar. Bidang dasar dapat

menggunakan kertas ganbar, kertas buffalo, ataupun karton. Peralatan lain yang dibituhkan seperti gunting,lem kertas, juga dapat dengan pewarna seperti krayon dan spidol. b. Anak kemudian menggunting gambar-gambar tersebut. c. Anak kemudian menempelkan gambar tersebut pada kertas kosong, sebelum menempel anak menyusu gambar sementara hingga diperoleh letah yanh sesuai keinginan anak. d. Anak menambahkan guratan buatan sendiri disekitar gambar yang ditempel (http://tiyapoenya.blogspot, 2011). 4. Kriteria Keberhasilan a. Pedoman Penilaian Menurut Depdiknas (2004: 6-7) Pencatatan hasil penilaian harian, pelaksanaannya adalah catatlah hasil penilaian perkembangan anak pada kolom penilaian di satuan kegiatan harian (SKH). Anak yang belum sesuai dengan yang diharapkan dan belum dapat memenuhi kemampuan (indikator) seperti yang diharapkan dalam SKH maka pada kolom tersebut dituliskan nama anak dan diberi tanda bulatan kosong, maka pada kolom tersebut dituliskan nama anak dan tanda lingkaran penuh. Menurut Departemen Agama RI (2004: 50) cara pencatatan hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut : o : Untuk anak yang perilakunya belum sesuai dengan apa yang diharapkan : Untuk anak yang berada pada tahap proses menuju apa yang diharapkan

: Anak yang perilakunya melebihi dengan yang diharapkan dan sudah dapat menyelesaikan tugas melebihi yang direncanakan guru Cara pencatatan hasil penilaian berdasarkan standar kompetensi Kemendiknas (2010 : 11) yaitu 1) Anak yang belum berkembang (BB) sesuai dengan indicator seperti; dalam melaksanakan tugas selalu di bantu guru, maka pada kolom penilaian di tulis nama anak dan diberi tanda satu bintang ( ). 2) Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai dengan indicator seperti yang diharapkan RKH mendapatkan tanda dua bintang ( ). 3) Anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) pada indicator dalam RKH mendapatkan tanda tiga bintang ( ) 4) Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indicator seperti yang diharapkan dalam RKH mendapatkan tanda bintang empat ( ). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pedoman pedoman penilaian tahun 2010 (Kemendiknas Dirjen Mandas dan menengah Direktorat Pembinaan TK SD), yaitu menggunakan tanda bintang untuk penilaian perkembangan anak.

b. Kriteria Keberhasilan Menurut standar kompetensi Taman Kanak-Kanak dan Raudhotul (2004; 26) terdapat indikator keberhasilan dalam aspek fisik motorik. Tabel 2.1 Indikator Keberhasilan Aspek Fisik Motorik. Hasil belajar Dapat menciptakan sesuatu dengan berbagai media Dapat menggerakan jari tangan untuk kelenturan, kekuatan otot dan koordinasi Indikator Membuat mainan dengan teknik menggunting, melipat, dan menempel Menggunting dengan berbagai media berdasarkan bentuk/pola (lurus, lengkung, gelombang, zig zag, lingkaran, segi empat,segi tiga. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengadaptasi dan kemudian menyusun indikator yang diharapkan dalam kemampuan mtorik halus pada taman kanak-kanak sebagai berikut : No Indikator Keberhasilan 1 Ketepetan menggunting bagian gambar 2 Kerapian dalam mengelem dan menambahkan gambar 3 Ketepatan menempelkan pada bagian gambar 4 Kekuatan dan keluwesan jari-jari tangan ketika membuat guntingan C. Peranan Kegiatan Montase Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Sumantri (2005: 143) motorik halus adalah kemampuan dalam keterampilan motorik yang berbeda pula dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak, untuk keterampilan motorik halus itu sendiri pengorganisasian penggunaan kelompok otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dan tangan. Sedangkan Sumanto (2005: 91) montase adalah suatu kreasi seni aplikasi yang dibuat dari tempelan guntingan gambar, atau guntingan foto, di atas bidang dasran gambar. Dalam

mengembangkan motorik halus banyak kegiatan yang dilakukan seperti kegiatan menggunting dan menempel. Menggerak-gerakan gunting mengikuti alur guntingan kertas merupakan kegiatan efektif untuk mengasah kemampuan motorik halus anak. Begitu pula dengan kegiatan menempel. Menempel membuat jari jemari anak menjadi lebih terlatih. Melalui pembelajaran motorik halus melalui kegiatan montase peneliti memperkenalkan kepada anak didik menempel dan menggunting dengan berbagai bentuk yang bervariasi dan berwarna agar anak didik tertarik. Dalam hal ini dengan kegiatan montase setiap anak berlatih mengembangkan motorik halus dengan kegiatan menggunting dan menempel. Di TK tersebut pembelajaran untuk mengembangkan motorik halus belum optimal sehingga peneliti ingin memberikan pembelajaran baru yang lebih menyenangkan untuk anak didik yaitu dengan kegiatan montase, dimana kegiatan montase dilakukan dengan belajar sambil bermain agar anak didik tidak merasa bosan. D. Penelitian yang Relevan Sebelum melakukan tindakan penelitian, peneliti menelusuri beberapa hasil penelitian yang memiliki keterkaitan dengan penelitian peningkatan motorik halus melalui kegiatan montase. Penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Dharmayana (2011) yang berjudul Upaya Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Melalui Montase di Kelompok B1 TK. Aisyiyah I Kota Bengkulu. Penelitian tersebut untuk mengetahui peningkatan keterampilan motorik halus anak melalui Montase, dengan subjek penelitian ini 12 orang anak yang terdiri dari 6 laki laki dan 6 orang anak perempuan, di kelas B1 di TK Aisyiyah I Kota Bengkulu Teknik penelitian ini adalah melalui Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dengan 2 siklus. Siklus I menerapkan teknik Montase dengan menggunakan observasi, siklus II dengan menerapkan teknik Montase dengan menjelaskan dan memperagakan. Setiap siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, observasi, refleksi. Berdasarkan analisis uji t, hasil dari perhitungan uji t ternyata t hitung lebih besar dari pada t tabel pada tarap signifikan 1 % ±

2.262 < ± 5.245. hal ini berarti melalui teknik montase mempunyai peningkatan yang signifikan terhadap meningkatkan motorik halus anak usia dini. E. Kerangka Berfikir Pada kondisi awal penelitian, kemampuan motorik halus anak dan minat belajar anak masih rendah, karena guru-guru kurang kreatif dalam pembelajaran. kemudian peneliti melakukan tindakan kelas (PTK) pada siklus 1 dengan melakukan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi ternyata hasil belajar belum optimal. Kemudian ada perbaikan pada siklus II langkah-langkahnya sama dengan siklus I. Pada kondisi akhir diharapkan melalui metode montase dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan motorik halus meningkat. Kondisi Awal 1. Metode Pembelajaran kurang menarik 2. Anak Bosan 3. Kemampuan motorik halus kurang berkembang Dilakukan Upaya perbaikan dengan PTK Siklus I, 3x pertemuan 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan Penelitian 3. Tahap Observasi 4. Tahap Refleksi 1. Hasil belajar belum optimal 2. Kemampuan motorik halus mulai me Siswa lebih aktif 3. ningkat Kondisi sudah meningkat, ada perbaikan tapi belum maksimal. Siklus II, 3x pertemuan 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan Penelitian 3. Tahap Observasi 4. Tahap Refleksi 1. Siswa sudah aktif 2. Hasil belajar meningkat 3. Kemampuan motorik halus meningkat Terjadi perbaikan yang optimal, treatmen berhasil.

Menurut Arikunto Gambar 2.1. Kerangka berfikir meningkatkan motorik halus melalui kegiatan montase F. Hipotesis Berdasarkan kajian teori di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah melalui kegiatan montase dapat meningkatkan motorik halus anak didik kelompok B TK Pembina Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang semester gasal tahun ajaran 2011/2012.