ANALISA STRUKTUR RANGKA DUDUKAN WINCH PADA SALUTE GUN 75 mm WINCH SYSTEM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

ANALISIS MOMEN LENTUR MATERIAL BAJA KONSTRUKSI DENGAN VARIASI MOMEN INERSIA DAN BEBAN TEKAN

BAB II LANDASAN TEORI

Bab II STUDI PUSTAKA

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG

METODE UNTUK MENGGANTUNG ATAU MENUMPU PIPA PADA INSTALASI PERPIPAAN. Murni * ) Abstrak

4. PERILAKU TEKUK BAMBU TALI Pendahuluan

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

P ndahuluan alat sambung

BAB II LANDASAN TEORI

Session 1 Konsep Tegangan. Mekanika Teknik III

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

TEGANGAN DAN REGANGAN GESER. Tegangan Normal : Intensitas gaya yang bekerja dalam arah yang tegak lurus permukaan bahan

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II DASAR TEORI 2.1 Spin Coating Metode Spin Coating

PROPOSAL TUGAS AKHIR DAFTAR ISI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pesat yaitu selain awet dan kuat, berat yang lebih ringan Specific Strength yang

Program Studi Teknik Mesin S1

BAB 2 SAMBUNGAN (JOINT ) 2.1. Sambungan Keling (Rivet)

BEARING STRESS PADA BASEPLATE DENGAN CARA TEORITIS DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM SIMULASI ANSYS

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN ITSM BAHAN AJAR MEKANIKA REKAYASA 2

PERANCANGAN DAN ANALISIS PEMBEBANAN GERGAJI RADIAL 4 ARAH

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam

STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

RANCANG BANGUN MESIN COPY CAMSHAFT (SISTEM RANGKA)

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

SAMBUNGAN LAS 6.1 PERHITUNGAN KEKUATAN SAMBUNGAN LAS Sambungan Tumpu ( Butt Joint ).

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING TAHAN GEMPA

TUGAS AKHIR. Analisa Tegangan dan Defleksi Pada Plat Dudukan Pemindah Transmisi Tipe Floor Shift Dengan Rib Atau Tanpa Rib. Yohanes, ST.

Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

ANALISA DAN EKSPERIMENTAL PERILAKU TEKUK KOLOM TUNGGAL KAYU PANGGOH Putri Nurul Hardhanti 1, Sanci Barus 2

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Mesin CNC turning

Kuliah ke-6. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax:

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Semoga Tidak Mengantuk!!!

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2]

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

MODUL KULIAH. Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan MEKANIKA TEKNIK III. Slamet Widodo, S.T., M.T.

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

PENGARUH KONFIGURASI RANGKA DAN OPTIMASI PROFIL TERHADAP KINERJA PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA

X. TEGANGAN GESER Pengertian Tegangan Geser Prinsip Tegangan Geser. [Tegangan Geser]

Oleh: Bayu Wijaya Pembimbing: Dr. Ir. Agus Sigit Pramono, DEA

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN GAMBAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin ABSTRAKSI

Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

KAJI NUMERIK DAN EKSPERIMENTAL LENDUTAN BALOK BAJA KARBON ST 60 DENGAN TUMPUAN ENGSEL - ROL

PENGARUH JUMLAH PLAT BESI TERHADAP DEFLEKSI PEMBEBANAN PADA PENGUJIAN SUPERPOSISI Andi Kurniawan 1),Toni Dwi Putra 2),Ahkmad Farid 3) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan prasarana fisik di Indonesia saat ini banyak pekerjaan

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN DESAIN RANGKA DAN BODY. Perhitungan Kekuatan Rangka. Menghitung Element Mesin Baut.

STUDI PERBANDINGAN STRUKTUR RANGKA ATAP BAJA UNTK BERBAGAI TYPE TUGAS AKHIR M. FAUZAN AZIMA LUBIS

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka:

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

1.2. Tujuan Penelitian 2

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BAJA BERDASARKAN TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI ) MENGGUNAKAN MATLAB

Henny Uliani NRP : Pembimbing Utama : Daud R. Wiyono, Ir., M.Sc Pembimbing Pendamping : Noek Sulandari, Ir., M.Sc

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

Sambungan diperlukan jika

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. dengan perkuatan tulangan transversal dan cover plate yang dibebani arah aksial,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. BATANG TEKAN. I. Gaya tekan kritis. column), maka serat-serat kayu pada penampang kolom akan gagal

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Prinsip Statika Keseimbangan (Meriam& Kraige, 1986)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN PENGADUK ADONAN ROTI TAWAR (BAGIAN STATIS) LAPORAN PROYEK AKHIR. Oleh :

MODUL PERKULIAHAN. Struktur Baja 1. Batang Tarik #1

PENGARUH VARIASI MODEL TERHADAP RESPONS BEBAN DAN LENDUTAN PADA RANGKA KUDA-KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU

BAB 1 PENDAHULUAN...1

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEKAKUAN KOLOM BAJA TERSUSUN EMPAT PROFIL SIKU DENGAN VARIASI PELAT KOPEL

PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

ANALISIS KAPASITAS BALOK BETON BERTULANG DENGAN LUBANG PADA BADAN BALOK

D3 TEKNIK SIPIL FTSP ITS

PERANCANGAN ALAT PEMINDAH BATERAI MENGGUNAKAN SISTEM PNEUMATIK UNTUK BEBAN MAKSIMAL 18 KG

Jurnal Teknika Atw 1

Studi Analisis Tinggi Lubang Baja Kastilasi dengan Pengaku.Ni Kadek Astariani 25

Transkripsi:

Rizky Putra Adilana, Sufiyanto, Ardyanto (07), TRANSMISI, Vol-3 Edisi-/ Hal. 57-68 Abstraksi ANALISA STRUKTUR RANGKA DUDUKAN INCH PADA SALUTE GUN 75 mm INCH SYSTEM Rizky Putra Adilana, Sufiyanto, Ardyanto 3 Salute Gun 75mm inch System merupakan alat yang berfungsi sebagai penarik meriam dengan menggunakan winch untuk memudahkan perpindahan gelar meriam. Berdasarkan fungsi dari Salute Gun 75 mm inch System ini, struktur rangka dudukan winch harus dapat menahan beban meriam saat winch menarik meriam tersebut. Sehingga elemen struktur rangka harus diperhitungkan untuk menghindari terjadinya kecelakaan akibat penarikan beban tersebut. Pada penelitian ini, analisis struktur rangka ini menggunakan software MA Truss meliputi gaya yang, tegangan, regangan dan efek buckling bekerja pada elemen struktur rangka sehingga dapat diketahui kekuatan struktur rangka dudukan winch menahan beban meriam tersebut. Hasil analisis struktur rangka ini adalah tegangan kerja elemen batang struktur 5,7% dari kekuatan ijin bahan dan buckling analysis menunjukkan,7% buckling force. Kekuatan sambungan las pada elemen batang menunjukkan kondisi 5% dari kemampuan maksimal las. Sedangkan pada sambungan baut untuk dudukan winch system diperoleh tegangan tarik actual 7,% batas kekuatan tarik, tegangan geser 38,5% kekuatan geser dan tegangan permukaan 7% dari batas tegangan permukaan ijin. Kata Kunci : Salute Gun 75 mm, inch System, Struktur Rangka PENDAHULUAN Salute Gun 75 mm merupakan salah satu jenis alutsista TNI AD yang tidak dirancang untuk berperang. Sesuai namanya, meriam ini lebih dipergunakan untuk melepaskan tembakan penghormatan dan atraksi. Untuk memudahkan perpindahan gelar meriam ini, digunakan Salute Gun 75 mm inch System. Alat ini berfungsi sebagai alat penarik meriam yang menggunakan winch dan tali kawat baja sebagai komponen utama dalam alat penarik ini. Konstruksi struktur rangka dudukan winch mempunyai peranan yang sangat penting untuk menahan mekanisme winch yang sedang menarik meriam salute gun 75 mm. Pada sebuah konstruksi rangka, kekuatan dalam menahan beban yang bekerja pada elemen struktur rangka harus benar-benar diperhitungkan sehingga memperkecil angka kegagalan pada design tersebut. Selain itu, pemilihan bahan pada konstruksi rangka dudukan winch ini harus diperhatikan. Untuk komponen struktur rangka dudukan winch ini digunakan profil baja siku 40 mm x 40 mm x 3 mm. Pemilihan bahan jenis ini karena profil baja siku merupakan profil yang umum digunakan untuk struktur rangka sederhana. Berdasarkan uraian diatas, maka diperlukan analisa terhadap struktur rangka dudukan winch tersebut dengan menggunakan software MA Truss. Hasil analisis merupakan gaya yang bekerja pada elemen batang atau elemen struktur rangka, tegangan dan regangan serta efek Mahasiswa Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Merdeka Malang Dosen Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Merdeka Malang 3 Dosen Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Darat 57

buckling pada setiap elemen struktur rangka yang mengalami gaya tekan. TINJAUAN PUSTAKA Salute Gun 75 mm merupakan jenis meriam penghormatan dan atraksi Salute Gun 75 mm yang mempunyai berat 45 Kg. Pada pengaplikasiannya, meriam ditarik ke atas kendaraan menggunakan alat penarik meriam yaitu Salute Gun 75 mm inch System dengan menggunakan profil baja siku 40 mm x 40 mm x 3 mm sebagai komponen utama elemen kerangka struktur dudukan winch tersebut. Gambar. Salute Gun 75 mm inch System Kerangka/Struktur Struktur adalah suatu bangunan yang terdiri dari batang-batang yang disambungkan pada ujung-ujungnya satu dengan yang lain. Analisa gaya pada struktur, dimana batang-batang pada struktur tersebut dianggap sebagai batang dua gaya yaitu suatu batang yang berada dalam kesetimbangan akibat aksi dua gaya yang sama besar, berlawanan arah dan garis kerja gaya segaris. Untuk menyelesaikan perhitungan konstruksi rangka batang, umumnya dapat diselesaikan dengan beberapa metode sebagai berikut : a. Cara grafis yang dilakukan dengan menggambarkan gaya-gaya yang bekerja pada struktur dalam bentuk poligon gaya tertutup. Besar dan arah vektor gaya ditentukan berdasarkan hasil gambar vektor yang ditunjukkan pada poligon gaya sesuai dengan prinsip kesetimbangan. b. Cara analistis dilakukan dengan metode sambungan yaitu dengan menerapkan persamaan kesetimbangan gaya yang bekerja pada setiap titik simpul yang menghubungkan batang-batang pada struktur. Dua persamaan kesetimbangan gaya yang dipergunakan dalam menganalisa gaya yang terjadi pada batang yaitu Σ Fx = 0 dan Σ Fy = 0 (Sears Zemansky, 98). Jenis material yang umum digunakan dalam struktur rangka adalah baja struktur (A36 Structural) merupakan baja tahan karat austenit. Tegangan, Regangan dan Buckling a. Tegangan (σ) Tegangan adalah besaran pengukuran intensitas gaya atau reaksi yang timbul persatuan luas. Gaya aksial yang bekerja di penampangnya adalah resultan dari tegangan yang terdistribusi kontinu. Dengan mengasumsikan bahwa tegangan terbagi rata di seluruh potongan, 58

Rizky Putra Adilana, Sufiyanto, Ardyanto (07), TRANSMISI, Vol-3 Edisi-/ Hal. 57-68 maka resultannya harus sama dengan intensitas tegangan dikalikan dengan luas penampang dari batang tersebut. Apabila batang ditarik dengan gaya, maka tegangannya adalah tarik. Begitu juga apabila gayanya mempunyai arah sebaliknya, maka batang tersebut mengalami tegangan tekan. Sehingga tegangan dapat berupa tarik atau tekan dan rumus berikut digunakan dalam menyatakan besar tegangan : (Gere dan Timoshenko, 97) F A σ = Tegangan (N/mm ) F = Gaya (N) A = Luas penampang (mm ) b. Regangan (ε) Regangan didefinisikan sebagai perubahan panjang material dibagi panjang awal akibat gaya gaya tarik. Regangan akan mengalami tarik ataupun tekan. Regangan tidak mempunyai satuan dan hanya dinyatakan dengan suatu bilangan. Harga dari regangan biasanya sangat kecil karena batang yang terbuat dari bahan struktural hanya mengalami perubahan panjang yang kecil apabila dibebani. Sehingga untuk mencari besaran regangan dapat digunakan rumus sebagai berikut : (Gere dan Timoshenko, 97) E ε = Regangan σ = Tegangan (N/mm ) E = Modulus Elastisitas (N/mm ) c. Buckling Sebagian besar struktur yang memiliki dimensi langsing atau tipis dan mengalami tegangan tekan akan mengalami masalah instabiltas tekuk atau buckling. Buckling merupakan suatu proses dimana suatu struktur tidak mampu mempertahankan bentuk aslinya, sedemikian rupa berubah bentuk dalam rangka menemukan keseimbangan baru. (https://www.scribd.com/doc/470044/t eori-buckling). Konsekuensi buckling pada dasarnya adalah masalah geometrik dasar, dimana terjadi lendutan besar sehingga akan mengubah bentuk struktur, sehingga dapat digunakan rumus sebagai berikut: ) Gaya buckling (F b ) (R.S. Khurmi, 005) F b ) Batas aman buckling (S b ) S b EI L F b F F = Gaya pada batang (N) F b = Gaya buckling (N) E = Modulus elastisitas (N/mm ) 59

L = Panjang batang (mm) I = Momen inersia (mm 4 ) Sambungan Baut Baut dan mur merupakan alat pengikat yang sangat penting untuk mencegah kecelakaan, atau kerusakan pada mesin. Untuk menentukan ukuran baut dan mur, beberapa faktor harus diperhatikan antara lain beban statis aksial murni, beban aksial, beban geser dan beban tumbukan aksial. Tabel. Ukuran Standar Ulir Kasar Metris (Sularso, 978) a. Tegangan tarik baut (σ t ) t ( / 4). d σ t = Tegangan tarik baut (N/mm ) = Beban tarik aksial baut (N) d = Diamater dalam ulir (mm) b. Tekanan kontak permukaan ulir (q) q ( / 4)( B d ) q = Tekanan kontak permukaan ulir (N/mm ) = Beban tarik aksial pada baut (N) B = Jarak dua sisi sejajar dari segi enam baut (mm) d = Diameter luar ulir (mm) c. Jumlah ulir baut (z) z q.. d. H z = Jumlah ulir baut = Beban tarik aksial pada baut (N) d = Diameter efektif ulir (mm) H = Tinggi mur (mm) d. Tegangan geser akar ulir baut ( b ) b. d. k. p. z b = Teg. geser akar ulir baut (N/mm ) d = Diameter dalam ulir (mm) k = Tebal akar ulir luar (mm) = 0,84 p = Jarak bagi (mm) z = Jumlah ulir e. Tegangan geser ijin baut pengikat ( a ) t a Sf. Sf a = Tegangan geser ijin baut pengikat (N/mm ) σ t = Kekuatan tarik baut (N/mm ) Sf = Harga untuk bahan SF dengan kekuatan yang dijamin Sf = Harga untuk bahan SF dengan pengaruh kekasaran permukaan 60

Rizky Putra Adilana, Sufiyanto, Ardyanto (07), TRANSMISI, Vol-3 Edisi-/ Hal. 57-68 Sambungan Las Mengelas adalah menyambung dua bagian logam dengan cara memanaskan sampai suhu lebur dengan memakai bahan pengisi atau tanpa bahan pengisi. Dalam sambungan las in, kekuatan sebuah sambungan las tergantung dari beberapa faktor antara lain bentuk dari sambungan dan kualitas bahan kawat las (Umar Sukrisno, 984). Untuk mengetahui kemampuan suatu sambungan las terhadap suatu beban dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : a. Luas penampang las (A) (Umar Sukrisno, 984) A = a. l A = Luas penampang las (mm ) a = Tebal plat (mm) l = Panjang sambungan las (mm) = Teg tarik maksimal kawat las (mm ) c. Beban yang mampu diterima Las (F las ) F las = A. F las = Beban yang mampu diterima Las (N/mm ) A = Luas penampang las (mm ) = Tegangan pada penampang las (N/mm ) METODOLOGI PENELITIAN Diagram Alir Penelitian Gambar 3. Diagram Alir Penelitian Gambar. Penampang Sambungan Las (Umar Sukrisno, 984) b. Tegangan pada penampang las ( ) = 0,85. Dimana: = Tegangan pada penampang las (N/mm ) Variabel Yang Direncanakan Variabel yang digunakan pada penelitian ini ada dua yaitu variabel bebas dan terikat seperti dibawah:. Variabel bebas adalah variabel yang besarnya ditentukan dalam analisis, antara lain dimensi rangka, berat meriam dan posisi meriam saat ditarik dengan sudut 4 0. 6

. Variabel terikat adalah variabel yang besarnya tergantung pada variable output yang dihasilkan oleh simulasi dengan software MA Truss yaitu gaya batang pada setiap struktur, reaksi tumpuan untuk perhitungan baut, tegangan, regangan dan efek buckling pada batang struktur. Prosedur Penelitian Adapun langkah pengujian yang dilakukan sebagai berikut :. Pemilihan material batang rangka yang digunakan.. Analisa menggunakan MA Truss. Gambar 4. Model Rangka D Dudukan inch System ANALISA DAN PEMBAHASAN Gambar 5. Diagram Benda Bebas Pembebanan Struktur Rangka Saat Menarik Beban Meriam Salute Gun 75 mm 6

Rizky Putra Adilana, Sufiyanto, Ardyanto (07), TRANSMISI, Vol-3 Edisi-/ Hal. 57-68 Pada analisa strukitur rangka ini, digunakan beban meriam saat diatas gelagar dengan kemiringan 4 0. Gaya normal N yang dihasilkan terkait dengan perhitungan gaya gesek yang ditimbulkan, yaitu F f = μ. N. Besarnya gaya normal N ditentukan dengan persamaan dari diagram benda bebas sebesar : N =. cos θ = 45. cos 4 0 = 37,9 kg f = 379, N Gaya tarik tali winch (F) diperoleh dengan cara : F = sin θ + F f = 45. sin 4 0 + 0,. 37,9 = 43 kg f = 430 N Gaya tali F penarik meriam tersebut diuraikan menjadi dua komponen yaitu Fx dan Fy yang akan bekerja secara simetris untuk kerangka utama sisi kiri dan kanan. Besarnya komponen gaya tersebut adalah : F x = F. cos 4 0 = 430. cos 4 0 = 0 N F y = F. sin 4 0 = 430. sin 4 0 = 988 N Setiap kerangka utama akan menerima beban ½ dari masing-masing komponen gaya tersebut. Gambar 6. Diagram Benda Bebas Gaya Pada Struktur Rangka Material Properties Elemen batang yang digunakan pada struktur rangka dudukan winch pada salute gun 75 mm winch system mempunyai spesifikasi seperti yang tercantum pada gambar 7 berikut. 63

Langkah- : membuat geometric properties Gambar 7. Spesifikasi Material Properties Batang Struktur Simulasi MA Truss 64 Berdasarkan model struktur rangka (gambar 4) dan diagram benda bebas gaya yang bekerja pada struktur rangka (gambar 6) digunakan untuk membuat model analisis dan simulasi menggunakan software MA Truss. Adapun langkahlangkah menggunakan MA Truss adalah sebagai berikut : Gambar 8. Geometric Properties Langkah- : menentukan material properties Gambar 9. Material Properties

Rizky Putra Adilana, Sufiyanto, Ardyanto (07), TRANSMISI, Vol-3 Edisi-/ Hal. 57-68 Langkah-3 : menentukan constraints Langkah-6 : list results Gambar 0. Constraints Langkah-4 : menentukan applied loads Gambar. Applied Loads Langkah-5 : penyelesaian dengan solve Gambar 3. List Results Kekuatan Baut Dalam perencanaan baut winch, dilakukan perhitungan gaya yang bekerja pada baut winch menggunakan diagram benda bebas pada gambar 4 berikut. l = 8, cm Gambar. Solve Gambar 4. Diagram Benda Bebas inch System 65

M 0 R. l F. l F. h 0 B Ay y x R Ay.8, + 988.½.8, - 0. = 0 0. 988..8, RAy 754, 78 N 8, F 0 R F R 0 v By y Ay R By = 754,78 + 988 = 374.78 N F 0 F R 0 R Bx = 0 N Pada setiap posisi baut (titik A dan B) terdapat dua buah baut yang bekerja. Perhitungan kekuatan baut ditinjau dari dua arah pembebanan yang bekerja pada baut, yaitu arah horizontal (R Bx ) dan arah vertikal (R By ). - Akibat pembebanan arah vertikal (R By ) Perhitungan tegangan tarik baut M0 yang terjadi adalah :.374,78 t ( / 4). d ( / 4).8,376 34 N / mm Sedangkan tekanan kontak permukaan ulir yang terjadi adalah : q h x Bx Jumlah ulir baut (z) yang menahan beban tarik yang bekerja :.374,78 ( / 4)( B d ) ( / 4).0 0 7,94 N / mm.374,78 z 0, q.. d. H 7,94..9,06.0,8 Tegangan geser akar ulir baut ( b )..374,78 b. d. k. p. z.8,376.0,84.,5. - Akibat pembebanan arah horisontal (R Bx ) Tegangan geser akibat pembebanan arah horizontal (4 baut yang menahan), yaitu : Sambungan Las Untuk mengetahui kekuatan sambungan las terhadap suatu beban adalah sebagai berikut : Luas penampang las (A) A = a. l = 3 mm. 40 mm = 0 mm Tegangan pada penampang las ( ) dengan sudut penampang las adalah 45 0 = 0,85 (tabel sudut las) dan kekuatan tarik ( ) kawat las Nikko Steel RD 60 3, mm tersebut adalah 60 Psi atau 43,69 N/mm. Sehingga: = 0,85. = 35,63 N/mm Beban yang mampu diterima sambungan batang yang dilas (F las ) F las = A. 5,3 N / mm Pembahasan F. 0 4 0 8 376 N / mm A.., 4 = 495,9 N Hasil simulasi analisa struktur rangka dudukan winch pada salute gun 75 mm winch system dengan MA Truss ditunjukkan pada list results (gambar 3). Setiap elemen batang pada struktur 66

Rizky Putra Adilana, Sufiyanto, Ardyanto (07), TRANSMISI, Vol-3 Edisi-/ Hal. 57-68 menerima gaya akibat pembebanan yang bekerja pada struktur rangka tersebut. Terdapat dua kondisi gaya yang bekerja pada batang (elemen force), yaitu batang tarik dan batang tekan. Batang tarik menunjukkan bahwa kondisi batang menerima gaya tarik yang dinyatakan dengan nilai positif (+). Sedangkan pada batang tekan, kondisi batang menerima gaya tekan yang dinyatakan dengan nilai negatif (-). Gaya batang terbesar terjadi pada batang 0 dengan nilai 6335,98 N. Kondisi gaya yang bekerja pada batang 0 adalah batang tekan. Setiap elemen batang mempunyai spesifikasi material properties yang sama seperti yang dinyatakan pada gambar 9. Dengan luas penampang yang sama, maka tegangan terbesar juga terjadi pada batang 0. Tegangan yang terjadi adalah tegangan tekan sebesar 748500 Pa atau -7,43 N/mm (tanda negatif menunjukkan arah gaya tekan). Berdasarkan jenis bahan profil yang digunakan, tegangan tarik maksimum pada jenis profil ini yaitu 480 Mpa atau 480 N/mm (Ach. Muhib Zainuri, 008). Dengan demikian tegangan kerja yang terjadi masih lebih kecil dibandingkan tegangan tarik maksimum yang dimiliki oleh bahan struktur batang, yaitu 5,7% dari kekuatan tarik maksimumnya. Deformasi atau regangan element strains (ε) yang terjadi tentunya masih sangat kecil yaitu sebesar,37. 0-4 (list results gambar 3). Efek buckling pada elemen batang sebuah struktur dapat terjadi apabila kondisi gaya yang bekerja pada batang (element force) tersebut adalah gaya tekan (batang tekan). Hal ini disebabkan karena penampang profil batang relatif sangat kecil dibandingkan dengan panjang batang tersebut. Karakteristik profil batang yang seperti ini disebut dengan kolom dan beban yang bekerja adalah gaya tekan arah aksial. Berdasarkan buckling analysis (gambar 3) kondisi kritis dialami oleh batang tekan dengan ukuran paling panjang, yaitu batang 0 dengan buckling force (F b ) sebesar 38857,76 N. Nilai buckling force (F b ) ini masih sangat kecil dibandingkan dengan gaya tekan yang terjadi di batang 0 itu sendiri, yaitu 6335,9835 N (,7% dari batas kritis buckling force F b ) dengan safety factor buckling (S b ) yang dimiliki sebesar 37,7. Untuk analisa kekuatan sambungan las pada elemen batang struktur, kemampuan sambungan antar elemen batang memiliki kekuatan las sebesar 495,9 N. Kekuatan las tersebut dibandingkan dengan gaya terbesar yang bekerja pada elemen batang 0 sebesar 6335,9835 N (nilai negatif hanya menunjukkan arah atau kondisi pembebanan). Hal ini menunjukkan bahwa 67

gaya yang harus ditahan oleh sambungan las sebesar 5% dari kekuatan maksimal sambungan las tersebut. Hasil perhitungan kekuatan sambungan baut pada dudukan winch system menunjukkan bahwa baut yang direncanakan menggunakan baja karbon S30C mempunyai mengalami tegangan tarik σ t sebesar 34 N/mm. Nilai tegangan tarik aktual yang bekerja 7,% dari kekuatan tarik ijin bahan yaitu 48 Kg/mm atau 470,7 N/mm. Sedangkan berdasarkan tegangan geser actual yang terjadi sebesar 0 N/mm masih pada kondisi 38,5% dari tagangan geser ijin bahan yaitu 6,5 N/mm. Untuk tekanan kontak permukaan ulir (q) yang terjadi menunjukkan hasil sebesar 7,94 N/mm, dimana nilai tersebut 7% dari tekanan permukaan yang diizinkan 3 Kg/mm atau 9,4 N/mm. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisa struktur yang telah dilakukan menggunakan simulasi MA Truss, maka dapat disimpulkan bahwa struktur rangka yang digunakan untuk menopang dudukan winch pada salute gun 75 mm winch system dalam kondisi memenuhi batasan perencanaan. Hasil analisis MA Truss meliputi gaya batang (element force), tegangan dan regangan (stress and strain), gaya buckling (buckling force) dan faktor 68 keamanan buckling (safety factor buckling) semuanya dalam batas perencanaan yang diijinkan. DAFTAR PUSTAKA Nichols, Anne, 0, Architectural Structures III: Structural Analysis and Systems Pdf. Popov, E.P., 984, Mekanika Teknik (Mechanics of Materials), Penerbit Erlangga, Jakarta. R.S. Khurmi & J.K., Gupta, 005, A Text Book Of Machine Design, Eurasia Publising House (Pvt) LTD, Ran Nagar, New Delhi. Schodek, Daniel L, 99, Struktur, PT Eresco, Bandung. Sularso, MSME, 987, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. PT Pradnya Paramita, Jakarta Sukrisno, Umar, 984, Bagian-Bagian Mesin Dan Merencana, Penerbit Erlangga, Jakarta Zainuri, Ach Muhib, 008, Kekuatan Bahan (Strength of Materials). Penerbit ANDI, Yogyakarta. Zemansky, Sears, 98, Fisika Untuk Universitas, Penerbit Binacipta, Jakarta.