REDESAIN GEDUNG BIOSKOP DI KAWASAN MALIOBORO, YOGYAKARTA BAGIAN I. Pendahuluan dan Latar Belakang UKDW TUGAS AKHIR WILFRIDUS GALIH PRAKOSA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN. lainya berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak antara 110 o 24 I 19 II sampai

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA Kondisi Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. di sektor jasa yang disebut industri pariwisata, oleh karena itu banyak negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung

BAB I PENDAHULUAN. menjadi daerah yang memiliki daya tarik tersendiri yang mampu menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

Pembentukan Cluster Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) di Kota Yogyakarta

BAB 2 TINJAUAN TENTANG PASAR

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

PUSAT RESTORAN MASAKAN TRADISIONAL YOGYAKARTA DENGAN KONSEP TROPIS MODERN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Destinasi pariwisata merupakan daya tarik bagi kedatangan wisatawan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata merupakan industri yang banyak dikembangkan di negaranegara

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

UKDW. UU Reepublik Indonesia no.40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan

BAB 4 TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kelayakan

BAB I PENDAHULUAN. setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. 1

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB IV TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN. Tabel 4.1 Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Kabupaten/ Luas Area

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul

BAB III TINJAUAN LOKASI BANGUNAN REHABILITASI ALZHEIMER DI YOGYAKARTA

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB III: TINJAUAN LOKASI

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menerus meningkat, memerlukan modal yang besar jumlahnya. Pengembangan kepariwisataan merupakan salah satu alternatif yang

BAB III TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kota Gudeg, Kota Pelajar, Kota Budaya dan Kota Sejarah. Dari julukan

BAB III TINJAUAN KHUSUS PUSAT OLAHRAGA PAPAN LUNCUR YANG EDUKATIF DAN REKREATIF DI YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. identitas. Identitas akan memberikan arti sebagai pembentukan image suatu

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor

BAB III TINJAUAN LOKASI

LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

Nomor 66 Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2010 WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 66 TAHUN 2010 PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ekonomi kota dan urbanisasi serta globalisasi

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

STUDI PENGARUH TATA RUANG TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN DI MALIOBORO MALL, GALERIA MALL DAN AMBARRUKMO PLAZA, YOGYAKARTA 2014

BAB I PENDAHULUAN. daerah pegunungan, pantai, waduk, cagar alam, hutan maupun. dalam hayati maupun sosio kultural menjadikan daya tarik yang kuat bagi

BAB III GEDUNG KONSER MUSIK KLASIK DI YOGYAKARTA

UKDW. Tahap Pengumpulan Data

BAB III TINJAUAN WILAYAH

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Statistik disertakan pada lampiran-tabel 2 dan 3

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

UKDW. - Profil kota - Penyebaran tempat wisata - Tipe hotel dan penyebaran hotel di. Yogyakarta

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. ini telah menjadi pendorong pada integrasi kota-kota besar di Indonesia, dan juga di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Yogyakarta adalah kota yang relatif aman, stabil dan mempunyai

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Fenomena Elemen Elemen Kawasan terhadap kawasan Tugu Pal Putih

BAB III KAJIAN TAPAK KAWASAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. tahun perkembangan jumlah penduduk kota Yogyakarta semakin meningkat

BAB II TINJAUAN AREA STUDI

BAB III TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA. 3.1 Tinjauan Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

3.6. Analisa Program Kegiatan Sifat Kegiatan Konsep Rancangan Konsep Perancangan Tapak Konsep Tata Ruang 75

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Besar Kunjungan Wisatawan di Kota Yogyakarta JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek. Pada dekade terakhir, perkembangan kegiatan pendidikan,

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN RE-DESAIN STADION CANDRADIMUKA KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Departemental Advice Note TA/10/80 dalam Idris Zilhardi (2007) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. masyarakat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Jalan ini terkenal karena merupakan salah satu penggal sejarah kemerdekaan RI

BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Pariwisata juga merupakan suatu komponen dari pola

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

Tugas akhir ismail yakub BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

Transkripsi:

Pendahuluan dan Latar Belakang BAGIAN I 1

YOGYAKARTA Yogyakarta Sebagai Daerah Tujuan Pariwisata, Kota Seni Budaya, dan Kota Pelajar Letak geografis : 7 49' 26" - 7 15' 24" Lintang Selatan dan 110 24' 19" - 110 28' 53" Bujur Timur. Data administratif kota yogyakarta terdiri dari 14 Kecamatan dan 45 kelurahan dengan luas wilayah 32,5 km² atau 1,02% dari luas wilayah Propinsi DIY. Kota Yogyakarta yang terletak di daerah dataran lereng aliran Gunung Merapi, memiliki kemiringan lahan yang relatif datar dan berada pada ketinggian rata-rata 114 M dpa. Terdapat 3 sungai yang mengalir dari arah Utara ke Selatan yaitu : sungai Gajahwong yang mengalir di bagian Timur kota, sungai Code di bagian Tengah dan sungai Winongo di bagian Barat kota. Utara Selatan Timur Barat : Kabupaten Sleman : Kabupaten Bantul : Kabupaten Gunung Kidul : Kabupaten Kulon Kawasan di Yogyakarta Penamaan diadopsi dari nama seseorang anggota kolonial Inggris yang pernah menduduki Yogyakarta pada tahun 1811 1816 M, yakni Marlborough. Kawasan ini meliputi Tempat Khusus Parkir I, Tempat Khusus Parkir II, sepanjang Jalan dan Jalan Ahmad Yani. Kawasan wisata belanja yang disertai berbagai macam aktivitas dan merupakan ikon kota Yogyakarta dekat dengan obyek-obyek wisata sejarah, wisata arsitektur peninggalan kolonial, dan juga wisata belanja tradisional lainnya antara lain Keraton Yogyakarta dan alun-alunnya, Masjid Agung, Benteng Vredeburg, Museum Sonobudoyo, dan Kampung Kauman Monumen Tugu Masjid Agung Kauman Dengan jumlah penduduk dan pengunjung semakin meningkat maka perlu pengembangan berbagai fasilitas umum. WaterCastle Tamansari 1881 und 2001 Imaginary Axis to the Merapi Vulcano Imagin ary Axis to the Indone Indonesian sian Ocean Ocean Merapi Vulcan o Alun-alun Utara Source: Bawole, Paulus. Urban Growth Control for Yogyakarta City, Indonesia. Unpublished Master Thesis Stuttgart University, Stuttgart 1995 KAWASAN MALIOBORO Kenapa??? Sejarah atau nilai historis sebagai bagian perkembangan Kota Yogyakarta sebagai ikon kota Yogyakarta sebagai sumbu imajiner Kraton Tugu Gunung Merapi sebagai salah satu Pusat Perbelanjaan di Yogyakarta sebagai daerah wisata belanja bagi wisatawan lokal dan mancanegara Kenapa Bioskop??? REDESAIN GEDUNG BIOSKOP DI KAWASAN MALIOBORO, YOGYAKARTA Bioskop selalu dapat menarik keramaian Bioskop dalam pusat perbelanjaan menjadi salah satu fasilitas pendukung Menonton film adalah salah satu hiburan yang diminati banyak orang Menonton film di bioskop sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat pada umumnya BIOSKOP 2 + Kenapa Redesain Bioskop di??? Di kawasan sendiri sudah terdapat bioskop yang berdiri sejak tahun 1951, tetapi keadaannya sudah tidak terawat lain dan sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan pengunjung kawasan. Secara akustik, tingkat kenyamanan, jumlah studio kurang memenuhi standar lagi dan memiliki fasad bangunan yang kurang menarik. Masih terdapat keinginan masyarakat disekitar untuk menonton di bioskop ini, meskipun bioskop memiliki beberapa kekurangan dan kurang memenuhi standar kenyamanan Animo masyarakat Yogyakarta terhadap menonton bioskop cukup tinggi Bioskop Kapasitas(kursi) Jam tayang/hari Asumsi Max Jumlah Penonton (Per hari bila bioskop terisi penuh) Studio 21 1.237 6-7 7.422 8.659 Empire XXI 1.244 5-6 6.220 7.464 Sumber: Sumber : Analisis penulis, 2010. Sumber: www.cineplex21.com Sumber : dok. penulis, 2010. Sumber : dok. penulis, 2010.

Gedung Bioskop di Kawasan malioboro Kondisi Bioskop Lama Indra Redesain Gedung Bioskop di Kawasan Dihidupkan??? TUJUAN Tujuan dari meredesain bioskop Indra di Kawasan dengan menambah kapasitas studio, tempat parkir dan beserta fasilitas-fasilitas pendukungnya adalah untuk menghidupkan kembali fungsi bioskop Indra sebagai bangunan publik dan sarana hiburan di kawasan sekaligus memberikan fungsi tambahan sebagai tempat untuk mendukung kegiatan seni dan budaya lewat film. SASARAN Sasaran terutama dari gedung bioskop ini adalah pelajar dan mahasiswa komunitas pencinta film dan para film maker. Masyarakat umum merupakan sasaran kedua dari gedung bioskop ini. Bioskop Lama Indra di merupakan bagian dari Kawasan yang merupakan daerah wisata belanja dan juga bagian dari keberagaman budaya di Yogyakarta Issue-issue yang terjadi disekitar kawasan: Merupakan area yang padat dan ramai. Permasalah lalulintas kendaraan. Permasalahan lalu lintas kendaraan dengan pejalan kaki. Pedestrian untuk pejalan kaki dengan pedagang kaki lima. Kurangnya open space dan vegetasi sebagai paruparu kota. Issue-issue mengenai gedung bioskop lama dengan kawasan: Bangunan asli kurang menarik terkait dengan citra kawasan sebagai daerah wisata, bahkan banyak orang tidak sadar bahwa di memiliki gedung bioskop. Issue yang muncul bila gedung bioskop lama di kawasan di redesain: Gedung bioskop merupakan bangunan publik yang mampu menjadi penarik keramaian. Sehingga memungkinkan peningkatan pengunjung ke kawasan, maka perlu adanya usaha dalam mengendalikan keramaian pada pintu masuk dan keluar site dan penataan tempat parkir beserta kapasitasnya. Ada sejak 1951. Apakah termasuk katergori benda cagar budaya, situs, dan Kawasan cagar budaya yang dilindungi UU? PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2005 1. Pada Pasal 1 huruf c dan j nomor 1) berbunyi sebagai berikut : c. Gubernur ialah Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. j. Benda Cagar Budaya yaitu : 1) benda buatan manusia, bergerak atau tidak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya yang berumur sekurangkurangnya 50 (lima puluh) tahun atau mewakili masa gaya yang khas dan masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan; k. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan adalah kaeasan yang merupakan lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami yang khas. PERATURAN MENTRI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA Nomor: PM.07/PW.007/MKP/2010 Penetapan Gedung BNI 46, Gedung SMP Negeri 6, Gedung Kantor Pos Besar, Kelenteng Poncowinatan (Kranggan), Gedung BANK Indonesia, Gereja Santo Antonius, Gedung SMP Negeri 3, Kompleks Gedung Kepatihan, Gedung Museum Sasmitaloka, Gedung SMP Negeri 1, Gedung Rumah Sakit Panti Rapih, Gedung Koni, Kraton Yogyakarta, Puro Pakualaman, Ndalem Tejokusuman, dan Gedung Kantor Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kota Yogyakarta yang berlokasi di Wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai benda cagar budaya yang dilindungi Undang-undang Republik Indonesia No 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Pemerintah Propinsi DIY mengajukan usulan anggaran sebesar Rp 18 Miliar pada perubahan APBD 2010 DIY untuk pembebasan lahan bekas Bioskop Indra. Lahan seluas sekitar 7.000 meter persegi itu direncanakan sebagai tempat parkir kendaraan pengunjung.... Pemprov telah mendapatkan izin dari pemerintah pusat untuk mengelola lahan itu. Kami akan menawarkan kepada investor untuk mengelola lahan tersebut. Salah satu penggunaanya adalah tempat parkir bagi. Sumber: dokumentasi penulis, 2010 Sumber: Analisis Penulis Gedung bioskop yang diredesain akan menjadi tempat untuk mengapresiasikan seni dan juga budaya. Sumber: Koran Kompas, Rabu, 23 September 2010 3

KAWASAN MALIOBORO DALAM ARSITEKTUR Bagian II Daerah Barat (Jl Bhayangkara, Jl Joyonegaran) Bagian I Pinggiran dan ruang Jalan dan Jalan A. Yani daerah II mulai di belakang bangunan yang menghadap Jalan, kemudian meluas ke arah Barat sampai di jalan raya kota (Jl. Bhayangkara, Jl. Joyonegaran). Daerah tersebut dibagi dari Utara ke Selatan dalam 5 wilayah dengan 4 jalan raya. Sebagian besar daerah bagian Utara dipakai untuk aktivitas pariwisata, sedangkan bagian Selatan dipakai untuk pertokoan dan hunian. Bagian III Daerah Tmur (Jl Mayor Suryotomo, Jl Mataram) Daerah I meliputi ruang Jalan dan daerah III mulai di belakang bangunan yang Jalan A. Yani, serta semua bangunan dan menghadap Jalan, kemudian meluas ruang terbuka yang ada di pinggirannya. ke Timur sampai di jalan raya kota (Jl. Mayor Kedalaman bangunan dan ruang tersebut Suryotomo, Jl. Mataram). Sebagian besar sangat berbeda (15-120m). Daerah ini hanya daerah bagian Utara dipakai untuk aktivitas berfokus pada ruang di depan, yaitu Jalan pariwisata dan instansi pemerintahan, U Sumber: Peta Rencana Tata Ruang Jalan Wilayah Kota II dan III sedangkan bagian Selatan dipakai untuk pertokoan dan pasar kota. 4

BIOSKOP DI YOGYAKARTA EMPIRE XXI Jl Urip Sumoharjo Merupakan bioskop cineplex Bioskop menjadi bagian sebuah plaza Kapasitas 1.237 kursi dengan 6 studio Harga tiket antara Rp. 20.000,- Rp. 50.000,- Studio 1 12.15 14.25 16.35 18.45 20.55-2 12.45 14.55 17.05 19.15 21.25-3 12.10 14.20 16.30 18.40 20.50-4 12.15 14.35 16.55 19.15 21.35-5 12.10 14.20 16.30 18.40 20.50-6 12.30 14.20 16.10 18.00 19.50 21.40 BIOSKOP INDRA Jl Ahmad Yani Merupakan bioskop uniplex Keadaan bioskop sudah tidak layak dari segi fisik bangunan Akustik ruang, pencahayaan dan fasilitas penunjang sudah tidak memenuhi syarat Kapasitas 300 kursi Harga tiket Rp. 7.000,- 11.15 17.45 19.45 11.00 17.30 19.30 BIOSKOP CINEMA 21 Ambarukmo Plaza lt 2, Jl Laksda Adi Sucipto Merupakan bioskop cineplex Bioskop menjadi bagian sebuah plaza Kapasitas 1.237 kursi dengan 5 studio Harga tiket antara Rp. 15.000,- Rp. 25.000,- Studi o 1 10.45 12.55 15.05 17.15 19.25 21.35-2 10.30 12.30 14.10 16.00 17.00 19.00 21.30 3 10.45 12.55 15.05 17.15 19.25 21.35-4 10.30 12.40 14.50 17.00 19.10 21.20-5 10.30 12.30 14.50 16.00 17.50 19.40 21.30 BIOSKOP PERMATA JL Gajah Mada Merupakan bioskop uniplex Keadaan bioskop sudah tidak layak dari segi fisik bangunan Akustik ruang, pencahayaan dan fasilitas penunjang sudah tidak memenuhi syarat Kapasitas 400 kursi Harga tiket Rp. 7.000,- Sumber: www.cineplex21.com 5