BAB III DATA DAN ANALISA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUMPULAN DATA DAN ANALISA

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 4 ANALISA HIDRO-OSEANOGRAFI

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alur perhitungan struktur dermaga dan fasilitas

TUGAS AKHIR SIMON ROYS TAMBUNAN

Perencanaan Detail Pembangunan Dermaga Pelabuhan Petikemas Tanjungwangi Kabupaten Banyuwangi

BAB V ANALISIS DATA. Tabel 5.1. Data jumlah kapal dan produksi ikan

3 Kondisi Fisik Lokasi Studi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 2.1 Peta batimetri Labuan

Diperlukannya dermaga untuk fasilitas unloading batubara yang dapat memperlancar kegiatan unloading batubara. Diperlukannya dermaga yang dapat

KAJIAN BEBERAPA ALTERNATIF LAYOUT BREAKWATER DESA SUMBER ANYAR PROBOLINGGO

Kebutuhan LNG dalam negeri semakin meningkat terutama sebagai bahan bakar utama kebutuhan rumah tangga (LPG). Kurangnya receiving terminal sehingga

KAJIAN KINERJA DAN PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN MORODEMAK JAWA TENGAH

BAB IV ANALISIS. 4.1 Data Teknis Data teknis yang diperlukan berupa data angin, data pasang surut, data gelombang dan data tanah.

BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

Gambar 4.1 Air Laut Menggenangi Rumah Penduduk

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

BAB III METODOLOGI. 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 1 PENDAHULUAN

PERENCANAAN SEAWALL ( TEMBOK LAUT ) DAN BREAK WATER ( PEMECAH GELOMBANG ) UNTUK PENGAMAN PANTAI TUBAN. Suyatno

BAB V PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

BAB III LANDASAN TEORI

PERENCANAAN BREAKWATER DI PELABUHAN PENYEBERANGAN NANGAKEO, NUSA TENGGARA TIMUR

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN BREAKWATER DI PELABUHAN BANTAENG

Oleh: Yulia Islamia

STUDI KARAKTERISTIK GELOMBANG PADA DAERAH PANTAI DESA KALINAUNG KAB. MINAHASA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sketsa Pembangunan Pelabuhan di Tanah Grogot Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV ANALISIS DATA

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP

Trestle : Jenis struktur : beton bertulang, dengan mtu beton K-300. Tiang pancang : tiang pancang baja Ø457,2 mm tebal 16 mm dengan panjang tiang

REFRAKSI GELOMBANG DI PERAIRAN PANTAI MARUNDA, JAKARTA (Puteri Kesuma Dewi. Agus Anugroho D.S. Warsito Atmodjo)

Perencanaan Layout dan Penampang Breakwater untuk Dermaga Curah Wonogiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rancu pemakaiannya, yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore). Penjelasan mengenai

Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang di Teluk Sumbreng, Kabupaten Trenggalek

ANALISIS STATISTIK GELOMBANG YANG DIBANGKITKAN OLEH ANGIN UNTUK PELABUHAN BELAWAN DIO MEGA PUTRI

DAFTAR ISI Hasil Uji Model Hidraulik UWS di Pelabuhan PT. Pertamina RU VI

BAB IV ANALISIS DATA

3.2. SURVEY PENDAHULUAN

PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA UMUM MAKASAR - SULAWESI SELATAN

BAB II STUDI PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Umum

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN JETTY CRUDE PALM OIL (CPO) PRECAST DI PERAIRAN TANJUNG PAKIS LAMONGAN, JAWA TIMUR JEFFWIRLAN STATOURENDA

Perencanaan Detail Pembangunan Dermaga Pelabuhan Petikemas Tanjungwangi Kabupaten Bayuwangi

BAB II KONDISI LAPANGAN

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI 3.1. Tahap Persiapan 3.2. Metode Perolehan Data

3.1 PERSIAPAN PENDAHULUAN

TIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu

Jurnal Gradien Vol.4 No. 2 Juli 2008 :

KATA PENGANTAR Perencanaan Pelabuhan Perikanan Glagah Kab. Kulon Progo Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA WRPLOT View (Wind Rose Plots for Meteorological Data) WRPLOT View adalah program yang memiliki kemampuan untuk

BAB IV ANALISIS DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI. 3.1 Tahap Persiapan

BAB IV IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA DATA

Perencanaan Breakwater Di Lamongan, Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB IV METODOLOGI 4.1. TAHAP PERSIAPAN

BAB III LANDASAN TEORI

PERENCANAAN BREAKWATER PELABUHAN PENDARATAN IKAN (PPI) TAMBAKLOROK SEMARANG

BAB III METODOLOGI MULAI. Investigasi Data Hidro- Oceanografi Dan Kepelabuhan

ANALISIS PERUBAHAN DEFLEKSI STRUKTUR DERMAGA AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung

PERENCANAAN DERMAGA PELABUHAN TANJUNG BONANG REMBANG

ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA

BAB III METODOLOGI 3.1 PERSIAPAN PENDAHULUAN

Laut dalam dengan kedalaman -20 m memanjang hingga 10 km ke arah timur laut

BAB III METODOLOGI 3.1 PERSIAPAN PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data

Gambar 15 Mawar angin (a) dan histogram distribusi frekuensi (b) kecepatan angin dari angin bulanan rata-rata tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. mendistribusikan hasil bumi dan kebutuhan lainnya. dermaga, gudang kantor pandu dan lain-lain sesuai peruntukannya.

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) TASIK AGUNG KABUPATEN REMBANG

Erosi, revretment, breakwater, rubble mound.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

KAJIAN HIDRO-OSEANOGRAFI DALAM MENDUKUNG OPERASIONAL DI BELAWAN INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL (BICT)

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN DERMAGA PELABUHAN NAMLEA PULAU BURU

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG. Gambar 1.1 Pulau Obi, Maluku Utara

5. BAB V ANALISA DATA

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1.

PERENCANAAN INFRASTRUKTUR REKLAMASI PANTAI MARINA SEMARANG ( DESIGN OF THE RECLAMATION INFRASTRUCTURE OF THE MARINA BAY IN SEMARANG )

Analisis Struktur Dermaga Deck on Pile Terminal Peti Kemas Kalibaru 1A Pelabuhan Tanjung Priok

Perencanaan Dermaga Curah Cair untuk Kapal DWT di Wilayah Pengembangan PT. Petrokimia Gresik

ANALISIS KARAKTERISTIK GELOMBANG PECAH DI PANTAI NIAMPAK UTARA

PENUNTUN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA

Perencanaan Detail Jetty LNG DWT Di Perairan Utara Kabupaten Tuban

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI

STUDI PENENTUAN DRAFT DAN LEBAR IDEAL KAPAL TERHADAP ALUR PELAYARAN (Studi Kasus: Alur Pelayaran Barat Surabaya)

Perencanaan Dermaga Curah Cair untuk Kapal DWT di Wilayah Pengembangan PT. Petrokimia Gresik

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Sebelah Utara : Berbatasan dengan laut Jawa. - Sebelah Timur : Berbatasan dengan DKI Jakarta. Kabupaten Lebak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara partikelnya, yang terbentuk kerena pelapukan dari batuan.

BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PELINDUNG PANTAI

TUGAS AKHIR ANALISIS HIDRO OSEANOGRAFI DAN DESAIN DERMAGA DEAD WEIGHT TON (DWT) DI TERMINAL UNTUK KEPENTIGAN SENDIRI (TUKS)

Transkripsi:

BAB III DATA DAN ANALISA 3.1. Umum Dalam studi kelayakan pembangunan pelabuhan peti kemas ini membutuhkan data teknis dan data ekonomi. Data-data teknis yang diperlukan adalah peta topografi, bathymetri, data klimatografi dan hidrografi, serta data tanah. Sedangkan yang termasuk data ekonomi antara lain data tingkat pertumbuhan ekonomi dunia dan data tingkat pertumbuhan penduduk. Semua data tersebut adalah data sekunder. Data-data tersebut lebih detailnya dijelaskan sebagai berikut : 3.. Topografi Kondisi topografi daerah yang akan dibangun pelabuhan relatif datar. Pada umumnya pantai sekitar lokasi pelabuhan mempunyai kemiringan yang landai tetapi di beberapa tempat ditemukan kemiringan yang terjal. Hal ini disebabkan daerah sekitar lokasi pelabuhan merupakan daerah perbukitan. Lokasi yang akan di dijadikan kawasan industi juga mempunyai topografi yang berbukit-bukit dan berbatu granit dan bauksit dengan ketinggian rata-rata +10mLWS sampai +50 mlws. Puncak tertinggi dari perbukitan tersebut adalah Gunung Kijang dengan ketinggian +11 mlws. 3.3. Bathymetri Peta bathymetri didapatkan dari Dinas Hidrologi dan Oseanografi. Kondisi dasar laut sekitar lokasi rencana pembangunan pelabuhan peti kemas secara garis besar dapat disimpulkan bahwa perairan tersebut mempunyai kedalaman antara -5 mlws sampai -0 mlws dengan terdapat bukit dan lembah didasar laut. Di beberapa tempat juga ditemukan kontur yang terjal. Peta bathymetri dan potongan memanjang perairan dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan 3..

JARAK (m) 336 351 35 383 360 43 48 495 410 444 576 383 30 303 69 186 154 199 35 356 587 866 1368 90 653 35 356 369 1677 1004 KEDALAMAN 10 mlws 9 mlws 8 mlws 7 mlws 6 mlws 5 mlws 4 mlws 3 mlws mlws 1 mlws 0 mlws -5 mlws -6 mlws -7 mlws -8 mlws -10 mlws -9 mlws -10, mlws -10 mlws -9 mlws -8 mlws -7 mlws -6 mlws -5mLWS -6 mlws -7 mlws -8 mlws -9 mlws -10 mlws -15 mlws - 0mLWS Gambar 3. 1. Potongan Memanjang Perairan Sekitar Lokasi

3.4. Pasang Surut Kegunaan data pasang surut pada perencanaan pelabuhan adalah untuk merencanakan elevasi dermaga yang akan dibangun. Data pasang surut disekitar rencana lokasi pembangunan ini diambil dari Daftar Arus Pasang Surut yang dikeluarkan Dinas Hidrologi dan Oseanografi tahun 006. Hasil analisa data tersebut terdapat pada Gambar 3.3. HWS (High Water Surface) = + 1,90 mlws MSL ( Mean Sea Level) = + 1,30 mlws LWS (Low Water Surface) = ± 0,00 mlws TINGGI PASANG SURUT (dm) 0,80 0,60 0,40 0,0 0,00-0,0 0 100 00 300 400 500 600 700-0,40-0,60-0,80-1,00-1,0 JAM SELAMA FEBRUARI 005 Gambar 3.. Grafik Pembacaan Pasang Surut Dari grafik diatas didapatkan bahwa pasang surut perairan tersebut mempunyai tipe campuran condong ke harian tunggal. 3.5. Arus Kegunaan data arus pada perencanaan pelabuhan adalah untuk mengetahui keamanan dari kapal yang akan berlabuh dan untuk merencanakan gaya horizontal yang akan mempengaruhi stabilitas struktur dermaga. Data arus pada perairan sekitar Galang Batang adalah 0,1 knot. Data tersebut diambil dari Daftar Pasang Surut yang dikeluarkan Dinas Hidrolodi dan Oseanografi tahun 006 yang diambil pada bulan Februari 005. Kecepatan arus maksimal 51

untuk kapal berlabuh adalah knot, sehingga disimpulkan arus yang terjadi disekitar lokasi pelabuhan tidak membahayakan kapal yang sedang berlabuh. 3.6. Gelombang 3.6.1. Data Angin Data angin dibutuhkan untuk mengetahui tinggi gelombang yang terjadi. Penentuan tinggi gelombang dapat dilakukan dengan pengukuran langsung di lapangan atau dengan menganalisa dari data angin yang terjadi di lokasi. Pengukuran langsung di lapangan biasanya menghasilkan hasil yang kurang representatif karena dilakukan dalam jangka waktu yang singkat. Jadi analisa gelombang menggunakan data angin dinilai paling baik, tetapi jangka waktu data angin harus tersedia minimal selama lima tahun dari stasiun pencatat data angin yang dekat dengan lokasi yang akan dibangun pelabuhan. Data angin yang mewakili lokasi pelabuhan peti kemas ini adalah data angin dari stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Tanjung Pinang. Data angin yang ada adalah data angin bulanan selama 5 tahun (001-1005). Data angin tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3. 1. Data Angin Bulanan Tahun 001-005 5

CALM CALM 0 4 8 1 16 0 4 8 3 36 40 44 Sumber : BMG Tanjung Pinang Dari data angin tersebut dianalisa sehingga mendapatkan prosentase kejadian angin yang dapat dilihat dari Tabel 3.. Tabel 3.. Frekuensi Angin Bulanan Tahun 001-005 VRB adalah arah angin yang berubah-ubah lebih dari 60 derajat. Dari tabel frekuensi angin bulanan tahun 001-005 dibuat wind rose seperti pada Gambar 3.4. 360 315 45 70 90 5 > 11 9-11 5-7 3-5 1-3 180 135 Gambar 3. 3. Wind Rose Kawasan Galang Batang Dari wind rose diatas terlihat bahwa arah angin yang dominan adalah arah angin dari Selatan dan Utara. Kedua arah 53

dominan tersebut adalah arah sejajar dengan pantai sehingga angin arah tersebut tidak menimbulkan gelombang. Lokasi stasiun pengamatan tersebut terletak di daerah yang dekat dengan pantai dan perbedaan suhu antara daratan dan lautan hampir sama, maka tidak perlu adanya koreksi terhadap perbedaan suhu (R T ) dan perbedaan lokasi (R L ). Begitu juga dengan letak alat pengamatan dianggap pada ketinggian 10 m, sehingga dapat langsung digunakan untuk menganalisa gelombang yang terjadi. Kecepatan angin harus dikonversikan menjadi faktor tegangan angin (U A ) dengan mengunakan rumus : U A = 0,71 X U 1,3 Hasil perhitungan faktor tegangan angin (U A ) dapat dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3. 3. Faktor tegangan angin U (m/s) U A (m/s) 4 3,907 6 6,433 8 9,163 Sumber:Hasil Perhitungan 3.6.. Panjang Fetch Efektif Fetch adalah jarak bebas di atas permukaan air laut, merupakan daerah pembangkit gelombang yang ditimbulkan oleh angin dengan arah dan kecepatan yang sama. Bentuk fetch tidak teratur akibat bentuk garis pantai tidak teratur, maka untuk kebutuhan peramalan gelombang perlu ditentukan besarnya fetch efektif. Panjang fetch dihitung berdasarkan arah angin yang berpengaruh pada lokasi pelabuhan. Pelabuhan peti kemas ini direncanakan berada di panatai yang menghadap ke timur sehingga arah angin yang berpengaruh adalah arah Timur Laut, Timur dan Tenggara. Arah dan panjang fetch yang terjadi di lokasi rencana pembangunan pelabuhan dapat dilihat pada 54

Gambar 3.5 sampai Gambar 3.7, sedangkan perhitungan fetch efektif dapat dilihat pada Tabel 3.4. 55

56

57

Tabel 3. 4. Perhitungan panjang fetch efektif F efektif timur laut = F efektif timur = F effektif timur laut = 13,85 13,5109 80,85 13,5109 66,66 13,5109 = 9,83 km = 5,98 km = 4,93 km 58

3.6.3. Tinggi dan Periode Gelombang di Laut Dalam Setelah mendapatkan harga faktor tegangan angin dan panjang fetch efektif maka langkah selanjutnya adalah mencari periode dan tinggi gelombang dengan menggunakan rumusrumus empiris Sverdrup Munk Bretschneider (SMB) yang telah dimodifikasi (SPM, 1984). Hasil perhitungan tinggi gelombang, periode, dan durasi di laut dalam dapat dilihat pada Tabel 3.5 dan 3.6. Tabel 3. 5. Perhitungan Durasi Kec UA Fetch (km) Durasi (jam) (m/s) (m/s) TL T Tenggara TL T Tenggara 4 3,097 9,83 5,98 4,93,81,0 1,77 6 6,433 9,83 5,98 4,93,0 1,58 1,39 8 9,163 9,83 5,98 4,93 1,96 1,41 1,4 Tabel 3. 6. Perhitungan Tinggi dan Periode Gelombang Kec UA Fetch (km) Tinggi Gel. (m) Periode (dt) (m/s) (m/s) TL T Tng TL T Tng TL T Tng 4 3,097 9,83 5,98 4,93 0,11 0,09 0,09 1,95 1,65 1,55 6 6,433 9,83 5,98 4,93 0, 0,19 0,18,49,11 1,97 8 9,163 9,83 5,98 4,93 0,3 0,7 0,5,80,37, Untuk mendapatkan nilai yang akurat maka hasil prediksi atas harus dikoreksi dengan cara pemakaian monogram dari SPM. Dari analisa dengan monogram SPM didapatkan bahwa daerah rencana pembangunan pelabuhan tersebut termasuk wilayah dengan pembangkitan gelombang yang dipengaruhi panjang fetch efektif (fetch limited). Hasi pembacaan monogram SPM dapat dilihat pada Tabel 3.7. Tabel 3. 7. Analisa Gelombang dengan Monogram SPM Kec UA Durasi (jam) Tinggi Gel. (m) Periode (dt) (m/s) (m/s) TL T Tng TL T Tng TL T Tng 4 3,097 - - - - - - - - - 6 6,433, 1,6 1,4 0,3 0,6 0,4,49 0,1 8 9,163 1,9 1,4 1,5 0,48 0,36 0,,78,4, 59

Dari koreksi dengan monogram SPM diatas didapatkan bahwa durasi angin, periode, dan tinggi gelombang yang terjadi hampir sama dengan hasil analisa dengan rumus SMB. Sehingga analisa gelombang yang dipakai adalah hasil perhitungan dengan rumus SMB. 3.6.4. Tinggi Gelombang Berdasarkan Kejadian Ulang Untuk keperluan perencanaan bangunan pantai perlu dipilih tinggi dan periode gelombang berdasarkan periode ulang tertentu. Dalam perhitungan ini prediksi dilakukan dengan Metode Weibull. Hasil peramalan gelombang tiap arah dapat dilihat pada Tabel 3.8 sampai dengan 3.13. 1. Arah Timur Laut Tabel 3. 8. Analisa Periode Gelombang Arah Timur Laut 0,65 Hr 0,17 3 1,445 Ym 0,48 3 n HsmYm Hsm Ym A n ym ( Ym) (3 0,539) (0,65 1,445) = 0,096 (3 3,051) 1,445 B Hr ( Aˆ Ym) 0,17 (0,096 0,48) = 0,170 60

. Arah Timur Tabel 3. 9. Tinggi Gelombang Arah Timur Laut Berdasarkan Periode Ulang Tertentu Periode ulang (Tahun) Yr (Tahun) Hsr (m) ( Aˆ Yr) Bˆ 0,3665 0,1 5 1,5000 0,31 10,504 0,39 5 3,1985 0,48 50 3,9019 0,55 100 4,6001 0,61 Tabel 3. 10. Analisa Periode Gelombang Arah Timur 0,55 Hr 0,183 3 1,445 Ym 0,48 3 n HsmYm Hsm Ym A n ym ( Ym) (3 0,458) (0,55 1,445) = 0,08 (3 3,051) 1,445 B Hr ( Aˆ Ym) 0,183 (0,08 0,48) = 0,143 61

Tabel 3. 11. Tinggi Gelombang Arah Timur Berdasarkan Periode Ulang Tertentu Periode ulang Hsr (m) Yr (Tahun) (Tahun) ( Aˆ Yr) Bˆ 0,3665 0,17 5 1,5000 0,7 10,504 0,33 5 3,1985 0,41 50 3,9019 0,46 100 4,6001 0,5 3. Arah Tenggara Tabel 3. 1. Analisa Periode Gelombang Arah Tenggara 0,517 Hr 0,17 3 1,445 Ym 0,48 3 n HsmYm Hsm Ym A n ym ( Ym) (3 0,41) (0,517 1,445) = 0,07 (3 3,051) 1,445 B Hr ( Aˆ Ym) 0,17 (0,07 0,48) = 0,139 6

Tabel 3. 13. Tinggi Gelombang Arah Tenggara Berdasarkan Periode Ulang Tertentu Periode ulang Hsr (m) Yr (Tahun) (Tahun) ( Aˆ Yr) Bˆ 0,3665 0,16 5 1,5000 0,4 10,504 0,30 5 3,1985 0,36 50 3,9019 0,41 100 4,6001 0,46 Dari perhitungan tinggi gelombang berdasarkan periode tertentu pada setiap arah diatas kemudian dikumpulkan menjadi satu pada Tabel 3.14. Tabel 3. 14. Tinggi Gelombang Berdasarkan Periode Ulang Tertentu Periode ulang Tinggi Gelombang (m) (Tahun) Timur Laut Timur Tenggara 0,1 0,17 0,16 5 0,31 0,7 0,4 10 0,39 0,33 0,30 5 0,48 0,41 0,36 50 0,55 0,46 0,41 100 0,61 0,5 0,46 Dari analisa tinggi gelombang berdasarkan periode ulang diatas didapatkan gelombang tertinggi sebesar 0,61 m dengan periode ulang 100 tahun. Gelombang tersebut tidak perlu direfraksi karena tingginya masih di bawah tinggi gelombang maksimum untuk kapal peti kemas 58.000 DWT melakukan bongkar muat sebesar 0,9 m. Analisa tersebut juga menunjukkan bahwa perairan pelabuhan ini tidak membutuhkan breakwater. 63

3.7. Analisa Sedimentasi Analisa sedimentasi diperlukan untuk mendapatkan gambaran tentang besar dan arah sedimentasi yang terjadi di area perairan pelabuhan. Dalam perhitungan sedimentasi di lokasi pelabuhan peti kemas ini menggunakan perumusan CERC yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Dalam studi ini breaking index disumsikan sebesar 0,7. Hasil prediksi sedimentasi dapat dilihat pada Tabel 3.15. Arah Timur Laut Tabel 3. 15. Rekapitulasi Analisa Sedimentasi H 0 Frek. Sed. Trans. d (m) br (m) H br ' br (%) (m 3 /thn) 0,11 0,198 0,1397 0,71 0,7 7,79 377,7703 0, 0,363 0,507 0,69 0,7 4,09 1037,1753 0,3 0,496 0,349 0,70 0,7,9 1777,0780 Timur 0,09 0,16 0,1113 0,69 0,7 1,75 18,535 Tenggara 0,09 0,1575 0,109 0,69 0,7 3,1 88,9751 TOTAL 399,531 Dari hasil analisa sedimen tersebut dapat diketahui daerah beaking zone atau daerah terjadinya gelombang pecah, dimana mulai terjadi sedimentasi yaitu pada kedalaman -3,5 mlws. Sehingga total sedimentasi yang terjadi pada derah tersebut diperkirakan sebesar 3300 m 3 /tahu dengan arah sedimentasi doninan ke Selatan. 3.8. Data Tanah Untuk mengetahui daya dukung tanah sekitar lokasi pelabuhan dilakukan penyelidikan dengan Standard Penetration Test (SPT). SPT diadakan di tiga titik yang terdiri dari satu titik di darat dan dua titik di laut. Hasil tes SPT pada tiga titik tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.16 sampai 3.18 sedangkan lokasi penyelidikan tanah dapat dilihat pada Gambar 3.8. Harga N yang 64

diperoleh di lapangan harus dikoreksi terlebih dahulu terhadap kondisi muka air dengan perumusan dari Terzaghi dan Peck yaitu N terkoreksi 15 0.5 N 15. Kedalaman Thd. LWS (m) Tabel 3. 16 Jenis Tanah pada Titik SPT 1 Jenis Tanah N lapangan (pukulan) N terkoreksi (pukulan) +0,7 s/d -3,3 Pasir padat berlanau 10,5 1,75-3,3 s/d -8,3 Lempung sedang berlanau 1 18-8,3 s/d -11,3 Lempung kaku berlanau 45 30-11,3 s/d -13 Tanah keras 60 37,5 Tabel 3. 17 Jenis Tanah pada Titik SPT Kedalaman N Jenis Tanah lapangan Thd. LWS (m) (pukulan) Lempung lunak -1,5 s/d -3,4 berlanau N terkoreksi (pukulan) 13 14-3,4 s/d -10 Pasir padat berlanau 53 34-10,5 s/d -11 Lempung kaku berlanau 60 37,5-11 s/d -1 Tanah keras 60 37,5 Kedalaman Thd. LWS (m) Tabel 3. 18 Jenis Tanah pada Titik SPT 3 Jenis Tanah N lapangan (pukulan) N terkoreksi (pukulan) -1, s/d -8,8 Lempung lunak berlaunau 6 10,5-8,8 s/d -9,9 Lempung kaku berlanau 40 7,5-9,8 s/d -13 Tanah keras 60 37,5 65

Gambar 3. 4. Lokasi SPT 66

Analisa daya dukung tanah digunakan untuk merecanakan pondasi dari dermaga dan trestle. Analisa daya dukung tanah meliputi pemilihan jenis tiang pancang yang digunakan dan perhitungan daya dukung tiang. 3.8.1. Pemilihan jenis tiang pancang Ada tiga macam jenis tiang pancang yaitu : tiang pancang beton, baja, dan kayu. Penentuan jenis tiang pancang yang dipakai tergantung pada kondisi tanah, kondisi lapangan, biaya, mobilisasi alat, dan ketahanan terhadap korosi seperti yang telah dijelaskan pada bab dasar teori. Pada studi ini dipilih tiang pancang dari baja karena kondisi tanah relatif keras. Disamping itu tiang pancang dari baja mudah dalam pelaksanaan, mudah dalam penyambungan, dan ringan dalam pengangkatan bila dibandingkan dengan tiang pacang dari beton dan kayu. Hal ini sangat mendukung karena kemudahan tersebut sangat dibutuhkan untuk melakukan pemancangan di laut. Pengaruh air laut terhadap korosi dapat dihindari dengan memberikan proteksi anti karat pada permukaan tiang. 3.8.. Perhitungan daya dukung tiang Metode yang digunakan untuk menghitung daya dukung pondasi dengan tiang pancang adalah metode Luciano Decourt. Hasil perhitungan daya dukung pondasi pada tiga titik tersebut dapat dilihat pada grafik hubungan antara kedalaman dengan Q L yang dapat dilihat pada Gambar 3.9 sampai 3.11. 68

QL (ton) 0 00 400 600 800 1000 100 1400 0 Kedalaman (m) 4 6 8 10 1 14 diameter 90 cm diameter 80 cm diameter 70 cm diameter 60 cm Gambar 3. 5. Hubungan antara Kedalaman dan QL pada titik 1 QL (ton) 0 00 400 600 800 1000 100 1400 1600 0 Kedalaman (m) 4 6 8 10 1 14 diameter 90 cm diameter 80 cm diameter 70 cm diameter 60 cm Gambar 3. 6. Hubungan antara Kedalaman dan QL pada titik 69

0 QL (ton) 0 00 400 600 800 1000 100 Kedalaman (m) 4 6 8 10 1 14 diameter 90 cm diameter 80 cm diameter 70 cm diameter 60 cm Gambar 3. 7. Hubungan antara Kedalaman dan QL pada titik 3 70