3 METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November di perairan Pulau Kelagian, Provinsi Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENILITIAN. Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara,

ANALISIS STRUKUR KOMUNITAS IKAN KARANG DI RUMPON DAN BUBU. Fonny J.L Risamasu dan Jotham S.R Ninef * ABSTRACT

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI. Koordinat stasiun penelitian.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKTOLSEYA (1978) menyatakan bahwa usaha-usaha perikanan di daerah pantai tidak terlepas dari proses-proses dinamika kondisi lingkungan laut yang

3. METODE. Tabel 1 Posisi geografis stasiun penelitian.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di habitat lamun Pulau Sapudi, Kabupaten

BAB III BAHAN DAN METODE

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

III. Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo pada bulan September-Oktober 2012.

PENUNTUN PELAKSANAAN MONITORING TERUMBU KARANG DENGAN METODE MANTA TOW

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA

TEKNIK PENGUKURAN DAN ANALISIS KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG

BAB III METODE PENELITIAN. Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo pada bulan Mei sampai Juli

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei. Penelitian survei yaitu

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. zona intertidal pantai Wediombo, Gunungkidul Yogyakarta.

III. METODE KERJA. A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di perairan Pulau Penjaliran Timur, Kepulauan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

3. METODE PENELITIAN. Keterangan : Peta Lokasi Danau Lido. Danau Lido. Inset. 0 km 40 km 6 40' 42" ' 47" Gambar 2. Peta lokasi Danau Lido, Bogor

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Gambar 3. Peta lokasi penelitian

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

DISTRIBUSI UKURAN KARANG PORITES SEBAGAI PENYUSUN UTAMA MIKROATOL DI DAERAH RATAAN TERUMBU (REEF FLAT) PERAIRAN KONDANG MERAK KABUPATEN MALANG

METODE SURVEI TERUMBU KARANG INDONESIA Oleh OFRI JOHAN, M.Si. *

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi 4 stasiun penelitian yaitu:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei yaitu menelusuri wilayah (gugus

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Produksi rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 2: Metode long-line

INOVASI TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN BUBU DASAR BERUMPON FONNY J.L RISAMASU

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3 METODE PENELITIAN. Pulau Barrang Lompo. Pulau Laelae. Sumber :Landsat ETM+Satellite Image Aquisition tahun 2002

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif dengan pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

CARA PENANGKAPAN, KELIMPAHAN DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING INSANG DI WADUK CIRATA JAWA BARAT

TRANSPLANTASI KARANG BATU MARGA Acropora PADA SUBSTRAT BUATAN DI PERAIRAN TABLOLONG KABUPATEN KUPANG

BAB III BAHAN DAN METODE

CARA PENANGKAPAN IKAN HIAS YA NG RA MA H LINGKUNGA N

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian laju pertumbuhan dan produksi lamun Cymodocea rotundata

3. METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penelitian dan pengambilan sampel di Pulau Pramuka

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan kegiatan penelitian ini berlangsung selama 2 bulan dihitung

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH

Bab 4 Hasil Dan Pembahasan

III. MATERI DAN METODE

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Budidaya Laut (BBL) stasiun

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan

3 BAHAN DAN METODE. KAWASAN TITIK STASIUN SPOT PENYELAMAN 1 Deudap * 2 Lamteng * 3 Lapeng 4 Leun Balee 1* PULAU ACEH

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif dengan metode

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.

III. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di perairan Hansisi, Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang, NTT. Penelitian dilaksanakan selama 8 (delapan) bulan dimulai dari persiapan sampai analisis data. Waktu pelaksanaan penelitian lapangan 4 (empat) bulan, identifikasi perifiton di laboratorium 1 (satu) bulan dan tabulasi sampai analisis data 3 (tiga) bulan, terhitung dari bulan April sampai dengan November 2006. Kondisi perairan Hansisi didominasi oleh beberapa ekosistem pesisir seperti padang lamun (seagrass), algae (seaweeds) dan terumbu karang. Perairan pantainya ditutupi oleh hamparan terumbu karang di sepanjang pantai. Kondisi terumbu karang banyak mengalami kerusakan akibat penangkapan dengan bom. Hal ini ditandai dari banyaknya patahan-patahan karang yang berserakan. Proporsi tutupan karang di lokasi penelitian I sekitar 40 50 %, didominasi oleh karang keras (hard coral), dengan substrat pasir ditambah patahan karang dan karang lunak (soft coral). Pada lokasi penelitian II 75 % persentase penutupan karang didominasi oleh karang lunak (soft coral), dengan substrat berpasir ditambah patahan karang. Jenis karang keras (hard coral) yang tumbuh di lokasi penelitian adalah Symphylia radians, Echinopora mammiformis, Caulastrea furcata, Hydrophora grandis, Scolymia sp, Porites cylindrica, Goniopora sp, Acropora palifera, A. digitifera, A. latistella, A. formosa, Montipora digitata dan lain-lain. Selanjutnya jenis karang lunak (soft coral) yang tumbuh di lokasi penelitian adalah Lobophytum sp, Sarcophyton sp, Crassocaule sp, dan Sinularia sp yang dominan. Selain itu, terdapat juga berbagai jenis ikan karang, kima, lobster, teripang, dan lain-lain. Dari pengamatan visual terlihat bahwa karang yang mengalami kerusakan sudah mulai tumbuh kembali. Hal ini dapat dilihat pada beberapa jenis karang cabang mulai muncul tunas baru. Kegiatan masyarakat yang dilakukan di sekitar lokasi penelitian didominasi oleh kegiatan penangkapan, makameting (pengambilan hasil laut saat surut), dan

51 budidaya rumput laut. Beberapa kegiatan ini tentu sangat berpengaruh terhadap kondisi terumbu karang di perairan setempat. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Rumpon Rumpon digunakan dalam penelitian berbentuk piramida. Rangka rumpon terbuat dari bambu dengan ukuran berbeda yakni ukuran kecil panjang : 1,25 m, lebar : 1,0 m dan tinggi : 1,25m, dan ukuran besar panjang : 1,75 m, lebar : 1,5 m dan tinggic: 1,75 m. Rumpon menggunakan pikatan/atraktor daun lontar (Borrasus flabellifer), dan daun gewang/gebang (Corypha gebanga) dibuat sebanyak 14 unit. Komponen- komponen rumpon disajikan pada Tabel 5, sedangkan gambar rumpon dan atraktor disajikan Lampiran 1 dan 2. Tabel 5 Komponen-komponen rumpon yang digunakan dalam penelitian No Komponen Bahan Ukuran Jumlah 1 Rangka rumpon Bambu P =1,75 m,ø= 8 cm P =1.50 m,ø= 8 cm P =1.25 m,ø= 8 cm P =1.00 m,ø= 8 cm 42 batang 14 batang 42 batang 14 batang 2 Atraktor Daun lontar 144 pelepah Daun gewang 24 pelepah 3 Tali temali Tali pengikat Nylon PE Ø = 5 mm 252 m rangka rumpon Tali pengikat atraktor Nylon PE Ø = 5 mm 140 m Tali jangkar Nylon PE Ø = 10 15 mm 84 m Pengait jangkar Besi beton P=60 cm,ø = 8 mm 33,6 m Tali pelampung Nylon PE Ø = 10 15 mm 140 m 4 Jangkar Cor semen 10 kg 56 buah 5 Pelampung tanda Botol aqua 1 liter 28 buah 3.2.2 Bubu Bubu digunakan dalam penelitian berbentuk setengah lingkaran (semi circular) dengan ukuran panjang : 1,2 m, lebar : 0,7 m dan tinggi : 0,6 m. Bubu

52 memiliki satu pintu dengan panjang corong 0,8 m, lebar mulut bagian luar 0,25 m, lebar mulut bagian tengah 0,18 m dan lebar mulut bubu bagian dalam 0,15 m. Bubu dilengkapi dengan celah pelolosan berukuran 0,25 m x 0,25 m. Kerangka bubu terbuat dari besi beton dan badan bubu dari kawat ram dengan ukuran mesh size ½ inch. Bubu dibuat sebanyak 6 unit. Komponen- komponen bubu disajikan pada Tabel 6, sedangkan gambar bubu disajikan pada Lampiran 3. Tabel 6 Komponen-komponen bubu yang digunakan dalam penelitian No Komponen Bahan Ukuran Jumlah 1 Rangka Besi beton p = 120 cm,ø= 12 mm 36 batang bubu l = 70 cm, Ø= 8 mm 18 batang 2 Dinding bubu 3 Pintu Rangka pintu Dinding pintu 4 Celah pelolosan Kawat ram (Wire mezh) merk Reyner Aretobe t = 60 cm, Ø= 12 mm Mezh size = ½ inch 24 batang 32.58 m Besi beton Panjang corong = 80 cm, Lebar mulut bagian luar = 25 cm Lebar mulut bubu bagian dalam = 18 cm Lebar mulut bubu bagian dalam = 15 cm Kawat ram (Wire Mezh size = ½ inch 4,8 m mesh) merk Reyner Aretobe Rangka dari kawat 25 cm x 25 cm 6 buah hass dan dinding dari kawat ram 5 Tali temali 6 Tali Nylon PE Ø = 10 15 mm 110 m pelampung Tali jangkar Nylon PE Ø = 10 15 mm 40 m Pengait Nylon PE P = 1,0 m 24 m jangkar 7 Jangkar Cor semen 2,5 kg 24 buah 8 Pelampung Botol aqua 1 liter 24 buah 3.2.3 Perahu Pengoperasian alat tangkap bubu selama penelitian menggunakan perahu motor milik nelayan dengan jenis mesin merk Yamaha berkekuatan 40 pk. Perahu yang digunakan memiliki ukuran panjang : 5 m, lebar : 1,5 m dan tinggi : 1,0 m.

53 3.2.4 Peralatan pengambilan data di lapangan Alat-alat yang digunakan dalam pengambilan data terinci sebagai berikut : (1) untuk pengamatan tingkah laku ikan di rumpon digunakan video bawah air, camera, papan tulis bawah air (sabak/slate), SCUBA (self contain underwater breathing apparatus), pensil 2B, counter dan stopwatch; (2) untuk menentukan posisi penempatan rumpon digunakan GPS; (3) untuk pengambilan data hasil tangkapan digunakan bubu dasar; (4) untuk mengukur ukuran ikan digunakan mistar dengan ketelitian 30 cm; (5) untuk keperluan identifikasi ikan, dan perifiton menggunakan plastik sampel, botol sampel, aquades dan larutan formalin 10 dan 4 %, mikroskop, gelas objek, kaca penutup, tissue roll, alat tulis menulis serta buku identifikasi ikan, dan perifiton, dan (6) untuk pengamatan data oseanografi menggunakan alat Water Checker merk HORIBA dilengkapi dengan data suhu, salinitas, DO, dan kecerahan, serta untuk mengukur arah dan kecepatan arus menggunakan gabus yang diikat dengan tali nylon dan stopwatch. 3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Prosedur penelitian di lapangan (1) Mengkaji tingkah laku ikan dan pengaruh rumpon terhadap zone of influence dari alat tangkap bubu. Dalam mencapai tujuan penelitian ini, maka data diambil menggunakan metode sensus visual. Pengambilan data di bagi dalam dua tahapan sebagai berikut : i) Pengamatan tingkah laku ikan di sekitar rumpon dan bubu Prosedur pengambilan data di lapangan sebagai berikut : (i) Sebelum bubu dan rumpon di pasang di lokasi penelitian, terlebih dahulu di lakukan survei lokasi untuk menentukan lokasi penelitian dengan cara menyelam menggunakan SCUBA mengitari areal terumbu karang di perairan setempat. (ii) Data survei tersebut, kemudian dibuat denah lokasi penelitian. Penentuan posisi penempatan bubu bersama rumpon menggunakan GPS. Lokasi penelitian rumpon dan bubu dapat dilihat pada Gambar 3.

54 (iii) Rumpon di pasang di perairan pada substrat didominasi karang keras (lokasi L1) dan karang lunak (lokasi L2) dengan jarak antara kedua lokasi tersebut sekitar 100 m. Jarak penempatan rumpon dan bubu dengan substrat karang keras disesuaikan dengan kondisi terumbu karang di lokasi penelitian. Ada dua ukuran modul rumpon yang digunakan dalam penelitian yakni modul ukuran kecil panjang : 1,25 m, lebar : 1,00 m dan tinggi: 1,25 m) dan ukuran besar panjang : 1,75 m, lebar : 1,50 m dan tinggi: 1,75 m). Setiap kelompok modul rumpon berjumlah 3 unit untuk ukuran kecil ada 2 kelompok, dan kelompok modul rumpon ukuran besar ada 2 kelompok. Bubu dipasang di antara kelompok modul rumpon. Jarak antara bubu dengan masing-masing modul rumpon pada setiap kelompok 5 m. Selain itu, dipasang juga bubu tanpa rumpon dengan jarak 25 m dari bubu yang dipasang bersama rumpon. Sketsa penempatan rumpon dan bubu di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 3 Peta lokasi penempatan rumpon dan bubu di perairan Hansisi, Semau, Kupang.

55 BTR RG BRK BRB Keterangan : BRK : Bubu rumpon kecil, BRB : Bubu rumpon besar, BTR :Bubu tanpa rumpon, RG: Rumpon gewang. Gambar 4 Sketsa penempatan rumpon dan bubu di lokasi penelitian. (iv) Pengamatan awal dilakukan dengan mengamati kondisi karang serta ikan-ikan yang berada di sekitar terumbu karang. (v) Pengamatan berikutnya dilakukan 30 menit setelah rumpon terpasang di perairan. Pengamatan terhadap jenis-jenis ikan karang yang hadir di sekitar zone of influence alat tangkap bubu dioperasikan bersama rumpon maupun tanpa rumpon menggunakan metode sensus visual (visual census method). Ilustrasi tentang zona pengaruh alat tangkap (zone of influence/field of influence) bubu yang dioperasikan bersama rumpon dan tanpa rumpon dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Ilustrasi ini dikembangkan berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Nikonorov, 1975, disajikan pada Gambar 5.

56 zona of influence alat tangkap bubu zona of influence alat tangkap bubu field of influence alat tangkap bubu 1a. 3 1 R1 2a 1 R1 2 R2 2 zona of influence alat tangkap bubu 1b. zona of influence alat tangkap bubu 2b. 2 field of influence alat tangkap bubu 3 1 R1 R2 R1 2 Keterangan :Jarak (radius) area pengaruh (zone of influence) alat tangkap bubu; 1. Zone of influence; 2. Zone of action; 3. Zone of retention Keterangan : 1,2 : Zone of influence/ field of influence, R1: jarak zona pengaruh alat tangkap bubu, R2 : jarak zona pengaruh alat tangkap bubu yang diperbesar dengan menambahkan rumpon Gambar 5 Zona pengaruh (zone of influence/field of influence) alat tangkap bubu yang dioperasikan bersama rumpon. (vi) Pengamatan berikut dilakukan seminggu sekali pada jam 08.00, jam 12.00, dan jam 16.00. Pengamatan dilakukan terhadap tingkah laku ikan karang yang hadir di rumpon dan bubu meliputi jenis dan jumlah ikan yang hadir, jarak (radius) ikan terhadap rumpon dan bubu, lama waktu ikan berada di rumpon dan bubu, pola renang (soliter, bergerombol, dan berpasangan), serta pola gerak seperti cara datang dari arah depan dengan membuat gerak melingkar melawan arus, bergerak naik turun, maupun membuat gerakan searah jarum jam serta jumlah ikan yang hadir di rumpon dan bubu. Untuk menentukan jenis ikan karang yang hadir di sekitar rumpon dan bubu mengikuti petunjuk Gloerfelt dan

57 Kailola, 1984, Isa et al. 1998; Kuiter, 1992 dan Allen dan Stenee, 2002. (vii) Untuk pengamatan tingkah laku ikan menggunakan video bawah air, camera digital, SCUBA, papan tulis bawah air (sabak/slate), pensil 2B, counter dan stopwatch. (viii) Sebagai data pendukung diamati juga perifiton yang menempel pada setiap jenis daun atraktor. Daun atraktor yang digunakan untuk penempelan perifiton adalah daun lontar (Borrasus flabellifer), dan daun gewang/gebang (Corypha gebanga). Untuk mengetahui perifiton yang menempel pada setiap daun digunting salah satu helai yang diambil secara acak dengan ukuran panjang: 10 cm dan lebar: 5 cm. (Gambar 6) Kemudian permukaan daun di mana perifiton menempel dikeruk dengan pisau dan dimasukkan ke dalam botol sampel berisi larutan formalin 4 % untuk dianalisis di laboratorium. L = 5 cm L=5 cm P = 10 cm P=10 cm a. Daun lontar yang dipotong untuk pengambilan sampel perifiton b. Daun gewang yang dipotong untuk pengambilan sampel Gambar 6 Daun lontar dan daun gewang sebagai tempat penempelan perifiton. ii) Pengamatan tingkah laku ikan di sekitar dan di dalam bubu Pengamatan tingkah laku ikan karang di luar dan di dalam bubu melalui simulasi yang dilakukan di dalam keramba. Pengamatan tidak dapat dilakukan di lokasi penelitian karena kondisi perairan saat itu dalam keadaan bergelombang dan arusnya kuat. Pada kondisi ini keadaan perairan menjadi tidak stabil dan tingkat kekeruhannya tinggi sehingga sulit untuk melakukan pengamatan bawah air karena batas pandang (visibilitas) rendah dan sulit untuk mengamati jenis ikan yang hadir di rumpon dan bubu.

58 Kondisi ini mulai terjadi pada saat siang sampai sore hari. Keadaan perairan mulai berubah diatas jam 10.00 WITA sampai sore hari. Perubahan ini terjadi disebabkan karena pada jam 10.00 WITA keatas permukaan perairan menjadi panas dan angin mulai bertiup menyebabkan terjadi pengaliran massa air (arus). Adanya proses pengaliran massa air ini menyebabkan terjadinya pengadukan massa air sehingga perairan menjadi keruh. Selain itu, olah gerak dalam pengamatan bawah air juga sulit dilakukan dan pada kondisi ini ikanikan karang lebih banyak mencari lokasi persembunyian baik di celahcelah karang maupun di rumpon dan bubu sehingga ikan yang hadir di rumpon dan bubu konsentrasinya menjadi berkurang atau sedikit. Pengamatan dilakukan di dalam keramba berukuran panjang: 2 m, lebar: 1.5 m dan tinggi: 2 m (Lampiran 4). Kemudian ikan hasil tangkapan bubu baik menggunakan rumpon maupun tanpa rumpon dimasukkan ke dalam keramba. Pengamatan dilakukan dari jam 11.00 17.00 WITA. Ikan yang dimasukkan ke dalam keramba untuk diamati sebanyak 17 spesies dengan pola tingkah laku berbeda-beda. Tingkah laku ikan karang di luar dan di dalam bubu diamati secara visual meliputi pola renang dan pola gerak ikan karang di luar maupun di dalam bubu serta cara ikan masuk dan meloloskan diri dari dalam bubu. Penelitian tingkah laku ikan karang dalam keramba hanya dilakukan pada 17 spesies ikan karang. Informasi yang diperoleh masih sangat terbatas sehingga diharapkan perlu mengkaji lebih lanjut tingkah laku ikan dari jenis-jenis ikan karang lainnya. (2) Mengkaji pengaruh rumpon terhadap ikan hasil tangkapan bubu baik jenis, jumlah, maupun ukuran. Dalam mencapai tujuan penelitian ini, maka untuk mendapatkan data dilakukan proses penangkapan ikan. Penangkapan ikan dilakukan pada dua lokasi penelitian dengan prosedur kerja sebagai berikut:

59 (i) Penangkapan ikan menggunakan alat tangkap bubu dioperasikan bersama rumpon ukuran kecil dan besar menggunakan atraktor daun lontar saja dan juga menggunakan bubu tanpa rumpon. (ii) Penangkapan dilakukan setelah rumpon berumur satu bulan di perairan. Operasi penangkapan dilakukan 2 kali pada jam yang berbeda yaitu penangkapan pertama (siang) dilakukan pada jam 07.00 dan pengangkatan bubu dilakukan sore hari jam 17.00, kemudian penangkapan kedua (malam) dilakukan pada jam 18.00 dan pengangkatan bubu dilakukan pada jam 07.00 pagi hari berikutnya. Proses penangkapan dilakukan setiap hari selama sebulan (30 hari). (iii) Ikan hasil tangkap bubu bersama rumpon dan tanpa rumpon di pisahkan menurut jenis ikan, jumlah masing-masing jenis (individu), dan mengukur panjang total (total length). (iv) Ikan hasil tangkapan yang sudah diamati, kemudian untuk keperluan identifikasi diambil setiap jenis satu individu. Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk identifikasi ikan adalah plastik sampel, botol sampel, aquades dan larutan formalin 10 %, tissue roll, alat tulis menulis. Untuk penentuan jenis ikan mengikuti petunjuk Gloerfelt dan Kailola, 1984, Isa et al. 1998; Kuiter, 1992 dan Allen dan Stenee, 2002. (v) Sisa hasil tangkapan yang belum layak ditangkap di lepaskan kembali ke perairan melalui celah pelolosan. (vi) Sebagai data pendukung dilakukan pengukuran parameter lingkungan lokasi penelitian seperti DO, ph, suhu, salinitas, kecepatan dan arah arus serta kecerahan perairan. Pengukuran data oseanografi menggunakan alat Water Checker merk HORIBA dilengkapi dengan DO, ph, suhu, salinitas, dan kecerahan, sedangkan untuk mengukur arah dan kecepatan arus menggunakan gabus yang diikat dengan tali nylon dan stopwatch. 3.3.2. Prosedur penelitian di laboratorium Identifikasi perifiton dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Faperta, Undana, Kupang dan untuk membuat dokumentasi perifiton dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.

60 Untuk mengidentifikasi perifiton yang menempel pada atraktor daun lontar dan daun gewang/gebang mengikuti petunjuk Davis (1955); Ward et al. (1959); Newell dan Newell (1963); dan Yamaji (1976). 3.4 Analisis Data 3.4.1 Analisis komunitas perifiton dan ikan karang serta tingkah laku ikan karang di sekitar rumpon dan bubu 1. Analisis komunitas perifiton dan ikan karang a. Analisis kepadatan perifiton Perhitungan kepadatan individu perifiton (n) pada setiap mm 2 permukaan substrat (daun) mengikuti petunjuk A.P.H.A (American Public Health Association), 1989 sebagai berikut: n = Perifiton dalam konsentrat (N) Luas substrat (A) (mm 2 ) dimana : n = Kepadatan individu perifiton N = Jumlah perifiton dalam konsentrat A = Luas permukaan substrat (daun) (mm 2 ) b. Analisis indeks keragaman (H ), indeks keseragaman (E) dan indeks dominansi (C) perifiton dan ikan karang di rumpon dan bubu (i) Analisis Indeks Keragaman (H ) Analisis indeks keragaman digunakan untuk mengetahui keragaman perifiton menempel pada setiap jenis atraktor (aggregator) dan ikan karang yang hadir di rumpon dan bubu mengikuti petunjuk Shannon-Weaner diacu oleh Krebs (1972) sebagai berikut: H ' = S i= 1 ( p log p ) i i dimana : S = Jumlah taksa H = Indeks keragaman Shannon-Weaner

61 n i p i = n i N = Jumlah individu jenis ke-i N = Jumlah total individu Nilai indeks keragaman (H ) berkisar antara 0 - dengan kriteria sebagai berikut : H < 3,2 : keragaman populasi kecil 3,2 < H < 9,9 : keragaman populasi sedang H > 9,9 : keragaman populasi besar (ii) Analisis indeks Keseragaman (E) Analisis indeks keseragaman digunakan untuk mengetahui keseragaman perifiton menempel pada setiap jenis atraktor (aggregator) dan ikan karang yang hadir di rumpon dan bubu. Perbandingan antara nilai indeks Keragaman dan Keragaman maksimum dinyatakan sebagai Keragaman populasi (C) mengikuti petunjuk Shannon-Weaner diacu oleh Krebs (1972) sebagai berikut: H = H H ' ' maks dimana : E = Indeks keseragaman H maks = log 2 S ( untuk rumpon dan bubu) S = jumlah taksa Keragaman maksimum dihitung sebagai berikut : H maks = log S, di mana S = jumlah taksa Nilai keseragaman suatu populasi berkisar antara 0 1, di mana pembagian nilai tersebut menunjukkan keadaan komunitas sebagai berikut : 0,00 < E < 0,50 : komunitas berada pada kondisi tertekan 0,50 < E < 0,75 : komunitas berada pada kondisi labil 0,75 < E < 1,00 : komunitas berada pada kondisi stabil

62 (iii) Analisis Indeks Dominansi (C) Analisis indeks dominansi digunakan untuk mengetahui nilai dominansi perifiton menempel pada setiap jenis atraktor (aggregator) dan ikan karang yang hadir di rumpon dan bubu mengikuti petunjuk Shannon-Weaner diacu oleh Krebs (1972) sebagai berikut: C = S i= 1 ( ) 2 p i dimana : C = Indeks dominansi p i = Proporsi jumlah spesies ke-i terhadap jumlah total (n i /N) Menurut Simpson diacu oleh Odum (1971) kisaran nilai indeks dominansi berkisar antara 0-1. Nilai C mendekati 1, maka semakin kecil keseragaman suatu populasi dan terjadi kecenderungan suatu jenis mendominasi populasi tersebut. Kisaran nilai indeks dominansi sebagai berikut : 0,00 < C 0,30 : dominansi rendah 0,30 < C 0,60 : dominansi sedang 0,60 < C 1,00 : dominansi tinggi 2. Analisis tingkah laku ikan karang Analisis data radius, lama waktu, pola renang dan pola gerak ikan karang yang hadir di sekitar rumpon dan bubu dijelaskan secara deskriptif menggunakan tabel dan gambar. Penentuan proporsi radius setiap spesies ikan karang terhadap rumpon dan bubu, lama waktu setiap spesies ikan karang hadir di sekitar rumpon dan bubu, pola renang dan pola gerak setiap spesies ikan karang di sekitar rumpon dan bubu menggunakan perhitungan sebagai berikut :

63 dimana: P = Proporsi setiap jenis ikan karang n i = Jumlah jenis ke-i N = Jumlah total seluruh spesies 3.4.2 Analisis hasil tangkapan bubu 1. Analisis kelimpahan Ikan Analisis kelimpahan ikan dimaksud untuk melihat jumlah ikan karang yang tertangkap pada alat tangkap bubu dioperasikan bersama rumpon dan tanpa rumpon. Analisis kelimpahan ikan karang mengikuti petunjuk Odum (1971) sebagai berikut: X = n X i dimana : X = Kelimpahan ikan karang X i = Jumlah ikan karang pada stasion pengamatan ke-i n = Luas bubu (m 2 ) 2. Analisis statistik Untuk melihat apakah ada perbedaan hasil tangkapan ikan karang yang tertangkap pada alat tangkap bubu dioperasikan bersama rumpon dan tanpa rumpon di lokasi L1 dan L2 pada penangkapan malam dan siang hari menggunakan uji t yang terdapat pada perangkat lunak MINITAB versi 13.20.