APLIKASI PUPUK DAUN ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN BIBIT JABON (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) SRI SUSANTI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

Aplikasi Pupuk Daun Organik untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Jabon

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil)

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, April 2010, hlm ISSN

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK VERMIKOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN PADA TANAH SUBSOIL SKRIPSI

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

PENGARUH FREKUENSI PENYEMPROTAN PUPUK DAUN DAN DOSIS PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT Aquilaria malaccensis Lamk.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

II. TINJAUAN PUSTAKA

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT DAN PUPUK UREA PADA MEDIA PEMBIBITAN SKRIPSI OLEH :

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK CAIR SKRIPSI MUHAMMAD RIZKY ANDRY AGROEKOTEKNOLOGI - BPP

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

SKRIPSI. PENGARUH PEMBERIAN PUPUK UREA DAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON (Anthocephalus cadamba Miq)

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT AREN ( Arenga pinnata Merr.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR SKRIPSI OLEH : MANAHAN BDP Pemuliaan Tanaman

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA JENIS AKASIA (Acacia spp) TERHADAP FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

Gusniwati 1), Helmi Salim 1), Juwita Mandasari 2) Fakultas Pertanian, Universitas Jambi Mandalo Darat, Jambi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK DAN APLIKASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABAI KERITING ( Capsicum annuum L.)

Aplikasi Pupuk Daun Gandasil D Terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon Merah (Anthocephalus macrophyllus Havil)

PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L)

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH PADA APLIKASI DOSIS PUPUK ORGANIK PADAT DAN CAIR

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

BAHAN METODE PENELITIAN

PENGARUH DOSIS PUPUK AKAR DAN PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SANINTEN (Castanopsis argentea Blume A.DC) NOVI HERDIANTI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pertumbuhan tanaman bayam cabut (Amaranthus

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksankan di Lahan Fakultas Peternakan dan Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus)

PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN BUD CHIP TEBU (Saccharum officinarum L.) SKRIPSI OLEH:

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

III. BAHAN DAN METODE

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman

PENGARUH PUPUK DAUN DAN NAUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT GAHARU Gyrinops verstegii (Gilg) Domke DI BAWAH CEKAMAN AIR.

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

ISSN X Jurnal AGROTEK Vol 5, No 6 April 2017

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK NPK DAN KOMPOS KULIT BUAH KOPI SKRIPSI OLEH:

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KAILAN (Brassica oleraceae Var. acephala) PADA BERBAGAI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK SKRIPSI

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

PEMBERIAN PUPUK ORGANIK SUPER NATURAL NUTRITION (SNN) PADA TANAMAN SELADA ( Lactuca sativa,l ) DI TANAH ULTISOL

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. )

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI Perlakuan bibit pada kondisi tergenang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House dan Laboratorium penelitian

III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

Pengaruh Pupuk Organik Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

Transkripsi:

APLIKASI PUPUK DAUN ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN BIBIT JABON (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) SRI SUSANTI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Silvikultur DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

RINGKASAN SRI SUSANTI. Aplikasi Pupuk Daun Organik untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.). Dibimbing oleh ARUM SEKAR WULANDARI. Bibit yang berkualitas baik mempunyai mutu genetik dan penampilan fisik yang baik seperti tinggi, diameter, daun yang segar, bebas dari hama dan penyakit. Salah satu cara untuk mendapatkan bibit yang berkualitas baik ialah melalui pemupukan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas bibit jabon dengan aplikasi pupuk daun organik. Penelitian dilakukan di rumah kaca dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang diberikan pada bibit jabon ialah pemberian pupuk daun organik, yaitu: pupuk X, Super-O, Saputra, dan Agrobost. Sebagai kontrol, bibit jabon tidak diberi pupuk daun organik. Pupuk daun disemprotkan pada bagian batang dan daun setiap 2 minggu sekali selama 16 minggu pengamatan. Peubah yang diamati ialah tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk dan akar, berat kering pucuk dan akar, nisbah pucuk akar, panjang akar, dan indeks mutu bibit. Hasil penelitian menunjukkan dari 9 peubah yang diamati terdapat 7 peubah yang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit jabon, yaitu: tinggi, diameter, berat basah pucuk dan akar, berat kering pucuk dan akar, dan IMB. Pemberian pupuk daun organik Saputra memberikan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya dalam hal pertumbuhan tinggi yaitu 21,38 cm (peningkatannya 15,34%), diameter sebesar 3,59 mm (peningkatnnya 36,59%), berat basah pucuk seberat 18,78 g (peningkatannya 26,90%), berat basah akar seberat 7,74 g (peningkatannya 68,82%), berat kering pucuk seberat 3,13 g (peningkatannya 93,17%), berat kering akar seberat 1,91 g (peningkatannya 117,16%), dan nilai IMB sebesar 0,68 (peningkatannya 209,09%). Bibit jabon kontrol dan perlakuan mempunyai nilai NPA antara 1,54 2,23. Bibit jabon pada semua perlakuan memiliki panjang akar yang sama, tetapi memiliki jumlah akar yang berbeda. Bibit jabon yang disemprot dengan pupuk daun organik memiliki nilai indeks mutu bibit >0,09, artinya bibit jabon dapat bertahan apabila dipindahkan ke lapangan. Kata kunci: Anthocephalus cadamba, pupuk daun organik, pertumbuhan

Summary SRI SUSANTI. Application of organic leaf fertilizer to increase growth of Anthocephalus cadamba (Roxb. Miq.) seeds. Supervised of ARUM SEKAR WULANDARI. Good quality seeds have a genetic quality and good physical appearance such as height, diameter, fresh leaves, free from pests and diseases. One of way to get good quality seeds is through fertilization. This Research aims to improve the quality of seeds jabon which is application organic leaf fertilizer. This Research was conducted in greenhouses using Complete Randomized Design (RAL). The treatment given to the jabon seeds is organic fertilizer, that is X fertilizer, Super-O, Saputra, and Agrobost. As a control, the jabon seeds were not given organic leaf fertilizer. Leaf fertilizer is sprayed on the leaves and stem leaves every 2 weeks once during 16 weeks of observation. Parameter is observed is height, diameter of the stem, shoots and roots wet weight, shoots and roots dry weight, shoots ratio, root length, and the index of quality seeds. The results showed that from there are 7 variables from 9 variables that significantly affect seeds growth jabon, that is height, diameter, shoots and roots wet weight, shoots and roots dry weight. Giving organic leaf fertilizer Saputra showed better growth than other treatments in terms of growth height seeds is 21,38 cm (increasing 15,34%), diameter is 3,59 mm (increasing 36,59%), shoots wet weight is 18,78 g (increasing 26,90%), roots wet weight is 7,74 g (increasing 68,82%), shoots dry weight is 3,13 g (increasing 93,17%), roots dry weight is 1,91 g (increasing 117,16%), and IMB 0,68 (increasing 209,09%). Seeds jabon control and treatment has NPA value between 1,54 2,23. Jabon seeds have the same root length for all treatments, but it has different of roots number. Jabon seeds were sprayed with an organic leaf fertilizer have seed quality index value >0,09, it mean jabon seedlings can survive if it is removed to the field. Keywords: Anthocephalus cadamba, organic leaf fertilizer, growth

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi Pupuk Daun Organik untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Jabon adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2012 Sri Susanti NRP E44080068

LEMBAR PENGESAHAN Judul Kegiatan : Aplikasi Pupuk Daun Organik untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) Nama Mahasiswa : Sri Susanti NRP : E44080068 Menyetujui: Pembimbing Dr. Ir. Arum Sekar Wulandari, MS NIP. 19660316 200604 2 003 Menyetujui: Ketua Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS NIP. 19601024 198403 1 009 Tanggal :

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur tercurah bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah, serta ridhonya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada skripsi ini penulis membahas hasil penelitian mengenai Aplikasi Pupuk Daun Organik untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.). Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh proses fisiologis yang terjadi di dalam tubuh tanaman tersebut, yaitu proses fotosintesis, respirasi, translokasi, dan penyerapan air serta mineral dari dalam tanah. Pertumbuhan tanaman dapat ditingkatkan dengan penambahan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman, salah satunya yaitu dengan pemupukan. Pemupukan yang ramah lingkungan sangat dianjurkan untuk digunakan oleh petani, karena tidak merusak lingkungan disekitarnya. Pupuk organik merupakan pupuk yang ramah lingkungan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pihak yang membutuhkan pada umumnya. Bogor, Juli 2012 Penulis

UCAPAN TERIMAKASIH Pada kesempatan ini, penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Arum Sekar Wulandari, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan, arahan, dan ilmunya kepada penulis. 2. Ayahanda Bakhtiar Lubis, ibunda Painem, adinda Riyan Pradana, dan Nenek tercinta atas kasih sayang, perhatian dan doa yang selalu diberikan kepada penulis. 3. Pemerintah Daerah Kabupaten Siak yang telah membiayai kuliah penulis selama di Institut Pertanian Bogor. 4. Staf, Pegawai, dan Dosen-dosen Departemen Silvikultur yang telah memberi bantuan dan ilmunya selama penulis kuliah di Institut Pertanian Bogor. 5. Staf dan teman-teman Laboratorium Kultur Jaringan (teh Puja, bi Ita, kak Dita, kak Lilis, kak Arif, Revi) yang telah memberi bantuan, saran, dan doanya sehingga penulis dapat menyelesikan penelitian ini. 6. Teman-teman BUD Kabupaten Siak angkatan 2008 (Diah, Ita, Astria, Yuyun, Rika, Taufik, Rio, Retno, Titi, Roma, Febi) yang telah memberikan motivasinya kepada penulis. 7. Sahabat (Khory, Mimi, Shinta, Novi, Putri, Dini, Nunu, Ida, Kiki, Hanny, Lia, Awang, Febri, Umar, Uan, Edo, dan Ageng) yang telah membantu dan memberi motivasinya kepada penulis. 8. Keluarga besar Silvikultur 45 yang telah menemani penulis selama kuliah di Institut Pertanian Bogor. 9. Keluarga besar Pengurus Cabang Sylva Indonesia IPB dan Tree Grower Community yang telah memberikan pengalaman berorganisasi kepada penulis. 10. Keluarga besar KPH Banyuwangi Barat. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, tanpa mengurangi rasa hormat. Semoga semua kebaikannya dibalas oleh Allah SWT.

RIWAYAT HIDUP Penulis di lahirkan di Siak, Riau pada tanggal 04 Juni 1989 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bakhtiar Lubis dan Painem. Penulis mengawali pendidikan dasar di SD 042 Dayun dan tamat pada tahun 2002, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Dayun dan tamat pada tahun 2005, selanjutnya meneruskan pendidikan di SMA Negeri 1 Dayun dan tamat pada tahun 2008. Pada tahun 2008 juga, penulis diterima di Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur BUD (Beasiswa Utusan Daerah). Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan yaitu sebagai staf bidang pengembangan diri Ikatan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Riau (IKPMR) di Bogor tahun 2008/2009, staf Businees Development tahun 2009/2010 dan Projec Division tahun 2010/2011 Tree Grower Community (TGC), pada tahun 2010-2011 menjadi staf Pengkaderan dan Penguatan Organisasi Pengurus Cabang Sylva Indonesia (PCSI) IPB, dan pada tahun 2011/2012 sebagai Bendahara Umum 1 PCSI IPB, panitia Lomba Cepat Tepat Lingkungan Hidup (LCTLH) Jabodetabek tahun 2010, panitia Pekan Ilmiah Kehutanan Nasional (PIKNAS) tahun 2010, panitia Belantara jurusan Silvikultur tahun 2011, panitia Seminar Nasional Jabon tahun 2011, panitia Semiloka Nasional Sylva Indonesia (SNSI) tahun 2011. Kegiatan praktek yang telah dilakukan penulis di bidang kehutanan yaitu Praktek Pengelolaan Ekosistem Hutan (P2EH) di Pangandaran dan Gunung Sawal pada tahun 2010, kemudian Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) pada tahun 2011 di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi, KPH Cianjur, dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Pada tahun 2012 penulis melakukan Praktek Kerja Profesi (PKP) di KPH Banyuwangi Barat. Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Aplikasi Pupuk Daun Organik untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Jabon ( Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) dibimbing oleh Dr. Ir. Arum Sekar Wulandari, MS untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB. Penelitian tersebut dilakukan di Rumah Kaca Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB pada tahun 2012.

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x I. PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang... 1 1.2 Tujuan... 3 II. METODE KEGIATAN 2.1 Lokasi dan waktu penelitian... 4 2.2 Alat dan bahan penelitian... 4 2.3 Metode... 4 2.3.1 Persiapan bahan... 4 2.3.2 Tahapan penelitian... 4 2.3.3 Peubah yang diamati... 5 2.3.4 Pengolahan data... 6 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil... 9 3.2 Pembahasan... 14 IV. KESIMPILAN... 19 DAFTAR PUSTAKA... 20

DAFTAR TABEL 1 Hasil sidik ragam pengaruh penyemprotan pupuk daun organik terhadap bibit jabon selama 4 bulan pengamatan Halaman 8 2 Pengaruh penyemprotan pupuk daun organik terhadap pertumbuhann tinggi bibit jabon di rumah kaca selama 16 minggu pengamatan.. 3 Pengaruh penyemprotan pupuk daun organik terhadap pertumbuhann diameter bibit jabon di rumah kaca selama 4 bulan pengamatan 4 Pengaruh penyemprotan pupuk daun organik terhadap berat basah pucuk dan akar dan berat kering pucuk dan akar bibit jabon di rumah kaca. 5 Pengaruh penyemprotan pupuk daun organik terhadap IMB jabon di rumah kaca.. 6 Kandungan unsur hara yang terkandung di setiap pupuk daun organik yang digunakan untuk penyemprotan bibit jabon di rumah kaca 8 10 11 13 14

DAFTAR GAMBAR 1 Layout susunan bibit jabon di rumah kaca (K= kontrol; P= pupuk- X; O= Super-O; S= Saputra; A= Agrobost).. 2 Pertumbuhan tinggi bibit jabon yang diberi perlakuan penyemprotan pupuk daun organik selama 16 minggu pengamatan. 3 Perbedaan tinggi bibit jabon yang diberi perlakuan penyemprotan pupuk daun organik selama 16 minggu pengamatan. 4 Pertumbuhan diameter bibit jabon yang diberi perlakuan penyemprotan pupuk daun organik selama 4 bulan pengamatan.. Halaman 5 9 9 10 5 Perbedaan besar diameter bibit jabon yang diberi perlakuan penyemprotan pupuk daun organik selama 4 bulan pengamatan.. 10 6 Perbandingan bibit jabon yang telah dipanen: A) Kontrol, B) Pupuk-X, C) Super-O, D) Saputra, E) Agrobost... 7 Perbedaan panjang akar bibit jabon yang diberi perlakuan penyemprotan pupuk daun organik pada akhir pengamatan. 8 Nisbah pucuk akar bibit jabon yang diberi perlakuan penyemprotan pupuk daun organik... 12 12 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jabon (Anthocephalus cdamba (Roxb.) Miq) merupakan salah satu tumbuhan lokal Indonesia yang pertumbuhannya sangat cepat (fast growing species) dan dapat tumbuh subur di hutan tropis. Tanaman jabon juga termasuk tanaman pionir dan dapat tumbuh di lahan terbuka atau kritis, seperti tanah liat, tanah lempung podsolik cokelat, dan tanah berbatu. Oleh karena itu, jabon dapat digunakan untuk berbagai tujuan di antaranya, penghijauan, reklamasi lahan bekas tambang, dan pohon peneduh (Mulyana et al. 2011). Bibit jabon yang berkualitas baik dibutuhkan untuk menjamin keberhasilan penanaman dan hasil yang baik. Ciri bibit jabon yang berkualitas baik ialah bibit yang memiliki mutu genetik dan penampilan fisik yang baik, seperti: tinggi 30 45 cm, diameter ±0,5 cm, umur 3 5 bulan, dan bibit bebas dari hama dan penyakit (Mansur dan Tuheteru 2010). Bibit yang berkualitas baik dapat diperoleh dengan perawatan yang optimal salah satunya dengan pemupukan. Pemupukan tanaman jabon dapat dilakukan di persemaian maupun di lapangan. Pupuk yang sering digunakan untuk tanaman jabon ialah pupuk NPK (Mansur dan Tuheteru 2010). Menurut Mansur dan Surahman (2011), pemberian pupuk NPK pada tanaman jabon di lapangan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter batang tanaman jabon. Pupuk NPK tersebut ditebarkan di sekitar tanaman jabon. Pupuk yang ditebarkan di sekitar tanaman jabon akan diserap oleh akar tanaman, sehingga disebut dengan pupuk akar. Menurut Lingga dan Marsono (2011) kekurangan penggunaan pupuk pada akar antara lain: pupuk dapat tercuci oleh air dan terdapat beberapa unsur hara yang diikat oleh partikel tanah. Oleh karena itu, pemupukan lewat akar kurang maksimal diserap oleh akar tanaman. Untuk memaksimalkan penyerapan unsur hara oleh tanaman, maka pemupukan dapat dilakukan melalui daun atau disebut dengan pupuk daun. Daun memiliki stomata, sebagian besar stomata terletak di bagian bawah daun. Stomata berfungsi untuk mengatur penguapan air dari tanaman sehingga aliran air dari akar dapat sampai ke daun. Saat suhu udara terlalu panas, stomata

akan menutup untuk mengurangi penguapan sehingga tanaman tidak akan mengalami kekeringan. Sebaliknya, jika udara tidak terlalu panas, stomata akan membuka sehingga air yang terdapat di permukaan daun dapat masuk ke dalam jaringan daun dan unsur hara yang disemprotkan ke permukaan daun juga akan masuk bersamaan dengan air tersebut (Novizan 2005). Menurut Haryanti dan Meirina (2009), ada perbedaan lebar stomata pada saat pagi dan sore hari dengan saat siang hari, hal ini dikarenakan suhu pada siang hari relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pagi dan sore hari yaitu antara 30 35 C, sehingga stomata akan menutup sebagai respon tidak langsung terhadap keadaan rawan air dan laju transpirasi. Pemupukan melalui daun memiliki kelebihan antara lain: dapat memberikan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman, kelarutan pupuk daun lebih baik dibandingkan dengan pupuk akar, pemberiannya dapat dilakukan secara merata, kepekatannya dapat diatur sesuai dengan pertumbuhan tanaman (Lingga dan Marsono 2011). Pupuk daun terdapat dua jenis yaitu pupuk daun organik dan pupuk daun anorganik. Saat ini petani masih banyak yang menggunakan pupuk anorganik, karena pupuk anorganik memiliki beberapa kelebihan antara lain: meringankan biaya angkutan, mudah diperoleh karena banyak terdapat di pasaran, dapat disimpan lama dan nutrisi yang disediakan oleh pupuk anorganik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat tinggi (Sutedjo 1987). Menurut Lingga (1998), pupuk anorganik ialah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk, dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) dengan kadar hara yang tinggi. Penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus dapat merusak kondisi tanah sekitar tanaman, karena pupuk anorganik terbuat dari bahan kimia. Untuk mengurangi kerusakan tanah dan lingkungan, maka pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk organik. Menurut Suriadikarta et al. (2004) pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan atau manusia antara lain pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos (humus) berbentuk padat atau cair yang telah mengalami dekomposisi. Kelebihan dari pupuk organik ialah: dapat memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, menaikkan

kondisi kehidupan di dalam tanah, dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman. Untuk menjaga agar tanah tidak rusak dan tanaman dapat menyerap unsur hara secara maksimal, pemupukan dapat dilakukan melalui daun dengan menggunakan pupuk organik. Pupuk daun organik yang diaplikasikan melalui daun biasanya dalam bentuk cair. 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas bibit jabon dengan aplikasi pupuk daun organik. Pupuk daun organik yang digunakan ialah Saputra, Super-O, Agrobost, dan pupuk X. Saputra, Super-O, dan Agrobost merupakan naman dagang pupuk daun organik yang sudah beredar di pasaran, sedangkan pupuk X merupakan pupuk daun organik yang masih dalam tahap uji coba. 1.3 Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui pupuk daun organik yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan bibit jabon. Hasil penelitian ini hanya berlaku untuk bibit dan kondisi lingkungan yang telah ditetapkan; dan tidak bermaksud untuk mempromosikan/ menjatuhkan pupuk daun organik yang telah beredar di pasaran.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di Rumah Kaca bagian Silvikultur Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor selama bulan Pebruari sampai dengan Juni 2012. 2.2 Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibag, sprayer, spidol putih, penggaris, kaliper, tally sheet, kamera, dan gembor. Bahan yang digunakan adalah: bibit jabon, pupuk X, Agrobost, Saputra, dan Super-O; dan media tanam (tanah dan sekam). 2.3 Metode 2.3.1 Persiapan Bahan Bibit jabon. Bibit jabon yang digunakan berumur 4 minggu. Bibit dibeli dari agen bibit yang terletak di jalan Cifor. Media tanam. Media tanam yang digunakan ialah campuran tanah dan arang sekam. Tanah yang digunakan ialah tanah yang gembur dan telah diayak. Tanah dan arang sekam tersebut diaduk di atas terpal dengan perbandingan 3:1. Pupuk. Pupuk daun organik yang digunakan pada penelitian ini ada 4 macam nama dagang yaitu: pupuk X, Saputra, Super-O, dan Agrobost. Konsentrasi pupuk X yang digunakan ialah 5 ml/l air, pupuk Saputra 10 g bubuk + 10 g kristal/l air, pupuk Super-O 2 ml/l air, dan pupuk Agrobost 5 ml/l air. Pupuk disiapkan sesaat sebelum diaplikasikan ke daun jabon. 2.3.2 Tahapan penelitian Bibit jabon yang berumur 4 minggu dipindahkan ke media baru yang telah disiapkan. Bibit yang sudah dipindahkan disusun secara acak di rumah kaca (Gambar 1). Bibit jabon disemprot dengan pupuk daun organik yang telah disiapkan setiap 2 minggu sekali selama 16 minggu. Perlakuan yang diberikan ialah: (1) kontrol (bibit jabon tidak disemprot dengan pupuk daun organik); (2)

bibit jabon disemprot dengan pupuk X; (3) bibit jabon disemprot dengan pupuk Super-O; (4) bibit jabon disemprot dengan pupuk Saputra; (5) bibit jabon disemprot dengan pupuk Agrobost. Masing-masing perlakuan terdiri dari 10 ulangan dan masing-masing ulangan terdiri dari 4 bibit jabon. Penyemprotan pupuk dilakukan pada sore hari, sekitar pukul 16.00 WIB. A-2 P-3 S-9 K-2 O-10 A-10 P-6 K-8 A-8 P-4 S-8 O-7 S-4 P-7 A-3 K-4 K-10 O-6 A-5 K-5 O-9 A-7 P-10 O-3 A-9 K-9 S-5 S-3 P-1 O-4 S-9 A-4 O-5 K-7 S-1 K-1 P-8 A-6 S-10 O-8 S-7 P-9 K-6 P-5 A-1 S-2 K-3 P-2 O-2 O-1 Gambar 1 Layout susunan bibit jabon di rumah kaca (K= kontrol; P= pupuk-x; O= Super-O; S= Saputra; A= Agrobost) Bibit jabon disiram sehari dua kali yaitu pada pagi hari dan sore hari. Bibit jabon juga dipelihara dengan cara membersihkan gulma yang tumbuh, membersihkan daun yang kering, dan mengendalikan serangan hama. Serangan hama ulat dikendalikan secara manual dengan cara mematikan ulat yang memakan daun. 2.3.3 Peubah yang diamati Tinggi bibit (cm) Pengukuran tinggi bibit tanaman dilakukan dengan menggunakan penggaris. Tinggi bibit diukur dari pangkal batang yang telah diberi tanda hingga batas titik tumbuh tanaman. Pengukuran dilakukan seminggu sekali mulai dari awal pemindahan bibit hingga akhir pengamatan (16 minggu). Diameter batang (mm) Pengukuran diameter batang dilakukan dengan menggunakan kaliper. Pengukuran dilakukan 1 bulan sekali selama 4 bulan. Untuk menghindari kesalahan pengukuran, bagian yang diukur ditandai dengan cat berwarna merah. Berat basah dan berat kering tanaman Pengambilan data ini dilakukan pada akhir pengamatan. Pengukuran berat basah dan kering akar dan pucuk dilakukan dengan cara memisahkan tanaman

dari media tanam, kemudian akar dicuci dari media tanam yang menempel. Setelah bersih bagian akar dan pucuk dipisahkan. Pucuk dan akar kemudian ditimbang berat basahnya. Berat basah pucuk dan akar dijumlahkan untuk mendapatkan berat basah total, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 70 0 C selama 96 jam untuk mendapatkan berat keringnya. Berat kering total diperoleh dengan cara menjumlahkan berat kering pucuk dan akar. Panjang akar (cm) Pengambilan data panjang akar dilakukan di akhir pengamatan. Pengukuran panjang akar dilakukan setelah akar dibersihkan, kemudian akar diukur dengan menggunakan penggaris. Pengkuran dilakukan dari leher akar sampai ujung akar yang terpanjang. Peningkatan pertumbuhan (%) Peningkatan pertumbuhan dihitung apabila terdapat perbedaan nyata setiap peubah dari semua perlakuan yang dibandingkan dengan kontrol. Peningkatan pertumbuhan dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Peningkatan pertumbuhan= Perlakuan Kontrol X 100% 100 Nisbah pucuk akar Nisbah pucuk akar ditentukan dengan membandingkan bobot kering pucuk dengan bobot kering akar. Indeks Mutu Bibit (IMB) Berat kering bagian pucuk (g) NPA = Berat kering bagian akar (g) Ketahanan bibit apabila dipindahkan ke lapangan dapat diketahui dengan menghitung nilai indeks mutu bibit (IMB). Adapun formula untuk menghitungnya ialah sebagai berikut (Dickson et al. 1960 dalam Putri 2008): Berat Kering Total Indeks mutu bibit = Kekokohan+NPA Tinggi bibit (cm) Kekokohan= Diameter batang (mm) 2.3.4 Pengolahan Data Hasil penelitian dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA) pada taraf kepercayaan 95% dengan menggunakan software SAS versi 9. Apabila terdapat

perbedaan nyata, maka analisis dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test/DMRT) pada taraf kepercayaan 95%. Perlakuan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari lima perlakuan yaitu: kontrol, pupuk-x, Super-O, Saputra, dan Agrobost. Masing-masing perlakuan terdiri dari 10 ulangan dan masing-masing ulangan terdiri dari 4 bibit jabon. Model Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang digunakan untuk penelitian ini, menurut Walpole RE (1992) yaitu: Y ij = μ + α i + ε ij Y ij μ αi ε ij : Pengamatan pada perlakuan pupuk ke-i dan ulangan ke-j : Nilai rata-rata umum : Pengaruh perlakuan pupuk jenis ke-i : Pengaruh acak pada perlakuan pupuk ke-i ulangan ke-j

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Peubah yang diamati dalam penelitian ini ialah: tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk, berat basah akar, berat kering pucuk, berak kering akar, nisbah pucuk akar (NPA), dan indeks mutu bibit (IMB). Pada Tabel 3 dapat dilihat hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh pemberian pupuk daun organik terhadap peubah yang diamati. Tabel 3 Hasil sidik ragam pengaruh penyemprotan pupuk daun organik terhadap bibit jabon selama 4 bulan pengamatan No Peubah F-value Pr>F 1 Tinggi bibit * 0,0462 2 Diameter batang * 0,0027 3 Berat basah pucuk * 0,0375 4 Berat basah akar * 0,0066 5 Berat kering pucuk * 0,0062 6 Berat kering akar * 0,0051 7 NPA tn 0,7293 8 9 Panjang akar IMB tn * 0,3088 0,0005 * = berpengaruh nyata pada taraf 5%; tn= tidak berpengaruh nyata pada taraf 5% Pertumbuhan Tinggi Bibit Jabon (cm) Bibit jabon yang beri perlakuan pupuk daun organik Saputra menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu 21,38 cm dengan peningkatan 15,34% dibandingkan dengan kontrol. Pemberian pupuk daun organik Agrobost menunjukkan pertumbuhan tinggi yang sama dengan kontrol yaitu 17,20 cm (Tabel 4). Tabel 4 Pengaruh penyemprotan pupuk daun organik terhadap pertumbuhan tinggi bibit jabon di rumah kaca selama 16 minggu pengamatan Peralakuan Pertumbuhan tinggi (cm) Peningkatan tinggi (%) Kontrol 18,53 b - Pupuk X 19,93 ab 7,50 Super-O 20,15 ab 8,73 Saputra 21,38 a 15,34 Agrobost 17,20 b -7,22 Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 5% Pertumbuhan tinggi bibit jabon selama 16 minggu pengamatan dengan penyemprotan pupuk daun organik dapat terlihat pada Gambar 2 dan 3. Pada

30 Minggu kekontrol pupuk-x super-o Saputra Agrobost 25 Tinggi (cm) 20 15 10 5 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Peralakuan Pertumbuhan diameter (mm) Peningkatan diameter (%) Kontrol 2,62 c - Pupuk X 2,78 bc 6,18 Super-O 3,53 a 34,49 Saputra 3,59 a 36,59 Agrobost 3,28 ab 25,14 bulan kekontrol pupuk-x super-o saputra agrobost Diameter (mm) 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 0 1 2 3 4

Berat Basah/ Kering Pucuk dan Akar Bibit Jabon (g) Bibit jabon yang diberi perlakuan penyemprotan pupuk daun organik Saputra menghasilkan berat basah pucuk yang paling berat yaitu 18,78 g jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya dengan peningkatan sebesar 26,90% dibandingkan dengan kontrol. Bibit jabon yang diberi pupuk daun organik Agrobost menunjukkan berat basah pucuk yang sama dengan kontrol. Bibit jabon yang diberi pupuk daun organik menunjukkan berat kering pucuk yang lebih tinggi dibandingkan dengan bibit jabon yang tanpa pemberian pupuk daun organik (kontrol). Bibit jabon yang diberi pupuk daun organik Saputra menunjukkan berat basah pucuk yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu 3,13 g dengan peningkatan sebesar 121,99% dibandingkan dengan kontrol (Tabel 6). Tabel 6 Pengaruh penyemprotan pupuk daun organik terhadap berat basah pucuk dan akar dan berat kering pucuk dan akar bibit jabon di rumah kaca Peralakuan Berat basah pucuk (g) Peningkatan berat basah pucuk (%) Berat basah akar (g) Peningkatan berat basah akar (%) Kontrol 14,80 b - 4,59 c - Pupuk X 16,39 ab 10,79 6,40 ab 39,46 Super-O 16,70 ab 12,84 7,15 a 55,89 Saputra 18,78 a 26,90 7,74 a 68,82 Agrobost 14,50 b -1,98 5,34 bc 16,50 Berat kering pucuk (g) Peningkatan berat kering pucuk (%) Berat kering akar (g) Peningkatan berat kering akar (%) Kontrol 1,41 c - 0,88 c - Pupuk X 2,24 b 58,87 1,55 ab 76,14 Super-O 2,54 ab 80,14 1,14 ab 29,55 Saputra 3,13 a 121,99 1,91 a 117,05 Agrobost 2,14 bc 51,77 1,16 bc 31,82 Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 5% Bibit jabon yang diberi perlakuan penyemprotan pupuk daun organik menunjukkan peningkatan berat basah dan kering akar yang lebih tinggi dibandingkan dengan bibit jabon yang tidak diberi perlakuan penyemprotan pupuk daun organik (kontrol). Bibit jabon yang diberi perlakuan pupuk daun organik Saputra dan Super-O menunjukkan berat kering akar yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu seberat 7,74 g dan 7,15 g dengan peningkatan 68,82% dan 55,89% dibandingkan dengan kontrol. Bibit jabon yang diberi perlakuan pupuk daun organik Saputra menunjukkan berat kering akar yang

lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya yaitu 1,91 g dengan peningkatan sebesar 117,05% dibandingkan dengan kontrol. Bibit jabon pada setiap perlakuan memiliki jumlah akar yang berbeda-beda (Gambar 6). A B C D E Gambar 6 Perbandingan bibit jabon yang telah dipanen: A) kontrol, B) Pupuk-X, C) Super-O, D) Saputra, E) Agrobost Panjang Akar Bibit Jabon (cm) Bibit jabon dari setiap perlakuan memiliki panjang akar yang berbeda-bedaorganik tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar Penyemprotan pupuk daun bibit jabon (Gambar 4), tetapi berpengaruh nyata terhadap jumlah akar (Tabel 6). Panjang akar (cm) 30 25 20 15 10 5 19,87 22,47 25,83 19,73 29,83 0 Kontrol Pupuk X Super-O Saputra Agrobost Perlakuan Gambar 8 Perbedaan panjang akar bibit jabon yang diberi perlakuan penyemprotan pupuk daun organik pada akhir pengamatan

Nisbah Pucuk Akar (NPA) Bibit Jabon Nilai NPA bibit jabon tidak dipengaruhi organik. Bibit jabon pada semua p (Gambar 3). oleh pemberian pupuk daun 2,23 2.5 2 1,54 1,82 2,23 1,86 2,11 1.5 NPA 1 0.5 0 Kontrol Pupuk X Super-O Saputra Agrobost Pupuk daun Gambar 7 Nisbah pucuk akar bibit jabon yang diberi perlakuan penyemprotan pupuk daun organik Indeks Mutu Bibit (IMB) Bibit jabon yang diberi perlakuan pupuk daun organik menunjukkann nilai IMB yang lebih tinggi dari pada tanpa pemberian perlakuan pupuk daun organik (kontrol). Bibit jabon yang disemprot dengan pupuk daun organik Saputra dan Agrobost menunjukkan nilai IMB yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Bibit jabon yang diberi penyemprotan pupuk daun organik Saputra memiliki nilai IMB yaitu 0,68 dengan peningkatan sebesar 209,09% dibandingkan dengan kontrol, sedangkan bibit jabon yang diberi perlakuan penyemprotan pupuk daun organik Agrobost memiliki nilai IMB yaitu 0,67 dengan peningkatan sebesar 204,55% dibandingkan dengan kontrol. Tabel 7 Pengaruh penyemprotan pupuk daun organik terhadap IMB jabon di rumah kaca Peralakuan IMB Peningkatan (%) Kontrol 0,22 c - Pupuk X 0,44 b 100 Super-O 0,49 b 122,73 Saputra 0,68 a 209,09 Agrobost 0,67 a 204,55 Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 5%

Kandungan Unsur Hara Setiap Pupuk Kandungan unsur hara setiap jenis pupuk dunn organik berbeda-beda. Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa pupuk daun organik Saputra memiliki kandungan unsur hara N dan P yang lebih tinggi dibandingkan yang lainnya. Pupuk X memiliki kandungan unsur hara K yang lebih tinggi dibandingkan lainnya, sedangkan pupuk daun organik Super-O memiliki kandingan unsur hara C-organik yang lebih tinggi dibandingkan lainnya. Pupuk daun organik Agrobost memiliki kandungan unsur hara yang lebih rendah dibandingkan yang lainnya. Tabel 7 Kandungan unsur hara yang terkandung di setiap pupuk daun organik yang digunakan untuk penyemprotan bibit jabon di rumah kaca No Unsur hara(%) Jenis pupuk daun organik Saputra Pupuk-X Agrobost Super-O 1 Nitrogen (N) 10,37 2,72-6,00 2 Posfor (P) 7,06 0,15 0,003 2,00 3 Kalium (K) 6,57 148,18 0,17 0,19 4 Corganik 1,27 0,33 0,95 8,37 5 Magnesium (Mg) 4,16 5x10-4 - - 6 Sulfur (S) 5,10 - - - 7 Kalsium (Ca) 4,03 - - - 8 Besi (Fe) - 3x10-4 4x10-3 - 9 Mangan (Mn) - 3x10-5 4x10-5 - 10 Tembaga (Cu) - 4x10-5 8x10-5 - 11 Seng (Zn) - 2x10-4 3,7x10-4 - 12 Timbal (Pb) - - - 9,8x10-4 3.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Pertumbuhan merupakan pertambahan dari jumlah dan dimensi tanaman atau pohon, baik diameter maupun tinggi pada suatu tanaman. Pertumbuhan tanaman akan meningkat apabila nutrisi tanaman terpenuhi. Salah satu nutrisi yang penting bagi tanaman ialah unsur hara. Menurut Sutedjo (1987), tanaman terdiri dari 50 elemen unsur hara, sedangkan yang dibutuhkan tanaman selama masa pertumbuhan dan perkembangannya ada 16 unsur yang merupakan unsur hara esensial terdiri dari unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak, yang termasuk dalam unsur hara makro antara lain: C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S. Unsur hara mikro merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit, yang tergolong dalam unsur hara mikro antara lain: Fe, Mn, Cu, Zn, Mo, B, Cl, Ni (Mengel dan Kirkby 2001). Unsur hara makro dan mikro yang tidak lengkap

dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta produktivitasnya. Unsur hara dapat diperoleh salah satunya dari pupuk yang diberikan pada tanaman. Penggunaan pupuk daun organik pada bibit jabon dilakukan untuk mengurangi kerusakan lingkungan dan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Berdasarkan penelitian Fattah (2010), penggunaan pupuk daun organik Saputra dapat mengurangi dosis penggunaan pupuk NPK sekitar 50% dari paket pemupukan yang direkomendasikan di Kabupaten Pangkep. Bibit jabon yang akan ditanam di lapangan harus memiliki kriteria mutu fisik, fisiologis, dan genetik yang baik. Penilaian fisiologis dan genetik sulit untuk dilakukan oleh petani, sehingga bibit yang akan ditanam oleh petani di lapangan dinilai hanya dari mutu fisiknya diantaranya: tinggi bibit, diameter batang, dan kondisi bibit yang bebas dari hama dan penyakit. Berdasarkan hasil penelitian, dari 9 peubah mutu fisik yang diamati, terdapat 7 peubah yang berpengaruh nyata terhadap penyemprotan pupuk daun organik pada bibit jabon. Peubah yang berpengaruh nyata di antaranya, ialah: tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk dan akar, berat kering pucuk dan akar, serta IMB. Pengamatan pertumbuhan yang tidak berpengaruh nyata, yaitu panjang akar dan NPA. Bibit jabon yang menunjukkan pertumbuhan tinggi, diameter batang, berat basah/kering pucuk dan akar yang terbaik ialah bibit jabon yang diberi perlakuan pupuk daun organik Saputra. Hal yang sama juga ditemukan pada penelitian Syahputra dan Mardiana (2009) pada kelapa sawit, Panjaitan (2005) pada tanaman kopi, dan Akmad (2002) pada tanaman nilam. Bibit jabon yang diberi pupuk daun organik Saputra memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal tersebut diduga karena, pada pupuk daun organik Saputra memiliki kandungan N dan P yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk daun organik lainnya. Unsur N berfungsi untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif pada tanaman dan pembentukkan protein, sedangkan unsur P salah satu fungsinya ialah untuk memperkuat batang agar tidak mudah roboh dan untuk perkembangan akar tanaman (Hardjowigeno 2003). Pemupukan fosfor ke tanaman Acacia koa dapat memperluas sistem perakarannya, sehingga penyerapan hara dapat dilakukan dengan maksimal (Scowcroft 2005). Pemupukan N dan P dapat

meningkatkan pertumbuhan bibit Pinus radiata pada tanah padat/kompak (Simcock et al. 2006). Tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang lebih mudah dilihat langsung. Pertumbuhan tinggi tanaman harus diimbangi dengan pertumbuhan diameter agar tanaman tidak mudah roboh. Pertumbuhan tinggi dan diameter mempengaruhi berat basah dan kering pucuk, karena pucuk tanaman terdiri dari bagian tanaman yang terletak pada bagian atas dari media tanamnya. Apabila pertumbuhan tinggi dan diameter mengalami peningkatan, maka berat basah dan kering bagian pucuk juga akan meningkat. Berat kering tanaman merupakan indikator yang umum digunakan untuk mengetahui baik atau tidaknya pertumbuhan bibit, karena berat kering tanaman dapat menggambarkan efisiensi proses fisiologis di dalam tanaman. Menurut Putri dan Nurhasybi (2010), berat kering total mencerminkan akumulasi senyawa organik yang berhasil disintesis tanaman dari senyawa anorganik (unsur hara, air, dan karbohidrat), semakin tinggi berat kering total tanaman menunjukkan semakin baik pertumbuhan bibitnya. Akar tanaman memiliki peranan yang sama pentingnya dengan tajuk. Hal ini karena fungsi akar ialah untuk penyerapan air dan unsur hara yang terlarut dalam tanah dan ditransportasikan ke tunas (Macadam 2008). Tanaman harus mempunyai akar dan sistem perakaran yang cukup luas untuk dapat memperoleh hara dan air sesuai dengan kebutuhan tanaman, sehingga tanaman akan tumbuh dengan baik. Semakin panjang dan luas akar tanaman, maka penyerapan unsur hara akan semakin maksimal. Berat kering akar menunjukkan volume akar. Semakin banyak jumlah akar tanaman, maka volume akar semakin tinggi. Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa, pemberian pupuk daun organik tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang akar, tetapi berpengaruh nyata terhadap jumlah akar. Perkembangan akar juga dipengaruhi oleh proses fotosintesis pada daun. Apabila proses fotosintesis berjalan dengan baik dan menghasilkan karbohidrat yang lebih banyak, maka berat kering anakannya juga akan meningkat (Ningsih 2007). Bibit jabon yang dipupuk dengan pupuk daun organik Saputra memiliki panjang akar yang sama, tetapi jumlah akar yang lebih banyak. Pertumbuhan tinggi bibit, diameter batang, dan akar dipengaruhi oleh hasil fotosintesis yang dihasilkan oleh daun. Pemupukan yang langsung diberikan

melalui daun dapat meningkatkan hasil fotosintesis karena unsur hara langsung diserap oleh daun dan digunakan untuk proses fotosintesis, sehingga persediaan makanan yang disalurkan ke seluruh bagian tanaman dapat terpenuhi dengan cepat. Nisbah pucuk akar merupakan perbandingan antara bagian pucuk tanaman dengan bagian akar tanaman. Mutu bibit tanaman hutan dapat dinilai dengan melihat mutu fisiknya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengamati parameter pertumbuhan bibit yang kemudian digunakan untuk menghitung kekokohan, indeks mutu bibit, dan NPA (Junaedi 2009). Parameter tersebut untuk melihat ketahanan bibit pada saat ditanam di lapangan. Bibit yang ditanam di lapangan sebaiknya memiliki batang yang kokoh dan NPA yang seimbang. Nilai NPA menunjukkan kemampuan akar menyerap air dan hara dari tanah untuk mengimbangi laju fotosintesis dan transpirasi pada pucuk. Pertumbuhan tanaman yang baik ditunjukkan dengan nilai NPA yang seimbang (Handayani 2011). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi NPA antara lain: sifat genetik tanaman, ketersediaan unsur hara, dan persaingan cahaya (Mokany et al. 2006). Pada penelitian ini, pemberian pupuk organik pada bibit jabon tidak berpengaruh nyata terhadap peubah nisbah pucuk akar, tetapi kelima perlakuan mempunyai nilai NPA yang memenuhi kritreria mutu fisik yang dapat dipindahkan ke lapangan. Bibit yang akan dipindahkan ke lapangan dapat dilihat ketahanannya yaitu dengan menghitung Indeks Mutu Bibit (IMB). Nilai IMB dapat dipengaruhi oleh pemberian pupuk pada tanaman. Menurut penelitian Yuniarti et al. (2004) menyatakan bahwa frekuensi pemupukan pada tanaman Damar (Agathis loranthifolia) berpengaruh sangat nyata terhadap nilai IMB. Bibit yang mempunyai nilai IMB 0,09 layak untuk dipindahkan ke lapangan (Dickson et al. 1960 dalam Putri 2008). Menurut Roller (1977) dalam Yuniarti et al. (2004) mengatakan bahwa semakin besar nilai IMB, semakin tinggi pula mutu bibit tersebut dan bibit akan mudah beradaptasi di lapangan. Menurut hasil penelitian ini, nilai IMB pada bibit jabon yang diberi perlakuan penyemprotan pupuk daun organik memiliki nilai > 0,09 sehingga diharapkan bibit dapat beradaptasi dengan baik di lapangan.

Bibit jabon yang diberi perlakuan pupuk organik Super-O menunjukkan pertumbuhan diameter dan berat basah akar yang sama baiknya dengan bibit yang diberi pupuk daun organik Saputra. Hal ini dikarenakan kandungan unsur hara C- organik dari pupuk Super-O lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk lainnya yang digunakan dalam penelitian ini. Bibit jabon yang diberi pupuk X menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang, berat basah/kering pucuk dan akar yang lebih rendah dibandingkan dengan pupuk daun Saputra dan Super-O. Hal ini diduga karena kandungan unsur hara N dan P yang terdapat pada pupuk X lebih rendah dibandingkan dengan pupuk Saputra dan Super-O. Pupuk X memiliki kandungan unsur hara K yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk daun lainnya yaitu sebesar 148.18%. Unsur hara K berfungsi untuk meningkatkan kerja enzim, mentranslokasi gula dan pati, meningkatkan kandungan pati dan protein pada tanaman, dan menghambat perkembangan penyakit pada tanaman (Gowariker 2009). Pada saat tanaman masih berupa bibit, fase pertumbuhan generatif belum berlangsung, sehingga penggunaan pupuk X belum maksimal untuk tanaman yang masih berupa bibit. Apabila tanaman telah berada pada fase perkembangan generatif, maka penggunaan pupuk X mungkin akan lebih terlihat pengaruhnya terhadap tanaman yang dipupuk. Sebagai contoh, tanaman kenikir (Tagetes erecta) yang diberi pupuk dengan kandungan K yang lebih tinggi akan mengakibatkan tanaman tersebut lebih cepat berbunga (Pratiwi 2003). Pupuk daun yang digunakan pada penelitian ini ada 4 merek dagang. Dari 4 pupuk daun organik tersebut, terdapat 3 pupuk daun organik yang diberikan pada bibit jabon menunjukkan pertumbuhan bibit jabon yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Bibit jabon yang diberi pupuk daun organik Saputra menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya, sehingga pupuk daun organik Saputra dapat digunakan oleh petani untuk meningkatkan pertumbuhan bibit jabon. Bibit jabon yang diberi pupuk daun organik Agrobost menunjukkan nilai IMB yang tinggi, tetapi pertumbuhan tinggi dan berat basah pucuk bibit yang sama dengan kontrol. Walaupun demikian, pupuk daun Agrobost dinilai kurang sesuai untuk diaplikasikan pada tanaman jabon.

BAB IV KESIMPULAN Bibit jabon mengalami peningkatan pertumbuhan dengan adanya penambahan pupuk yang dapat memenuhi kebutuhan tanaman, dari 4 pupuk yang diuji pada bibit jabon terdapat 3 pupuk yaitu Saputra, Super-O, dan pupuk X yang memberikan peningkatan pertumbuhan lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Bibit jabon yang diberi pupuk daun organik Saputra menunjukkan pertumbuhan yang paling baik (tinggi bibit, diameter batang, berat basah/kering pucuk dan akar) dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Bibit jabon yang diberi pupuk daun organik Agrobost menunjukkan pertumbuhan bibit jabon yang sama dengan kontrol.

DAFTAR PUSTAKA Akmad S. 2002. Tanggap pertumbuhan dan produkasi nilam (Pogostemon cablin Benth.) terhadap pupuk daun organik [skripsi]. Bogor(ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Fahmi I. 2010. Aplikasi pupuk majemuk NPK dan kompos terhadap peningkatan pertumbuhan semai kayu afrika di media tanam tailing tambang emas [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Fattah A. 2010. Efektivitas pupuk organik Saputra pada tanaman jagung. Prosiding Pekan Serealia Nasional; Sulawesi Selatan, 29 Mar 2010. Sulawesi Selatan(ID): Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan. Hanafiah KA. 2007. Persada. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta(ID): PT RajaGrafindi Handayani S. 2011. Pengaruh pupuk daun terhadap pertumbuhan beberapa pohon kehutanan pada kondisi tergenang [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta(ID): Akademika Pressindo. Hartatik W, Setyorini D, Suriadikarta DA. 2004. Uji Mutu dan Efektivitas Pupuk Alternatif Anorganik. Bogor(ID): Balai Penelitian Tanah. Haryanti S, Meirina T. (2009). Optimalisasi pembukaan porus stomata daun kedelai (Glycine max (L) merril) pada pagi hari dan sore. Jurnal BIOMA 11(1):18-23. Islami T, Utomo WH. 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. Malang(ID): IKIP Semarang Press. Jumin HB. 2005. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta(ID): PT RajaGrafindo Persada. Junaedi A. 2009. Pertumbuhan dan mutu fisik bibit jabon (Anthocephalus cadamba) di polibag dan politub. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 7(1):15-21. Lingga P. 1998. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta(ID): Penebar Swadaya. Lingga P, Marsono. 2011. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta(ID): Penebar Swadaya. Mansur I, Tuheteru FD. 2010. Kayu Jabon. Jakarta(ID): Penebar Swadaya.

Mansur I, Surahman. 2011. Respon tanaman jabon (Anthocephalus cadamba) terhadap pemupukan lanjutan (NPK). Jurnal Silvikultur Tropika3(01):71-77. Mardiana S, Syahputra E. 2009. Pengaruh pemberuan pupuk Saputra (plant liquid) dan limbah sludge industry kelapa sawit terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit di pembibitan utama. Jurnal Agrobio 01(01):11-22. Mengel K, Kirkby EA. 2001. Academic. Principles of Plant Nutritions. Netherlands: Kluwer Mokany K, Raison RJ, Prokushkin NS. 2006. Critical analysis of root:shoot rations in terrestrial biomes. Journal Global Change Biology 12:84-96. Mulaya D, Asmahrahman C, Fahmi I. 2011. Panduan Lengkap Bisnis dan Bertanam Kayu Jabon. Jakarta(ID): AgroMedia Pustaka. Nahampun R. 2009. Pengaruh pemberian pupuk kascing dan pupuk organik cair terhadap pertumbuhan tanaman kakao di Pre-Nursery [skripsi]. Medan: Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Ningsih EW. 2007. Penggunaan fungi mikoriza arbuskula dan vermikompos untuk meningkatkan pertumbuhan semai jati muna [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Pratiwi COD. 2003. Pengaruh konsentrasi pupuk daun Hyponex dan Gandasil D terhadap pertumbuhan dua kultivar tanaman Tagetes erecta L [skripsi]. Bogor(ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Panjaitan E. 2005. Pengaruh pupuk cair trace nutrient fertilizer (TNF) dan zat pengatur tumbuh (ZPT) atonik terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman kopi (Coffea Arabica) di polibag. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian 3(2):9-13. Putri KP, Nurhasybi. 2010. Pengaruh jenis media organik terhadap kualitas bibit takir (Duabanga moluccana). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 7(3):141-146. Putri AI. 2008. Pengaruh media organik terhadap indeks mutu bibit cendana. Jurnal Pemuliaan Tanaman 21(1):1-8. Scowcroft PG, Silva JA. 2005. Effects of phosphorus fertilization, seed source, and soil type on growth of Acacia koa. Journal of Plant Nutrition 28:1581-1603. Simcock RC, Parfitt RL, Skinner MF, Dandi J, Graham JD. 2006. The effects of soil compaction and fertilizer application on the establishment and growth of Pinus radiata. Journal of Forest Research 36:1077-1086.

Sutedjo MM. 1987. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta(ID): Rineka Cipta. Yuniarti N, Heryati Y, Rostiwati T. 2004. Pengaruh media tanam dan frekuensi pemupukan kompos terhadap pertumbuhan dan mutu bibit dammar (Agathis loranthifolia Salisb.). Jurnal Agronomi 9(2):59-66. Yusrinawati A, Kastono D, Suyadi. 2006. Pengaruh pemberian beberapa macam pupuk daun terhadap pertumbuhan dan hasil tiga varietas kangkung darat di lahan pasir pantai. Prosiding Seminar Skripsi; [waktu dan tempat tidak diketahui]. Yogyakarta(ID): Departemen Budidaya Pertanian Universitas Gajah Mada Yogyakarta.