EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN POSISI KEUANGAN

Mempertahankan Soliditas

PERKEMBANGAN TERKINI

Diskusi dan Analisis Manajemen

PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA PER 30 SEPTEMBER 2003 & 2002

NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 31 MARET 2007 (Dalam Jutaan Rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN

04 Analisis dan Pembahasan Manajemen

KONSOLIDASI POS-POS. Des 2005 Des 2004 Des 2005 Des 2004 AKTIVA 41,215 28,657

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 30 April 2015 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

- 7 Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo )

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

NERACA PER 31 MARET 2005 & 2004 (Dalam Jutaan Rupiah) NO POS - POS

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI (dalam jutaan rupiah) POS - POS. 31 Mei 2015

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Januari 2016

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 MEI 2016

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 30 SEPTEMBER 2007 DAN 2006 (Dalam Jutaan Rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 31 Maret 2015 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 30 Juni 2015 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 31 Mei 2015 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 31 Agustus 2016 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 30 November 2015 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 31 Desember 2015 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 29 Februari 2016 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 31 Juli 2016 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 31 Maret 2016 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 30 April 2016 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 31 Januari 2016 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 30 Juni 2016 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 31 Juli 2015 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 31 Mei 2016 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 30 September 2015 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 31 Oktober 2015 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN BANK QNB INDONESIA TBK. 30 September 2016

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN BANK QNB INDONESIA TBK. 29 Mei 2016

LAPORAN POSISI KEUANGAN BANK QNB INDONESIA TBK. 29 Februari 2016

LAPORAN POSISI KEUANGAN BANK QNB INDONESIA TBK. 31 Januari 2016

LAPORAN POSISI KEUANGAN BANK QNB INDONESIA TBK. 31 Maret 2017

LAPORAN POSISI KEUANGAN BANK QNB INDONESIA TBK. 31 Desember 2016

LAPORAN POSISI KEUANGAN BANK QNB INDONESIA TBK. 30 Juni 2017

LAPORAN POSISI KEUANGAN BANK QNB INDONESIA TBK. 31 Mei 2017

LAPORAN POSISI KEUANGAN BANK QNB INDONESIA TBK. 30 April 2017

LAPORAN POSISI KEUANGAN BANK QNB INDONESIA TBK. 31 Oktober 2017

LAPORAN POSISI KEUANGAN BANK QNB INDONESIA TBK. 31 Januari 2017

LAPORAN POSISI KEUANGAN BANK QNB INDONESIA TBK. 31 Juli BANK No POS - POS

LAPORAN POSISI KEUANGAN BANK QNB INDONESIA TBK. 31 Oktober 2016

LAPORAN POSISI KEUANGAN BANK QNB INDONESIA TBK 30 November 2015

LAPORAN POSISI KEUANGAN BANK QNB INDONESIA TBK 31 Mei 2015

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Agustus 2016

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 30 NOVEMBER 2015

Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo)

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Desember 2012 dan 2011 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS. 31 Dec Dec 2011

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

Transkripsi:

EKUITAS Pada tahun total ekuitas BCA tumbuh 16,6% atau Rp 18,7 triliun menjadi Rp 131,4 triliun. Kenaikan ekuitas ini sejalan dengan peningkatan profitabilitas dan kebijakan pembagian dividen secara terukur. Kenaikan ekuitas semakin memperkokoh posisi permodalan BCA berada pada level yang sehat dengan rasio kecukupan modal/kewajiban penyediaan modal minimum (Capital Adequacy Ratio CAR) sebesar 23,1%, lebih tinggi 120 basis point dari tahun yang berada pada level 21,9%. Ekuitas (dalam miliar Rupiah) 89.625 75.726 62.332 112.715 131.402 Guna memperkuat posisi permodalan, dalam 6 tahun 2013 2014 2015 terakhir BCA telah menyesuaikan dividend payout ratio pada kisaran 20% - 25%, dimana sebelumnya berada pada kisaran 30% - 50%. Pada akhir tahun tingkat pengembalian atas ekuitas (Return on Equity ROE) berada pada kisaran yang memadai sebesar 19,2%. LAPORAN LABA RUGI Pertumbuhan profitabilitas pada tahun sejalan dengan peningkatan bisnis baik dari sisi penyaluran kredit maupun penghimpunan dana terutama giro dan tabungan. Selain itu, profitabilitas BCA juga ditopang oleh berbagai program efisiensi operasional serta pembentukan beban cadangan yang lebih rendah sejalan dengan terjaganya kualitas kredit. Pendapatan Bunga Bersih (dalam miliar Rupiah) Pendapatan Bunga 53.768 50.426 3.342 6,6% Kredit 40.014 38.882 1.132 2,9% Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank-bank Lain 874 815 59 7,2% Efek-efek 8.603 6.815 1.788 26,2% Pembiayaan Konsumen dan Investasi Sewa Pembiayaan 3.077 2.903 174 6,0% Lainnya (termasuk bagi hasil Syariah) 1.200 1.011 189 18,7% Beban Bunga 11.941 10.347 1.594 15,4% Giro 1.274 1.157 117 10,1% Tabungan 2.632 2.462 170 6,9% Deposito 6.346 5.123 1.223 23,9% Lainnya (termasuk beban Syariah) 1.689 1.605 84 5,2% Pendapatan Bunga Bersih 41.827 40.079 1.748 4,4% Pendapatan Bunga dari Efek-efek (dalam miliar Rupiah) Efek-efek untuk Tujuan Investasi 7.084 5.963 1.121 18,8% Sertifikat Bank Indonesia 1.478 1.965 (487) -24,8% Obligasi Pemerintah 4.479 3.258 1.221 37,5% Surat Berharga Lainnya 1.127 740 387 52,3% Efek-efek yang Dibeli dengan Janji Dijual Kembali 1.519 852 667 78,3% Total Pendapatan Bunga dari Efek-efek 8.603 6.815 1.788 26,2% 252 PT Bank Central Asia Tbk - Laporan Tahunan

Tata Kelola Perusahaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Laporan Keuangan Konsolidasian Pendapatan Bunga Pada tahun Pendapatan Bunga meningkat 6,6% atau Rp 3,3 triliun mencapai Rp 53,8 triliun didukung oleh pertumbuhan aset produktif. Pendapatan Bunga dari portofolio kredit memberikan kontribusi terbesar, yaitu 74,4% terhadap total Pendapatan Bunga. Sementara itu, peningkatan penempatan pada pos efek-efek memberikan kontribusi dalam mengoptimalkan Pendapatan Bunga di tengah moderasi pertumbuhan kredit. Komposisi Pendapatan Bunga 16,0% 5,7% 1,6% 13,5% 5,8% 2,3% 1,6% 2,0% 74,4% 77,1% Rp 53.768 miliar Rp 50.426 miliar Kredit Pembiayaan Konsumen dan Investasi Sewa Pembiayaan Lainnya Efek-efek Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank-bank Lain Pendapatan Bunga Kredit meningkat 2,9% menjadi Rp 40,0 triliun pada tahun. Rendahnya pertumbuhan Pendapatan Bunga tersebut disebabkan oleh moderasi laju pertumbuhan kredit serta penurunan suku bunga kredit yang terjadi di hampir semua segmen. Imbal hasil portofolio kredit tercatat sebesar 9,4% pada tahun, turun 80 basis point dibandingkan 10,2% pada tahun sebelumnya. Pendapatan Bunga dari Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank-bank Lain meningkat 7,2% menjadi Rp 874 miliar pada tahun, didukung oleh imbal hasil yang lebih tinggi. Imbal hasil pos tersebut tercatat 3,5% pada tahun, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 3,2%. Pendapatan Bunga dari Efek-efek tumbuh 26,2% menjadi Rp 8,6 triliun pada tahun, terutama berasal dari Pendapatan Bunga Obligasi Pemerintah dan Efek-efek yang Dibeli dengan Janji dijual Kembali. Sejalan dengan peningkatan volume maupun kenaikan imbal hasil yang diterima, Pendapatan Bunga Obligasi Pemerintah meningkat 37,5% menjadi Rp 4,5 triliun pada tahun. Sementara itu, Pendapatan Bunga dari Efekefek yang Dibeli dengan Janji Dijual Kembali tercatat sebesar Rp 1,5 triliun pada tahun, naik 78,3% didukung oleh meningkatnya aktivitas pembelian instrumen tersebut. Pendapatan Bunga dari Pembiayaan Konsumen dan Investasi Sewa Pembiayaan (Leasing) meningkat 6,0% menjadi Rp 3,1 triliun, yang sebagian besar merupakan Pendapatan Bunga Pembiayaan Konsumen dari BCA Finance, entitas anak BCA yang bergerak di bidang pembiayaan kendaraan bermotor roda empat. Sementara itu Investasi Sewa Pembiayaan merupakan pembiayaan atas pembelian alat-alat berat seperti traktor untuk keperluan usaha. Pendapatan Bunga Lainnya meningkat 18,7% menjadi Rp 1,2 triliun pada tahun. Dalam pos tersebut, terdapat bagi hasil Syariah yang tumbuh 15,9% menjadi Rp 497 miliar sejalan dengan meningkatnya portofolio pembiayaan Syariah. PT Bank Central Asia Tbk - Laporan Tahunan 253

Imbal Hasil (Yield) Aset Produktif (tidak konsolidasi) Kredit 9,4% 10,2% Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank-bank Lain 3,5% 3,2% Efek-Efek 5,7% 5,7% Aset Produktif 7,9% 8,5% Imbal Hasil Aset Produktif. Imbal hasil aset produktif BCA pada tahun tercatat pada level 7,9% pada tahun, lebih rendah dibandingkan 8,5% pada tahun, sejalan dengan tren penurunan suku bunga terutama pada portofolio kredit. Sejak tahun BCA melakukan penyesuaian suku bunga di semua segmen kredit sejalan dengan kondisi penurunan suku bunga perbankan maupun ketatnya kompetisi antar bank. Untuk mempertahankan profitabilitas, langkah penyesuaian suku bunga kredit diimbangi dengan penurunan suku bunga deposito dan tabungan. Imbal hasil keseluruhan portofolio kredit tercatat sebesar 9,4% pada tahun dibandingkan tahun yang sebesar 10,2%. Sementara itu, imbal hasil Efek-efek relatif stabil pada level 5,7%. Imbal hasil Penempatan pada Bank Indonesia dan Bankbank Lain tercatat sebesar 3,5% pada tahun, meningkat dibandingkan 3,2% pada tahun. Beban Bunga Pada tahun BCA mencatat kenaikan Beban Bunga sebesar 15,4% menjadi Rp 11,9 triliun dibandingkan dengan tahun yang sebesar Rp 10,3 triliun. Beban Bunga yang lebih tinggi tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan suku bunga deposito sejak akhir tahun meskipun kemudian mulai diturunkan kembali mulai pertengahan tahun yang memicu pertumbuhan dana deposito. Beban Bunga deposito tumbuh signifikan 23,9% menjadi Rp 6,3 triliun pada tahun. Sementara itu, Beban Bunga dari dana giro dan tabungan tercatat sebesar Rp 3,9 triliun pada tahun, meningkat 7,9% dibandingkan tahun. Mengantisipasi kebutuhan likuiditas sejalan dengan ekspektasi pertumbuhan kredit yang lebih tinggi di tahun, pada bulan Desember BCA meningkatkan suku bunga sebesar 150 basis point untuk kategori deposito dengan nominal besar. Namun demikian, pada semester pertama tahun, permintaan kredit tidak tumbuh seperti yang diharapkan, dimana portofolio kredit hanya tumbuh 4,2% YTD pada semester I sementara dana deposito meningkat 19,2% pada periode yang sama. Sehubungan dengan hal tersebut, sejak bulan Juni BCA secara bertahap telah menurunkan kembali suku bunga deposito. Secara kumulatif, suku bunga maksimum untuk deposito Rupiah tenor 1 bulan mengalami penurunan 275 basis point di sepanjang tahun dan tercatat 4,0% pada akhir tahun. Meskipun demikian, kepercayaan nasabah untuk menempatkan dananya pada produk deposito BCA tetap tinggi, sebagaimana tercermin dari peningkatan dana deposito BCA sebesar 12,7% menjadi Rp 137,4 triliun pada akhir tahun. Komposisi Beban Bunga 10,7% 14,1% 22,0% 53,2% 11,2% 15,5% 23,8% 49,5% Rp 11.941 miliar Rp 10.347 miliar Giro Tabungan Deposito Lainnya 254 PT Bank Central Asia Tbk - Laporan Tahunan

Tata Kelola Perusahaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Laporan Keuangan Konsolidasian Sementara itu, BCA juga melakukan penurunan suku bunga tabungan pada tahun sebesar 10 basis point. Sejalan dengan pertumbuhan volume dana, Beban Bunga giro dan tabungan masing-masing meningkat 10,1% dan 6,9% menjadi Rp 1,3 triliun dan Rp 2,6 triliun. Cost of funds giro dan tabungan relatif stabil dan tercatat sebesar 0,9% dan 1,0% pada tahun. Strategi inti BCA adalah memperkuat fitur dan kapasitas layanan perbankan transaksi sehingga dapat mendukung pertumbuhan CASA. Meskipun CASA memiliki cost of funds yang rendah, namun BCA mengeluarkan beban operasional dan investasi yang cukup signifikan guna mendukung peningkatan kapabilitas dan ekspansi jaringan perbankan yang berkelanjutan. Hal ini diperlukan untuk memberikan layanan terbaik kepada para nasabah dalam melakukan transaksi. Pendapatan Bunga Bersih dan Marjin Bunga Bersih Pada tahun Pendapatan Bunga Bersih BCA meningkat 4,4% menjadi Rp 41,8 triliun. Marjin bunga bersih (Net Interest Margin - NIM) bergerak turun dan berada pada tingkat 6,2% pada tahun dibandingkan 6,8% pada tahun. Penurunan suku bunga kredit yang cukup signifikan dan meningkatnya volume deposito menyebabkan rasio NIM mengalami penurunan sebesar 60 basis point. Pada semester II, terlihat bahwa tekanan penurunan NIM sudah mulai berkurang didukung oleh langkah proaktif BCA dalam mengelola cost of funds dan tren penurunan imbal hasil kredit yang lebih landai. Berkat pengelolaan likuiditas yang baik, BCA dapat menekan cost of funds terutama di semester II. Dibandingkan tahun sebelumnya, cost of funds relatif stabil sebesar 2,0% pada tahun. Pendapatan Bunga Bersih (dalam miliar Rupiah) Marjin Bunga Bersih - NIM (tidak konsolidasi) Imbal Hasil (yield) Aset Produktif Cost of Funds Marjin Bunga Bersih (NIM) Δ 4,4% 6,81% 6,19% 41.827 40.079 8,48% 7,87% 1,97% 2,02% Pendapatan Operasional selain Bunga Pendapatan Operasional selain Bunga pada tahun tumbuh 10,6% menjadi Rp 15,2 triliun. Pendapatan Provisi dan Komisi (fee-based income) memberikan kontribusi terbesar yaitu 68,5% dari total Pendapatan Operasional selain Bunga, sedangkan Pendapatan Transaksi Perdagangan dan Pendapatan Operasional Lainnya masing-masing berkontribusi sebesar 11,9% dan 19,6%. Pendapatan Operasional selain Bunga (dalam miliar Rupiah) Pendapatan Provisi dan Komisi - bersih 10.386 9,400 986 10,5% Pendapatan Transaksi Perdagangan - bersih 1.803 2,346 (543) -23,1% Pendapatan Operasional Lainnya 2.966 1,954 1.012 51,8% Pendapatan Operasional selain Bunga 15.155 13,700 1.455 10,6% PT Bank Central Asia Tbk - Laporan Tahunan 255

Pendapatan Provisi dan Komisi - bersih (dalam miliar Rupiah) Simpanan dari nasabah* 3.584 3.296 288 8,7% Kredit yang diberikan 1.354 1.298 56 4,3% Penyelesaian pembayaran (payment settlement) 1.472 1.421 51 3,6% Kartu kredit 2.772 2.418 354 14,6% Pengiriman uang, kliring dan inkaso 300 287 13 4,5% Lainnya 906 684 222 32,5% Total 10.388 9.404 984 10,5% Beban provisi dan komisi (2) (4) 2-50,0% Pendapatan Provisi dan Komisi - bersih 10.386 9.400 986 10,5% * Sebagian besar merupakan pendapatan administrasi bulanan produk tabungan nasabah Pendapatan Provisi dan Komisi. Sepanjang tahun pendapatan Provisi dan Komisi BCA tumbuh 10,5% menjadi Rp 10,4 triliun. Peningkatan ini terutama berasal dari pendapatan biaya administrasi bulanan produk tabungan, pemberian kredit dan kartu kredit serta komisi atas layanan jasa transaksi perbankan. Pada tahun, pendapatan pada pos simpanan dari nasabah, yang sebagian besar merupakan pendapatan administrasi bulanan tabungan, meningkat 8,7% menjadi Rp 3,6 triliun pada tahun. Pertumbuhan ini sejalan dengan peningkatan jumlah rekening nasabah yang dalam dua tahun terakhir tumbuh lebih cepat sebesar 9,8% per tahun. Sementara itu, pendapatan pada pos penyelesaian pembayaran (payment settlement) meningkat 3,6% menjadi Rp 1,5 triliun pada tahun. Pos ini diantaranya merupakan pendapatan transaksi melalui jaringan BCA, termasuk melalui jaringan digital. Peningkatan pendapatan administrasi dari kartu kredit yang sebesar 14,6% menjadi Rp 2,8 triliun pada tahun terutama didorong oleh pertumbuhan jumlah kartu kredit dan kenaikan pendapatan switching jaringan. Adapun pendapatan dari pos kredit yang diberikan tumbuh 4,3% menjadi Rp 1,4 triliun pada tahun. Pendapatan Transaksi Perdagangan. Pendapatan Transaksi Perdagangan pada tahun mengalami penurunan 23,1% menjadi Rp 1,8 triliun yang terutama disebabkan oleh Keuntungan Direalisasi atas Transaksi Spot dan Derivatif yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sejalan dengan penurunan pendapatan premi swap. Pada tahun aktivitas BCA di pasar swap relatif lebih rendah apabila dibandingkan dua tahun sebelumnya. Di pasar swap, BCA melakukan pembelian US Dollar yang kemudian ditempatkan pada Bank Indonesia maupun bank koresponden. Pada saat yang sama, BCA melakukan lindung nilai tukar melalui pasar swap sell forward US Dollar yang akan menghasilkan pendapatan berupa premi swap. Pendapatan Operasional Lainnya meningkat signifikan 51,8% menjadi Rp 3,0 triliun pada tahun. Terdapat keuntungan yang bersifat non-recurring berasal dari penjualan satu aset tetap BCA berupa tanah senilai Rp 483 miliar sebelum pajak final penghasilan penjualan properti. Sementara itu, terdapat peningkatan pendapatan operasional lainnya dari entitasentitas anak seperti BCA Insurance, BCA Sekuritas dan BCA Finance pada tahun. Beban Operasional Sejalan dengan berbagai upaya efisiensi, BCA mengelola kenaikan Beban Operasional pada level 7,7% atau Rp 1,8 triliun menjadi Rp 25,2 triliun pada tahun dari Rp 23,4 triliun pada tahun. Rasio efisiensi biaya (Cost Efficiency Ratio) relatif stabil dan tercatat sebesar 44,4% pada tahun, dibandingkan 43,9% pada tahun sebelumnya. BCA secara konsisten menerapkan kebijakan pengendalian biaya yang diselaraskan dengan pertumbuhan bisnis dan kebutuhan investasi pada franchise perbankan transaksi. BCA terus meningkatkan efisiensi operasional melalui pemanfaatan teknologi dan otomasi. Proses operasional dan prosedur administrasi senantiasa dikaji untuk disempurnakan dan disederhanakan tanpa menghilangkan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan usaha. Langkah tersebut membuahkan hasil yang positif dimana dalam kurun waktu dua tahun terakhir, pertumbuhan Beban Operasional berada di bawah 10%, dibandingkan periode lima tahun sebelumnya yang pertumbuhan Beban Operasional mencapai 15 25%. Dalam waktu dua tahun terakhir terdapat penurunan pertumbuhan yang cukup signifikan pada pos beban pendukung operasional harian perbankan transaksi, beban penyusutan aset tetap dan amortisasi serta beban promosi. 256 PT Bank Central Asia Tbk - Laporan Tahunan

Tata Kelola Perusahaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Laporan Keuangan Konsolidasian Beban Operasional (dalam miliar Rupiah) Beban Umum dan Administrasi 12.306 11.229 1.077 9,6% Beban Karyawan 11.335 10.630 705 6,6% Lainnya 1.549 1.520 29 1,9% Total 25.190 23.379 1.811 7,7% Beban Umum dan Administrasi. Pada tahun Beban Umum dan Administrasi meningkat 9,6% menjadi Rp 12,3 triliun. Kenaikan beban tersebut sejalan dengan aktivitas harian operasional perbankan, pengembangan infrastruktur jaringan elektronik dan jaringan kantor cabang serta investasi teknologi informasi. Beban pendukung operasional harian transaksi perbankan yang dibukukan pada pos keperluan kantor meningkat 11,8% menjadi Rp 4,0 triliun pada tahun. Beban tersebut terutama berupa beban outsourcing untuk pengisian uang tunai di ATM maupun untuk pendukung operasional lainnya. Sementara itu, beban komunikasi tumbuh 25,4% menjadi Rp 1,2 triliun terutama untuk pembayaran fee transaksi kartu kredit di luar negeri melalui jaringan internasional. Sejalan dengan meningkatnya investasi aset tetap seperti mainframe, ATM dan perangkat teknologi informasi, beban penyusutan aset tetap dan amortisasi naik 10,9% menjadi Rp 1,8 triliun. Pada tahun Beban Karyawan meningkat 6,6% menjadi Rp 11,3 triliun. Kenaikan ini diantaranya berasal dari penyesuaian gaji dan tunjangan karyawan secara tahunan, pemberian bonus, tunjangan kesehatan serta dana pensiun. Beban Umum dan Administrasi (dalam miliar Rupiah) Keperluan kantor 4.015 3.590 425 11,8% Penyusutan aset tetap dan amortisasi aset tak berwujud 1.821 1.642 179 10,9% Perbaikan dan pemeliharaan 1.427 1.270 157 12,4% Sewa 1.349 1.333 16 1,2% Komunikasi 1.230 981 249 25,4% Promosi 998 1.015 (17) -1,7% Jasa tenaga ahli 545 504 41 8,1% Air, listrik, dan bahan bakar 281 275 6 2,2% Komputer dan perangkat lunak 160 140 20 14,3% Pajak 112 109 3 2,8% Lainnya 368 370 (2) -0,5% Total 12.306 11.229 1.077 9,6% Jumlah Karyawan dan Jaringan Layanan Jumlah Karyawan 25.439 25.073 Kantor Cabang (termasuk kantor kas) 1.235 1.211 ATM 17.658 17.207 Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) atas Aset Keuangan BCA senantiasa melakukan pembentukan beban Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang memadai sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dan berdasarkan kondisi kualitas aset keuangan. Pada akhir tahun posisi CKPN BCA tercatat sebesar Rp 14,6 triliun, meningkat 5,2%. Adapun beban CKPN yang dibentuk sepanjang tahun tersebut adalah sebesar Rp 2,6 triliun. Pembentukan beban CKPN pada tahun tidak setinggi tahun sebelumnya yang sebesar Rp 4,6 triliun. Pada tahun sebelumnya, BCA membentuk beban CKPN yang lebih besar sejalan dengan kenaikan rasio kredit bermasalah yang lebih tinggi. Hal tersebut tercermin dari rasio kredit bermasalah (NPL) BCA tercatat sebesar 1,5% pada tahun dibandingkan NPL tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,3% pada tahun dan 0,7% pada tahun 2015. Meskipun terjadi kenaikan, rasio NPL tersebut relatif masih sangat baik dibandingkan dengan rata-rata sektor perbankan. Pada tahun rasio CKPN kredit terhadap NPL tercatat pada PT Bank Central Asia Tbk - Laporan Tahunan 257

level 190,7% dan rasio CKPN kredit terhadap total portofolio kredit sebesar 2,8%, merupakan posisi yang memadai untuk mengantisipasi penurunan kualitas kredit. Pembentukan CKPN mengacu kepada penerapan regulasi PSAK 50 dan 55 yang berlaku sejak 1 Januari 2010, dinilai secara individual maupun kolektif di dalam portofolio pinjaman. Penilaian individual dilakukan terhadap kredit yang memiliki nilai signifikan secara individual dan terdapat bukti objektif adanya penurunan nilai. Bukti objektif tersebut diantaranya meliputi pelanggaran perjanjian termasuk tunggakan pembayaran oleh debitur ataupun indikasi kuat bahwa debitur tidak mampu memenuhi kewajibannya. Pada penilaian individual, dilakukan estimasi terbaik manajemen atas nilai tunai arus kas yang diharapkan dapat diperoleh apabila kualitas kredit memburuk/mengalami penurunan nilai. Dalam mengestimasi arus kas ini, manajemen membuat pertimbangan mengenai kondisi keuangan dari nasabah dan nilai bersih yang dapat direalisasi dari agunan. Penilaian kolektif diterapkan untuk kredit yang secara individual memiliki nilai yang tidak signifikan, ataupun untuk kredit yang secara individual memiliki nilai signifikan namun tidak memiliki bukti obyektif penurunan nilai. Berdasarkan kriteria tersebut, penilaian secara kolektif dilakukan pada (a) kredit Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan kredit konsumer termasuk kartu kredit, dan (b) kredit untuk segmen korporasi dan komersial dengan kolektibilitas lancar dan dalam perhatian khusus. Penilaian CKPN secara kolektif meliputi kerugian kredit yang melekat pada portofolio tagihan dengan karakteristik ekonomi yang serupa ketika terdapat bukti obyektif bahwa telah terjadi penurunan nilai tagihan dalam portofolio tersebut, namun penurunan nilai secara individu belum dapat diidentifikasi. Dalam menentukan perlunya untuk membentuk CKPN secara kolektif, manajemen mempertimbangkan faktor-faktor seperti kualitas kredit, besarnya portofolio, konsentrasi kredit, dan faktor-faktor ekonomi. Mutasi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) atas Aset Keuangan (dalam miliar Rupiah) Saldo Awal 13.915 10.645 3.270 30,7% Penambahan Cadangan Selama Tahun Berjalan 2.624 4.561 (1.937) -42,5% Penghapusbukuan Aset Selama Tahun Berjalan (-/-) 2.149 1.430 719 50,3% Penerimaan Kembali Aset yang Telah Dihapusbukukan 235 146 89 61,0% Selisih Kurs 9 (7) 16 228,6% Saldo Akhir 14.634 13.915 719 5,2% Laba Sebelum Pajak Penghasilan BCA membukukan Laba Sebelum Pajak Penghasilan sebesar Rp 29,2 triliun pada tahun, meningkat 12,8% dibandingkan Rp 25,8 triliun pada tahun. Pertumbuhan ini ditopang oleh kenaikan Pendapatan Bunga Bersih sebesar 4,4%, peningkatan Pendapatan Operasional selain Bunga sebesar 10,6% serta biaya pembentukan CKPN yang lebih rendah dari tahun sebelumnya. Pada pos Pendapatan Operasional selain Bunga - Lainnya, BCA juga membukukan keuntungan atas hasil penjualan aset tetap (berupa tanah yang tidak terpakai). Tingkat pengembalian atas aset (Return on Assets ROA) relatif stabil dan mencapai 3,9% pada tahun. Laba Sebelum Pajak Penghasilan dan ROA Laba Sebelum Pajak Penghasilan (dalam miliar Rupiah) Return on Assets (ROA) - tidak konsolidasi 4,0% 3,9% 29.159 25.839 258 PT Bank Central Asia Tbk - Laporan Tahunan

Tata Kelola Perusahaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Laporan Keuangan Konsolidasian Laba Bersih Laba Bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp 23,3 triliun pada tahun, tumbuh 13,1% dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan laba bersih tersebut mendorong peningkatan Laba Bersih per Saham (Earning Per Share - EPS) menjadi sebesar Rp 945 per saham di tahun dibandingkan Rp 836 per saham di tahun. Tingkat pengembalian atas ekuitas (Return on Equity ROE) mencapai 19,2% pada tahun dibandingkan 20,5% pada tahun sebelumnya. Laba Bersih dan ROE yang dapat diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk Laba Bersih yang dapat diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk (dalam miliar Rupiah) Return on Equity (ROE) - tidak konsolidasi 20,5% 20.606 19,2% 23.310 Adapun dalam penetapan dividend payout ratio, BCA menjaga keseimbangan antara kebutuhan permodalan dan kepentingan pemegang saham. Guna mendukung posisi permodalan dalam mengakomodir perkembangan bisnis, dalam beberapa tahun terakhir BCA menjaga dividend payout ratio pada kisaran 20% - 25% terhadap Laba Bersih. Laporan Laba Rugi Komprehensif Laporan Laba Rugi Komprehensif mencatat perubahan ekuitas dalam periode tertentu, selain perubahan yang dihasilkan dari transaksi dengan pemegang saham dalam kapasitasnya sebagai pemegang saham. Laporan Laba Rugi Komprehensif BCA untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember dan 31 Desember adalah sebagai berikut: Laba Rugi Komprehensif (dalam miliar Rupiah) Laba Bersih 23.321 20.632 Penghasilan Komprehensif Lain : Pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi Pengukuran kembali liabilitas imbalan pasti (850) 289 Pajak penghasilan 213 (72) Surplus revaluasi aset tetap (4) 6.592 Pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi Keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi atas aset keuangan yang tersedia untuk dijual 1.875 (37) Pajak penghasilan (468) 8 Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan dalam valuta asing (2) (11) Lainnya (9) 3 Total Penghasilan Komprehensif Lain 755 6.772 Total Laba Komprehensif 24.076 27.404 Laba Bersih yang dapat diatribusikan kepada : Pemilik Entitas Induk 23.310 20.606 Kepentingan Non-Pengendali 11 26 Laba Komprehensif yang dapat diatribusikan kepada : Pemilik Entitas Induk 24.064 27.378 Kepentingan Non-Pengendali 12 26 Laba Bersih per Saham yang Dapat Diatribusikan kepada Entitas Induk (Rupiah penuh) 945 836 PT Bank Central Asia Tbk - Laporan Tahunan 259

Total Laba Komprehensif yang Dapat Diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk turun 12,1% menjadi Rp 24,1 triliun pada tahun. Penurunan ini disebabkan pada tahun sebelumnya terdapat penerimaan surplus revaluasi aset tetap sebesar Rp 6,6 triliun. Tanpa memperhitungkan penerimaan surplus revaluasi aset tetap, maka total Laba Komprehensif tersebut tumbuh 15,7%. Pada pos Komprehensif Lainnya, BCA mencatat Keuntungan yang Belum Direalisasi atas Aset Keuangan yang Tersedia Untuk Dijual sebesar Rp 1,9 triliun pada tahun dibandingkan tahun yang tercatat kerugian sebesar Rp 37 miliar. Keuntungan ini disebabkan oleh meningkatnya porsi penempatan pada Aset Keuangan yang Tersedia Untuk Dijual dan tren penurunan suku bunga pada tahun yang menyebabkan nilai pasar yang lebih tinggi dibandingkan nilai wajar instrumen tersebut. Penempatan aset keuangan dilakukan secara konservatif dan prudent dengan menempatkan dana pada instrumen-instrumen surat hutang negara (sovereign) dan Bank Indonesia. Per 31 Desember, BCA memiliki portofolio Aset Keuangan dalam kategori Tersedia untuk Dijual yang sebagian besar merupakan Sertifikat Bank Indonesia sebesar Rp 35,6 triliun, meningkat dibandingkan pada posisi yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 20,2 triliun. Pada tahun BCA membukukan kerugian aktuaria sebesar Rp 850 miliar yang dicatat pada pos Pengukuran Kembali Liabilitas Imbalan Pasti. Kerugian tersebut sejalan dengan penyesuaian asumsi yang digunakan dalam perhitungan aktuaria pada tahun sesuai dengan PSAK yang berlaku. Terdapat penyesuaian pajak penghasilan sesuai dengan tarif yang berlaku sejalan dengan keuntungan mark-to-market atas Aset Keuangan yang Tersedia Untuk Dijual dan kerugian aktuaria yang dicatat pada pos Pengukuran Kembali Liabilitas Imbalan Pasti. ARUS KAS Laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode langsung melalui pengelompokkan arus kas ke dalam kegiatan operasi, investasi, dan pendanaan. Untuk arus kas yang lebih rinci dapat dilihat dalam Laporan Arus Kas Konsolidasi pada Laporan Keuangan Konsolidasian yang diaudit halaman 510 511. Pada tahun BCA memiliki posisi Kas dan Setara Kas sebesar Rp 83,4 triliun, dibandingkan Rp 100,3 triliun pada tahun. Komponen-komponen utama arus kas dijelaskan dalam uraian berikut ini. Arus Kas (dalam miliar Rupiah) Nominal Persentase Arus Kas dari Aktivitas Operasi 9.659 43.473 (33.814) -77,8% Penerimaan pendapatan bunga dan syariah, provisi, dan komisi 62.896 57.249 5.647 9,9% Pembayaran beban bunga dan syariah, provisi, dan komisi (11.900) (10.314) (1.586) 15,4% Pendapatan (beban) dari transaksi valuta asing - bersih 201 1.764 (1.563) -88,6% Beban operasional lainnya (22.390) (20.632) (1.758) 8,5% Aset keuangan untuk diperdagangkan (523) (3.335) 2.812-84,3% Efek-efek yang dibeli dengan janji dijual kembali (6.712) (2.034) (4.678) 230,0% Kredit yang diberikan (52.854) (29.289) (23.565) 80,5% Simpanan dari nasabah 50.982 56.467 (5.485) -9,7% Lainnya (10.041) (6.403) (3.638) 56,8% Arus Kas dari Aktivitas Investasi (20.620) (58.402) 37.782-64,7% Pembelian efek-efek untuk tujuan investasi (90.070) (138.128) 48.058-34,8% Penerimaan dari efek-efek tujuan investasi yang jatuh tempo selama tahun berjalan 70.915 82.344 (11.429) -13,9% Lainnya (1.465) (2.618) 1.153-44,0% Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan (6.656) (3.662) (2.994) 81,8% (Penurunan) kenaikan efek-efek utang yang diterbitkan - bersih (1.722) (489) (1.233) 252,1% Kenaikan (penurunan) pinjaman yang diterima - bersih 252 1.045 (793) -75,9% Pembayaran dividen kas (5.178) (4.315) (863) 20,0% Lainnya (8) 97 (105) -108,2% Penurunan Bersih Kas dan Setara Kas (17.617) (18.591) 974-5,2% Kas dan Setara Kas, Awal Tahun 100.320 118.661 (18.341) -15,5% Pengaruh Fluktuasi Kurs Valuta Asing pada Kas dan Setara Kas 674 250 424 169,6% Kas dan Setara Kas, Akhir Tahun 83.377 100.320 (16.943) -16,9% 260 PT Bank Central Asia Tbk - Laporan Tahunan