1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum, sehingga merupakan modal dasar dan faktor utama pembangunan (PP RI No. 82 Tahun 2001). Selain itu air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang penting bagi kelangsungan hidup dan kehidupan manusia dan makhluk lainnnya. Sehingga untuk melestarikan fungsi air perlu dilakukan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air secara bijaksana dengan memperhatikan kepentingan generasi sekarang dan mendatang serta keseimbangan ekologis. Oleh sebab itu, pemantauan atau monitoring kualitas air sungai sangat dibutuhkan. Program monitoring kualitas air penting dilakukan untuk mengetahui perubahan status kualitas air secara temporal dan spasial. Hal ini bertujuan untuk melindungi sumber air bersih, ekosistem sungai, dan menjaga kesehatan masyarakat. Akan tetapi data kualitas air yang diperoleh dari hasil pengukuran tidak dapat secara langsung menjelaskan status mutu air. Hal ini dikarenakan data kualitas air masih berupa nilai mentah dari parameter kualitas air yang diukur. Beberapa ilmuwan mengembangkan sebuah metode untuk mengubah nilai parameter kualitas air yang berjumlah banyak menjadi nilai tunggal. Metode tersebut dikenal dengan nama Water Quality Index (WQI) (Stambuk-Giljanovic dalam Kannel et.al., 2007). WQI merupakan indeks yang menggambarkan status kualitas air pada suatu waktu dan lokasi berdasarkan pada beberapa parameter kualitas air. Tujuan utama WQI adalah untuk menyederhanakan data parameter kualitas air yang kompleks menjadi sebuah informasi yang mudah dipahami dan digunakan oleh masyarakat. Di kalangan ilmuwan sendiri, penggunaan WQI untuk mengklasifikasikan status kualitas air masih menjadi perdebatan. Beberapa ada yang berpendapat bahwa
2 sebuah indeks tidak dapat menggambarkan kualitas air karena banyak parameter kualitas air yang tidak tercakup (Hendrawan, 2005). Selain itu perkembangan WQI juga sangat subjektif mengingat banyak variabel dan langkah-langkah yang tergantung pada masing-masing individu yang melakukan penilaian dan juga dipengaruhi oleh kondisi alam dan lingkungan tempat mengembangkan WQI tersebut. Dalam perkembangan penelitian di Indonesia, beberapa peneliti berhasil merumuskan WQI atau IKA yang sesuai dengan keadaan alam di Indonesia, khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satunya Saraswati (2015) berhasil merumuskan sebuah rumus IKAs yang penelitiannya dilakukan di sungai Gajahwong. Rumus IKAs ini melibatkan lima parameter yang paling berpengaruh. Sungai Belik merupakan salah satu kali atau sungai yang mengalir di wilayah administrasi Kabupaten Sleman dan juga melintasi Kota Yogyakarta. Sungai Belik sendiri berbeda dengan sungai besar lainnya yang melintasi Kota Yogyakarta karena sungai Belik memiliki lebar berkisar antara 2-3 meter saja. Pada aliran sungai Belik ini terdapat beberapa titik pengolahan air (embung). Sungai Belik ini juga merupakan salah satu dari dua sungai yang melintasi lingkungan kampus Universitas Gadjah Mada di sebelah timur, sementara di sebelah barat terdapat sungai Code. Pada hulu kali Belik dimanfaatkan mata airnya sebagai sumber PDAM. Kemudian aliran sungai melewati perumahan atau pemukiman yang padat akibat arus urbanisasi selain juga karena wilayahnya dekat dengan kampus UGM. Pada awalnya aliran Kali Belik ini jernih dan bagus, akan tetapi pada era 2000-an hingga kini banyak warga masyarakat yang mengeluhkan kualitas air Kali Belik buruk, terutama masyarakat yang tinggal di sebelah hilir Kali Belik setelah UGM. Sehingga UGM sendiri sebagai sebuah instansi yang dilalui aliran Kali Belik melakukan perlakuan dan pemantauan terhadap kualitas air di Kali Belik. Mulai tahun 2012 sungai Belik masuk ke dalam program pemantauan kualitas air sungai yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah Istimewa Yogyakarta
3 (BLH DIY). Sehingga sedari tahun 2012 hingga kini dilakukan pemantauan kualitas air oleh BLH DIY, dalam satu tahun dilakukan 3 kali pemantauan. Kemudian untuk menentukan kondisi atau status mutu pada sungai Belik tidak serta merta dari data pemantauan dapat disimpulkan. Dibutuhkan pengolahan data (analisis) terlebih dahulu sebelum mengambil kesimpulan akan kualitas air sungai Belik. Beberapa metode atau rumus yang sudah ada dapat digunakan untuk penetapan status mutu air sungai Belik, diantaranya ada CCME, PI (Pollution Index), dan Storet. Masih ada banyak lagi metode atau rumusan untuk mengolah data parameter kualitas air sungai Belik. Salah satunya adalah IKAs berdasarkan hasil analisis statistika multivariat berupa Analisis Komponen Utama (AKU) / Principal Component Analysis (PCA) dan juga metode Analisis Faktor (AF). Sebelum dilakukan analisis, data hasil pemantauan kualitas air Sungai Belik terlebih dahulu dilakukan transformasi menggunakan standarisasi B (Saraswati, 2015) mengacu kepada standar baku mutu yang telah ditetapkan, sehingga semua parameter menjadi seragam. Setelah itu, Indeks Kualitas Air Sungai Belik ditentukan berdasarkan Analisis Komponen Utama dan juga Analisis Faktor. Oleh karena itu dalam penelitian kali ini peneliti ingin merumuskan Indeks Kualitas Air sungai (IKAs) khusus untuk sungai Belik. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Dalam pemantauan kualitas air sungai, terdapat keterbatasan alat dan kesulitan pengukuran menjadi kendala sehingga pada beberapa data parameter pemantauan kualitas air terdadpat data yang kondisinya buruk (misalnya kosong, tidak terdeteksi, dan lain-lain). Berangkat dari permasalahan tersebut, penelititan ini diharapkan mampu memberikan gambaran ketersediaan dan kondisi kualitas data pemantauan kualitas air Sungai Belik. 2. Dalam pemantauan kualitas air sungai, terdapat banyak parameter yang diambil sampel airnya. Berangkat dari permasalahan tersebut, penelitian ini
4 dilakukan supaya parameter kualitas air yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap status mutu kualitas air Sungai Belik dapat ditentukan menurut analisis statistika multivariat Principal Component Analysis. 3. Dalam penentuan status mutu kualitas air sungai terdapat banyak metode yang digunakan. Pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air, metode yang digunakan ialah metode Storet dan metode Indeks Pencemaran. Dalam penelititan ini status mutu kualitas air Sungai Belik disusun dari persamaan Indeks Kualitas Air Sungai Belik hasil dari metode Analisis Faktor. 4. Penyajian status mutu kualitas air Sungai Belik oleh BLH DIY hanya disajikan dalam sebuah grafik, namun belum ditampilkan ke dalam peta pemantauan kualitas air Sungai Belik. Berangkat dari permasalahan tersebut, penelitian ini diharapkan mampu mampu menyajikan status mutu kualitas air Sungai Belik hasil dari persamaan Indeks Kualitas Air Sungai Belik menurut analisis multivariat. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian kali ini antara lain: 1. Mengetahui kondisi data pemantauan kualitas air sungai Belik. 2. Menetukan parameter yang mempunyai pengaruh signifikan pada kualitas air Sungai Belik menurut Principal Component Analysis (PCA). 3. Menentukan parameter kualitas air yang mampu mewakili penentuan status mutu air di Sungai Belik dari hasil Analisis Komponen Utama (AKU) /Principal Component Analysis (PCA). 4. Menyajikan hasil analisis kualitas air Sungai Belik ke dalam sebuah peta.
5 1.4 Batasan Masalah Batasan masalah pada tugas akhir ini adalah 1. Data parameter kualitas air yang dihunakan adalah hasil pemantuan kualitas air sungai Belik yang diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup DIY pada tahun 2012-2016. 2. Transformasi yang digunakan yakni standarisasi B (Saraswati, 2015). 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Peneliti mengetahui status mutu kualitas air berdasarkan Indeks Kualitas Air Sungai Belik menurut hasil analisis multivariat Principal Component Analysis (PCA). 2. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk langkah-langkah pemantauan dan pengendalian pencemaran air jangka panjang di Sungai Belik. 3. Hasil analisis status mutu air disampaikan/dipaparkan kepada masyarakat dalam bentuk peta status mutu air Sungai Belik. 4. Masyarakat, BLH DIY, maupun UGM dapat menggunakan rumusan IKAs Belik sebagai acuan dalam pemantauan dan penilaian kualitas air sungai Belik. Sehingga dapat menentukan tindakan-tindakan yang harus diambil selanjutnya.