I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia dikatakan sehat tidak hanya dari segi kesehatan umum saja tetapi juga meliputi kesehatan gigi dan mulut (Koagouw dkk., 2016; Pintauli, 2010). Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan umum karena secara tidak langsung dapat berdampak pada kualitas hidup manusia (Sriyono, 2011). Menurut hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2013 sebesar 25,9% penduduk Indonesia mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut. Kelompok yang rentan terhadap masalah kesehatan gigi dan mulut yaitu kelompok anak usia sekolah (Haida dkk, 2014). Data menunjukkan masalah kesehatan gigi dan mulut pada anak usia 5-9 tahun sebesar 28,9% dan usia 10-14 tahun sebesar 25,2% (Kemenkes RI, 2013). Masalah kesehatan gigi dan mulut tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak (Maulani dkk, 2005). Karies gigi dan penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut terbesar yang menyerang penduduk Indonesia maupun di dunia (Enda, 2012; Limeback, 2012). Penyebab utama karies dan penyakit periodontal adalah plak. Plak gigi adalah deposit lunak, tidak berwarna, terdiri dari berbagai macam mikroorganisme, matriks organik, bakteri, enzim, dan komponen anorganik yang melekat pada permukaan gigi dan gingiva (Wahyuni dkk, 2016). Plak akan terbentuk ketika makanan dan minuman mengandung karbohidrat seperti susu, permen, dan makanan ringan melekat pada gigi (Penda dkk, 2015). Komponen plak 1
2 yang telah terbentuk akan mengubah karbohidrat yang berasal dari makanan dan minuman menjadi asam yang cukup kuat sehingga dapat merusak gigi (Rahmadhan, 2010). Usaha untuk mencegah penyakit gigi dan mulut dapat dilakukan dengan mencegah dan menghilangkan akumulasi plak. Salah satu kegiatannya yaitu kontrol plak (Marya, 2011). Kontrol plak dapat dilakukan secara mekanik dan kimiawi. Secara mekanik yaitu dengan menyikat gigi, dan menggunakan alat bantu pembersih gigi seperti dental floss (benang gigi), sedangkan secara kimiawi yaitu dengan menggunakan bahan kimia seperti obat kumur yang bersifat antiplak (Rahmawati, 2011). Kontrol plak secara mekanik adalah cara paling tepat untuk menghilangkan plak, tetapi kondisi ini tergantung dari kemampuan dan motivasi individu yang melakukannya. Faktor yang mempengaruhi individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut meliputi metode, frekuensi, dan waktu menyikat gigi (Rumbaugh, 2014; Slot dan Fridus, 2015). Obat kumur merupakan cara kimiawi untuk membersihkan rongga mulut di bagian yang tidak terjangkau oleh sikat gigi seperti bagian interdental. Bahan aktif yang terkandung dalam obat kumur salah satunya adalah alkohol, karena memiliki sifat antibakteri untuk menghambat pembentukkan plak (Nareswari, 2010). Kandungan alkohol dalam obat kumur tidak dianjurkan untuk digunakan dalam jangka panjang karena dapat menyebabkan mulut kering, mengurangi produksi saliva, dan meningkatkan resiko kanker rongga mulut (Talumewo dkk., 2015).
3 Salah satu solusi alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi plak yaitu mengonsumsi buah dan sayur. Konsumsi buah dan sayuran segar yang kaya vitamin, mineral, serat, dan air dapat melancarkan pembersihan pada gigi. Buahbuahan seperti apel, pir, bengkoang, dan semangka dapat merangsang produksi saliva sebagai pembersih alami untuk rongga mulut (Hidayanti dkk., 2007; Mandalika dkk., 2014). Buah pir termasuk buah yang memiliki banyak serat dan kandungan air tinggi. Pir kaya akan kandungan serat pektin, vitamin C, vitamin K, flavonoid, kalsium, fosfor, asam folat, dan senyawa katekin (Rusilanti, 2007; Parle dan Arzoo, 2016). Kandungan flavonoid dan senyawa katekin dapat menghambat pembentukkan plak gigi karena memiliki sifat yang sama yaitu sebagai antibakteri. Mekanisme kerja flavonoid dan senyawa katekin yaitu menghambat perlekatan bakteri Streptococcus mutans dan melakukan denaturasi protein dalam sel bakteri sehingga menyebabkan kematian sel (Putro, 2014; Marsela, dkk., 2015). Manfaat buah pir untuk kesehatan yaitu sebagai antioksidan, melancarkan sistem pencernaan, mencegah konstipasi, dan membantu mengontrol kadar glukosa dalam darah (Rusilanti, 2013). Buah pir dapat di konsumsi secara langsung atau dibuat jus karena kandungan airnya banyak. Pir diyakini dapat menjadi solusi bahan alternatif untuk kontrol plak. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin melakukan kajian lebih lanjut mengenai efektivitas antara mengunyah dan berkumur jus buah pir terhadap penurunan plak pada anak usia 9-12 tahun.
4 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan, apakah terdapat perbedaan skor plak setelah mengunyah buah pir dan berkumur jus buah pir (Pyrus communis) pada anak usia 9-12 tahun? C. Keaslian Penelitian Menurut penelitian (Maharani, 2016) yang berjudul Pengaruh Mengunyah Buah Belimbing Manis (Averrhoa carambola) terhadap Akumulasi Plak Gigi pada Anak Usia 8-10 tahun yang dilakukan di SD Negeri Ngupasan Yogyakarta, Hasil penelitian tersebut menunjukkan penurunan indeks plak pada anak setelah mengunyah buah belimbing manis. Wahyuni (2013) meneliti Efektivitas Antara Mengunyah Buah dan Berkumur Jus Buah Bengkuang (Pachyrhizus erosus) terhadap Penurunan Plak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara mengunyah bengkuang dan berkumur jus buah bengkuang, hasil penelitian menunjukkan bahwa mengunyah buah bengkuang lebih efektif dalam mengurangi plak dibandingkan dengan berkumur jus buah bengkuang. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini menggunakan subjek usia 9-12 tahun, buah yang digunakan adalah buah pir, dan tempat dilaksanakannya penelitian.
5 D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan skor plak gigi setelah mengunyah buah pir dan berkumur jus buah pir pada anak usia 9-12 tahun. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang efek mengunyah buah dan berkumur jus buah pir untuk menurunkan indeks plak. 2. Menambah ilmu bagi dunia kedokteran gigi, khususnya di bidang ilmu kedokteran gigi pencegahan. 3. Sebagai sumber bahan kajian yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.