BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tugas pemerintah pada dasarnya adalah menciptakan kesejahteraan bagi Rakyatnya. Itulah sebabnya maka pemerintah harus tampil ke depan untuk berperan aktif dalam kehidupan masyarakat terutama di bidang perekonomian guna tercapainya kesejahteraan umat manusia. Salah satu bentuk peran aktif pemerintah dalam kesejahteraan Rakyat adalah dengan bagaimana pemerintah dapat memberikan penentuan upah yang layak kepada para pekerja ataupun buruh yang ada di Indonesia. Upah adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang atas imbalan dari pengusaha kepada pekerja atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan, ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundangundangan, termasuk tunjangan bagi pekerja dan keluarganya.(pp No 5, 2003 tentang upah minimum regional) Dalam etimologi Hukum Islam, Upah disebut juga dengan al-ujrah yang berasal dari kata al-ajru yang berarti al- iwadh/penggantian (Sabiq 1978, h.177). Menurut ulama syafi iyah upah atau yang dinamakan dengan al-ujrah adalah suatu jenis akad atau transaksi terhadap suatu manfaat yang dituju, tertentu, bersifat mubah dan boleh dimanfaatkan, dengan cara memberi imbalan tertentu.(mukhlis, 2015:315) Membahas tentang upah, tentunya dapat disepakati bahwasanya upah merupakan sumber penghasilan guna memenuhi kebutuhan dan kepuasan diri para pekerja itu sendiri. Dibalik itu bagi para pengusaha melihat upah sebagai bagian dari biaya produksi sehingga harus dioptimalkan penggunaannya dalam meningkatkan produktivitas dan etos kerja.sementara pemerintah melihat upah disatu pihak yaitu untuk tetap dapat menjamin terpenuhinya kehidupan yang layak bagi pekerja 1
2 dan keluarganya, meningkatkan produktivitas pekerja dan meningkatkan daya beli masyarakat. Di pihak lain, untuk mendorong kemajuan dan daya saing usaha. Pemerintah Indonesia sudah sering mengubah arah kebijakan ketenagakerjaan terutama yang menyangkut mengenai pengupahan, salah satu bentuk dari kebijakan tersebut adalah kebijakan penentuan upah minimum awalnya didasarkan Kebutuhan Fisik Minimum (KFM), setelah itu dirubah lagi dengan Kebutuhan Hidup Minimum (KHM), sekarang salah satu acuan untuk penentuan upah minimum di dasarkan pada Kebutuhan Hidup Layak (KHL)(Hakim, 2016:9).Seperti yang diamanatkan dalam pasal 89 ayat (2) Undangundang Nomor 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Sementara kaitannya dengan kebutuhan Hidup layak, dapat dilihat dalam pasal 88 ayat (1) undang-undang yang sama menegaskan bahwa Setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (UU No 13, 2003) Sejak lahirnya otonomi daerah (UU No 22 Tahun 1999) tentang pemerintah daerah, perumusan upah yang awalnya dilakukan oleh Dewan Penelitian Pengupahan Nasional (DPPN) dan Dewan Penelitian Pengupahan Daerah (DPPD) diambil alih oleh pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dari konteks tersebut maka kewenangan dalam penentuan upah di wilayah masing-masing provinsi atau kabupaten kota, termasuk juga penentuan upah yang ada di Sumatera Barat di atur oleh Gubernur Sumatera Barat dan Bupati atau Wali Kota masing-masing sesuai dengan aturan yang berlaku. Di wilayah Sumatera Barat peraturan mengenai pengupahan tersebut di atur oleh Peraturan Gubernur (PERGUB).Tahun 2016 kemarin upah yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Barat No 562/777/2015 adalah Rp 1.800.725. Kemudian Peraturan Gubernur yang terbaru di Sumatera Barat mengatur besar jumlah upah pada tahun 2017 pada SK Gubernur Sumatera Barat No 562-1178-2016
3 tentang Upah Minimum Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 meliputi 19 Kabupaten dan Kota adalah sebesar Rp 1.949.284-.(SK Gubernur Sumbar, 2016) Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Sumbar Sofyan menuturkan, penentuan besaran UMP (Upah Minimum Provinsi) tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana tahun lalu besaran UMP didapat dari survei Kebutuhan Hidup Layak (KHL), namun tahun ini tidak lagi memakai standar KHL. Tahun ini penentuan UMP merujuk kepada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 th 2015 tentang pengupahan dimana penghitungannya didasarkan dari UMP tahun 2015, data inflasi nasional dan Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) tahun berjalan. Dengan penetapan UMP ini diharapkan akan menjadi jaring pengaman agar jangan sampai terjadi pembayaran upah yang semakin merosot karena tidak seimbangnya penawaran dan permintaan kerja. Selanjutnya dengan penetapan ini diharapkan akan meningkatkan taraf hidup, martabat golongan penerima upah ungkap sofyan.(minangkabaunews.com, 2016) Upah tersebut harus di berikan kepada seluruh buruh atau pekerja yang bekerja di provinsi Sumatera Barat.Di lihat dari strategis Provinsi Sumatera Barat dengan angka perkembangan ekonomi yang cukup pesat, namun hal demikian belum bisa dipastikan bahwa upah tersebut benarbenar dapat mencukupi kehidupan para buruh. Mengenai kebutuhan layak pekerja yang ada di kota padang tidak akan lepas dari permasalahan upah, karena masalah upah sangatlah penting dan dampaknya sangat luas. Jika para buruh atau pekerja tidak mendapatkan upah secara adil dan pantas, itu tidak hanya mempengaruhi daya beli yang akhirnya mempengaruhi standar penghidupan para pekerja beserta keluarga mereka, melainkan akan mempengaruhi juga seluruh masyarakat karena mengkonsumsi sejumlah besar produksi Negara.
4 Berkaitan dengan masalah upah, salah satu ulama yaitu Ibnu Taimiyah mengatakan standar upah yang adil diatur dengan menggunakan aturan yang sama dengan harga komoditi pasar yang adil. Berbeda dengan konsep upah dunia dimana masalah pengupahan atau gaji adalah masalah yang tak pernah selesai diperdebatkan oleh pihak buruh dan pemerintah dikarenakan tetap merasa ada ketidakadilan di dalamnya.(amin, 2002:64) Seperti halnya dengan harga Ibnu Taimiyah juga mengatakan upah juga memiliki prinsip dasar agar tidak jatuh kepada ketidakadilan, yaitu dengan defenisi tentang kualiatas dan kuantitas. Harga dan upah ketika keduanya tidak pasti dan tidak ditentukan atau tidak dispesifikasikan dan tidak diketahui jenisnya, merupakan hal yang samar dan penuh spekulasi. Untuk itu dalam menentukan upah diperlukan interaksi antara perusahaan dengan pekerja, karena pekerja juga harus tunduk terhadap hukum ekonomi tentang permintaan dan penawaran. Dalam sebuh hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah SAW bersabda: Artinya: Para pekerja adalah saudaramu yang dikuasakan Allah kepadamu. Maka barang siapa yang mempunyai pekerja hendaklah diberi makanan sebagaimana yang ia makan, diberi pakaian sebagaimana yang ia pakai, dan jangan dipaksa sesuatu yang ia tidak mampu. Jika terpaksa ia harus dibantu (HR Muslim)
5 dijelaskan, Dalam hadits nabi yang diriwayatkan oleh Abdul Razak juga Artinya: Dari Abu Said al-khudri ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: barang siapa yang mempekerjakan seorang buruh hendaklah ia menyebutkan tentang upahnya. (H.R Imam Abu Razak) Dari Hadits di atas juga mendukung penjelasan Ibn Taimiyah bahwa Islam memperbolehkan mengontrak tenaga kerja atau buruh agar bekerja untuk mereka, bukan untuk mengatur jumlah besar kecilnya upah yang diberikan. Agar upah yang diberikan kepada para pekerja bisa adil maka upah yang diberikan harus sesuai dengan peraturan yang ada, karena masalah pengupahan sangatlah pelik mengingat dalam Islam tidak diatur secara jelas mengenai bagaimana orang yang bekerja hendaknya mendapatkan upah atas jasa yang diberikan pengusaha kepadanya sehingga pekerja bisa memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak dan adil. Bahkan ketika peraturan upah minimum telah ditetapkan pun masih banyak badan usaha yang tidak menetapkan upah minimum tersebut, malah ada yang memberikan upah di bawah upah minimum yang telah ditetapkan.jika sudah begitu bagaimana para buruh ataupun pekerja bisa memenuhi kebutuhannya secara layak.sedangkan menurut Yusuf Qaradhawi, keadilan adalah keseimbangan antara berbagai potensi individu, baik moral ataupun material, antara individu dan masyarakat, dan antara masyarakat satu dengan lainnya yang berlandaskan pada syariah Islam. (Mas adi, 2002:74) Melihat dari fenomena yang telah dijelaskan di atas, maka penulis perlu untuk melakukan penelitian terkait dengan analisis penetapan upah
6 minimum provinsi sumatera barat yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui surat keputusan Gubernur Sumatera Barat apakah sudah sesuai dengan prinsip yang diterapkan dalam Islam. Oleh karena itu penulis akan membahas tentang PENETAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI SUMATERA BARAT DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. 1.2. Rumusan Masalah Agar penelitian penulis nantinya lebih teliti dan terarah serta sesuai dengan sasaran yang diharapkan, maka penulis perlu untuk memberikan rumusan masalah penelitian yaitu : 1. Apa yang melatar belakangi besaran jumlah Upah Minimum Provinsi Sumatera Barat? 2. Bagaiman penetapan Upah Minimum Provinsi Sumatera Barat menurut perspektif Hukum Islam? 1.3. Tujuan Penelitian Berangkat dari latar belakang serta rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi besaran Upah Minimum Provinsi Sumatera Barat dan mengetahui tentang penetapan Upah Minimum Sumatera Barat menurut perspektif Hukum Islam. 1.4. Kegunaan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini di samping memenuhi persyaratan akhir dalam memperoleh gelar sarjana strata 1 (S1) pada program studi MuamalahFakultas Syari ah Institut Agama Islam Negri (IAIN) Imam Bonjol Padang,juga berguna sebagai bahan bacaan diperpustakaan terutama bagi mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Imam Bonjol Padang.
7 1.4.2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang ingin dicapai penulis pada penelitian ini adalah : 1.4.2.1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta memperkaya khazanah intelektual dan pengetahuan tentang upah minimum kota Padang. 1.4.2.2. Manfaat Praktis Diharapkan dapat menghimpun data-data dan informasi mengenai penerapan upah dan sebagai wacana bagi beberapa pihak yang terlibat didalamnya khususnya pemerhati hubungan industrial. 1.5. Penjelasan Judul Upah Minimum Kota : Suatu standar minimum yang di gunakan oleh para penguasaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. (Syahrial, 2005:6) atau upah minimum yang berlaku di daerah Kabupaten/Kota yang penetapannya dilakukan oleh Gubernur yang penetapannya harus lebih besar dari upah Provinsi. Penetapan upah minimum ini dilakukan setiap satu tahun sekali dan ditetapkan selambatlambatnya 40 (empat puluh) hari sebelum tanggal berlakunya upah minimum yaitu 1 januari. (Syahrial, 2005:6) Tinjauan :Pandangan (Sesudah menyelidiki, mempelajari)
8 Hukum Islam : Menurut para ahli ushul, hukum Islam adalah yaitu ketetapan Allah yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf, baik berupa tuntutan, pilihan atau ketetapan. (Harun, 1997:208) Dari beberapa penjelasan istilah yang terdapat di dalam judul yang penulis kemukakan di atas dapat dipahami bahwa maksud judul ialah Analisis Penetapan Upah Minimum Provinsi Sumatera Barat Ditinjau Dari Perspektif Hukum Islam tersebut dapat dijelaskan bagaimana penetapan upah minimum kota padang telah memenuhi kehidupan hidup layak bagi parah buruh atau pekerja dan apakah sudah sesuai dengan ketentuan syari at. 1.6. Tinjauan Kepustakaan Penelitian yang penulis lakukan ini belum pernah diteliti oleh peneliti lain. Tetapi penulis menemukan beberapa karya ilmiah antara lain yang berkaitan dengan upah yaitu skripsi Maisaroh dengan judul Tinjauan Hukum Islam terhadap Upah Buruh Pemanen Padi diambil dari Zakat. Dalam skripsi ini, ia memfokuskan pada pelaksaan pembayaran upah yang dilakukan petani terhadap santri-santri, tindakan tersebut merupakan perbuatan mengabaikan upah pekerja karena petani tidak meminta kesepakatan pekerja terlebih dahulu berapa jumlah upah yang harus diterima pekerja. (Maisaroh, 2015)Dan karya ilmiah lainnya adalah skirpsi Okto Rizaldi dengan judul Upah Mengupah Produksi Batu Bata Kenagarian Buku Limbuku Kecamatan Harau ditinjau dari Hukum Islam. Dalam skripsi ini, ia lebih menfokuskan pada pemberian upah yang harus sesuai akad yang telah di tetapkan anatara majikan dan pekerja sehingga
9 jika ada yang melanggar kesepakatan dalam akah upah/ijarah maka bisa dibatalkan.(rizaldi, 2015) Berbeda dengan paparan di atas, penulis lebih memfokuskan kepada analisis tentang penetapan upah minimum provinsi sumatera barat dan bagaimana analisis hukum islam memandang hal tersebut. 1.7. Metodologi Penelitian 1.7.1. Jenis Penelitian Penelitianpadadasarnyamerupakantahapanuntukmencarisebua hkebenaran.untukmencarikebenaranitudalam penyusunan skripsi ini penulis melakukan jenis penelitian library research yaitu penelitian kepustakaan dengan mempelajari buku-buku yang dijadikan referensi sebagai landasan teori dan berfikir nantinya. 1.7.2. Sumber Data 1.7.2.1. Data primer, data utama yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian yaitu kepada gubernur atau dinas ketenagakerjaan provinsi sumatera barat. 1.7.2.2. Data sekunder, yaitu mengumpulkan bahan bacaan melalui studi kepustakaan yang berhubungan dengan pembahasan penelitian. 1.7.2.3. Teknik pengumpulan data Untuk memperoleh data yang akurat dan valid dalam penulisan ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1.7.2.1. Observasi, merupakan perhatian yang terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu pada objek penelitian. Dalam hal ini peneliti menfokuskan terhadap penetapan upah minimum provinsi sumatera barat. 1.7.2.2. Wawancara, merupakan alat pengumpulan data dengan menyusun suatu pedoman dalam bentuk angket atau daftar pertanyaan terhadap objek penelitian, kemudian dilakukan
10 serangkaian interview langsung dengan sumber data. Sumber data yang dimaksud adalah gubernur dan dinas ketenagakerjaan yang terkait dengan penetapan upah minimum provinsi sumatera barat, hingga pakar Islam yang paham akan persoalaan tersebut. Yang selanjutnya dianalisa sesuai dengan arah pembahasan. 1.7.3 Teknik Analisis Data Data yang penulis peroleh lalu dianalisis dengan pendekatan deskriptif-kualitatif maksudnya dengan jalan mengumpulkan data di lapangan kemudian data tersebut disusun menurut subjek pembahasan kemudian data itu dianalisis sehingga menghasilkan hukum tertentu.