V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang 5.1.1. Produksi Pupuk Urea ton 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 - Tahun Sumber : Rendal Produksi PT. Pupuk Kujang, 2010 Gambar 5.1. Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang, tahun 1985-2010 Secara umum jika dilihat dari Gambar 5.1, memperlihatkan tren rata-rata nilai produksi pupuk urea PT. Pupuk Kujang yang cenderung menurun. Pada periode-periode awal produksi, jumlah pupuk urea yang diproduksi masih stabil walau terjadi fluktuasi pada periode tertentu. Produksi paling besar dicapai pada tahun 1987 sebesar 645.538 ton. Pada tahun tersebut perusahaan mendapatkan kontrak gas bumi sesuai dengan permintaan perusahaan dan mesin-mesin yang dimiliki oleh PT. Pupuk Kujang relatif masih berfungsi dengan baik. Pada lima tahun terakhir (2006-2010), terjadi penuruan total produksi pada PT. Pupuk Kujang. Hal ini disebabkan oleh kemampuan mesin pabrik urea 1-A yang cenderung menurun karena usia mesin yang sudah tua. Teknologi lama menyebabkan pemakaian bahan baku berupa gas bumi menjadi lebih boros.
Ini fakta yang tidak bisa dipungkiri. Konsumsi gas bumi yang demikian besar, membuat beban pemerintah akan bertambah mengingat seluruh pabrik pupuk urea nasional berstatus BUMN. 5.1.2. Modal Mesin dan peralatan yang memengaruhi produksi pupuk urea merupakan hal yang sangat penting mengingat dalam proses pembuatan pupuk urea membutuhkan proses dari teknologi yang canggih. Semua bahan pendukung di masukkan dan di proses pada mesin tersebut. Juta rupiah 250.000.000 200.000.000 150.000.000 100.000.000 50.000.000 - Tahun Sumber : Rendal Produksi PT. Pupuk Kujang, 2011 Gambar 5.2. Perkembangan Modal,Tahun 1985-2010 Gambar 5.2. memperlihatkan tren grafik rata-rata nilai modal yang mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Hal ini diduga terjadi karena hampir semua mesin-mesin didatangkan dari luar negeri dengan biaya yang cukup tinggi dengan suku bunga dari pembelian mesin yang terus meningkat setiap tahunnya. Nilai modal terendah yaitu pada tahun 1986. Pada tahun tersebut diduga perusahaan tidak mengalami kerusakan mesin yang berarti, hanya terjadi perbaikan mesin yang masih dapat di perbaiki oleh tenaga ahli dari perusahaan. Sehingga biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan pada tahun tersebut relatif
kecil. Modal tertinggi yaitu pada tahun 2010, hal tersebut diduga karena perbaikan pada beberapa komponen mesin yang harganya cukup tinggi dan harus mendatangkan suku cadang dari Jerman yang membuat perkembangan modal pada tahun 2010 tinggi. 5.1.3. Tenaga Kerja orang 250 200 150 100 50 0 Sumber : Rendal Produksi PT. Pupuk Kujang, 2010 Gambar 5.3. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja, Tahun 1985-2010 Gambar 5.3. memperlihatkan tren grafik rata-rata nilai penyerapan tenaga kerja yang mengalami penurunan dari tahun ke tahun walau tidak terlalu signifikan. Hal ini dikarenakan jumlah tenaga kerja yang digunakan cenderung tetap mengingat mesin yang digunakan belum mengalami perubahan yang signifikan dari awal pabrik didirikan sehingga perusahaan merasa tidak perlu melakukan perekrutan tenaga kerja dalam jumlah yang banyak. Jumlah tenaga kerja paling banyak yaitu pada tahun 1989. Hal ini disebabkan adanya program perbaikan mesin yang membutuhkan penambahan tenaga kerja yang didapat dari mutasi tenaga ahli dari divisi lain. Total tenaga kerja paling rendah adalah tahun 2006. Hal ini disebabkan adanya penyelesaian pembangunan pabrik baru urea 1b yang diadakan oleh PT. Pupuk Kujang sehingga beberapa tenaga ahli terserap oleh penyelesaian pabrik urea 1b tersebut. Tahun
5.1.4. Bahan Baku mmbtu 20.000.000 15.000.000 10.000.000 5.000.000 - Sumber : Rendal Produksi PT. Pupuk Kujang, 2010 Gambar 5.4. Perkembangan Bahan Baku, Tahun 1985-2010 Gambar 5.4. memperlihatkan tren grafik rata-rata nilai bahan baku yang cenderung mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan pasokan gas bumi untuk produksi pupuk sangat terbatas dan terjadinya fluktuasi harga gas bumi. Tahun 1985-1997 kontrak harga gas bumi yang didapatkan PT. Pupuk Kujang hanya sebesar 1 US$/mmbtu, lalu mengalami kenaikan pada tahun 1998-2005 sebesar 1,85 US$/mmbtu, dan pada tahun 2006 sampai dengan sekarang harga gas bumi terus meningkat dan berfluktuasi. Pada tahun 2007, pasokan gas bumi terendah yang didapatkan oleh PT. Pupuk Kujang, yaitu hanya sebesar 10.719.205 mmbtu. Hal ini dikarenakan pada bulan Juli tahun 2007 kontrak gas bumi pabrik urea 1-A habis dan belum disepakatinya kontrak baru karena permasalahan harga gas yang meningkat. Perusahaan baru akan mendapatkan pasokan gas pada awal tahun 2008, sehingga ada kekosongan selama bulan Juli-Desember 2007 yang menyebabkan total produksi pada tahun 2007 cukup rendah yaitu hanya sebesar 389.000 ton. Tahun Pemenuhan gas atas PT. Pupuk Kujang memang sangat terkait dengan dinamika harga gas di dunia. Fluktuasi tersebut banyak dipengaruhi oleh permintaan gas dari luar negeri serta naik turunnya harga bahan bakar minyak di
pasar internasional, sehingga pemasok gas bumi akan beriorientasi pada keuntungan. Apabila harga gas di luar negeri naik, maka perusahaan pemasok gas cenderung menjual gas ke luar negeri untuk menghasilkan devisa lebih banyak, sehingga cadangan gas untuk perusahaan PT. Pupuk Kujang berkurang dan gas yang didapatkan perusahaan tidak sesuai kesepakatan. 5.1.5. Stream Days Stream days adalah waktu yang diperlukan mesin dalam memproduksi pupuk. Peralatan di setiap divisi pabrik mampu beroperasi pada beban kondisi operasi yang rendah dengan mesin bertekanan tinggi. Gambar 5.5. memperlihatkan tren grafik rata-rata nilai stream days yang fluktuatif. Stream days tertinggi yaitu pada tahun 2003. Hal tersebut terjadi karena faktor produksi utama yaitu gas tersedia serta manajemen perawatan pabrik yang baik sehingga sudah melakukan perbaikan sebelum mesin dalam keadaan mati total (down time). Sedangkan stream days terendah yaitu pada tahun 2006, hal ini disebabkan oleh diadakannya perbaikan tahunan yang waktunya diluar dari total waktu yang telah diprediksi oleh tenaga ahli. Hari 400,00 300,00 200,00 100,00 0,00 Tahun Sumber : Rendal Produksi PT. Pupuk Kujang, 2010 Gambar 5.5. Perkembangan Stream Days, Tahun 1985-2010
5.2. Hasil Estimasi Fungsi Produksi Cobb-Douglas Analisis faktor-faktor yang memengaruhi produksi pupuk urea PT. Pupuk Kujang pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel yang memengaruhi produksi pupuk urea di PT. Pupuk Kujang. Model analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda yang telah dilogaritmakan baik variabel dependen ataupun variabel independennya. Estimasi model yang digunakan pada penelitian ini adalah fungsi produksi Cobb Douglas dengan metode pendugaan OLS (Ordinary Least Square). Fungsi produksi Cobb Douglas digunakan untuk menjelaskan hubungan faktor-faktor produksi pada penelitian ini sesuai dengan hasil estimasi. Selain itu, fungsi produksi Cobb Douglas juga dapat menjelaskan elastisitas produksi dan skala usaha dari PT. Pupuk Kujang. Sehingga fungsi ini dianggap mampu menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil estimasi model dari fungsi Cobb-Douglas terbaik yang diperoleh dari empat variabel bebas ditunjukkan pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Hasil Pendugaan Parameter Model Terhadap Total Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Variabel Koefisien Std. Error P VIF Constant -13.124 3.621 0.002 - Modal (X1) 0.2725 0.1297 0.024 1.7 Tenaga Kerja (X2) 0.6786 0.2245 0.003 1.8 Bahan Baku (X3) 0.8834 0.1457 0.000 1.6 Stream Days(X4) 0.5451 0.2477 0.019 1.3 R-Square : 84.2% Fstatistik : 27,90 Prob : 0,000 Durbin Watson : 1.92022 *signifikan pada taraf nyata lima persen Sumber : Lampiran 3
5.3. Analisis Uji Statistika Uji F dilakukan untuk menguji apakah variabel-variabel modal, jumlah tenaga kerja, jumlah bahan baku, dan stream days mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap produksi pupuk urea. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa H 0 ditolak pada taraf lima persen sehingga dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel modal, tenaga kerja, bahan baku dan stream days berpengaruh nyata terhadap total produksi pupuk urea. Disamping itu, berdasarkan hasil estimasi fungsi produksi Cobb-Douglas pada tabel 5.1. diketahui nilai R 2 sebesar 84.2%. Angka tersebut menunjukkan bahwa kemampuan dari total produksi pupuk urea mampu dijelaskan oleh modal, jumlah tenaga kerja, jumlah bahan baku, dan stream days sebesar 84.2 persen. Sehingga model tersebut layak digunakan untuk analisis selanjutnya. 5.4. Uji Ekonometrika Pengujian normalitas dilakukan untuk melihat apakah error term mendekati distribusi normal karena data yang digunakan kurang dari 30. Hasil estimasi menunjukkan bahwa probabilitasnya adalah 0,150. Nilai tersebut lebih besar dengan taraf nyata 5 persen (α = 0,05), sehingga terima H 0 yaitu error term mendekati distribusi normal (Lampiran 5). Uji multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan ada atau tidaknya hubungan linear antara variabel-variabel independen dalam suatu model regresi. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan yang hasilnya terdapat dalam Tabel 5.1, dapat terlihat bahwa nilai VIF dari masing-masing variabel independennya bernilai kurang dari 10 (VIF < 10). Sehingga dapat disimpulkan bahwa model
yang dihasilkan pada penelitian ini tidak terdapat masalah multikolinearitas, sehingga pengaruh antara produksi pupuk urea dengan faktor-faktor produksinya dapat dibedakan. Pengujian Autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah residual memiliki korelasi dengan residual lain. Salah satu cara untuk memeriksa ada tidaknya korelasi tersebut adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan (Lampiran 3), dapat diketahui nilai perhitungannya Durbin-Watson adalah sebesar 1,92022 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi permasalahan autokorelasi dalam model regresi yang telah dibuat pada taraf nyata (α) lima persen. Untuk pengujian adanya gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji White. Uji White ini menggunakan residual kuadrat sebagai variabel dependen yang telah diregresikan dengan variabel-variabel independennya. Berdasarkan pengujian White yang telah dilakukan didapatkan nilai probabilitas variabel-variabel independen lebih besar dari taraf nyata lima persen (lihat Lampiran 4). Hal ini menunjukan bahwa asumsi homoskedastisitas terpenuhi atau model tidak mengalami masalah heteroskedastisitas. 5.5. Analisis Ekonomi dan Elastisitas Produksi PT. Pupuk Kujang Berdasarkan hasil regresi yang ditunjukkan oleh Tabel 5.1, variabelvariabel yang digunakan dalam analisis faktor-faktor yang memengaruhi produksi pupuk urea PT. Pupuk Kujang telah memenuhi asumsi OLS.
Berdasarkan hasil regresi, variabel modal (X 1 ) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap output. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan koefisien dari variabel modal yaitu sebesar 0,2725. Koefisien tersebut sekaligus dapat menunjukkan nilai elastisitas dari variabel modal. Apabila terjadi peningkatan penggunaan modal sebesar satu persen, maka terjadi peningkatan total produksi sebesar 0,2725 persen, cateris paribus. Hal ini membuktikan hipotesis awal yang menjelaskan bahwa jika terjadi peningkatan penggunaan modal maka akan terjadi peningkatan total produksi. Mesin-mesin produksi urea yang rusak, masalah usia mesin yang telah tua serta rekonstruksi mesin yang belum dirampungkan merupakan hal yang membuat pembiayaan meningkat. Penambahan jumlah mesin tidak berpengaruh terhadap peningkatan output karena efisiensi produksi tergantung pada optimalisasi mesin itu sendiri. Peningkatan produksi urea dapat ditempuh melalui peningkatan optimalisasi mesin-mesin produksi yang digunakan agar dapat berproduksi secara efisien. Dalam Waluyo (2009), roadmap industri pupuk yang sedang dimatangkan, revitalisasi dan proyek pembangunan pabrik urea diperkirakan menelan investasi US$6,225 miliar. Megaproyek ini diharapkan segera direalisasikan dan pabrik mulai beroperasi komersial pada 2013. Variabel tenaga kerja (X 2 ) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap output. Hal tersebut ditunjukkan dengan koefisien dari tenaga kerja sebesar 0,6786. Koefisien tersebut sekaligus dapat menunjukkan nilai elastisitas dari tenaga kerja. Apabila terjadi peningkatan penggunaan tenaga kerja sebesar satu persen, maka terjadi peningkatan total produksi sebesar 0,6786 persen, cateris paribus.. Hal ini membuktikan hipotesis awal yang menjelaskan bahwa
jika terjadi peningkatan penggunaan tenaga kerja maka akan terjadi peningkatan total produksi. Tenaga kerja yang dapat ditambah pada perusahaan adalah tenaga kerja dengan keahlian yang tinggi dan beberapa kualifikasi khusus. Hal ini dianggap lebih efektif karena teknologi tinggi yang digunakan pada mesin proses produksi pupuk urea. Meskipun demikian, sebaiknya tetap harus ada perhatian khusus untuk meningkatkan kemampuan (skill) serta jumlah dari tenaga kerja pada proses produksi urea PT. Pupuk Kujang mengingat tekonologi yang digunakan pada proses produksi urea sangat canggih dan membutuhkan tenaga ahli untuk memperbaiki. Variabel bahan baku (X 3 ) merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam proses produksi pupuk urea. Bahan baku memiliki pengaruh positif dan signfikan terhadap output. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan koefisien dari bahan baku sebesar 0,8834. Koefisien tersebut sekaligus dapat menunjukkan nilai elastisitas dari bahan baku. Apabila terjadi peningkatan penggunaan bahan baku sebesar satu persen, maka terjadi peningkatan total produksi sebesar 0,8834 persen, cateris paribus. Hal ini membuktikan hipotesis awal yang menjelaskan bahwa jika terjadi peningkatan penggunaan bahan baku maka akan terjadi peningkatan total produksi. Gas merupakan masalah yang dilematis dalam indsutri pupuk nasional. Harga gas bumi untuk pemakaian dalam negeri didasarkan atas dua pendekatan, yaitu harga formula dan harga tetap. Harga gas bumi ekspor dalam bentuk LNG maupun pipa menggunakan formula yang dikaitkan dengan harga minyak mentah. Pemerintah memberikan subsidi, yaitu dengan subsidi harga gas untuk industri pupuk yang ) produknya dimanfaatkan di dalam negeri (Kementrian ESDM,2004). Peningkatan pada faktor produksi ini harus relatif
besar karena bahan baku merupakan hal yang utama dalam menghasilkan output pada proses produksi. Jumlah output yang dihasilkan sangat bergantung pada tingkat jumlah bahan baku yang digunakan. Apabila terjadi kekurangan bahan baku, maka PT. Pupuk Kujang dapat terus menambah faktor produksi bahan baku, selama penambahan total produksi yang dihasilkan masih lebih besar dari tambahan biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku. Sehingga makin banyak penggunaan bahan baku maka tingkat produksi pupuk urea yang dihasilkan juga akan semakin tinggi. Variabel stream days (X 4 ) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap output. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan koefisien dari stream days sebesar 0,5451. Koefisien tersebut sekaligus dapat menunjukkan nilai elastisitas dari variabel stream days. Apabila terjadi peningkatan stream days sebesar satu persen, maka terjadi peningkatan total produksi sebesar 0,5451 persen, cateris paribus. Hal ini membuktikan hipotesis awal yang menjelaskan bahwa jika terjadi peningkatan stream days maka akan terjadi peningkatan total produksi. Sebagian besar pabrik pupuk urea di Indonesia saat ini sudah tua yakni berusia rata-rata di atas 20 tahun. Akibatnya, pemakaian bahan baku berupa gas menjadi lebih boros karena teknologinya terbilang usang. PT. Pupuk Kujang telah melakukan studi kelayakan revitalisasi Pabrik Kujang IA telah diselesaikan bersama dengan konsultan independen. Dengan mesin-mesin yang diperbaharui sehingga stream days dapat mencapai optimum dan produksi urea dapat meningkat.
5.6. Skala Hasil Usaha PT. Pupuk Kujang Skala hasil usaha dalam suatu industri dapat dilihat berdasarkan penjumlahan masing-masing koefisien dari setiap variabel bebas dalam model. Skala hasil usaha menunjukkan seberapa besar pengaruh dari sejumlah proporsi input yang digandakan terhadap sejumlah proporsi output yang dihasilkan. Berdasarkan model Cobb Douglas yang diperoleh dalam penelitian ini, diperoleh skala usaha dari PT. Pupuk Kujang ditunjukkan oleh b i sebesar 2,3796. Karena b i = 2,3696 > 1, maka proporsi penambahan input produksi modal, tenaga kerja, bahan baku, dan stream days akan menghasilkan proporsi penambahan produksi yang lebih besar. Hal ini dapat disimpulkan bahwa PT. Pupuk Kujang berada pada daerah Increasing Return to Scale (IRTS) atau skala usaha yang meningkat, sesuai dengan hipotesis awal. Skala usaha PT. Pupuk Kujang masih berada pada skala IRTS sehingga skala perusahaan belum berada di wilayah optimal dimana proporsi penambahan input sama dengan proporsi penambahan output. Sehingga produksi urea masih dapat dioptimalkan untuk mencapai target produksi dan target pemerintah untuk disalurkan kepada daerah-daerah yang telah menjadi tanggung jawab PT. Pupuk Kujang, dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi yang ada terutama modal, jumlah tenaga kerja, jumlah bahan baku, dan stream days.