I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi domba di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Tahun 2014 mencapai 16.091.838 ekor, tahun 2015 bertambah menjadi 17.024.685 ekor (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2016). Populasi domba paling tinggi terdapat di wilayah Jawa Barat 12.462.091 (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2016). Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat petani/peternak di Jawa Barat menyukai domba sebagai ternak peliharaan, dengan alasan antara lain: (1). Pemeliharaan dapat memanfaatkan tenaga kerja keluarga, (2). Pemberian pakan dapat memanfaatkan limbah pertanian dan rumput lapang, (3). Limbah kandang memberikan dukungan pada sistem produksi tanaman (4). Berfungsi sebagai tabungan yang cukup mudah diuangkan untuk memenuhi kebutuhan uang tunai, (5). Secara tidak langsung dapat meningkatkan status sosial pemiliknya, (6). Domba mudah beradaptasi terhadap berbagai lingkungan, (7). Cepat berkembang biak, (8). Tidak memerlukan lahan yang luas dan modal yang relatif besar dan (9). Teknis pemeliharaannya tidak terlalu sulit sehingga banyak dipelihara oleh petani sebagai usaha sampingan. Populasi domba yang ada di Kecamatan Jatitujuh mencapai 50.125 (Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Peternakan Majalengka, 2016). Pola pemeliharaan domba pada umumnya digembalakan dan dikandangkan. Pada pola pemeliharaan dikandangkan, domba sepanjang hari hidup di kandang, hanya pada hari tertentu 1
2 dikeluarkan untuk mencari pakan. Pemberian pakan dilakukan peternak dengan cara cut and carry, pakan rumput diberikan dari hasil nyabit oleh peternak. Pada pemeliharaan digembalakan dilakukan oleh masyarakat dimana disekitar lingkungan agro-ekosistemnya masih terdapat lahan yang memungkinkan untuk penggembalaan seperti lahan kosong di pinggir jalan, lahan kebun, atau lahan sawah bera. Pada pola ini, domba dikeluarkan dari kandang sekitar jam 10 siang untuk digembalakan sampai dengan sekitar jam 17.00 sore hari. Dalam rentang waktu tersebut domba mempunyai kesempatan merumput, artinya peternak tidak menyediakan rumput di kandang, hanya pada kondisi tertentu saja peternak memberikan pakan tambahan untuk ternaknya, misal pada waktu domba melahirkan dan tidak dilakukan penggembalaan pada ternak tersebut. Pola pemeliharaan domba digembalakan banyak dilakukan oleh masyarakat di wilayah Jawa Barat bagian utara yaitu, di kawasan perkebunan tebu di Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka. Sehubungan dengan budidaya domba sangat penting dalam menunjang kebutuhan finansial keluarga, maka orientasi menghasilkan pendapatan usahaternak menjadi bagian penting sebagai tujuan pemeliharaan. Untuk memulai usahaternak, dibutuhkan modal untuk pembelian ternak, penyediaan modal tersebut bersifat mandiri atau bagi masyarakat dengan kondisi finansial terbatas biasanya mendapatkan dukungan modal dari pihak lain, yang lebih dikenal dengan sistem bagi hasil. Pada pola ini hasil penjualan ternak (pendapatan usaha) akan dibagi sesuai dengan kesepakatan yang dibuat sebelumnya, artinya sistem usaha juga akan berpengaruh terhadap pendapatan usahaternak domba. Pola pemeliharaan ekstensif atau domba yang digembalakan rata-rata skala pemeliharaannya relatif lebih besar, sekitar 19 ekor/peternak, dibandingkan
3 dengan sistem pemeliharaan dikandangkan (Priyanto dan Yulistiani, 2005). Variabel yang terkait langsung dengan pola pemeliharaan ini adalah tenaga kerja, pada pola pemeliharaan digembalakan relatif lebih hemat, karena seorang peternak dapat menggembalakan sampai dengan 70 - an ekor per hari. Rendahnya alokasi tenaga kerja dalam pemeliharaan domba akan berpengaruh terhadap pengeluaran biaya tenaga kerja. Namun demikian ada kecenderungan pada sistem pemeliharaan yang digembalakan, domba sering terserang cacingan, sehingga membutuhkan biaya pengobatan yang lebih besar. Produk utama yang menjadi sumber pendapatan usahaternak domba adalah jumlah ternak yang dijual dalam kurun waktu tertentu, kesempatan untuk menjual domba erat kaitannya dengan jumlah domba yang dipelihara, ada kecenderungan bahwa makin banyak jumlah pemeliharaan atau skala usaha, jumlah domba yang dijual juga makin banyak, sehingga pendapatan akan makin tinggi. Indikator keberhasilan dari usaha ternak dapat dilihat dari besarnya pendapat yang diperoleh peternak dalam mengelola usaha ternaknya. Semakin besar pendapatan yang diterima peternak maka akan semakin besar pula tingkat keberhasilan atau keuntungannya. Informasi yang terkait dengan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap pendapatan usahaternak domba yang digembalakan, baik menyangkut variabel biaya maupun nilai penjualan ternak belum banyak diungkap. Hal inilah yang menjadikan alasan utnuk melakukan penelitian dengan tema identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha ternak domba yang dipelihara dengan pola penggembalaan.
1.2 Identifikasi Masalah 1. Berapa besaran pendapatan usahaternak domba yang digembalakan, baik sistem usahaternak domba mandiri maupun sistem bagi hasil. 2. Variabel apa saja yang mempengaruhi pendapatan usahaternak domba, baik usahaternak domba mandiri maupun maupun sistem bagi hasil. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka maksud dan tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui berapa jumlah pendapatan usahaternak sistem mandiri dan sistem bagi hasil di sentra peternakan domba Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka. 2. Mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha ternak domba sistem mandiri dan sistem bagi hasil di sentra peternakan domba Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka. 1.4.1 Kegunaan Penelitian Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi peternak rakyat: untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan usahaternak domba di Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka guna untuk meningkatkan pendapatan bagi usaha ternak mereka. 2. Bagi kalangan akademis: informasi dasar dalam pembelajaran dan penelitian lainnya yang sejenis terkait dengan pendapatan usahaternak domba. 1.4 Kerangka Pemikiran Usaha peternakan merupakan suatu usaha yang didasarkan pada proses biologis dari pertumbuhan ternak. Manusia melakukan campur tangan langsung untuk mengendalikan dan menguasai pertumbuhan ternak dalam rangka 4
5 memenuhi kebutuhan manusia. Orientasi utama dalam usahaternak adalah untuk memperoleh manfaat atau benefit, baik berupa uang maupun natura. Manfaat berupa uang sebagai hasil dari budidaya domba dikenal sebagai pendapatan usaha dan kenikmatan dalam menjalankan usahaternak. Setiap usaha mengharapkan keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki peternak (Firman, 2010). Keuntungan yang rendah dapat disebabkan karena besar skala usaha yang tidak memadai atau pengoperasiannya usaha yang tidak efisien. Besar kecilnya skala usaha dapat diukur dengan jumlah ternak yang diusahakan (dalam satuan ternak), luas tanah yang digunakan, jumlah tenaga kerja tetap dan jumlah kekayaan yang diperoleh (Rodjak, 2006). Pendapatan adalah upah bersih seseorang baik dalam uang kontan ataupun natura, pendapatan juga biasa disebut income dari hasil penjualan dari produksi usahanya tersebut. Pendapatan merupakan salah satu faktor utama yang memperngaruhi keinginan seseorang atau sekelompok orang untuk berwirausaha. Dalam ilmu ekonomi pendapatan didefinisikan sebagai hasil berupa uang atau hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia. Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan dari setiap anggota rumah tangga dalam bentuk uang atau natura yang diperoleh baik sebagai gaji, upah, atau penerimaan usaha rumah tangga dan sumber lainnya. Keuntungan adalah selisih antara pendapatan dengan modal yang sudah dikeluarkan selama usaha berjalan. Pendapatan dalam sistem mandiri berbeda dengan sistem bagi hasil yang merupakan sistem di mana dilakukannya perjanjian atau ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya
6 pembagian hasil atas keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih sedangkan pendapatan sistem mandiri akan mendapatkan keuntungan tanpa adanya pembagian hasil. Besar kecilnya pendapatan suatu usaha dipengaruhi oleh banyak faktor mulai dari biaya tunai, skala usaha, tenaga kerja, pengalaman kerja. Faktor-faktor inilah yang mungkin terlihat jelas mempengaruhi pendapatan usahaternak baik itu sistem mandiri maupun bagi hasil. Dalam kaitannya dengan usahaternak, besarnya pendapatan sangat tergantung pada besarnya selisih antara penerimaan usaha dengan biaya yang dikeluarkan. Pada kondisi pengeluaran tidak berubah atau tetap besarnya pendapatan sangat ditentukan oleh komponen penerimaan, sedangkan pada kondisi penerimaan tetap, besarnya pendapatan ditentukan oleh komponen biaya. Biaya tunai adalah biaya yang dibayarkan dalam bentuk tunai untuk kepentingan pemeliharaan, biaya ini berbeda dengan biaya variabel. Contoh biaya tunai adalah pembelian obat-obatan dan atau tambahan pakan jika dibutuhkan ketika padang rumput penggembalaan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak dan ketika skala usaha ternaknya yang semakin meningkat. Skala usaha merupakan jumlah ternak yang dipelihara oleh peternak bisa milik sendiri atau sistem bagi hasil. Usahaternak sistem bagi hasil memungkinkan memiliki skala usaha yang lebih besar dibandingkan dengan sistem mandiri, dikarenakan modal yang digunakan lebih besar, sehingga jika skala usaha semakin besar maka akan berpengaruh terhadapn pendapatan. Skala usaha yang semakin besar memerlukan sumbangan tenaga kerja yang lebih banyak, karena setiap unit ternak membutuhkan pengelolaan. Sumbangan tenaga kerja keluarga
7 dalam suatu usahaternak domba akan menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap pendapatan bersih karena jumalah tenaga kerja dapat meningkatkan biaya variabel yang dikeluarkan setiap bulannya. Pengalaman bekerja adalah lamanya peternak terlibat dalam pemeliharaan domba, pada umumnya makin lama terlibat dalam pemeliharaan ternak pengtahuan dan keterampilannya akan cenderung lebih baik, sehingga berpengaruh terhadap produktivitas ternak yang dipeliharanya. Semakin lama pengalaman beternak, cenderung semakin memudahkan peternak dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan usaha ternak yang dilakukan (Heriyanto,2009). Kecamatan Jatitujuh merupakan salah sat daerah dengan populasi peternak domba yang cukup banyak, sebagian merupakan peternak mandiri yaitu peternak yang memelihara ternaknya milik sedniri, dan sebagian lainnya merupakan peternak bagi hasil, yaitu peternak yang memelihara ternaknya milik orang lain, karena jasa memelihara tersebut, peternak akan dapat bagian dari hasil penjualan ternaknya. Dugaan sementara pola pemeliharaan (peternak mandiri atau pola bagi hasil) akan berpengrauh terhadap pendapatannya, karena adanya bagian dari hasil usahaternak yang diserahkan kepada pemiliki modal. Dari paparan di atas, diidentifikasi faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap pendapatan keluarga peternak adalah biaya tunai pemeliharaan, skala usaha, pengalaman beternak serta curahan tenaga kerja serta pola usaha (mandiri atau bagi hasil). Dari penjelasan diatas maka dapat digambarkan dalam ilustrasi 1.
8 Usahaternak Produk Penerimaan Pendapatan Sistem Mandiri Sistem Bagi Hasil Biaya Tunai Skala Usaha Pengalamann kerja Sistem usaha Biaya Tunai Skala Usaha Sistem Usaha Ilustrasi 1 : Kerangka Berfikir Faktor Pendapatan Usaha Mandiri dan Bagi Hasil di Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka
9 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 4 minggu pada tanggal 10 Juli hingga 10 Agustus di sentra peternakan domba rakyat pada 4 Desa yaitu Sumber Wetan, Sumber Kulon, Pilang Sari, Babajurang di Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat.