PENDAHULUAN mencapai ekor, tahun 2015 bertambah menjadi ekor

dokumen-dokumen yang mirip
III METODE PENELITIAN. usahaternak domba bagi hasil. Adapun yang menjadi subjek dari penelitian ini

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

MANAJEMEN PEMELIHARAAN DOMBA PETERNAK DOMBA DI KAWASAN PERKEBUNAN TEBU PG JATITUJUH MAJALENGKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

I. PEDAHULUAN. sekitar 2-5 ekor ternak per rumah tangga peternak (RTP). Skala yang kecil

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I PENDAHULUAN. terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari

VII. ANALISIS PENDAPATAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

PENDAHULUAN. begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak bawah pengawasan pemiliknya. Peran ternak domba di lokasi tersebut

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktivitas ayam buras agar lebih baik. Perkembangan

PENDAHULUAN. Kemajuan pembangunan nasional tidak terlepas dari peran bidang peternakan.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

PENGENDALIAN INFEKSI CACING HATI PADA SAPI OLeh : Akram Hamidi

KONFLIK KEPENTINGAN USAHATERNAK DOMBA DIGEMBALAKAN DI AREAL PERKEBUNAN TEBU DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. yang strategis karena selain hasil daging dan bantuan tenaganya, ternyata ada

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penggemukan domba dilakukan guna memenuhi. konsumsi, aqiqah, dan qurban. Perusahaan terletak di Kampung Dawuan Oncom,

JURNAL INFO ISSN : TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

Tennr Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 Skala usaha penggemukan berkisar antara 5-10 ekor dengan lama penggemukan 7-10 bulan. Pakan yan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari 21 program utama Departemen Pertanian terkait dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak

V. KEMISKINAN 5.1 Kemiskinan di Desa Sitemu

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan daripada yang sebelumnya (Susetyo, 2012).

PENDAHULUAN. dimiliki oleh petani masih dalam jumlah yang sangat terbatas.

PENDAHULUAN. satu ternak penghasil daging yang sifatnya jinak dan kuat tetapi produktivitasnya

PENDAHULUAN. bagi masyarakat peternak di Kabupaten Pandeglang. Usaha peternakan kerbau di

SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Prawirokusumo (1990) ilmu usaha tani memperlajari bagaimana membuat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016.

I PENDAHULUAN. lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENERTIBAN TERNAK DALAM WILAYAH KABUPATEN SABU RAIJUA

Ditulis oleh Mukarom Salasa Jumat, 03 September :04 - Update Terakhir Sabtu, 18 September :09

ANALISIS PENGGUNAAN TENAGA KERJA RUMAH TANGGA PADA PEMELIHARAAN DOMBA DI KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

KELAYAKAN BAGI HASIL USAHATERNAK DOMBA RAKYAT (Sensus di Kawasan Peternakan Domba Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu)

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. nasional sehingga usaha ternak ini berpotensi untuk dikembangkan. Sapi potong telah

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

I. PENDAHULUAN. Indonesia akan pentingnya protein hewani untuk kesehatan dan kecerdasan

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI

ADOPSI PAKET TEKNOLOGI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TERNAK DOMBA DI DESA TEGALSARI KABUPATEN PURWAKARTA

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

TINJAUAN PUSTAKA. pendekatan yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain :

AGROVETERINER Vol.5, No.1 Desember 2016

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 kiranya dapat

BAB I PENDAHULUAN. penting pembangunan. Sehingga pada tanggal 11 Juni 2005 pemerintah pusat

pengembangan KERBAU KALANG SUHARDI, S.Pt.,MP Plasmanutfah Kalimantan Timur

PROPOSAL PROGAM KREATIVITAS MAHASISWA BUDIDAYA KAMBING MODERN DENGAN TEKNIK FERMENTASI PAKAN DI BIDANG PETERNAKAN PKM KEWIRAUSAHAAN.

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang memiliki pulau dengan panjang garis pantai

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peternakan di Indonesia sejak zaman kemerdekaan sampai saat ini sudah

Transkripsi:

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi domba di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Tahun 2014 mencapai 16.091.838 ekor, tahun 2015 bertambah menjadi 17.024.685 ekor (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2016). Populasi domba paling tinggi terdapat di wilayah Jawa Barat 12.462.091 (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2016). Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat petani/peternak di Jawa Barat menyukai domba sebagai ternak peliharaan, dengan alasan antara lain: (1). Pemeliharaan dapat memanfaatkan tenaga kerja keluarga, (2). Pemberian pakan dapat memanfaatkan limbah pertanian dan rumput lapang, (3). Limbah kandang memberikan dukungan pada sistem produksi tanaman (4). Berfungsi sebagai tabungan yang cukup mudah diuangkan untuk memenuhi kebutuhan uang tunai, (5). Secara tidak langsung dapat meningkatkan status sosial pemiliknya, (6). Domba mudah beradaptasi terhadap berbagai lingkungan, (7). Cepat berkembang biak, (8). Tidak memerlukan lahan yang luas dan modal yang relatif besar dan (9). Teknis pemeliharaannya tidak terlalu sulit sehingga banyak dipelihara oleh petani sebagai usaha sampingan. Populasi domba yang ada di Kecamatan Jatitujuh mencapai 50.125 (Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Peternakan Majalengka, 2016). Pola pemeliharaan domba pada umumnya digembalakan dan dikandangkan. Pada pola pemeliharaan dikandangkan, domba sepanjang hari hidup di kandang, hanya pada hari tertentu 1

2 dikeluarkan untuk mencari pakan. Pemberian pakan dilakukan peternak dengan cara cut and carry, pakan rumput diberikan dari hasil nyabit oleh peternak. Pada pemeliharaan digembalakan dilakukan oleh masyarakat dimana disekitar lingkungan agro-ekosistemnya masih terdapat lahan yang memungkinkan untuk penggembalaan seperti lahan kosong di pinggir jalan, lahan kebun, atau lahan sawah bera. Pada pola ini, domba dikeluarkan dari kandang sekitar jam 10 siang untuk digembalakan sampai dengan sekitar jam 17.00 sore hari. Dalam rentang waktu tersebut domba mempunyai kesempatan merumput, artinya peternak tidak menyediakan rumput di kandang, hanya pada kondisi tertentu saja peternak memberikan pakan tambahan untuk ternaknya, misal pada waktu domba melahirkan dan tidak dilakukan penggembalaan pada ternak tersebut. Pola pemeliharaan domba digembalakan banyak dilakukan oleh masyarakat di wilayah Jawa Barat bagian utara yaitu, di kawasan perkebunan tebu di Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka. Sehubungan dengan budidaya domba sangat penting dalam menunjang kebutuhan finansial keluarga, maka orientasi menghasilkan pendapatan usahaternak menjadi bagian penting sebagai tujuan pemeliharaan. Untuk memulai usahaternak, dibutuhkan modal untuk pembelian ternak, penyediaan modal tersebut bersifat mandiri atau bagi masyarakat dengan kondisi finansial terbatas biasanya mendapatkan dukungan modal dari pihak lain, yang lebih dikenal dengan sistem bagi hasil. Pada pola ini hasil penjualan ternak (pendapatan usaha) akan dibagi sesuai dengan kesepakatan yang dibuat sebelumnya, artinya sistem usaha juga akan berpengaruh terhadap pendapatan usahaternak domba. Pola pemeliharaan ekstensif atau domba yang digembalakan rata-rata skala pemeliharaannya relatif lebih besar, sekitar 19 ekor/peternak, dibandingkan

3 dengan sistem pemeliharaan dikandangkan (Priyanto dan Yulistiani, 2005). Variabel yang terkait langsung dengan pola pemeliharaan ini adalah tenaga kerja, pada pola pemeliharaan digembalakan relatif lebih hemat, karena seorang peternak dapat menggembalakan sampai dengan 70 - an ekor per hari. Rendahnya alokasi tenaga kerja dalam pemeliharaan domba akan berpengaruh terhadap pengeluaran biaya tenaga kerja. Namun demikian ada kecenderungan pada sistem pemeliharaan yang digembalakan, domba sering terserang cacingan, sehingga membutuhkan biaya pengobatan yang lebih besar. Produk utama yang menjadi sumber pendapatan usahaternak domba adalah jumlah ternak yang dijual dalam kurun waktu tertentu, kesempatan untuk menjual domba erat kaitannya dengan jumlah domba yang dipelihara, ada kecenderungan bahwa makin banyak jumlah pemeliharaan atau skala usaha, jumlah domba yang dijual juga makin banyak, sehingga pendapatan akan makin tinggi. Indikator keberhasilan dari usaha ternak dapat dilihat dari besarnya pendapat yang diperoleh peternak dalam mengelola usaha ternaknya. Semakin besar pendapatan yang diterima peternak maka akan semakin besar pula tingkat keberhasilan atau keuntungannya. Informasi yang terkait dengan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap pendapatan usahaternak domba yang digembalakan, baik menyangkut variabel biaya maupun nilai penjualan ternak belum banyak diungkap. Hal inilah yang menjadikan alasan utnuk melakukan penelitian dengan tema identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha ternak domba yang dipelihara dengan pola penggembalaan.

1.2 Identifikasi Masalah 1. Berapa besaran pendapatan usahaternak domba yang digembalakan, baik sistem usahaternak domba mandiri maupun sistem bagi hasil. 2. Variabel apa saja yang mempengaruhi pendapatan usahaternak domba, baik usahaternak domba mandiri maupun maupun sistem bagi hasil. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka maksud dan tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui berapa jumlah pendapatan usahaternak sistem mandiri dan sistem bagi hasil di sentra peternakan domba Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka. 2. Mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha ternak domba sistem mandiri dan sistem bagi hasil di sentra peternakan domba Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka. 1.4.1 Kegunaan Penelitian Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi peternak rakyat: untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan usahaternak domba di Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka guna untuk meningkatkan pendapatan bagi usaha ternak mereka. 2. Bagi kalangan akademis: informasi dasar dalam pembelajaran dan penelitian lainnya yang sejenis terkait dengan pendapatan usahaternak domba. 1.4 Kerangka Pemikiran Usaha peternakan merupakan suatu usaha yang didasarkan pada proses biologis dari pertumbuhan ternak. Manusia melakukan campur tangan langsung untuk mengendalikan dan menguasai pertumbuhan ternak dalam rangka 4

5 memenuhi kebutuhan manusia. Orientasi utama dalam usahaternak adalah untuk memperoleh manfaat atau benefit, baik berupa uang maupun natura. Manfaat berupa uang sebagai hasil dari budidaya domba dikenal sebagai pendapatan usaha dan kenikmatan dalam menjalankan usahaternak. Setiap usaha mengharapkan keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki peternak (Firman, 2010). Keuntungan yang rendah dapat disebabkan karena besar skala usaha yang tidak memadai atau pengoperasiannya usaha yang tidak efisien. Besar kecilnya skala usaha dapat diukur dengan jumlah ternak yang diusahakan (dalam satuan ternak), luas tanah yang digunakan, jumlah tenaga kerja tetap dan jumlah kekayaan yang diperoleh (Rodjak, 2006). Pendapatan adalah upah bersih seseorang baik dalam uang kontan ataupun natura, pendapatan juga biasa disebut income dari hasil penjualan dari produksi usahanya tersebut. Pendapatan merupakan salah satu faktor utama yang memperngaruhi keinginan seseorang atau sekelompok orang untuk berwirausaha. Dalam ilmu ekonomi pendapatan didefinisikan sebagai hasil berupa uang atau hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia. Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan dari setiap anggota rumah tangga dalam bentuk uang atau natura yang diperoleh baik sebagai gaji, upah, atau penerimaan usaha rumah tangga dan sumber lainnya. Keuntungan adalah selisih antara pendapatan dengan modal yang sudah dikeluarkan selama usaha berjalan. Pendapatan dalam sistem mandiri berbeda dengan sistem bagi hasil yang merupakan sistem di mana dilakukannya perjanjian atau ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya

6 pembagian hasil atas keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih sedangkan pendapatan sistem mandiri akan mendapatkan keuntungan tanpa adanya pembagian hasil. Besar kecilnya pendapatan suatu usaha dipengaruhi oleh banyak faktor mulai dari biaya tunai, skala usaha, tenaga kerja, pengalaman kerja. Faktor-faktor inilah yang mungkin terlihat jelas mempengaruhi pendapatan usahaternak baik itu sistem mandiri maupun bagi hasil. Dalam kaitannya dengan usahaternak, besarnya pendapatan sangat tergantung pada besarnya selisih antara penerimaan usaha dengan biaya yang dikeluarkan. Pada kondisi pengeluaran tidak berubah atau tetap besarnya pendapatan sangat ditentukan oleh komponen penerimaan, sedangkan pada kondisi penerimaan tetap, besarnya pendapatan ditentukan oleh komponen biaya. Biaya tunai adalah biaya yang dibayarkan dalam bentuk tunai untuk kepentingan pemeliharaan, biaya ini berbeda dengan biaya variabel. Contoh biaya tunai adalah pembelian obat-obatan dan atau tambahan pakan jika dibutuhkan ketika padang rumput penggembalaan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak dan ketika skala usaha ternaknya yang semakin meningkat. Skala usaha merupakan jumlah ternak yang dipelihara oleh peternak bisa milik sendiri atau sistem bagi hasil. Usahaternak sistem bagi hasil memungkinkan memiliki skala usaha yang lebih besar dibandingkan dengan sistem mandiri, dikarenakan modal yang digunakan lebih besar, sehingga jika skala usaha semakin besar maka akan berpengaruh terhadapn pendapatan. Skala usaha yang semakin besar memerlukan sumbangan tenaga kerja yang lebih banyak, karena setiap unit ternak membutuhkan pengelolaan. Sumbangan tenaga kerja keluarga

7 dalam suatu usahaternak domba akan menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap pendapatan bersih karena jumalah tenaga kerja dapat meningkatkan biaya variabel yang dikeluarkan setiap bulannya. Pengalaman bekerja adalah lamanya peternak terlibat dalam pemeliharaan domba, pada umumnya makin lama terlibat dalam pemeliharaan ternak pengtahuan dan keterampilannya akan cenderung lebih baik, sehingga berpengaruh terhadap produktivitas ternak yang dipeliharanya. Semakin lama pengalaman beternak, cenderung semakin memudahkan peternak dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan usaha ternak yang dilakukan (Heriyanto,2009). Kecamatan Jatitujuh merupakan salah sat daerah dengan populasi peternak domba yang cukup banyak, sebagian merupakan peternak mandiri yaitu peternak yang memelihara ternaknya milik sedniri, dan sebagian lainnya merupakan peternak bagi hasil, yaitu peternak yang memelihara ternaknya milik orang lain, karena jasa memelihara tersebut, peternak akan dapat bagian dari hasil penjualan ternaknya. Dugaan sementara pola pemeliharaan (peternak mandiri atau pola bagi hasil) akan berpengrauh terhadap pendapatannya, karena adanya bagian dari hasil usahaternak yang diserahkan kepada pemiliki modal. Dari paparan di atas, diidentifikasi faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap pendapatan keluarga peternak adalah biaya tunai pemeliharaan, skala usaha, pengalaman beternak serta curahan tenaga kerja serta pola usaha (mandiri atau bagi hasil). Dari penjelasan diatas maka dapat digambarkan dalam ilustrasi 1.

8 Usahaternak Produk Penerimaan Pendapatan Sistem Mandiri Sistem Bagi Hasil Biaya Tunai Skala Usaha Pengalamann kerja Sistem usaha Biaya Tunai Skala Usaha Sistem Usaha Ilustrasi 1 : Kerangka Berfikir Faktor Pendapatan Usaha Mandiri dan Bagi Hasil di Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka

9 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 4 minggu pada tanggal 10 Juli hingga 10 Agustus di sentra peternakan domba rakyat pada 4 Desa yaitu Sumber Wetan, Sumber Kulon, Pilang Sari, Babajurang di Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat.