BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan alamnya, tetapi merupakan salah satu negara yang rawan bencana karena alam negeri kita ini berdiri di atas pertemuan lempeng-lempeng tektonik. Ada 3 daerah pertemuan lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific. Akibatnya negeri ini berada di atas jalur bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, badai tropis, dan letusan gunung merapi. Negeri Indonesia merupakan negara yang kaya akan gunung berapi lebih dari 30 gunung yang menyebar di seluruh penjuru nusantara masih aktif. (Evi Rine Hartuti, 2009:67&108) Alam memiliki pengaruh dan dampak yang sangat luar biasa terhadap semua segi kehidupan manusia, terutama ketika terjadi bencana alam. Bencana alam memiliki dampak kerugian yang besar pada masyarakat, karena tidak dapat diduga kejadianya juga tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikurangi pengarunya pada masyarakat. Untuk menanggulangi kerugian besar, dilakukan kebijakan penanggulangan bencana yang tepat. Bencana yang terjadi tidak hanya membawa perubahan yang sangat besar pada masyarakatnya tetapi pada siklus perekonomian suatu negara. Dampak bencana alam bagi perekonomian dindonesia yaitu: a. Investasi berkurang b. Mendorong tingkat bunga
c. Menimbulkan kegagalan pelaksanaan pembangunan d. Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi masa yang akan datang e. Merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat (Dikutip dari http://samzlee.blogspot.com) Indonesia sebagai negara yang rawan bencana alam berdampak besar pada masyarakat karena masyarakat sangat tergantung pada alam sebagai tempat kehidupan. Hal ini bisa dilihat dari terpuruknya perekonomian masyarakat akibat bencana alam seperti Aceh, Nias, Padang, Gunung Meletus di Yogyakarta dan banjir bandang di Wasior. Hal ini bisa dilihat dari slah satu bencana yang menimpa Aceh dan Nias. Hanya dalam waktu kurang dari setengah jam setelah gempa, tsunami langsung menyusul, menghumbalang pesisir Aceh dan pulau-pulau sekitarnya hingga 6 km kearah daratan. Sebanyak 126.714 jiwa melayang dan sekitar 750.000-an orang mendadak berststus tuna karya. Sementara 139.195 rumah hancur atau rusak parah, serta 73.869 lahan kehilangan produktivitasnya, sebanyak 27.593 hektar kolam air payau dan 104.500 usaha kecil menegah raib akibat bencana. selain itu pada subsektor lingkungan hidup, sebanyak 16.775 hektar hutan pesisir dan bakau rusak atau musnah. Kerusakan dan kehilangan tak berhenti distu, 3 bulan kemudian kini bencana mengguncang kepulauan Nias. 979 jiwa melayang dan 47.055 warga kehilangan hunian. Hal ini meningkatkan derajat kerusakan yang fatal bagi kepulauan Nias dan pulau Simelue di Aceh.(BRR NAD-NIAS,2009:04). Kerusakan infrastruktur di kota-kota pesisir dan pelabuhan menyulitkan pembangunan strategis Aceh. Sebagaimana diketahui jalur yang ada di Aceh yaitu
Selat Malaka sebagai jalur pelayaran tersibuk di dunia. Akibat tsunami potensi pelabuhan belum dapat di manfaatkan. Diasari atau tidak nyata-nyata merusak pondasi perekonomian. Selain itu bencana alam mengakibatkan kesejahteraan masyarakat sangat memprihatinkan, terjadinya inflasi, komoditas pangan pada masyarakat akan menurun. (Dzikron,2006:105) Selain itu hal ini bisa juga dilihat dari salah satu gempa vulkanik dari letusan gunung berapi. Tidak hanya membawa kerugian pada harta-benda maupun korban jiwa manusia, tetapi menghancurkan lahan pertanian/perkebunan/perairan dan pencemaran udara atau air akibat abu vulkanik. Disisi lain meletusnya gunung merapi jiga membawa keberuntungan seperti ada sumber mineral, bahan galian, sumber daya air, objek wisata dan untuk beberapa tahun kedepan lahan pertanian di sekitar gunung menjadi subur.(djauhari Noor, 2006:121) Banyak gunung merapi yang tersebar di Indonesia saat ini mengadakan aktivitas dengan mengeluarkan lava, awan panas, hujan abu bahakan sudah meletus seperti yang terjadi di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Barat, Selat Sunda, Sumatera Utara dll. Salah satu gunung yang pernah bergejolak di Sumatera Utara adalah Gunung Sinabung. Minggu 28 Agustus 2010, pukul 00.08 Wib, Gunung Sinabung di Kabupaten Karo meletus. Gunung Sinabung merupakan salah satu gunung yang tertinggi dan aktif di Sumatera Utara yang memiliki ketinggian 2.640 meter diatas permukaan laut atau sekitar 25Km kearah Selatan Kota Kabanjahe. Meletusnya Gunung Sinabung mengakibatkan 13 desa yang terdiri dari Sekitar 6.000 orang warga masyarakat harus mengungsi ke kota Kabanjahe dan Brastagi. Desa yang paling dekat dengan Gunung Sinabung tersebut adalah: Desa Sigarang-garang,
Suka Meriah, Berastepu, Bakerah, Simacem, dan Sukanalu yang hanya radius 3-4 km dari kaki Gunung Sinabung. Bencana ini berdampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat Karo karena terjadi kerugian materi pada masyarakat selain itu terjadinya hujan abu mengakibatkan lahan pertanian masyarakat kini telah rusak, dan tidak bisa di panen akibat banyaknya abu vulkanik yang keluar dari bibir kawah gunung.(dikutip dari: http://www.tanahkaro.com) Desa Suka Meriah merupakan desa yang paling bahaya dan paling merasakan dampak bencana alam Gunung Sinabung yang terdiri dari 120 Kepala Keluarga, Desa ini tepat berada di bawah kaki gunung. Mayoritas penduduk Suka Meriah adalah suku Karo, sebelum Gunung Sinabung meletus mata pencaharian utama pendudukanya dari sektor pertanian, dengan modal sendiri hasil pertanian masyarakat Desa Suka Meriah sangat berperan besar dalam menopang perekonomian keluarga sehingga tidak pernah terjadi kekurangan dengan penghasilan rata-rata Rp.1.500.000/bulanya. Selain itu desa ini terkenal juga sebagai desa percontohan sejak tahun 2009 untuk sektor produksi pertanian seperti jagung, cabe, tomat, sayur mayur, kopi dan yang lainya. Pasca bencana alam Gunung Sinabung, banyak aktifitas warga yang telah terkendala dan hasil produksi pertanian yang gagal panen. Sehingga saat ini banyak masyarakat Suka Meriah yang mengalami perubahan dalam kehidupanya seperti peralihan pekerjaan mereka menjadi buruh haraian lepas (Aron dalam bahasa Karo), modal usaha yang tidak ada dan ketakutan untuk bercocok tanam, trauma dan ketakutan membuat warga Desa Suka Meriah sulit tidur di malam hari, sehingga masyarakat selalu membuat pos jaga yang dilakukan oleh laki-laki secara bergantian,
pakaian yang telah disusun kedalam karung di setiap rumah warga. Kondisi kehidupan masyarakat yang seperti ini sangat memprihatinkan, terutama dalam memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari untuk kedepanya karena Masyarakat Suka Meriah memilih tetap bertahan di desa tersebut dengan mengandalkan Raskin hasil lahan pertanian yang tersisa akibat bencana seperti buah cengkeh dan kemiri, Akan tetapi dalam kondisi seperti apapun yang terjadi, Semangat juang tentunya cukup tinggi, karena secara alami manusia harus mampu mempertahankan diri untuk hidup. Masyarakat Desa Suka Meriah akan beradaptasi kembali diperkampungan merka setelah terjadinya bencana alam, agar mampu bertahan hidup. Adaptasi yang dilakukan masyarakat bertujuan agar mereka mampu kembali menyesuaikan diri diperkampungan mereka pasca bencana alam. Dari uraian tersebut maka pentinglah kiranya mengkaji bagaimana Pola adaptasi sosial ekonomi yang dilakukan masyarakat Desa Suka Meriah pasca bencana alam Gunung Sinabung 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pola adapatsi sosial ekonomi yang dilakukan masyarakat Desa Suka Meriah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya pasca bencana alam Gunung Sinabung?
1.3 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana perubahan yang terjadi pada masyarakat dalam aspek sosial ekonomi pasca bencana alam. 2. Untuk mengetahui bagaimana pola adaptasi dibidang sosial dan ekonomi yang dilakukan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya pasca bencana alam Gunung Sinabung. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa sosiologi khususnya sosiologi lingkungan, sosilogi ekonomi. 2. Dapat memberikan kontribusi bagi perkemabnagan teori mengenai pola adaptasi masyarakat pasca bencana alam. 3. Manfaat praktis 1. Penelitian ini diharapkan dapat melatih kemampuan akademis penulis dalam membuat suatu karya ilmiah. 2. Bagi pemerintah data ini diharapkan bermanfaat dalam mebuat program pemulihan pasca bencana alam 3. Selain itu di harapkan dapat memberikan kontribusi dan sumbangsih pada masyarakat dan instansi yang terkait dengan penelitian ini.
1.5 Defenisi Konsep Berdasarkan uraian diatas dan berdasarkan topik permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini maka dapat diambil batasan dalam konseptual, yaitu sebagai berikut: 1. Pola adaptasi sosial yaitu: stategi dalam proses penyesuaian. Penyesuaian dari individu, kelompok, maupun unit sosial terhadap norma-norma, proses perubahan ataupun bagaimana individu tersebut berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. 2. Pola adaptasi ekonomi yaitu: berkaitan dengan bagaimana individu yang satu berinteraksi dan berhubungan dengan individu lainya dalam lingkungan sosialnya, dalam rangka menjalani fungsinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang ditentukan oleh tingkat pendapatannya. 3. Masyarakat menurut paul B. Horton & Hunt yaitu: merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tingggal di suatu wilayah terentu, mempunyai kebudayaan yang sama serta melakukan sebagian besar kegiatan didalam kelompok/kumpulan manusia tersebut, menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan.
4. Pasca bencana alam yaitu: suatu situasi yang telah berlalu dimana situasi tersebut fenomena alam yang mengakibatkan kehancuran dan perubahan pada masyarakat yang mengalami bencana. 5. Perubahan sosial yaitu: suatu proses pergeseran yang terjadi pada kehidupan masyarakat dalam upaya mereka untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya, baik perubahan dalam ninai,sikap, ataupun hubungan yang terjalin masyarakat.