BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga penyakit banyak muncul pada lansia. Selain itu masalah degeneratif menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi penyakit menular dan penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular pada lansia diantaranya hipertensi, stroke, diabetes militus, asam urat, dan rematik. Sedangkan penyakit menular yang dapat diderita adalah tuberkulosis, diare, pneumonia, dan hepatitis (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2013). Angka kesakitan (morbidity rates) lansia adalah proporsi lansia yang mengalami masalah kesehatan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari selama satu bulan terakhir. Angka kesakitan tergolong sebagai indikator kesehatan negatif. Semakin rendah angka kesakitan, menunjukkan derajat kesehatan penduduk yang semakin baik. Angka kesakitan penduduk lansia tahun 2012 di Indonesia sebesar 26,93% artinya bahwa dari setiap 100 orang lansia terdapat 27 orang diantaranya mengalami sakit. Bila dilihat 1
2 perkembangannya dari tahun 2005-2012, derajat kesehatan penduduk lansia mengalami peningkatan yang ditandai dengan menurunnya angka kesakitan pada lansia (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2013). Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berubahnya pola hidup masyarakat berdampak pada munculnya berbagai penyakit degeneratif yang membahayakan. Asam urat merupakan salah satu dari beberapa penyakit yang sangat membahayakan karena bukan hanya mengganggu kesehatan, tetapi juga dapat mengakibatkan cacat fisik. Penyakit ini berkaitan erat dengan ginjal karena merupakan suatu organ yang berfungsi sebagai tempat pembuangan asam urat berlebih. Ketika ginjal tidak mempunyai kemampuan/kapasitas untuk membuang asam urat berlebihan, maka hal ini menjadi salah satu penyebab terbentuknya asam urat (Ardiansyah, 2008; Asaidi, 2010). Penyakit asam urat (gout) merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam urat merupakan hasil akhir metabolisme purin. Kadar asam urat meningkat (hiperurisemia) ketika ginjal tidak mampu mengeluarkannya melalui urin, sehingga asam urat yang terakumulasi dalam jumlah besar di dalam darah
3 akan memicu pembentukan kristal yang berbentuk jarum. Kristal-kristal yang terbentuk dari monosodium asam urat monohidrat tertimbun pada sendi-sendi perifer dan jaringan sekitarnya, maka akan terjadi peradangan dan rasa nyeri. Kristal-kristal juga akan menjadi batu urat yang akan menimbulkan gangguan pada saluran kemih atas dan bawah (Damayanti, 2012). Soeryoko (2011), menyebutkan bahwa asam urat umumnya banyak diderita oleh laki-laki terutama yang berusia diatas 40 tahun karena laki-laki mempunyai kadar asam urat lebih tinggi dibandingkan wanita. Sedangkan kadar asam urat pada perempuan umumnya tetap rendah dan akan meningkat setelah menopause karena penurunan fungsi hormon estrogen yang ikut membantu pembuangan asam urat lewat urin. Tingginya kadar asam urat disebabkan oleh: (1) produksi asam urat di dalam tubuh meningkat bahkan berlebihan sedangkan pembuangannya terganggu, (2) kurangnya pembuangan asam urat, (3) produksi asam urat berlebihan, sedangkan pembuangannya terganggu, dan (4) penyebab lain seperti suku bangsa dan ras tertentu serta kegemukan.
4 Penyakit asam urat selain bisa menyebabkan kecacatan pada sendi juga pada kondisi kronis akan menyebabkan komplikasi ke ginjal, jantung, peradangan pada sendi-sendi akibat penumpukan kristal-kristal dan lain-lain (Damayanti, 2012). Pengobatan herbal sekarang ini sudah menjadi alternatif lain dari pengobatan modern. Meskipun penggunaan obatobat tradisional ini belum begitu diminati di kalangan umum, akan tetapi kebiasaan minum jamu atau ramuan obat-obat herbal masih terlihat di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya Jawa dan Madura. Penggunaan obat herbal ini sangat menguntungkan karena harganya terjangkau dan mudah didapat. Menurut Soeryoko (2011), tanaman herbal yang bisa mengatasi asam urat adalah daun salam. Dalam kehidupan sehari-hari daun salam tidak hannya dimanfaatkan sebagai bumbu masak, tetapi juga berkhasiat dalam mengatasi berbagai penyakit. Daun salam berkhasiat sebagai peluruh kencing (diuretik) dan penghilang rasa nyeri (analgetik). Sebagai diuretik, daun salam mampu memperbanyak produksi urin sehingga dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah.
5 Sebagai analgetik, daun salam mampu menghilangkan rasa sakit ketika berjalan. Kandungan kimia yang terdapat pada daun salam adalah minyak atsiri, tanin, dan flavonoida. Selain dapat dimanfaatkan untuk mengatasi asam urat, daun salam juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit stroke, kolesterol tinggi, melancarkan peredaran darah, radang lambung, diare, gatal-gatal, kencing manis dan lain-lain (Soeryoko, 2011; Damayanti, 2012). Penelitian terakhir yang dipublikasikan di The New England Journal of Medicine pada tanggal 8 Maret 2004 memuat artikel hasil karya dr. Choi dan rekannya, yang berjudul Purine-Rich Foods, Dairy and Protein Intake, and the Risk of Gout in Men. dr Choi dan rekannya melakukan penelitian tersebut selama 12 tahun terhadap 47.150 laki-laki yang berusia 40 sampai 75 tahun pada tahun 1986. Saat penelitian mulai dilakukan, didapatkan 730 kasus gout baru atau sekitar 15/1000 penduduk (1,5%). Dari data tersebut didapatkan hasil yaitu kebanyakan penderita gangguan ini umumnya adalah laki-laki (Sustrani, 2005). Penelitian di Taiwan pada tahun 2005-2008 menunjukkan peningkatan kejadian asam urat pada lansia laki-laki sebesar 19,7% dan prevalensi asam urat pada wanita
6 sebesar 2,33 %. Di Indonesia, asam urat menduduki urutan kedua setelah osteoartritis (Dalimartha, 2008). Prevalensi asam urat pada populasi di USA diperkirakan 13,6/100.000 penduduk, sedangkan di Indonesia sendiri diperkirakan 1,6-13,6/100.000 orang, prevalensi ini meningkat seiring dengan meningkatnya umur. Satu survei epidemiologik yang dilakukan di Bandungan, Jawa Tengah atas kerjasama dengan WHO- COPCORD terhadap 4.683 sampel berusia antara 15-45 tahun di dapatkan bahwa prevalensi asam urat sebesar 24,3% pada laki-laki dan 11,7% pada wanita (Diantari, 2013). Berdasarkan pada hasil studi pendahuluan dengan kader Posyandu Lansia dan para lansia yang dilakukan pada tanggal 8 Desember 2013 di RW 08 Tegalsari, Salatiga, didapat data bahwa jumlah usia lanjut laki-laki dan perempuan sebanyak 70 orang (laki-laki 38 dan perempuan 32), sedangkan lansia yang berusia 60 tahun keatas sebanyak 40 orang. Jumlah usia lanjut yang menyatakan mempunyai keluhan penyakit asam urat sebanyak 30 orang. Tanda dan gejalanya yaitu peradangan pada sendi yang terkena, terasa nyeri, dan kemerahan pada daerah yang telah terjadi asam urat, kekakuan serta pembengkakan pada sendi yang terkena, dan pembengkakan di sekitar sendi yang terkena.
7 Tegalsari merupakan daerah bagian kota Salatiga, tetapi masyarakatnya masih kurang aktif dalam hal kesadaran untuk memeriksakan kesehatan. Hal ini disebabkan karena mereka kurang sabar dalam menunggu giliran/antrian dalam memeriksakan diri mereka di Puskesmas terdekat. Dalam hal ini adalah para lansia yang berusia di atas 60 tahun. Tegalsari merupakan salah satu daerah kota Salatiga yang banyak memiliki penduduk lansia. Para lansia pada umumnya masih kerap menggunakan tanaman herbal untuk mengobati penyakit yang mereka derita. Selain karena pengobatan menggunakan tanaman herbal merupakan warisan dari nenek moyang yang secara turun menurun mereka lakukan, para lansia juga mempercayai akan manfaat dan khasiat dari pengobatan herbal tersebut. Hal ini bisa dilihat dari studi pendaluhuan yang telah dilakukan, yaitu beberapa lansia mengatakan telah menggunakan daun salam untuk menurunkan asam urat yang mereka derita. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih di Tegalsari karena daerah ini berpotensi mau mencoba pengobatan secara tradisional. Berdasarkan masalah degeneratif seperti kejadian asam urat di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang kadar asam urat pada lansia yang berusia 60 tahun
8 ke atas, dengan harapan masalah asam urat bisa dikurangi dan untuk menurunkan kesakitan. 1.2 Identifikasi Masalah Melihat latar belakang permasalahan yang ada di Tegalsari Salatiga, yaitu para lansia yang menderita asam urat dan menggunakan tanaman herbal untuk menurunkan kadar asam urat mereka. Dalam hal ini tanaman herbal yang di gunakan adalah daun salam, maka peneliti ingin mengetahui; Apakah ada pengaruh dari pemberian air rebusan daun salam dalam penurunan kadar asam urat pada lansia di Tegalsari Salatiga? 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah air rebusan daun salam berpengaruh terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di Tegalsari Salatiga? 1.4 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh air rebusan daun salam terhadap kadar asam urat pada Lansia di Rw 08, Tegalsari Salatiga.
9 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.5.1 Memberikan wawasan keilmuan peneliti yang berkaitan dengan keperawatan pada bidang kesehatan. 1.5.2 Media untuk melakukan penelitian dan menulis ilmiah 1.5.3 Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh mahasiswa keperawatan sebagai literatur tambahan untuk materi yang telah didapat dan juga sebagai bahan pertimbangan penelitian lebih lanjut tentang praktik pencegahan dan perencanaan perawatan asam urat. 1.5.4 Sebagai salah satu bentuk apresiasi penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang selama ini telah diperoleh di bangku kuliah, dan memperoleh pengalaman dibidang penelitian perawatan kesehatan masyarakat, khususnya praktik pencegahan dan perencenaan perawatan asam urat. 1.5.5 Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai penyakit asam urat, faktor yang dapat memperburuk kondisi penderita asam urat dan penangannya, sehingga dapat menjadi upaya untuk menurunkan persentase penderita asam urat di Tegalsari Salatiga.
10 1.5.6 Memberikan informasi mengenai efek dari tanaman herbal terhadap gangguan kesehatan 1.5.7 Media untuk melakukan pendidikan kesehatan tentang asam urat kepada masyarakat