BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tataniaga Pertanian Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar. Pemasaran adalah kegiatan mengalirkan barang dari produsen ke konsumen akhir yang disertai penambahan guna bentuk melalui proses pengolahan, guna tempat melalui proses pengangkutan dan guna waktu melalui proses penyimpanan. Proses pemasaran di bidang pertanian lebih dikenal dengan istilah tataniaga pertanian. Tataniaga pertanian menjadi disiplin kajian tersendiri karena tataniaga pertanian lebih spesifik menangani pemasaran produk pertanian yang memiliki karakteristik yang sangat khas dan berbeda dengan produk non pertanian sehingga memerlukan penanganan yang khusus. Pemasaran dikembangkan sebagai pokok kajian keilmuan dengan menitikberatkan disiplin ilmu bisnis, sedangkan tataniaga pertanian dikembangkan dengan lebih menitikberatkan aspek kebijakan dan intervensi pemerintah. Fenomena lapang menunjukkan bahwa pemasaran produk non pertanian memiliki sifat yang berdeda dengan produk pertanian. Komoditas non pertanian memiliki sifat distributif sedangkan komoditas pertanian bersifat konsentrasi-distributif. Pada Gambar 1 terlihat perbedaan pemasaran produk non pertanian dengan produk pertanian. (a) (b)
Gambar 1. Pemasaran Produk Non Pertanian (a) dan Produk Pertanian (b) (Sudiyono, 2004) Berdasarkan Gambar 1 (a) diketahui bahwa pada pemasaran produk non pertanian lokasi produsen terkonsentrasi dan barang yang dihasilkan dapat direncanakan secara cermat, mengenai jumlah, mutu dan waktu pembuatan barang. Produsen produk non pertanian pada umumnya menghasilkan barang dalam jumlah besar, sehingga produsen dapat mendistribusikannya. Sifat distributif diindikasikan dengan penurunan volume yang ditransaksikan dari produsen sampai ke konsumen. Dari Gambar 1 (b) terlihat bahwa Produk pertanian dihasilkan secara terpisah dan umumnya berupa bahan mentah yang masih memerlukan pengolahan lebih lanjut serta dalam jumlah yang relatif sedikit sehingga untuk menutup biaya-biaya yang diperlukan lembaga pemasaran dalam melakukan fungsi-fungsi pemasaran diperlukan volume perdagangan yang cukup besar. Pemasaran produk pertanian dari proses konsentrasi yaitu pengumpulan produkproduk pertanian dari petani dan diakhiri dengan distribusi yaitu penjualan produk agar sampai kepada konsumen. Menurut Kotler (dalam Soekartawi, 2003), ada lima faktor penyebab pentingnya pemasaran: 1. Jumlah produk yang dijual menurun. 2. Pertumbuhan penampilan perusahaan menurun. 3. Terjadi perubahan yang diinginkan konsumen. 4. Kompetisi yang semakin tajam. 5. Terlalu besarnya pengeluaran untuk penjualan. Selain kelima faktor tersebut, penyebab pentingnya proses pemasaran khususnya produk pertanian dikarenakan sifat-sifat produk pertanian, yaitu musiman, harus segar (freshable), mudah rusak, jumlah banyak tapi nilainya sedikit (bulky) serta lokal dan spesifik (tidak dapat
diproduksi di semua tempat). Sifat-sifat inilah yang menyebabkan fluktuasi yang tajam pada produk pertanian. Saat harga berfluktuasi maka yang paling sering dirugikan adalah petani. Menurut Daniel (2004), penyebab pemasaran yang tidak baik diantaranya produsen terisolasi, tidak ada pasar, rantai pemasaran terlalu panjang dan hanya ada satu pembeli. Kondisi inilah yang menyebabkan efisiensi pertanian sangat rendah. Selain itu, tidak berjalannya fungsi pemasaran seperti pembelian, sorting, grading, penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan sesuai yang diharapkan, juga menjadi penyebab melemahnya efisiensi pemasaran (Soekartawi, 2002). Tataniaga dikatakan efisien jika (Daniel, 2004): 1. Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya yang serendah-rendahnya. 2. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan pemasaran produk tersebut. Proses pemasaran produk pertanian membutuhkan pelaku-pelaku ekonomi, baik yang terlibat langsung, maupun tidak langsung. Menurut Sudiyono (2004), lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa atau komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan usaha dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga pemasaran timbul karena adanya keinginan konsumen untuk mendapatkan produk tepat waktu, tepat tempat, tepat bentuk dan sesuai keinginan. Menurut Soekartawi (2002), peranan lembaga pemasaran sangat tergantung dari sistem pasar yang berlaku dan karakteristik aliran barang yang dipasarkan. Oleh karena itu dikenal istilah saluran pemasaran atau marketing channel. Menurut Kotler (1998), saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses
untuk menjadikan suatu produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Fungsi saluran pemasaran sangat penting khususnya dalam melihat tingkat harga di masing-masing lembaga pemasaran (Soekartawi, 2002). Tugas lembaga pemasaran adalah menjalankan fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Lembaga pemasaran sangat beragam tergantung jenis produk yang dipasarkan. Beberapa contoh lembaga pemasaran adalah sebagai berikut: produsen, tengkulak, pedagang pengumpul, pedagang besar, agen penjualan, pengecer, broker, eksportir serta importir. Pola-pola pemasaran yang terbentuk selama pergerakan arus komoditi pertanian dari petani produsen ke konsumen akhir disebut sistem pemasaran (Sudiyono, 2004). Secara umum, pola saluran tataniaga pertanian dapat dilihat pada Gambar 2. Produsen Konsumen Produsen Pengecer Konsumen Produsen Pengepul Pengecer Konsumen Gambar 2. Rantai Tataniaga Hasil Pertanian (Daniel, 2004) B. Margin Tataniaga Ada dua pengertian margin tataniaga. Pertama, margin tataniaga adalah perbedaan harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima petani. Kedua, margin tataniaga adalah imbalan yang diberikan konsumen kepada lembaga tataniaga. Komponen margin tataniaga terdiri dari biaya tataniaga atau biaya fungsional (functional cost) yaitu biaya-biaya
yang diperlukan lembaga-lembaga tataniaga untuk melakukan fungsi-fungsi tataniaga dan keuntungan (profit) lembaga tataniaga. Apabila dalam pemasaran suatu produk pertanian terdapat lembaga pemasaran yang melakukan m fungsi-fungsi pemasaran maka margin pemasaran secara matematis dapat ditulis (Sudiyono, 2004), sebagai berikut: M = C π M C ij = margin pemasaran = biaya pemasaran untuk melaksanakan fungsi pemasaran ke-i oleh lembaga pemasaran ke-j j m n = keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran ke-j = jumlah jenis biaya pemasaran = jumlah lembaga pemasaran Selain itu, margin tataniaga juga dapat diketahui dengan menghitung selisih harga antara yang dibayar konsumen dengan yang diterima petani, yaitu dihitung dengan rumus: M = Pr Pf M Pr Pf = margin pemasaran = harga di tingkat konsumen = harga di tingkat petani Bagian biaya untuk melaksanakan fungsi pemasaran ke-i oleh lembaga pemasaran ke-j adalah: SB ij = [C ij / (Pr-Pf)] [100%] C ij = H jj H bj π
Sedangkan keuntungan lembaga pemasaran ke-j: SK j = [π / (Pr-Pf)] [100%] π = H jj H bj C ij SB ij = bagian biaya untuk melaksanakan fungsi pemasaran ke-i oleh lembaga pemasaran ke-j C ij = biaya untuk melaksanakan fungsi pemasaran ke-i oleh lembaga pemasaran ke-j Pr Pf H jj H bj π = harga di tingkat pengecer/konsumen = harga di tingkat petani/produsen = harga jual lembaga pemasaran ke-j = harga beli lembaga pemasaran ke-j = keuntungan lembaga pemasaran ke-j SK j = bagian keuntungan lembaga pemasaran ke-j Besarnya persentase yang diterima petani (farmer share) dari harga tingkat konsumen dihitung menggunakan rumus: Sp = P 100% P Sp Pf Pr = farmer share = harga di tingkat petani = harga di tingkat konsumen Menurut Soekartawi (2002), besarnya biaya pemasaran berbeda-beda tergantung faktor: macam komoditi pertanian, lokasi pengusahaan, macam dan peranan lembaga
pemasaran dan efektifitas pemasaran. Semakin pendek rantai tataniaga, maka biaya tataniaga semakin rendah, margin tataniaga juga semakin rendah dan harga yang harus dibayar konsumen juga rendah serta harga yang diterima produsen tinggi.