BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Susu Kerbau Susu kerbau (dadih) adalah susu yang dihasilkan dari kerbau domestikasi (Bubalus bubalis). Susu kerbau berbeda dengan susu ruminansia lainnya karena mengandung asam lemak dan protein yang lebih tinggi. Dilihat dari nilai yang dikandungnya, dadih mempunyai arti penting bagi kesehatan. Sughita (1998) melaporkan bahwa dadih mempunyai khasiat sebagai obat tradisional bagi penyakit exim-kulit, sakit kepala dan untuk meningkatkan nafsu makan Selanjutnya kandungan nutrisi dadih telah dilakukan analisa sebagaimana dilaporkan Sirait dan Setiyanto (1995) bahwa dadih yang baik biasanya bewarna putih dengan konsistensi seperti susu asam (yoghurt) serta mampunyai bau yang khas. Dalam sistematika (taksonomi) hewan, ternak kerbau diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Mammalia : Artiodactyla : Bovidae : Bubalus : Bubalus bubalis

2 Dalam Daftar Analisis Bahan Makanan menurut Nio (1992), komposisi zat gizi dalam susu kerbau (g/100g) adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Kandungan Zat Gizi Susu Kerbau (g/100g) Kandungan Jumlah Protein 6,3 mg Lemak 12 mg Karbohidrat 7,1 mg Vitamin A 24 SI Thiamin 0,04mg Ca 216 mg Fe 0,2 mg Kalori 162 Berdasarkan tabel di atas maka manfaat zat-zat gizi yang tekandung dalam susu adalah sebagai berikut : 1. Protein Protein merupakan bagian dari semua sel-sel hidup. Protein mempunyai beberapa fungsi yaitu membentuk jaringan baru selama pertumbuhan dan perkembangan tubuh, memelihara jaringan tubuh, menyediakan asam amino yang diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan dan metabolism serta antibody yang diperlukan, mengatur keseimbangan air, mempertahankan kenetralan (asam-basa) tubuh (Khomsan, 2004). 2. Karbohidrat Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energy, bahan pembentuk berbagai senyawa tubuh, bahan pembentuk asam amino esensial, metabolism normal lemak, menghemat protein, meningkatkan pertumbuhan bakteri usus, mempertahankan gerak usus (terutama serat), meningkatkan konsumsi protein, mineral dan vitamin B (Khomsan, 2004).

3 3. Lemak Sebagaimana halnya dengan karbohidrat, fungsi lemak sangat penting yaitu menyediakan energy untuk membantu memenuhi kebutuan tubuh. Menurut bobotnya, energi yang diperoleh dari lemak dua kali lebih banyak daripada karbohidrat atau protein. Lemak adalah pembawa vitamin A, D, E, dan K yang larut dalam lemak (Suhardjo, 1996). 4. Kalsium Kalsium diperlukan untuk membantu mengentalkan darah, penyerapan vitamin B12 dan mengirimkan isyarat-isyarat ke seluruh tubuh. Kalsium juga memegang perananan dalam membantu otot berkontraksi dan relaksasi. Hal ini dapat menjaga keteraturan kerja jantung dan paru-paru (Suhardjo, 1996) Tataniaga Secara umum pemasaran dianggap sebagai proses aliran barang yang terjadi dalam pasar. Dalam pemasaran ini barang mengalir dari produsen kepada konsumen akhir yang disertai penambahan guna bentuk melalui proses pengolahan, guna tempat melalui proses pengangkutan dan guna waktu melalui proses penyimpanan. Peranan agribisbis dalam suatu negara agraris seperti Indonesia adalah besar sekali.hal ini disebabkan oleh karena cakupan aspek agribisnis adalah meliputi kaitan mulai dari proses produksi, pengolahan sampai pemasaran termasuk didalamnya (Soekartawi,1999). Pemasaran sebagai kegiatan produksi mampu meningkatkan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu. Dalam menciptakan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu ini memerlukan biaya pemasaran. Pemasaran produk agraris, cenderung merupakan proses yang kompleks, sehingga saluran distribusi lebih panjang dan

4 mencakup lebih banyak perantara. Ada beberapa ciri produksi pertanian yang mempengaruhi hasil-hasil pertanian: pertama, produksi dilalukan secara kecilkecilan. Kedua, produksi terpencar. Ketiga, produksi musiman, menyebabkan kesulitan dalam tataniaganya, dimana harus ada fasilitas-fasilitas penyimpanan yang sudah pasti menyebabkan bertambahnya biaya tataniaga. Biaya pemasaran ini diperlukan untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran dari produsen kepada konsumen akhir. Pengukuran kinerja pemasaran ini memerlukan ukuran efisiensi pemasaran (Soekartawi,2002). Sistem pemasaran yang kurang efisien ini akan mengakibatkan biaya pemasaran yang relatif besar. Dengan demikian akan mengakibatkan harga jual produk hasil pertanian menjadi tinggi. Tingginya biaya pemasaran ini akan dibebankan kepada produsen dengan menekan tingkat harga dan menaikkan harga dikonsumen, sehingga produsen dan konsumen akan dirugikan (Ginting,2006). Dalam tataniaga hasil-hasil pertanian umumnya ada tiga tahap proses penyampaian komoditas atau barang mulai dari produsen sampai kepada konsumen. Tahap-tahap tersebut adalah 1) Proses konsentrasi dimana pedagang perantara mengumpulkan barang-barang dari produsen dan pedagang besar mengumpulkan barang-barang dari pedagang pengumpul ; 2) Proses equalisasi dimana pedagang besar menahan barangnya untuk sementara sebelum dijual kepasar ; 3) Proses diversi yaitu proses penjualan barang dari pedagang besar sampai kepada konsumen (Ginting,2006).

5 Dalam rantai tataniaga posisi petani tergolong lemah karna penawarannya sedikit, kebanyakan produknya merupakan produk massa yang homogen, produknya sering kurang tahan lama, pengangkutannya sering sukar, petani sering kurang sekali dalam mendapatkan informasi tentang harga,dan pengaruh kebutuhan kredit terhadap posisi tataniaga, dalam hal ini kebutuhan petani akan uang tunai merupakan faktor yang penting dalam kebijaksanaan tataniaga petani (Kartasapoetra, 1992). Sejalan dengan batasan tataniaga yang menghubungkan sektor produksi dengan sektor konsumen, maka diantara produsen dengan konsumen ada jarak yang ditempuh oleh komuditi sebelum sampai ke konsumen. Di sepanjang perjalanan komoditi tersebut terdapat pihak-pihak sebagai perantara yang terdiri dari pedagang dan yang lainnya. Jumlahnya tidak selalu sama, ada yang dua saja, ada yang tiga bahkan lebih. Mereka ini biasanya disebut sebagai lembaga tataniaga. Lembaga tataniaga merupakan pihak-pihak yang secara langsung menangani perjalanan suatu komoditi. Lembaga tataniaga dalam penyempurnaan dan perbaikan tataniaga ditujukan terutama pada kelancaran tataniaga, seperti dapat mengadakan tempat, jumlah barang, keadaan barang, dan sebagainya yang diminta konsumen dalam keadaan sempurna (Gultom,1996). Biaya tataniaga terjadi sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan fungsi-fungsi tataniaga. Biaya tataniaga menjadi bagian tambahan harga pada barang-barang yang harus ditanggung oleh konsumen. Komponen biaya tataniaga petani terdiri dari semua jenis pengeluaran yang dikorbankan oleh setiap perantara dan lembaga tataniaga yang berperan secara langsung dan tidak langsung dalam proses

6 perpindahan barang dan keuntungan yang diambil oleh perantara atas jasa modalnya (Gultom,1996) Lembaga pemasaran adalah badan atau usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komuditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga pemasaran ini timbul karena adanya keinginan konsumen untuk memperoleh komuditi yang sesuai dengan waktu, tempat dan bentuk keinginan konsumen. Tugas lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Konsumen memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran ini berupa margin pemasaran (Sudiyono,2004). 2.2 Landasan Teori Ditinjau dari sudut ekonomi, pemasaran merupakan kegiatan yang bersifat produktif karena dapat menambah nilai guna dari suatu barang yaitu kegunaan tempat, waktu, bentuk dan pemikiran.dengan demikian pemasarandapat mempertinggi nilai guna dari suatu komoditi yang diinginkan konsumen. Tata niaga adalah suatu kegiatan uasaha yang menggerakkan arus barang dan jasa dari pihak produsen ke pihak konsumen.pemasaran adalah suatu proses sosial dengan mana individu dan kelompoknya mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan individu dan kelompok lainnya (Kotler, 1992 ).

7 Lembaga tataniaga yang berperan dalam proses penyampaian barang barang dan jasa dari sektor produsen ke sektor konsumen akan melakukan fungsi fungsi tataniaga yang berbeda beda tiap tataniaga. Ada beberapa pendapat tentang apa saja yang termasuk fungsi tataniaga, menurut Richard L. Khols memberikan sembilan fungsi tataniaga yang terdiri dari fungsi pertukaran (penjualan dan pembelian), fungsi fisik (penyimpanan, transportasi, pengolahan), fungsi pendukung standarisasi dan grading, penanggung resiko, informasi pasar, dan permodalan (Soekartawi, 2002). Tata niaga adalah produktif, dimana kegiatan produktif selalu berkaitan dengan efisiensi ekonomi.dalam rangka perbaikan tata niaga, tujuan yang ingin dicapai adalah keuntungan yang maksimum dan tingkat efisiensi yang tinggi. Penurunan ongkos tata niaga tidak selalu berarti peningkatan efisiensi tata niaga, oleh karena itu tinggi rendahnya ongkos tata niaga tidak selalu mempengaruhi efisiensi tata niaga, namun dalam banyak hal kasus penurunan ongkos tata niaga suatu komoditi serta menaikkan kuaalitas komoditi ( Nasution, 1993 ). Dalam kegiatan tataniaga, besarnya pendapatan atau keuntungan yang dapat diperoleh dari usahatani selain dipengaruhi oleh faktor teknik budidaya, juga sangat ditentukan oleh cara pemasaran. Pemasaran dikatakan berhasil jika dapat memperoleh harga jual yang tinggi. Untuk mendapatkan harga jual yang tinggi, diperlukan adanya suatu penyusunan strategi pemasaran dengan memperhatikan lembaga pemasaran yang berperan di dalamnya dan standar harga dasar untuk menentukan harga jual (Lamb,dkk 2001).

8 Proses pemasaran meliputi pemahaman misi organisasi dan peran pemasaran dalam memenuhi isi tersebut, menyusun sasaran pemasaran, analisis lingkungan, pengembangan strategi pemasaran melalui pemilihan strategi target pasar, pengembangan dan implementasi bauran pemasaran, implementasi strategi, mendesain pengukuran kinerja dan evaluasi upaya pemasaran serta membuat perubahan jika diperlukan. Bauran pemasaran mengkombinasikan strategi produk, distribusi (tempat), promosi, dan harga dalam upaya menciptakan suatu pertukaran untuk mencapai sasaran individu dan organisasi (Lamb,dkk 2001). Badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya.lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungsi fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin.konsumen memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran ini berupa margin pemasaran. Lembaga pemasaran ini dapat digolongkan menurut penguasaannya terhadap komoditi yang dipasarkan dan bentuk usahanya (Soekartawi,1993). Pemasaran terdiri dari berbagai macam saluran pemasaran (Marketing Channel) dimana setiap saluran pemasaran melibatkan berbagai lembaga pemasaran seperti pedagang pengumpul, pedagang perantara (distributor, agen komisi, pedagang antar daerah, eksportir, importir) dan pedagang eceran. Banyaknya jumlah pedagang saluran pemasaran ini berpengaruh kepada biaya pemasaran dan efisiensi pemasaran (Lamb,dkk 2001).

9 Penanganan hasil ini bertujuan untuk mempertahankan mutu buah mulai ketika di panen sampai kepada konsumen dalam keadaan segar. Penanganan hasil ini, pada umumnya dilakukan dalam satu hari yang sama pada saat panen atau maksimal dua hari sampai di retailer untuk menjaga kualitas buah. Untuk memperlancar pengembangan kegiatan usaha perkebunan rambutan ini maka prasarana distribusi hasil panen, memegang peranan penting yaitu berupa lembaga pemasaran hasilhasil perikanan.biaya tataniaga terbentuk / terjadi sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan fungsi fungsi tataniaga.biaya tataniaga ini menjadi bagian tambahan harga pada barang barang yang harus ditanggung oleh konsumen. Oleh sebab itu biaya tataniaga yang tinggi akan membawa efek kepada harga beli konsumen. Disamping itu, biaya tataniaga yang tinggi juga akan membuat sistem tataniaga kurang / tidak efisien. ( Gultom, 1996 ) Fungsi pengangkutan begitu penting karena negara kita merupakan negara kepulauan. Itulah sebabnya mengapa pemasaran hasil peternakan berbeda untuk tiap propinsi dinegara kita.bahkan fungsi ini dominan pada suatu sistem pemasaran yang masih tradisional. Namun, apapun fungsi ini memang berhubungan erat dengan biaya transportasi dan ketahan hasil peternakan. Sistem pemasaran dianggap efisien bila memenuhi syaratyaitu: 1. Mampu menyampaikan hasil produsen ( petani ) kepada konsumen dengan biaya semurah murahnya. 2. Mampu mengadakan pembangian yang adil daripada keseluruhan harga yang di bayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta didalam kegiatan produksi dan tataniaga barang itu.

10 Marketing margin memberikan ukuran secara terpisah menurut komponen biaya dari efesiensi penyelenggaraan fungsi-fungsi tata niaga. Pada umumnya suatu sistem tata niaga. Pada umumnya suatu sistem tata niaga untuk sebagian sistem tata niaga untuk sebagian produk pertanian dapat dikatakan sudah efisien bila persentase margin (share margin) petani diatas 50% (Gultom, 1996) Margin pemasaran adalah selisih harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen. Margin ini akan diterima oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran tersebut. makin panjang pemasaran (semakin banyak lembaga tata niaga yang terlibat) maka semakin besar margin pemsarannya (Daniel, 2002). Margin pemasaran adalah perbedaaan antar harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani. Margin pemasaran terdiri dari biaya-biaya untuk melakukam fungsi-fungsi pemasaran yang berbeda sehingga share margin yang diperoleh pada masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat akan berbeda pula (Sudiyono, 2004) Menurut Soekartawi (2002) efisiensi pemasaran diukur dengan menggunakan biaya pemasaran dibagi dengan nilai produk yang dipasarkan. Pasar yang tidak efisien akan terjadi jika biaya pemasaran semakin besar. Sedangkan tingkat efisiensi pemasaran akan berbeda pula jika : a. Apabila harga pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi b. Persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalutinggi.

11 c. Adanya kompetisi pasar yang sehat Menurut Kotler dalam Daniel (2002) ada lima faktor yang menyebabkan mengapa pemasaran atau tata niaga itu penting. a. Jumlah produk yang dijual menurun b. Pertumbuhan perusahaan juga menurun c.terjadi perubahan yang diinginkan konsumen d. Kompetisi yang semakin tajam e. Terlalu besarnya pengeluaran untuk penjualan Menurut Hadikoesworo (1986) Beberapa masalah pemasaran atau tata niaga komoditi pertanian yang banyak ditemukan di negara-negara sedang berkembangan pada umumnya dan Indonesia pada khususnya, anatar lain sebagai berikut: a. Tidak tersedianya komoditi pertanian dalam jumlah kontiniu b. Harga komoditi yang sering berfluktuasi secara tajam yang bukan saja berpengaruh terhadap kestabilan pendapatan produsen dan tingkat konsumsi masyarakat, tetapi juga akan memperbesar resiko pemsaran c. Tidak efisiensinya para pelaku pasar dalam melakukan kegiatan pemasaran d. Tidak memadai fasilitas misalnya sistem transfortasi, gudang, tempat komoditi pertanian dipasaran dan lain-lain e. Lokasi produsen dan konsumen yang terpencar juga merupakan masalah karena menyulitkan dalam penyampaian barang dari produsen kepada konsumen f. Kurang lengkapnya informasi pasar g. Kurangnya pengetahuan terhadap pemasaran h.kurangnya modal

12 i. Tidak memadai peraturan peraturan yang ada. Menurut Gultom (1996) upaya-upaya perbaikan dalam sistem tataniaga dilakukan oleh semua pihak yang terkait. Upaya-upaya itu antara lain: 1. Produsen harus dapat memenuhi dengan baik saluran tata niaga yang ditempuh, juga tentang informnasi pasar pada saat produsen mempunyai hasil untuk dijual. Produsen juga harus dapat merencanakan produksi dengan pedoman kemungkinan pasaran hansilnya. 2. Lembaga tata niaga dapat melakukan integarasi sehingga biaya total tata niaga barang dapat dikurangi dan keuntungan lembaga tata niaga yang meakukan integrasi yang lebih besar. 3. Konsumen, dalam hal ini melakukan usaha perbaikan dengan jalan pendidikan terhadap konsumen. 4. Pemerintah, hal-hal yang dapat dilakukan yakni pengadaan pengawasan seperti mengeluarkan peturan-peraturan, perbaikan fasilitas tata niaga, dan perbaikan alat-alat komunikasi. Menurut Mubyarto (1985), yang di maksud adil dalam hal ini adalah pemberian balas jasa fungsi-fungsi tataniaga sesuai dengan masing-masing. Panjangnya saluran tataniaga membuat terdapatnya perbedaan antara margin tataniaga, share margin, dan price spread. Dimana margin tataniaga adalah selisih anatar harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima produsen. Margin ini akan diterima oleh lembaga tataniaga yang terlibat dalam proses tataniaga.

13 Daniel (2002), menyatakan bahwa makin panjang tataniaga maka makin besar margin tataniaga. Secara teoritis, dapat dikatan maka semakin pendek rantai tataniaga hasil pertanian, maka : 1.Biaya tataniaga semakin rendah 2.Margin tataniaga semakin rendah 3.Harga yang harus dibayarkan konsumen semakin rendah 4.Harga yang diterima produsen semakin tinggi Soerkartawi (2002), menyatakan bahwa share margin (Sm) adalah persentase price spread terhadap harga beli konsumen. Sm = x 100% Menurut Mubyarto (1994), sistem taaniaga dianggap efisien apabila memenuhi dua syarat : 1.Mampu menyampaikan hasil hasil petani produsen ke konsumen. 2.Mampu mengadakan dengan biaya semurah muarahnya. Pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang di bayar konsumen terakhir kepada konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta didalam kegiatan produksi dan tataniaga barang itu. Menurut Sihombing (2010), penentuan efisiensi dapat juga dilihat dengan memperbandingkan antara besarnya keuntungan (profit) petani produsen dan seluruh middleman yang terlibat dengan seluruh ongkos tata niaga yang dikeluarkan oleh middleman dan biaya produksi serta ongkos pemasaran yang dikeluarkan oleh petani produsen. Metode ini didekati dengan model :

14 Keterangan: E = Efisiensi Ji = Keuntungan lembaga tata niaga Jp = Keuntungan Produsen Ot = Ongkos tata niaga Op = Ongkos produksi dan pemasaran yang dikeluarkan oleh petani produsen Dimana jika: E>1 = maka pasar tersebut dikatakan efisien E<1 = maka pasar tersebut dikatakan tidak efisien. Efisiensi tidak terjadi jika biaya pemasaran semakin besar dan nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Efisiensi tataniaga akan terjadi jika biaya pemasaran dapan ditekan sehingga keuntungan tata niaga dapat lebih tinggi, persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi, tersedianya fasilitas fisikpemasaran dan adanya kompetisi pasar yang sehat (Soekartawi,2002). 2.3 Penelitian Terdahulu Hirorimus Limbong (2013) meneliti tentang Analisis Saluran Tataniaga Sawi Di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi saluran tataniaga di daerah penelitian, Untuk menganalisis besarnya biaya tataniaga, price spread dan share margin setiap saluran tataniaga sawi di daerah penelitian dan Untuk menganalisis tingkat efisiensi tataniaga sawi

15 di daerah penelitian. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan: 1. Pada tingkatan petani, price spread untuk biaya tataniaga adalah sebesar Rp. 52,- dengan share marginnya sebesar 0,94%. Pada tingkatan pedagang pengumpul, price spread untuk biaya tataniaga adalah sebesar Rp. 225,- dengan share marginnya sebesar 4,09%. Sedangkan untuk pedagang pengecer, price spread untuk biaya tataniaga adalah sebesar Rp. 212,- dengan share marginnya sebesar 3,85%. 2. Biaya tata niaga, sebaran harga (price spread) dan persentasi margin (share margin) pedagang yang menyalurkan sayuran sawi, pedagang pengumpul memperoleh keuntungan yang paling besar di banding lembaga tata niaga yag lain yang terlibat dalam saluran pemasaran. Saluran tata niaga sayuran sawi yang ada di daerah penelitian efesien. Meina Safitri Siregar (2016) meneliti tentang Analisis Tataniaga Rambutan di Kota Binjai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis rantai tata niaga rambutan, mengetahui volume rambutan yang dipasarkan masing-masing di daerah penelitian, mengetahui fungsi-fungsi tata niaga apa saja yang dilakukan oleh setiap lembaga tata niaga dalam proses tata niaga rambutan didaerah penelitian. Penelitian menggunakan metode Stratified Random Sampling. Analisis dilakukan dengan analisis deskriptif, analisis tabulasi sederhana dengan menghitung marketing margin (margin pemasaran), price spread (sebaran harga),share margin, share profit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Didaerah penelitian terdapat satu saluran pemasaran rambutan yaitu saluran I adalah saluran pemasaran yang melalui pedagang pengumpul sebesar 69,05 %. Rambutan hasil produksi petani seluruhnya dikonsumsi secara langsung; 2) Setiap lembaga pemasaran memerankan paling sedikit enam fungsi pemasaran pada

16 pedagang besar dan paling banyak sembilan fungsi pemasaran pada pedagang pengumpul; 3)Persentase penerimaan lembaga-lembaga pemasaran dan biaya pemasaran dari harga beli konsumen untuksaluranpemasaran adalahmargin petani adalah 50,85%, margin pedagang 41,29%, biaya tataniaga 7, Kerangka Pemikiran Tataniaga merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pembangunan pertanian, karena dalam tata niaga akan terjadi perpindahan barang atau komoditi dari produsen kepada konsumen, dimana konsumen akan membayarkan sejumlah harga atau uang sebagai balas jasa atas barang yang telah diperolehnya. Aliran barang atau komoditi ini terjadi karena adanya lembaga tata niaga atau saluran tata niaga yang akan melakukan fungsi tata niaga. Dalam mekanisasi tata niaga atau pemasaran ini melibatkan beberapa pihak yang meliputi produsen, agen, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, konsumen. Dalam hal ini produsen adalah peternak kerbau dan konsumen adalah masyarakat yang mengkonsumsi susu kerbau. Tiap lembaga tata niaga melakukan fungsi-fungsi tata niaga. Fungsi-fungsi tata niaga yang dilakukan antara lain fungsi pertukaran yaitu fungsi penjualan dan pembelian, fungsi fisis yaitu penyimpanan dan pengangkutan, fungsi pelancar yaitu standarisasi, pembiayaan, penanggung resiko dan informasi pasar. Setiap pedagang (middleman) melakukan fungsi-fungsi tata niaga tersebut maka akan dikeluarkan biaya yang disebut dengan biaya pemasaran. Disamping itu pedagang juga memperoleh balas jasa yang disebut dengan keuntungan.

17 Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan kegiatan fungsi- fungsi tata niaga.biaya tersebut berbeda-beda pada masingmasing lembbaga tata niaga. Maka biaya tersebut berbeda-beda pada masingmasing lembaga tata niaga. Atas jasa lembaga tata niaga dalam pemasaran beras organik ini, maka lembaga tata niaga mengambil keuntungan (profit). Harga jual susu kerbau berbeda-beda untuk setiap masing-masing lembaga tata niaga berbeda-beda. Dari harga penjualan dapat diketahui margin tata niaga yang merupakan selisih antara harga eceran dan harga tingkat produsen. Kemudian dapat diketahui sebaran harga (price spread) dengan mengelompokkan harga beli, harga jual, biaya pemasaran dan keuntungan yang diperoleh lembaga tata niaga. Dari sebaran harga (price spread) dapat dihitung persentase margin (share margin) yaitu harga barang diterima oleh setiap lembaga tata niaga terhadap harga beli konsumen dalam bentuk persen (%). Biaya tata niaga akan menetukan harga yang diterima oleh setiap lembaga. Biaya tata niaga diukur dengan sebaran harga (price spread) dan persentase margin (share margin ). Besarnya biaya tata niaga dibandingkan dengan nilai produk yang dipasarkan akan menunjukkan tingkat efesiensi tata niaga susu kerbau. Semakin panjang rantai tata niaga, biaya yang dikeluarkan jugaakan semakin lebih besar, mak sistem tata niaga akan semakin tidak efisien. Sebaliknya rantai tata niaga yang semakin pendek, tidak membutuhkan biaya tata niaga yang besar, dalam keadaan seperti ini sistem tata niaga akan lebih efisien Dalam tataniaga susu kerbau, tentunya ada pelaku tataniaga yang terlibat, yaitu mulai dari produsen, pedagang sampai diterima oleh konsumen. Hasil produksi dari peternak disalurkan kepada konsumen melalui lembaga tataniaga seperti

18 pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Tiap lembaga tataniaga akan melakukan fungsi tataniaga yang berbeda satu sama lain yang dicirikan oleh aktivitas yang dilakukan. Dengan adanya pelaksanaan fungsi tataniaga, maka akan terbentuk biaya tataniaga. Besarnya biaya tataniaga menentukan tingkat harga yang diterima peternak dan lembaga tataniaga. Atas jasa lembaga-lembaga tataniaga maka tiap lembaga akan mengambil keuntungan (profit). Dari biaya tataniaga dan harga jual akan didapatkan margin keuntungan yang merupakan pengukuran untuk efisiensi tataniaga. Berarti semakin banyak lembaga tataniaga yang berperan dalam tataniaga sawi, maka sistem tataniaga sawi semakin tidak efisien. Berikut skema kerangka pemikiran tataniaga susu kerbau di daerah penelitian :

19 Produsen Susu Kerbau Pedagang Perantara Konsumen Fungsi-fungsi Tataniaga Profit Harga Beli Konsumen Efisiensi Price Spread Share Margin Gambar 2.4 Skema Kerangka Pemikiran Keterangan : = Menyatakan Hubungan = Menyatakan Pengaruh

20 2.5 Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah: 1. Tataniaga susu kerbau di daerah penelitian efisien.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Kepiting adalah binatang crustacea. Hewan yang dikelompokkan ke dalam Filum Athropoda, Sub Filum Crustacea, Kelas Malacostraca, Ordo Decapoda, Suborder Pleocyemata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Sawi adalah sayuran terpenting dalam spesies ini. Tanaman ini dikenal sebagai petsai (bahasa Mandarin, yang berarti sayuran putih), dan di AS dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tataniaga Pertanian Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar. Pemasaran adalah kegiatan mengalirkan barang dari produsen ke konsumen akhir

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Pasar dan Pemasaran Pasar secara sederhana dapat diartikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk bertukar barang-barang mereka. Pasar merupakan suatu yang sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tanaman kakao merupakan salah satu tanaman perkebunan yang sangat cocok ditanam didaerah tropis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada. Penelitian tentang tata niaga gabah/ beras ini berusaha menggambarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada. Penelitian tentang tata niaga gabah/ beras ini berusaha menggambarkan 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang mendasari penelitian ini. Pembahasan ini menjadi panduan dalam memahami dan memecahkan permasalahan yang ada. Penelitian tentang

Lebih terperinci

ANALISIS SALURAN TATANIAGA SAWI DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN

ANALISIS SALURAN TATANIAGA SAWI DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN 1 ANALISIS SALURAN TATANIAGA SAWI DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN Hirorimus Limbong *), Iskandarini **) dan Sinar Indra Kesuma **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Di Indonesia, dikenal cukup banyak ragam varietas belimbing. Diantaranya varietas Sembiring, Siwalan, Dewi, Demak kapur, Demak kunir,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman bawang merah diyakini berasal dari daerah Asia Tengah, yakni sekitar Bangladesh, India, dan Pakistan. Bawang merah dapat

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA RAMBUTAN DI KOTA BINJAI (Studi Kasus: Kelurahan Pahlawan, Kabupaten Langkat)

ANALISIS TATANIAGA RAMBUTAN DI KOTA BINJAI (Studi Kasus: Kelurahan Pahlawan, Kabupaten Langkat) ANALISIS TATANIAGA RAMBUTAN DI KOTA BINJAI (Studi Kasus: Kelurahan Pahlawan, Kabupaten Langkat) Meina Safiri Siregar*), Salmiah**), Iskandarini***) *)Alumni Fakultas Pertanian USU **)dan ***)Staf Pengajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Bunga krisan dengan nama latin Chrysanthemum sp berasal dari dataran Cina. Bunga potong ini cukup populer dan menduduki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat Indonesia adalah bawang merah ( Allium ascalonicum ). Banyaknya manfaat yang dapat diambil dari

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006) tataniaga dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis reinw. Salak

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis reinw. Salak II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis reinw. Salak merupakan tanaman asli Indonesia. Salak termasuk famili Palmae,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006), istilah tataniaga dan pemasaran merupakan terjemahan dari marketing, selanjutnya tataniaga

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjuan Pustaka 1. Tanaman Melinjo Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae), dengan tanda-tanda : bijinya tidak terbungkus daging tetapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan A. Sapi Bali BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali merupakan salah satu jenis sapi asal Indonesia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan banteng (Bibos) yang telah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting, karena selain

BAB I PENDAHULUAN. tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting, karena selain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting, karena selain bertujuan menyediakan pangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah TINJAUAN PUSTAKA Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Konsep Tataniaga Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut sejarah persebarannya Belimbing termasuk satu jenis buah tropis

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut sejarah persebarannya Belimbing termasuk satu jenis buah tropis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Belimbing dan Morfologi Tumbuhan Menurut sejarah persebarannya Belimbing termasuk satu jenis buah tropis yang sudah lama dikenal dan ditanam di Indonesia. Berdasarkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis Secara umum sistem pemasaran komoditas pertanian termasuk hortikultura masih menjadi bagian yang lemah dari aliran komoditas. Masih lemahnya pemasaran komoditas

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pola Distribusi Pemasaran Cabai Distribusi adalah penyampaian aliran barang dari produsen ke konsumen atau semua usaha yang mencakup kegiatan arus barang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor TINJAUAN PUSTAKA Saluran dan Lembaga Tataniaga Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor konsumsi barang-barang dan jasa dikonsumsi oleh para konsumen. Jarak antara kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional. Sektor ini berperan sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pupuk Bersubsidi Pupuk bersubsidi ialah pupuk yang pengadaanya dan penyalurannya mendapat subsidi dari pemerintah untuk kebtuhan petani yang dilaksanakan atas dasar program

Lebih terperinci

margin pemasaran dapat dihitung dengan rumus matematis sebagai berikut:

margin pemasaran dapat dihitung dengan rumus matematis sebagai berikut: Pemasaran komoditas pertanian dari proses konsentrasi yaitu pengumpulan produk-produk pertanian dari petani ke tengkulak, pedagang pengumpul dan pedagang besar serta diakhiri proses distribusi yaitu penjualan

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA SUSU KERBAU JURNAL

ANALISIS TATANIAGA SUSU KERBAU JURNAL ANALISIS TATANIAGA SUSU KERBAU (Studi kasus: Desa Nagasaribu IV, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan) JURNAL STEPHANY SABRINA SITOMPUL 120304114 AGRIBISNIS / PKP PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

Lebih terperinci

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L)

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L) Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L) Benidzar M. Andrie 105009041 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi BenizarMA@yahoo.co.id Tedi Hartoyo, Ir., MSc.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Hal ini didasarkan pada kesadaran bahwa negara Indonesia adalah negara agraris yang harus melibatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis Kelayakan Usahatani

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis Kelayakan Usahatani 6 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Kelayakan Usahatani II. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Soeharjo dkk (1973) dalam Assary (2001) Suatu usahatani dikatakan layak atau berhasil apabila usahatani tersebut dapat menutupi

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini didasari oleh teori-teori mengenai konsep sistem tataniaga; konsep fungsi tataniaga; konsep saluran dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Kacang Kedelai Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antar negara

Lebih terperinci

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN TATANIAGA PERTANIAN Tataniaga Pertanian atau Pemasaran Produk-Produk Pertanian (Marketing of Agricultural), pengertiannya berbeda

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis Kubis juga disebut kol dibeberapa daerah. Kubis merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan pada sektor agribisnis yang dapat memberikan sumbangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan. Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka.

TINJAUAN PUSTAKA. di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan. Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka. TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Kota Medan Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subur di wilayah dataran rendah timur

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kerangka Teoritis 2.1.1. Pemasaran Pemasaran menarik perhatian yang sangat besar baik oleh perusahaan, lembaga maupun suatu negara. Terjadi pergeseran kebutuhan sifat dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Produk Hasil Perikanan Tangkap Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dibudidayakan dengan alat atau cara apapun. Produk hasil perikanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA. berupa konsentrat dan hijauan menjadi susu yang sangat bermanfaat bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA. berupa konsentrat dan hijauan menjadi susu yang sangat bermanfaat bagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Sapi perah merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibandingkan ternak perah lainnya.

Lebih terperinci

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP ,

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP , ANALISIS TATANIAGA SAYURAN KUBIS EKSPOR DI DESA SARIBUDOLOK KECAMATAN SILIMAKUTA KABUPATEN SIMALUNGUN Roma Kasihta Sinaga 1), Yusak Maryunianta 2), M. Jufri 3) 1) Alumni Program Studi Agribisnis FP USU,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura adalah segala hal yang berkaitan dengan buah, sayuran, bahan obat nabati, dan florikultura termasuk di dalamnya jamur, lumut, dan tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris, dengan jumlah penduduk sebagian besar bermata pencaharian di bidang pertanian, sedangkan kegiatan pertanian itu sendiri meliputi pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tren produksi buah-buahan semakin meningkat setiap tahunnya, hal ini disebabkan terjadinya kenaikan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Perkembangan tersebut tampak pada

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani Soeharjo dan Patong (1973), mengemukakan definisi dari pendapatan adalah keuntungan yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013 TATANIAGA DAGING SAPI DI KABUPATEN PURWOREJO. Mariyono, Dyah Panuntun Utami dan Zulfanita ABSTRAK

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013 TATANIAGA DAGING SAPI DI KABUPATEN PURWOREJO. Mariyono, Dyah Panuntun Utami dan Zulfanita ABSTRAK TATANIAGA DAGING SAPI DI KABUPATEN PURWOREJO Mariyono, Dyah Panuntun Utami dan Zulfanita Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.2 Lembaga dan Saluran Pemasaran

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.2 Lembaga dan Saluran Pemasaran 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Pemasaran merupakan semua kegiatan yang mengarahkan aliran barangbarang dari produsen kepada konsumen termasuk kegiatan operasi dan transaksi yang terlibat dalam pergerakan,

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

KERANGKA PENDEKATAN TEORI II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Komoditi melinjo Melinjo (Gnetum gnemon, L.) merupakan salah satu tanaman yang dapat hidup sampai mencapai umur di atas 100 tahun dan masih tetap menghasilkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Berdasarkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ANALISIS TATANIAGA AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ANALISIS TATANIAGA AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Fauzul Azhimah *), Ir.Iskandarini,MM,Ph.D **) dan Dr.Ir.Rahmanta Ginting,MS **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional. Hal ini terlihat dari peranan sektor perkebunan kopi terhadap penyediaan lapangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tomat (Lycopersicum Esculentum L. Mill.) Di Desa Bangun Rejo Kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA. Tomat (Lycopersicum Esculentum L. Mill.) Di Desa Bangun Rejo Kecamatan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian dilakukan oleh Sabang (2008), tentang Sistem Pemasaran Tomat (Lycopersicum Esculentum L. Mill.) Di Desa Bangun Rejo Kecamatan Tenggarong Seberang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya penduduk dan tenaga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris,

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris, sehingga pemerintah memprioritaskan pembangunan bidang ekonomi yang menitikberatkan pada sektor pertanian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan, kehutanan dan tanaman pangan. Dari sektor peternakan ada beberapa bagian lagi dan salah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK 56 TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA Agus Trias Budi, Pujiharto, dan Watemin Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini 33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Pengertian sensus dalam penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan PENDAHULUAN Latar Belakang Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran segar adalah bahan pangan yang banyak mengandung vitamin dan mineral yang penting untuk tubuh (Ayu, 2002). Di samping sebagai sumber gizi, vitamin dan mineral,

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ayam buras merupakan keturunan ayam hutan (Gallus - gallus) yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ayam buras merupakan keturunan ayam hutan (Gallus - gallus) yang 9 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Buras Ayam buras merupakan keturunan ayam hutan (Gallus - gallus) yang berasal dari Asia Tenggara yang sebagian telah di domestikasi (Kingston, 1979). Penyebaran ayam hutan

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pemasaran Mubyarto (1977), mengemukakan bahwa di Indonesia istilah tataniaga disamakan dengan pemasaran atau distribusi, yaitu semacam kegiatan ekonomi yang membawa atau menyampaikan

Lebih terperinci

Analisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju)

Analisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju) Analisis Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju) Analysis of Green Mustard Marketing in Balun Ijuk Village, Merawang, Bangka (A case Study of Farmer

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Saluran Distribusi Pada perekonomian sekarang ini, sebagian besar produsen tidak langsung menjual barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi dalam upaya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi dalam upaya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian khususnya tanaman hortikultura selama ini mempunyai peluang yang besar, tidak hanya sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang saat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar

TINJAUAN PUSTAKA. Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Kambing Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar Nasional Indonesia nomor 01-3141-1998 didefinisikan sebagai cairan yang berasal dari ambing ternak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Ternak Sapi Potong Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Penggolongan sapi kedalam suatu bangsa (breed) sapi, didasarkan atas sekumpulan persamaan karakteristik tertentu yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini menggunakan teori sistem pemasaran dengan mengkaji saluran pemasaran, fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, marjin pemasaran,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman semusim yang tergolong rumput-rumputan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman semusim yang tergolong rumput-rumputan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Padi (Oriza sativa) 2.1.1. Sejarah Tanaman Padi (Oriza sativa) Padi merupakan tanaman semusim yang tergolong rumput-rumputan (Gramineae), termasuk genus Oriza L yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data rata-rata parameter uji hasil penelitian, yaitu laju pertumbuhan spesifik (LPS), efisiensi pemberian pakan (EP), jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi protein

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Pada perekonomian saat ini, hubungan produsen dan konsumen dalam melakukan proses tataniaga jarang sekali berinteraksi secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar paling utama bagi manusia adalah kebutuhan pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan merupakan salah satu sumber protein hewani yang

I. PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan merupakan salah satu sumber protein hewani yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan merupakan salah satu sumber protein hewani yang didalamnya terkandung nilai gizi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit {Elaeis guinensis Jack.) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika

Lebih terperinci

Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia dengan luas tanaman. ton setara kopra). Namun, hal ini tidak lantas menjadikan Indonesia sebagai

Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia dengan luas tanaman. ton setara kopra). Namun, hal ini tidak lantas menjadikan Indonesia sebagai 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia dengan luas tanaman kelapa sekitar 3,85 juta ha dan produksi sekitar 16,498 miliar butir kelapa (3,3 juta ton

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Teori Pemasaran Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar adalah himpunan semua pelanggan potensial yang sama-sama mempunyai kebutuhan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah memberikan amanat bahwa prioritas pembangunan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010).

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor tanaman pangan merupakan penghasil bahan makanan pokok bagi penduduk Indonesia salah satunya adalah komoditi kedelai.kedelai merupakan tanaman pangan yang penting

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU MARKETING ANALYSIS OF WHITE OYSTER MUSHROOM (Pleurotus ostreatus) IN PEKANBARU CITY Wan Azmiliana 1), Ermi Tety 2), Yusmini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas daratan dan lautan yang sangat luas sehingga sebagian besar mata pencaharian penduduk berada di sektor pertanian. Sektor

Lebih terperinci

PERBEDAAN SISTEM TATA NIAGA BERAS ORGANIK DENGAN BERAS ANORGANIK

PERBEDAAN SISTEM TATA NIAGA BERAS ORGANIK DENGAN BERAS ANORGANIK PERBEDAAN SISTEM TATA NIAGA BERAS ORGANIK DENGAN BERAS ANORGANIK (Studi Kasus Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai) Eva Amalia *), Kelin Tarigan **) dan Thomson Sebayang ***)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada pertumbuhan tanaman, hewan, dan ikan. Pertanian juga berarti kegiatan pemanfaatan sumber daya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Tambah Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BAWANG MERAH DI KECAMATAN GERUNG KABUPATEN LOMBOK BARAT

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BAWANG MERAH DI KECAMATAN GERUNG KABUPATEN LOMBOK BARAT ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BAWANG MERAH DI KECAMATAN GERUNG BUPATEN LOMBOK BARAT 1) TRIANA LIDONA APRILANI, 2) AZRUL FAHMI Fakultas Pertanian Universitas Islam AlAzhar email : 1) lidona 2) lanoy3_kim98@yahoo.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Peranan strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele (Clarias sp.) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersil oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Rasa dagingnya

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

Analisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta

Analisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta Analisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta Oleh : Tri Rahayu Setyowati H0305040 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci