PENGEMBANGAN MODUL PENGAYAAN KEANEKARAGAMAN PAKU WANAGAMA UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMA DI GUNUNGKIDUL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. meningkatkan kemandirian belajar siswa Kelas X SMA di Gunungkidul.

PENYUSUNAN MODUL PENGAYAAN KEANEKARAGAMAN JENIS MAKROALGA DI PANTAI DRINI SEBAGAI BAHAN AJAR KEANEKARAGAMAN HAYATI SISWA KELAS X SMA

PENDAHULUAN. : Dwi Astuti, Suratsih, M.Si FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

PENYUSUNAN MODUL PENGAYAAN PENYAKIT PADA SISTEM PERNAFASAN MANUSIA UNTUK SISWA SMA N 1 GAMPING KELAS XI

PENYUSUNAN MODUL PENGAYAAN KEANEKARAGAMAN JENIS ECHINODERMATA PANTAI DRINI GUNUNGKIDUL BAGI SISWA KELAS X SMA

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS WEBMATERI PROTOZOA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR SISWA KELAS X SMA DI NEGERI 1 SEWON

PENYUSUNAN MODUL KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG SEBAGAI ALTERNATIF PENGAYAAN DI SMA KELAS X

PENYUSUNAN MEDIA BELAJAR MANDIRI BERBASIS BLOG SUBMATERI SISTEM SARAF MANUSIA UNTUK SISWA SMA

PENGEMBANGAN MODUL PENGAYAAN GENETIKA BERBASIS FENOMENA KRETINISME DI DESA SIGEDANG, KEJAJAR, WONOSOBO UNTUK KELAS XII IPA

Kata kunci : hasil belajar kognitif, modul sistem reproduksi manusia, sikap spiritual

Rizza Untsa Nuzulia 1, Pendidikan Biologi, FMIPA, UNY Dr. Slamet Suyanto, M.Ed. 2, Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes.

PENGEMBANGAN MODUL PENGAYAAN KEANEKARAGAMAN MOLLUSCA SEBAGAI BAHAN AJAR BAGI SISWA KELAS X SMA

PENGEMBANGAN MODUL PENGAYAAN KEANEKARAGAMAN PISANG UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SISTEM INDERA BERBASIS ANDROID UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA

PENGEMBANGAN MODUL KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU GUNUNG ANDONG SEBAGAI MODUL BAHAN AJAR KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP DI SMP/MTs

PENGEMBANGAN MODUL PENGAYAAN ARCHAEBACTERIA DAN EUBACTERIA KELAS X BERDASARKAN PENELITIAN BAKTERI PENGHASIL ENZIM KITINASE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian R&D (Research and

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang dilakukan

PENGEMBANGAN ELECTRONIC MODULE OF CHEMISTRY MATERI IKATAN KIMIA KELAS X SMA/MA

PENGEMBANGAN BUKU PENGAYAAN KIMIA ASAM BASA UNTUK PESERTA DIDIK SMA/MA KELAS XI BERDASARKAN KURIKULUM 2013

PENGEMBANGAN LKPD BERBASIS OUTDOOR ACTIVITY

EKSPLORASI KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU DI KAWASAN HUTAN GIRIMANIK KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) IPA MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP KELAS VII JURNAL

ARTIKEL ILMIAH OLEH: FITRIA DWITA A1C411031

PENGEMBANGAN MODUL PENGAYAAN MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI UNTUK SISWA SMA KELAS X DI GUNUNGKIDUL

PENGEMBANGAN MODUL SIFAT LARUTAN BERMUATAN NILAI KETUHANAN DAN KECINTAAN LINGKUNGAN DI SMP

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA GUIDED DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) BERBASIS WEBSITE MENGGUNAKAN NOTEPAD++ PADA MATERI PROTOZOA UNTUK KELAS X SMA

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN KELAS XI SMA.

PENYUSUNAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) SEBAGAI PANDUAN BELAJAR UNTUK MATERI SISTEM REGULASI PADA SUBMATERI SISTEM INDRA DI SMA

PENGEMBANGAN MOBILE LEARNING BAGI PEMBELAJARAN

PENYUSUNAN MODUL PENGAYAAN KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR Subordo Microchiroptera DI GUNUNGKIDUL BAGI SISWA SMA

PENYUSUNAN KAMUS ANIMALIA BERBASIS ANDROID SEBAGAI MEDIA BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X SEMESTER II SMA/MA

Jurnal Pendidikan Biologi Vol 5 No 7 Tahun 2016

BAB III METODE PENELITIAN. berupa perangkat pembelajaran atau produk-produk yang terkait dengan kegiatan

Oleh: Fitra Mega Kurniawan, Progam Pendidikan Teknik Elektronika, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS ANDROID PADA MATERI PLANTAE UNTUK SISWA SMA MENGGUNAKAN ECLIPSE GALILEO

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI LINGKARAN UNTUK SISWA SMP KELAS VIII JURNAL

SKRIPSI. Oleh. Nensi Nur Astari NIM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Suatu hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber

BAB III METODE PENELITIAN. atau penelitian R&D (Research & Development) dengan model ADDIE

PENGEMBANGAN CHEMISTRY ELECTRONIC MODULE MATERI LARUTAN ASAM BASA KELAS XI SMA/MA

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS REALISTIK PADA MATERI BARISAN DAN DERET DI KELAS X SMA TAMANSISWA PADANG

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MOBILE LEARNING BERBASIS ANDROID DALAM PEMBELAJARAN ATLETIK UNTUK SISWA SMP KELAS VII

PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN DALAM PENYUSUNAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS INKUIRI MATERI KULTUR JARINGAN

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN MEDIA MODUL PADA MATA DIKLAT GAMBAR TEKNIK DI SMK MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS UNTUK SMA MATERI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Research and Development (R & D). Menurut Sugiyono (2011: 333),

Oleh. Sri Thirteen Julian *), Rahmi **), Anna Cesaria **)

PENGEMBANGAN MODUL EKOSISTEM BERORIENTASI KEWIRAUSAHAAN UNTUK SMA/MA

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR SISTEM GERAK MANUSIA BERBASIS PETA KONSEP DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS XI SMA DI KABUPATEN JEMBER

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS KONSTRUKTIVISME UNTUK MATERI BILANGAN BULAT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII SMPN 2 RAO UTARA KECAMATAN RAO UTARA

PENYUSUNAN MODUL PEMBELAJARAN JARINGAN TUMBUHAN BERBASIS HAKIKAT SAINS. Evi Mardiani, Siti Romlah Noerhodijah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PROSES PENYUSUNAN MODUL, KUALITAS MODUL DAN

PENGEMBANGAN HANDOUT BERGAMBAR DISERTAI PETA KONSEP PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI UNTUK SISWA SMA KELAS X

Pengembangan Kegiatan MINI-LAB pada Topik Ekologi dan Lingkungan Untuk Siswa Kelas X SMA

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

Pengembangan Alat Praktikum Gelombang Stasioner untuk Melatihkan Keterampilan Proses Siswa SMA Kelas XI

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI BERBASIS INKUIRI PADA MATERI INTERAKSI ANTAR MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA

PENGEMBANGAN VIDEO TUTORIAL UNTUK PEMBELAJARAN GAMBAR MANUFAKTUR SMK KELAS XI

DEVELOPMENT OF ONLINE-LEARNING PLAN BASED ON LEARNING MANAGEMENT SYSTEM ON MATERIAL MOMENTUM AND IMPULSE CLASS XI SENIOR HIGH SCHOOL

BAB III METODE PENELITIAN. dihasilkan berupa software pembelajaran matematika melalui media Macromedia Flash

PENGEMBANGAN PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA BERBASIS PENDEKATAN KOMBINASI CHEMOEDUTAINMENT

Oleh ABSTRACT. Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMAN 2 Padang, diperoleh informasi bahwa peserta didik dalam belajar

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS MASALAH PADA MATERI SEGI EMPAT KELAS VII MTs PONDOK PESANTREN DR M NATSIR ALAHAN PANJANG Oleh

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 5, No.2, pp , May 2016

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PENDAMPING IPA UNTUK SMP KELAS VII SEMESTER 2 BERDASARKAN KURIKULUM 2013 NASKAH PUBLIKASI

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA MATERI SUHU, KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR UNTUK SISWA SMA KELAS X

IDENTIFIKASI RAGAM INTERAKSI KELAS PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MATERI SISTEM KOORDINASI DI SMA N 1 KOTA MUNGKID MAGELANG

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak ternilai harganya. Dalam Dokumen Biodiversity Action Plan for

2 Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, Universitas Pasir Pengaraian

PENILAIAN BERBASIS KELAS UNTUK PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI SMP

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS PAKU TANAH DI KAWASAN GUNUNG TIDAR KOTA MAGELANG

PENGEMBANGAN E-MODUL BERBANTUAN MEDIA CAI PADA MATA PELAJARAN FOTOGRAFI KELAS X DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DI SMK NEGERI 1 SUKASADA

STUDENT WORKSHEET DEVELOPMENT IN DIGESTION SYSTEM CONTENT FOR GRADE VIII JUNIOR HIGH SCHOOL WITH SCIENTIFIC APPROACH

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS DISCOVERY PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI UNTUK KELAS X DI SMA/MA JURNAL MELA NENGSRI NIM.

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIII, No.2, Tahun 2015 Fidya Rizka Anggraeni & Sumarsih 14-22

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI TRANSFORMASI GEOMETRI UNTUK SMA KELAS XI

Kata Kunci: mobile learning berbasis android, hasil belajar ranah kognitif, minat belajar

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BIOLOGI BERORIENTASI PENGEMBANGAN KECERDASAN MAJEMUK SISWA PADA KONSEP SEL KELAS XI SMA

Hasil Uji Validitas Buku Siswa Berbasis Inkuiri pada Pembelajaran IPA untuk Siswa Kelas VIII SMP

PENGEMBANGAN HANDOUT BERGAMBAR DISERTAI PETA KONSEP PADA MATERI KINGDOM ANIMALIA UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) Oleh:

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan

Reta Yuliani Fajrin 40, Jekti Prihatin 41, Pujiastuti 42

PENGEMBANGAN MODUL BIOLOGI BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI POKOK EKOSISTEM KELAS X SMA NEGERI 1 TAMBUSAI

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS LKPD SEL DI SMA NEGERI KOTA BEKASI

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF SISTEM KONVERSI BILANGAN DAN GERBANG LOGIKA PADA MATA PELAJARAN ELEKTRONIKA DASAR KELAS X

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KOLEKSI AWETAN CANGKANG GASTROPODA UNTUK KELAS X SMA

UNESA Journal of Chemical Education Vol.6, No.3 pp , September 2017

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK MATA PELAJARAN TEKNIK ANIMASI 2D KELAS XI MM DI SMKN 1 BANTUL

ARTIKEL JURNAL. Oleh Lia Endah Kusnawati NIM

Oleh : Ika Dewi Fitria Maharani, Bambang S.H.M, M.Kom Pendidikan Matematika, FMIPA, UNY

PENGEMBANGAN MIND-MAP-BOOK IKATAN KIMIA UNTUK MEMBANGUN KONSEP AWAL MELALUI BELAJAR MANDIRI SISWA SMA/MA

SAMPAH. , Winarsih 2 ) dan Martini 3) Abstrak. Abstract. and the positive UAN PENDAHULU. aktif. mengajar. yang. yang diperoleh

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN REAKSI REDOKS DAN ELEKTROKIMIA UNTUK PESERTA DIDIK SMA/MA KELAS XII IPA SKRIPSI

ABSTRACT RESPON SISWA TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN OLEH GURU IPA BIOLOGI DI KECAMATAN KENDAWANGAN

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

Ardilla Elfira Safitri Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, FIS, UNY ABSTRAK

PENGEMBANGAN BUKU TEKS DAILY CHEMS BERBASIS KONTEKSTUAL UNTUK SMK/MAK KESEHATAN KELAS XI SEMESTER GENAP

Transkripsi:

Pengembangan Modul Pengayaan (Hasanah Fajar Sayekti) 323 PENGEMBANGAN MODUL PENGAYAAN KEANEKARAGAMAN PAKU WANAGAMA UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMA DI GUNUNGKIDUL DEVELOPMENT OF PTERIDOPHYTA BIODIVERSITY ENRICHMENT MODULE TO INCREASE INDEPENDENT LEARNING Oleh : Hasanah Fajar Sayekti 1, Pendidikan Biologi, FMIPA UNY (hasanahsayekti@gmail.com) Yuni Wibowo, M.Pd. 2,yuni_wibowo@uny.ac.id, Ratnawati, M.Sc. 3,ratnawati@uny.ac.id 1 mahasiswa Pendidikan Biologi UNY 2,3 dosen Pendidikan Biologi UNY Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) jenis-jenis tumbuhan paku yang ditemukan di Hutan Wanagama 2) potensi Wanagama sebagai sumber belajar, dan 3) kualitas modul pengayaan Wanagama untuk siswa SMA kelas X. Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan (R&D). Penelitian ini terbagi menjadi 3 tahap, yang pertama penelitian mengenai Wanagama Gunungkidul, tahap kedua adalah analisis potensi hasil penelitian sebagai sumber belajar dan tahap terakhir adalah pengemasan hasil penelitian dalam bentuk bahan ajar modul pengayaan. Model yang digunakan adalah ADDIE (analysis, design, development and production, implementation dan evaluation) tetapi hanya dibatasi sampai tahap development. Hasil penelitian diperoleh 11 jenis tumbuhan paku. Kualitas modul pengayaan Wanagama Gunungkidul untuk siswa SMA kelas X termasuk dalam kategori sangat baik menurut ahli materi, ahli media dan guru biologi, serta termasuk kategori baik menurut tanggapan siswa. Kata kunci: modul pengayaan, keanekaragaman tumbuhan paku, kemandirian belajar Abstract This research was aimed to know 1) the kinds of Pteridophyta that were found in Wanagama forest, 2) the potential biodiversity of Pteridophyta in Wanagama forest as the study resource, and 3) the quality of enrichment module from Pteridophyta biodiversity in Wanagama forest for the tenth grade students of senior high school. This research was kinds of development research (R&D). This research was divided into three fase. First, the research about the biodiversity of Pteridophyta in Wanagama forest Gunungkidul. The next fase was the analysis from potential of research result as the study resource. And the last fase was the packaging of research result in study material of enrichment module. The model that was used was ADDIE (analysis, design, development, and production, implementation and evaluation) but that was only limited until development fase. The result of research got 11 kinds of Pteridophyta. The quality of enrichment module from Pteridophyta biodiversity in Wanagama forest Gunungkidul for tenth grade students of senior high school included in very good category based on material expert, media expert and biology teacher. And that was included in good category based on the student s response. Keywords:enrichment module, biodiversity of Pteridophyta, independent learning PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu keharusan dan kebutuhan yang sangat penting bagi setiap individu. Pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik secara langsung maupun dengan cara tidak langsung untuk membantu anak dalam proses perkembangannya mencapai kedewasaan. Proses pembelajaran merupakan inti pendidikan yang di dalamnya melibatkan guru sebagai pengajar dan siswa yang pembelajar. Proses pembelajaran di sekolah mengacu pada

324 Jurnal Prodi Pendidikan Biologi Vol 6 No 6 Tahun 2017 suatu acuan patokan yaitu kurikulum (Ahmadi dan Uhbiyati, 2007 : 69). Kurikulum 2013 mengutamakan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Proses pembelajaran yang berpusat pada siswa akan membuat siswa lebih aktif di dalam mengikuti pembelajaran. Agar siswa aktif di dalam mengikuti pembelajaran, maka peran objek biologi sangat diperlukan. Objek belajar biologi memiliki peran yang sangat penting di dalam pembelajaran. Adanya objek belajar biologi membuat siswa menjadi aktif di dalam mengikuti pembelajaran. Objek belajar biologi secara tidak langsung dapat menggunakan media. Media belajar biologi bisa berupa torso, foto, gambar, video, dll. Objek belajar biologi secara langsung dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar (Kemendikbud, 2013). Sumber belajar biologi adalah segala sesuatu, baik benda maupun gejalanya, yang dapat digunakan untuk memperoleh pengalaman dalam rangka pemecahan permasalahan biologi tertentu. Sumber belajar memungkinkan dan memudahkan terjadinya proses belajar. Sumber belajar biologi dalam proses pembelajaran biologi dapat diperoleh di sekolah atau di luar sekolah (Suhardi,2010: 2). Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar biologi bagi siswa. Banyak keuntungan yang akan diperoleh siswa jika menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, antara lain: siswa mendapatkan informasi berdasarkan pengalaman langsung, pelajaran menjadi lebih konkrit, penerapan ilmu dalam kehidupan sehari-hari menjadi lebih mudah sesuai dengan permasalahan yang dihadapi siswa, dan mengembangkan keterampilan proses sains sehingga akan tertanam sikap ilmiah (Rustaman, 1996 : 21). Salah satu potensi daerah berupa lingkungan alam yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar adalah Hutan Wanagama. Hutan Wanagama sebagai sumber belajar akan memberikan kesempatan belajar di luar kelas yang mempunyai dimensi ruang lebih terbuka dan dapat memotivasi serta membawa konsekuensi pada pengenalan secara cermat kondisi lingkungan itu sendiri. Secara riil di dalam kegiatan pembelajaran, hal ini sulit dilakukan karena memerlukan waktu yang lama, padahal waktu pembelajaran di kelas hanya terbatas dan memerlukan biaya yang relatif tinggi. Langkah yang efektif dalam mengatasi hal tersebut adalah dengan mengemas objek pembelajaran yang ada di Hutan Wanagama dalam bentuk modul. modul merupakan salah satu bahan ajar yang menyediakan hampir semua yang dibutuhkan oleh siswa karena memuat tujuan pembelajaran, panduan penggunaan, uraian materi, intisari, evaluasi, dan umpan balik serta tindak lanjut (Suryosubroto, 2002: 160). Modul melatih siswa untuk belajar secara individual. Belajar dengan modul siswa juga dapat mengontrol kemampuan dan intensitas belajarnya, sehingga dapat digunakan sebagai alternatif dalam mengatasi keterbatasan waktu pembelajaran. Modul pengayaan merupakan bahan ajar yang tepat dalam membantu meningkatkan kemandirian

Pengembangan Modul Pengayaan (Hasanah Fajar Sayekti) 325 belajar siswa. Modul dapat membuat siswa keterbacaan modul dilaksanakan pada bulan lebih mandiri walaupun tidak didampingi oleh guru maupun tutor karena pada modul terdapat instruksi- instruksi yang jelas sehingga siswa dapat memahaminya dengan mudah. Materi yang dikemas dalam modul pengayaan berdasar pada penelitian di Hutan Wanagama adalah keanekaragaman hayati (Sungkono, 2003:7). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) jenis tumbuhan paku yang ditemukan pada petak 5 Hutan Wanagama Gunungkidul. (2) potensi keanekaragaman tumbuhan paku di Hutan Wanagama Gunungkidul sebagai sumber belajar. (3) kualitas modul pengayaan keanekaragaman tumbuhan paku di Hutan Wanagama Gunungkidul menurut ahli materi, ahli media, guru biologi dan tanggapan siswa. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian pengembangan dengan model ADDIE untuk mengetahui kualitas modul pengayaan Wanagama untuk siswa SMA Kelas X di Gunungkidul. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian keanekaragaman tumbuhan paku dilaksanakan pada bulan Desember 2016 s.d. Januari 2017 di Petak 5 Hutan Wanagama Gunungkidul. Penyusunan modul dilaksanakan pada bulan Februari s.d. April 2017 di Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNY. Uji Mei 2017 di SMA N 1 Semin. Target/Subjek Penelitian Populasi dalam penelitian keanekaragaman tumbuhan paku adalah semua jenis tumbuhan paku yang ditemukan pada Petak 5 Hutan Wanagama Gunungkidul. Sampel penelitiannya adalah jenis-jenis tumbuhan paku yang ditemukan didekat aliran sungai pada Petak 5 Hutan Wanagama Gunungkidul. Populasi dalam penelitian uji keterbacaan modul adalah seluruh peserta didik kelas X MIPA di SMA N 1 Semin sebanyak 4 kelas. Sampelnya adalah peserta didik kelas X MIPA 2 di SMA N 1 Semin. Prosedur Prosedur penelitian yang dilakukan dimulai dengan meneliti keanekaragaman tumbuhan paku di Hutan Wanagama Gunungkidul. Melakukan identifikasi tumbuhan paku yang ditemukan. Mengemas hasil penelitian tumbuhan paku dalam bentuk bahan ajar modul pengayaan tumbuhan paku. Menyusun instrumen untuk review modul dan tanggapan siswa. Selanjutnya modul direview oleh ahli materi, ahli media, dan guru biologi. Kemudian dilakukan revisi berdasarkan masukan yang diberikan dan terakhir melakukan uji keterbacaan modul di SMA N 1 Semin. Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa persentase kualitas modul. Data hasil penelitian diperoleh dari pengisian

326 Jurnal Prodi Pendidikan Biologi Vol 6 No 6 Tahun 2017 angket tentang kualitas modul oleh ahli materi, ahli media, guru biologi dan siswa. Teknik Analisis Data Analisis data pada penelitian ini dilakukan melalui kualitas modul dianalisis menggunakan perubahan hasil penilaian dari guru dan siswa dari bentuk kualitatif menjadi kuantitatif dengan cara menghitung frekuensi kemunculan tiap penilaian dengan rumus: Penilaian yang memiliki frekuensi kemunculan paling banyak (modus) atau persentase paling besar maka akan menjadi kesimpulan kualitas modul ini. Modul dikatakan layak apabila memiliki modus dengan penilaian minimal baik. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan di Hutan Wanagama, ditemukan tumbuhan paku sebanyak 11 spesies. Berikut ini jenis dan jumlah tumbuhan paku yang ditemukan di Hutan Wanagama Gunungkidul beserta hasil perhitungan indeks keanekaragaman : Tabel 1. Jenis-Jenis Tumbuhan Paku dan Indeks Keanekaragaman No Nama spesies Ni 1 Adiantum cuneatum 18 2 Adiantum caudatum 14 3 Adiantum trapeziforme 22 4 Asplenium adiantum 18 5 Nephrolepis falcata 18 6 Nephrolepis hirsutula 22 7 Davallia denticulata 14 8 Davallia petelotii 16 9 Angiopteris evecta 14 10 Pteris vittata 17 11 Gleichenia linearis 16 Jumlah 189 S 11 N 189 Indeks Diversitas 2,56 Keterangan Tabel: Ni: Jumlah individu dalam satu spesies S : Jumlah Spesies N :Jumlah total individu dalam satu sampel (dalam semua spesies) Indeks Diversitas : indeks keanekaragaman Berdasarkan tabel 1 tumbuhan paku yang ditemukan di Hutan Wanagama ada 11 spesies. Jumlah total ada 189 individu. Semua jenis tumbuhan paku yang ditemukan di Hutan Wanagama termasuk paku terestrial. Hal ini disebabkan karena tegakan didominasi oleh pohon cendana dan pohon reside sehingga tidak ditemukan jenis paku epifit. Hasil perhitungan Indeks Keanekaragaman diperoleh hasil 2,46 yang menunjukkan bahwa keanekaragamannya tergolong sedang. Hal tersebut dikarenakan menurut kriteria Shannon-Weinner, nilai H yang lebih besar dari 1 tetapi tidak lebih besar dari 3 tergolong dalam kategori sedang. Berdasarkan indeks tersebut, maka ekosistem Hutan Wanagama cukup mendukung untuk kehidupan tumbuhan paku. Jika indeks keanekaragaman berkategori sedang berarti kondisi lingkungan di Hutan Wanagama relatif stabil. Besar kecilnya Indeks Keanekaragaman ada kaitannya dengan kondisi lingkungan. Lingkungan sebagai habitat sangat berpengaruh terhadap makhluk hidup yang tinggal di dalamnya. Kondisi lingkungan di Hutan Wanagama Gunungkidul yang diukur pada saat penelitian meliputi suhu

Pengembangan Modul Pengayaan (Hasanah Fajar Sayekti) 327 udara, ph tanah, dan kelembaban udara. penelitian sebagai sumber belajar biologi; dan Selengkapnya disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 2. Kondisi Lingkungan pada Setiap Transek di Hutan Wanagama Gunungkidul Transek Parameter Suhu udara ( 0 C) ph tanah Kelembaban udara (%) Transek 1 26 6,7 74 Transek 2 25 6,8 75 Transek 3 25 6,7 75 Transek 4 26 6,8 76 Rata-rata 25,5 6,75 75 Pada saat pengukuran diperoleh ratarata suhu udara sebesar 25,5 0 C yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman paku. Tumbuhan paku yang tumbuh di daerah tropis pada umumnya dapat tumbuh dengan baim pada suhu 21 0 C - 27 0 C. Pada pengukuran ph tanah diperoleh rata-rata 6,75 yang berarti mendekati ph netral. Hasil pengukuran kelembaban memiliki rata-rata 75%. Kelembaban adalah salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan paku. Tanpa adanya kelembaban udara yang tinggi, umumnya tumbuhan paku tumbuh tidak sehat. Kelembaban relatif yang baik bagi pertumbuhan tumbuhan paku pada umumnya berkisar 60%-80% (Hoshizaki and Moran, 2001). Hasil penelitian keanekaragaman tumbuhan paku selanjutnya dianalisis potensinya. Analisis potensi hasil penelitian perlu dilakukan apabila hasil penelitian tersebut akan diangkat sebagai sumber belajar. Tahapan-tahapan yang dilalui untuk dapat menjadi hasil penelitian sebagai sumber belajar diantaranya identifikasi proses dan produk penelitian; seleksi dan modifikasi hasil penerapan dan pengembangan hasil penelitian dalam bentuk modul pengayaan. Modul pengayaan selanjutnya direview oleh ahli Ahli Frekuensi kriteria penilaian materi aspek kebenaran konsep Benar (B) Salah (S) 1 20 4 2 22 2 f 42 6 Persentase 87,50% 12,50% (%) materi, ahli media dan guru biologi. Hasil reviewnya adalah sebagai berikut: Tabel 3. Hasil Penilaian Aspek Kebenaran Konsep oleh Dosen Ahli Materi Penilaian aspek kebenaran konsep digunakan untuk mengoreksi konsep-konsep yang disajikan di dalam modul untuk dijadikan bahan perbaikan. Hasil review aspek kebenaran konsep pada modul pengayaan Wanagama oleh ahli materi menunjukkan bahwa persentase kebenaran konsep sebesar 87,50% dikatakan benar dan 12,50% dikatakan salah. Konsep-konsep pada modul pengayaan ini sebagian besar dinilai benar oleh ahli materi, namun perlu diperbaiki pada beberapa bagian yang kurang tepat. Kesalahan konsep pada penilaian ini bukan merupakan kesalahan yang mendasar, yang artinya masih dapat Aspek penilaian (SB) Persentase penilaian (B) (K) (SK) A 57,14% 42,86% 0% 0% B 62,50% 37,50% 0% 0% C 53,57% 39,29% 7,14% 0% D 62,50% 37,50% 0% 0% E 62,50% 31,25% 6,25% 0% Rata-rata (%) 59,64% 37,68% 2,68% 0%

328 Jurnal Prodi Pendidikan Biologi Vol 6 No 6 Tahun 2017 Aspek penilaian diperbaiki berdasarkan saran dari reviewer dan (SB) Persentase penilaian (B) Tabel 4. Hasil Penilaian oleh Dosen Ahli Media Tabel 5. Hasil Penilaian oleh Guru Biologi Keterangan A : aspek kelayakan isi B : aspek kemandirian belajar C : aspek penyajian D : aspek kebahasaan E : aspek kegrafisan (K) (SK) A 64,29% 35,71% 0% 0% B 62,50% 37,50% 0% 0% C 67,86% 32,14% 0% 0% D 75,00% 25,00% 0% 0% E 56,25% 43,75% 0% 0% Rata-rata 65,18% 34,82% 0% 0% (%) tindak lanjut dari peneliti. Penilaian aspek kelayakan isi digunakan untuk mengoreksi isi yang ada di dalam modul. Kesesuaian konsep-konsep dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar, keluasan materi dan kedalaman materi. Hasil penilaian aspek kelayakan isi oleh ahli media dan guru biologi menunjukkan bahwa kriteria sangat baik memiliki frekuensi paling banyak dalam penilaian ini dengan nilai sebesar 57,14% dan 64,29%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kualitas aspek kelayakan isi pada modul pengayaan ini dikategorikan sangat baik oleh ahli media dan guru biologi. Penilaian aspek kemandirian belajar digunakan untuk mengoreksi, apakah kegiatan-kegiatan di dalam modul membuat siswa untuk belajar secara mandiri. Indikatorindikator kemandirian belajar yang digunakan pada modul ini sesuai dengan pendapat Masrun dkk (1986: 8) yaitu percaya diri, kreatif dan bertanggung jawab. Kegiatan di dalam modul yang menunjukkan kemandirian siswa adalah kegiatan observasi tumbuhan paku yang ada di lingkungan sekitar dan kegiatan pembuatan herbarium. Hasil penilaian aspek kemandirian belajar oleh ahli media dan guru biologi menunjukkan bahwa kriteria sangat baik memiliki frekuensi paling banyak dalam penilaian ini dengan nilai sebesar 62,50% dan 62,50%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kualitas aspek kemandirian belajar pada modul pengayaan ini dikategorikan sangat baik oleh ahli media dan guru biologi. Penilaian aspek penyajian digunakan untuk meninjau tampilan pada modul pengayaan seperti halnya penyajian modul, kejelasan petunjuk penggunaan, kejelasan gambar, kejelasan skema/proses, kejelasan materi,dll. Hasil penilaian aspek penyajian oleh ahli media dan guru biologi menunjukkan bahwa kriteria sangat baik memiliki frekuensi paling banyak dalam penilaian ini dengan nilai sebesar 53,57% dan 67,86%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kualitas aspek penyajian modul pengayaan ini dikategorikan sangat baik oleh ahli media dan guru biologi. Penilaian aspek kebahasaan meliputi kesesuaian dengan bahasa komunikatif, lugas, kesesuaian dengan kaidah EYD, menggunakan istilah dan simbol/lambang dan interaktif. Hasil penilaian aspek kebahasaan oleh ahli media dan guru biologi menunjukkan bahwa

Pengembangan Modul Pengayaan (Hasanah Fajar Sayekti) 329 kriteria sangat baik memiliki frekuensi paling Setelah dilakukan revisi berdasarkan masukan banyak dalam penilaian ini dengan nilai sebesar 62,50% dan 75,00%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kualitas aspek kebahasaan pada modul pengayaan ini dikategorikan sangat baik oleh ahli media dan guru biologi. Penilaian aspek kegrafisan meliputi desain sampul buku, tata letak penempatan gambar, dan ilustrasi yang digunakan dalam buku. Hasil penilaian aspek kegrafisan oleh ahli media dan guru biologi menunjukkan bahwa kriteria sangat baik memiliki frekuensi paling banyak dalam penilaian ini dengan nilai sebesar 62,50% dan 56,25%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kualitas aspek kegrafisan pada modul pengayaan ini dikategorikan sangat baik oleh ahli media dan guru biologi. Persentase kualitas modul pengayaan Wanagama Gunungkidul secara keseluruhan ditinjau dari lima aspek oleh ahli media memiliki rata-rata sebesar 59,64% dikatakan sangat baik, 37,68% dikatakan baik, 2,68% diktakan kurang dan 0% dikatakan sangat kurang. Menurut guru biologi 65,18% dikatakan sangat baik, 34,82% dikatakan baik, 0% dikatakan kurang dan 0% dikatakan sangat kurang. Persentase hasil penilaian kualitas modul pengayaan keanekearagaman tumbuhan paku di Hutan Wanagama Gunungkidul secara keseluruhan ditinjau dari kelima aspek dengan melihat persentase secara keseluruhan dikategorikan sangat baik oleh ahli media dan guru biologi. Masukan dan saran yang diberikan oleh ahli media dan guru biologi digunakan untuk bahan perbaikan modul. yang diberikan oleh ahli materi, ahli media dan guru biologi, selanjutnya dilakukan uji keterbacaan modul pada kelas X MIPA 2 di SMA Negeri 1 Semin. Tabel 6. Hasil Tanggapan Siswa Kelas X MIPA 2 SMA N 1 Semin Aspek tanggapan (SB) Keterangan: 1 : aspek kemudahan memahami isi 2 : aspek kemandirian belajar 3 : aspek kemenarikan penyajian 4 : aspek kemudahan memahami bahasa 5 : aspek kemenarikan grafis Hasil penilaian aspek kemudahan memahami isi pada modul pengayaan Wanagama Gunungkidul oleh siswa menunjukkan bahwa persentase aspek kemudahan memahami isi sebesar 25% dikatakan sangat baik, 71,67% dikatakan baik, 3,3% dikatakan kurang dan 0% dikatakan sangat kurang. Hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa kriteria baik memiliki frekuensi paling banyak. Persentase kriteria penilaian (B) (K) (SK) 1 25% 71,67% 3,3% 0% 2 4,17% 80,21% 15,63% 0% 3 12,13% 82,85% 5,0% 0% 4 13,40% 83,51% 3,1% 0% 5 30,77% 66,86% 2,4% 0% Rata-Rata (%) 17,09% 77,02% 5,87% 0% Hasil penilaian aspek kemandirian belajar pada modul pengayaan Wanagama Gunungkidul oleh siswa

330 Jurnal Prodi Pendidikan Biologi Vol 6 No 6 Tahun 2017 menunjukkan bahwa persentase aspek kemandirian belajar sebesar 4,17% dikatakan sangat baik, 80,21% dikatakan baik, 15,63% dikatakan kurang dan 0% dikatakan sangat kurang. Hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa kriteria baik memiliki frekuensi paling banyak. Hasil penilaian aspek kemenarikan penyajian pada modul pengayaan Wanagama Gunungkidul oleh siswa menunjukkan bahwa persentase aspek penyajian sebesar 12,13% dikatakan sangat baik, 82,85% dikatakan baik, 5,0% dikatakan kurang dan 0% dikatakan sangat kurang. Hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa kriteria baik memiliki frekuensi paling banyak. Hasil penilaian aspek kemudahan memahami bahasa pada modul pengayaan Wanagama Gunungkidul oleh siswa menunjukkan bahwa persentase aspek kebahasaan sebesar 13,40% dikatakan sangat baik, 83,51% dikatakan baik, 3,1% dikatakan kurang dan 0% dikatakan sangat kurang. Hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa kriteria baik memiliki frekuensi paling banyak. Hasil penilaian aspek kemenarikan grafis pada modul pengayaan keanekaragaman tumbuhan paku di Hutan Wanagama Gunungkidul oleh siswa menunjukkan bahwa persentase aspek kegrafisan sebesar 30,77% dikatakan sangat baik, 66,86% dikatakan baik, 2,4% dikatakan kurang dan 0% dikatakan sangat kurang. Hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa kriteria baik memiliki frekuensi paling banyak. Persentase kualitas modul pengayaan Wanagama Gunungkidul secara keseluruhan ditinjau dari lima aspek memiliki rata-rata sebesar 17,09% dikatakan sangat baik, 77,02% dikatakan baik, 5,87% dikatakan kurang dan 0% dikatakan sangat kurang oleh siswa. Persentase hasil penilaian kualitas modul pengayaan keanekearagaman tumbuhan paku di Hutan Wanagama Gunungkidul secara keseluruhan ditinjau dari kelima aspek dengan melihat persentase secara keseluruhan dikategorikan baik. Masukan dan saran yang diberikan oleh siswa digunakan untuk perbaikan modul. Hasil penilaian di atas menunjukkan bahwa modul pengayaan ini layak digunakan sebagai bahan ajar di sekolah. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penelitian keanekaragaman tumbuhan paku di Hutan Wanagama Gunungkidul ditemukan 11 spesies, 7 genus, 7 familia, 4 ordo dan 4 kelas. Hasil penelitian biologi mengenai keanekaragaman tumbuhan paku di Hutan Wanagama Gunungkidul berpotensi untuk diangkat sebagai sumber belajar dan dikemas dalam bentuk bahan ajar modul pengayaan. Kualitas modul pengayaan Wanagama Gunungkidul termasuk dalam kategori sangat baik menurut ahli materi, ahli media dan guru biologi, serta termasuk kategori baik menurut tanggapan siswa.

Saran Bagi peneliti lain bidang biologi dan pendidikan biologi perlu melanjutkan implementasi dan mengangkat potensi lokal dengan obyek tumbuhan paku di Hutan Wanagama Gunungkidul menjadi bentuk bahan ajar yang lain selain modul. Bagi guru dan sekolah dapat membuat modul pengayaan maupun modul pembelajaran untuk materi yang lain dan memanfaatkan potensi lokal yang ada di sekitar lingkungan sekolah untuk pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi dan Uhbiyati. 2007. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta BSNP. 2006. Permendikbud RI No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah: Jakarta. Hoshizaki, B.J. and R.C. Moran. 2001. Fern Grower s Manual. Revised and Pengembangan Modul Pengayaan (Hasanah Fajar Sayekti) 331 penelitian pengembangan modul pengayaan Wanagama Gunungkidul sampai pada tahap Expanded Edition. Portland, Or: Timber Press. Masrun. 1986. Studi Tentang Kemandirian Sebagai Kualitas Kemandirian untuk Mempersiapkan Masyarakat Masa Depan Di Ujung Pandang. Ujung Pandang: FIS. Rustaman, A. 1996. Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar IPA. Jakarta: Balitbang Dikbud. Suhardi. 2008. Diktat Pengembangan Sumber Belajar Biologi. Yogyakarta: FMIPA UNY. Sungkono,dkk. 2003. Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: FIP UNY. Suryosubroto. 2002. Mengenal Pengajaran disekolah dan Pendekatan Baru dalam Proses Belajar mengajar. Jakarta: Balai Pustaka.