1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) terbesar di dunia. Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan di Indonesia dimana kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang paling efisien dan produktivitas yang tinggi diantara beberapa tanaman sumber minyak nabati lainnya. Kelapa sawit juga dijadikan sebagai bahan pangan dimana minyak kelapa sawit kaya akan karoten, yang dapat mencegah kekurangan vitamin A. Minyak sawit memiliki kandungan seimbang lemak tak jenuh (39% lemak tak jenuh tunggal dan 10% lemak tak jenuh jamak) dan lemak jenuh (44% asam palmitat dan 5% asam streat) (Liwang 2013). Industri kelapa sawit di Indonesia semakin lama semakin berkembang. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi besar industri kelapa sawit dalam perekonomian Indonesia dimana ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/cpo) mendominasi dalam struktur penerimaan negara dari sektor nonmigas. Kelapa sawit memberikan kontribusi ekspor nonmigas pada tahun 2012 sebesar US$21.3 miliar (GAPKI 2013). Selain sebagai sumber utama minyak nabati, kelapa sawit juga memberikan kontribusi dalam peningkatan pendapatan petani dan masyarakat, penyerapan tenaga kerja, menciptakan nilai tambah di dalam negeri dan untuk ekspor sebagai penghasil devisa negara. Selain menjadi sumber devisa negara, kelapa sawit juga menjadi sumber kehidupan sebagian penduduk Indonesia. Industri kelapa sawit melibatkan 3.2 juta keluarga petani, dan menghidupi sekitar 14 juta jiwa (DMSI 2012). Perkebunan kelapa sawit di Indonesia berkembang sangat pesat. Pada tahun 2030 diperkirakan produksi kelapa sawit mencapai 60 juta ton (Sipayung 2013). Luas lahan, produksi dan produktivitas kelapa sawit Indonesia dari tahun 2008-2013 cenderung mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Luas lahan, produksi dan produktivitas TBS kelapa sawit tahun 2008-2013. Tahun Luas lahan (Juta Ha) Produksi (Juta Ton) Produktivitas (Kg/Ha) 2008 7.363 17.539 3.424 2009 7.873 19.324 3.487 2010 8.385 21.958 3.595 2011 8.992 23.096 3.526 2012* 9.074 23.521 3.571 2013** 9.149 24.431 3.689 Keterangan : *) angka sementara **) angka estimasi Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan 2012 Produktivitas TBS kelapa sawit yang menunjukkan trend meningkat setiap tahunnya menunjukkan bahwa industri kelapa sawit memiliki prospek yang cerah di masa mendatang. Prospek tersebut merupakan peluang bagi perusahaan kelapa sawit untuk memaksimalkan keuntungan sebesar-besarnya demi kemajuan
2 perusahaan. Untuk terjun kedalam trend dan menjadi pemenang diantara pesaing di industri sejenis, maka perusahaan memerlukan perencanaan strategik. Perencanaan strategik tidak terlepas dari analisa terhadap kondisi lingkungan eksternal dan internal perusahaan yang dinilai dapat menghambat dan mendukung pencapaian harapan masa depan. Salah satu isu yang berkembang yaitu mengenai pencemaran lingkungan akibat limbah industri yang dihasilkan. Isu lingkungan tersebut jika dibiarkan oleh perusahaan akan berdampak pada terhambatnya pencapaian tujuan perusahaan, sehingga pengolahan limbah kelapa sawit menjadi salah satu hal penting yang perlu menjadi prioritas perencanaan strategik perusahaan. Kegiatan pengolahan kelapa sawit menjadi CPO akan menghasilkan bahan yang tidak termanfaatkan seperti limbah padat berupa tandan kosong (TKS), fiber/sabut, cangkang sawit dan limbah cair. Diantara jenis limbah tersebut, limbah cair memiliki potensi pencemar terbesar. Dari setiap ton tandan buah segar yang diolah menghasilkan limbah cair sekitar 50% dibandingkan dengan total limbah lainnya, sedangkan tandan kosong hanya sebesar 23% saja. Limbah padat yang dihasilkan dari setiap ton tandan buah segar (TBS) mencapai 230 kg TKS, 179 kg serabut dan 72.8 kg cangkang sawit, sedangkan limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) yang dihasilkan yaitu sebesar 0.6 0.8 m³ dari setiap ton TBS yang diolah. Hal ini diperkuat oleh Lubis dan Tobing (1989) mengatakan bahwa setiap 1 ton CPO menghasilkan limbah cair sebanyak 5 ton dengan BOD 20.000-60.000 mg/l, juga Mahendra (2013), yang menyatakan bahwa setiap ton TBS kelapa sawit menghasilkan 0.6 m³ limbah cair. Berdasarkan perhitungan KIS Group dalam setiap memproduksi 1 ton CPO secara langsung menghasilkan sekitar 0.9 ton emisi karbon. Limbah cair yang dihasilkan pabrik pengolahan kelapa sawit berasal dari air drab (air hasil pemurnian minyak), air kondensat rebusan dan air hidrosiklon. Limbah kelapa sawit memiliki kadar bahan organik yang tinggi. Tingginya kadar tersebut menimbulkan beban pencemaran yang besar, karena diperlukan degradasi bahan organik yang lebih besar pula. Limbah cair tersebut merupakan sumber pencemar potensial yang dapat memberikan dampak serius bagi lingkungan bila tidak ditangani dengan baik. Oleh sebab itu, pengolahan limbah cair kelapa sawit perlu menjadi perhatian dan prioritas perusahaan. Prioritas dalam pengolahan dan pengendalian limbah cair ini juga diperkuat oleh aturan-aturan pemerintah dengan minimalisasi ambang batas limbah yang diperbolehkan dalam suatu industri. Limbah cair pada umumnya ditangani dengan cara relatif sederhana, yaitu secara biologis dengan menggunakan sistem kolam aerobik dengan memanfaatkan mikroba sebagai perombak bahan organik dan menetralkan keasaman cairan limbah dengan mengalirkan dan menyimpannya di dalam kolam penampungan. Cara ini sangat tidaklah ramah lingkungan karena limbah cair melepaskan gas metan ke udara bebas yang dapat mengakibatkan rusaknya lapisan ozon sebagai pemicu pemanasan global. Pemanasan global (global warming) telah menjadi masalah dan perhatian bersama masyarakat internasional. Pemanasan global dan salah satu dampaknya yakni perubahan iklim global (global climate change) seperti pergeseran peta iklim secara global, anomali iklim, banjir, kekeringan, badai, naiknya permukaan laut, dan lain-lain. Pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit dengan cara yang tepat dapat memberikan banyak manfaat. Menurut GAPKI (2009) setiap tahunnya Indonesia
3 menghasilkan 58 juta ton limbah cair yang sebagian dimanfaatkan sebagai pupuk dan biogas. Berdasarkan data dari PTPN V, kegiatan pengolahan limbah cair dapat menghasilkan manfaat ekonomi bagi perusahaan yaitu mengurangi biaya penggunaan bahan bakar minyak, menghemat biaya pemeliharaan, kelebihan listrik yang dihasilkan dapat di jual ke PLN, serta melengkapi syarat untuk mendapatkan sertifikat ISPO. Penerapan pengolahan limbah cair tersebut sangat ekonomis dalam menghasilkan energi listrik. Darnoko dan Hutabarat (2013) mengatakan bahwa keuntungan dari pemanfaatan limbah cair pabrik kelapa sawit berpotensi menghasilkan listrik tergantung dari kapasitas pabrik kelapa sawit tersebut. Potensi listrik dari limbah cair pabrik kelapa sawit berdasarkan kapasitas produksi terdapat pada Tabel 2. Tabel 2 Kapasitas PKS dan potensi energi listrik Kapasitas PKS Potensi Energi Listrik 30 Ton/Jam 1 MW 45 Ton/Jam 1.5 MW 60 Ton/Jam 2 MW 90 Ton/Jam 3 MW Sumber : Darnoko dan Hutabarat (2013) Kapasitas 30 ton/jam berpotensi menghasilkan listrik dari pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit sebesar 1 MW, kapasitas pabrik 45 ton/jam berpotensi menghasilkan listrik 1.5 MW, kapasitas pabrik 60 ton/jam menghasilkan 2 MW listrik dan kapasitas pabrik 90 ton/jam mengasilkan listrik 3 MW. Keuntungan lain memanfaatkan limbah cair menjadi biogas adalah rendahnya biaya perawatan, terjadinya pengurangan emisi karbon hampir mendekati nol, menjadikan minyak sawit sebagai minyak nabati yang paling ramah lingkungan, menghemat penggunaan cangkang sebagai bahan bakar pada boiler sebesar 80% sampai 90%, sehingga cangkang dapat dijual untuk menambah keuntungan. Keuntungan tambahan berupa penghematan penggunaan solar industri, karena dapat menggunakan biogas sebagai sumber energi PKS dan limbah padatnya (sludge) sebagai pupuk (Kurniawan 2013). Kontribusi perusahaan dalam bidang lingkungan dengan mengelola limbah cair yang dihasilkan pabrik kelapa sawit akan memudahkan perusahaan dalam mendapatkan sertifikat ISPO, sehingga akan berdampak terhadap peningkatan nilai jual produk yang dihasilkan perusahaan. Banyaknya manfaat dan peluang yang diperoleh perusahaan jika dapat mengelola limbah yang dihasilkan pabriknya dengan baik menjadi landasan bagi perusahaan dan peneliti dalam melakukan pengembangan pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit. Dengan demikian dalam jangka waktu menengah/panjang perusahaan dapat menilai sejauh mana efektivitas strategi perusahaan dalam mengembangkan pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit. Perumusan Masalah PT. XYZ merupakan kebun kelapa sawit dengan luas lahan kebun inti 2 467 Ha dan kebun plasma 10 453 Ha. PT. XYZ memiliki pabrik kelapa sawit dengan
4 kapasitas 60 ton/jam dengan pola kebun PIR-TRANS dan Plasma KKPA yang berlokasi di Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Berdasarkan kapasitas produksi PKS yang dilakukan perusahaan sebesar 60 ton/jam dengan potensi limbah cair yang dihasilkan 36-48 m³/jam bila pabrik beroperasi 16-18 jam/hari maka pabrik akan menghasilkan limbah cair sebesar 576-864 m³/hari. Pengolahan limbah perlu menjadi prioritas dalam perencanaan strategik perusahaan mengingat potensi pencemaran dari limbah jika tidak terolah dengan baik. Limbah cair di kolam penampungan yang tidak dimanfaatkan berperan besar dalam kerusakan lingkungan diantaranya potensi kontaminasi air bawah tanah, emisi gas metana faktor penyebab pemanasan global, terbuangnya hektaran lahan produktif untuk membangun kolam limbah, menghasilkan bau tidak sedap dan kolam limbah tidak memberikan insentif apapun, melainkan hanya akan menambah biaya beban operasional dari PKS (Kurniawan 2013). Dengan adanya pengolahan limbah, dampak-dampak buruk tersebut dapat dihindari, dan sebaliknya dapat memberikan manfaat yang positif bagi perusahaan. Limbah cair yang dihasilkan oleh perusahaan sejauh ini hanya diolah dengan menggunakan proses yang sangat sederhana yaitu dengan mengalirkan ke kolam penampungan limbah dan sebagian lainnya dialirkan kembali ke lahan sebagai pupuk organik bagi kelapa sawit. PT. XYZ selama ini baru memanfaatkan 45% limbah cair yang dihasilkannya untuk pupuk organik, sedangkan 55% disimpan di kolam penampungan dan menjadi tidak termanfaatkan. Potensi pengembangan pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit mendorong PT. XYZ untuk melakukan upaya pengembangan pengolahan limbah cair yang tidak termanfaatkan tersebut, sehingga PT. XYZ dapat mendapatkan manfaat lebih dari pemanfaatan limbah cair yang dihasilkan serta mengambil bagian dalam upaya mengurangi kerusakan lingkungan. Masalah-masalah tersebut kemudian dirumuskan dalam bentuk-bentuk pertanyaan sebagai berikut. 1. Apa saja kegiatan pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit yang sudah dilakukan di PT. XYZ? 2. Apa saja faktor strategis dari lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi proses pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit di PT. XYZ? 3. Bagaimana rumusan strategi dan prioritas pengembangan pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit PT. XYZ? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menggambarkan proses pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit PT. XYZ. 2. Menganalisis faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan, serta peluang dan ancaman yang mempengaruhi perkembangan pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit di PT. XYZ. 3. Merumuskan strategi alternatif dan prioritas bagi PT. XYZ dalam pengembangan pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit.
5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi PT. XYZ, sebagai bahan masukan dan pertimbangan perusahaan dalam mengoptimalkan pemanfaatan pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit. 2. Bagi penulis, penelitian ini merupakan sarana untuk mengembangkan wawasan dalam menganalisis dan memahami berbagai permasalahan terutama dalam aspek manajemen strategis. 3. Bagi perkembangan IPTEK, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan dalam bidang manajemen agribisnis dan produksi energi listrik khususnya di bidang kelapa sawit Indonesia. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam lingkup perusahaan PT. XYZ. Obyek yang menjadi fokus penelitian ini adalah limbah cair pabrik kelapa sawit. Pembahasan penelitian dibatasi dalam lingkup kajian strategis yaitu perumusan strategi pengembangan pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit di PT. XYZ dengan menggunakan analisis IFE, EFE, analisis SWOT dan QSPM. Ruang lingkup penelitian mencakup gambaran proses pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit saat ini, faktor faktor strategis yang mempengaruhinya, serta perumusan strategi alternatif sebagai upaya pengembangan pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit. Tahap implementasi diserahkan kepada PT. XYZ. 2 TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teoritis Kelapa sawit Kelapa sawit adalah tanaman yang berasal dari Afrika dan Amerika tepatnya Brasilia. Di Brasilia, tanaman ini dapat ditemukan tumbuh secara liar atau setengah liar di sepanjang tepi sungai. Kelapa sawit diperkenalkan ke Malaysia dan Indonesia pada masa penjajahan. Budidaya tanaman kelapa sawit banyak dibudidayakan daerah tropis Amerika selatan, Afrika, dan Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia, yang kondisi iklimnya sangat cocok untuk pertumbuhan kelapa sawit (Pahan 2010). Kelapa sawit digunakan untuk produk makanan seperti minyak goreng, margarin, shortening, minyak makan merah, susu kental manis, confectioneries, es krim, dan yoghurt. Kelapa sawit juga digunakan untuk keperluan non pangan seperti serat, biodiesel, pelumas, lilin, senyawa ester, kosmetik, farmasi, dan lainlain. Bahkan semua komponen kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti pelepah dapat dijadikan pulp, kertas, dan furniture serta pakan ternak. Tandan kosong untuk pupuk kompos, karbon, dan rayon. Serat mesokarp dapat diolah menjadi medium density fibre-board dan bahan bakar. Cangkang inti
Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB