BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C

BAB I PENDAHULUAN. Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan, keriput sampai kanker kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

Iklim tropis di Indonesia menjadikan negara kita ini memperoleh sinar. matahari sepanjang tahun. Pengaruh menguntungkan dari sinar matahari adalah

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

KRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) DENGAN EKSTRAK BUAH CARICA (Carica pubescens) SEBAGAI SPF

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ultraviolet (UV) dengan cara penebalan stratum korneum dan pigmentasi. Namun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Proses Menua Intrinsik Proses Menua Ekstrinsik

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN... PENYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. INTISARI.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam bidang kosmetik adalah jambu

Tabir surya. kulit terhadap sinar matahari sehingga sinar UV tdk dpt memasuki kulit (mencegah gangguan kulit karena radiasi sinar )

1. PENDAHULUAN. Bogem (Sonneratia caseolaris (L.) Engler) merupakan salah satu spesies

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

BAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabir surya. kulit terhadap sinar matahari sehingga sinar UV tdk dpt memasuki kulit (mencegah gangguan kulit karena radiasi sinar )

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan luar, baik berupa sinar matahari, iklim maupun faktor-faktor kimiawi

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012).

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kecil daripada jaringan kulit lainnya. Dengan demikian, sifat barrier stratum korneum

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jaringan kulit manusia, salah satunya yaitu pengaruh sinar UV sinar matahari. Efek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk

MAGDA LILIANNA FORMULASI SOLID LIPID NANOPARTIKEL DENGAN VITAMIN E ASETAT PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. Radiasi matahari merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri atas medan listrik dan medan magnet. Matahari setiap menit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara tropis dimana pengaruh sinar matahari sangat besar terhadap kehidupan.

KELOMPOK 4 : SEDIAAN GEL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GEL & AEROSOL Perbedaan gel dan jeli Formulasi dan evaluasi Jenis aerosol kosmetik Formulasi Aerosol Contoh-contoh formula

SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS)

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. terkena polusi dan zat zat yang terdapat di lingkungan kita. Kulit merupakan

OPTIMASI EMULGEL ZINC OXIDE NANOPARTIKEL DENGAN CARBOPOL 940 SEBAGAI GELLING AGENT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (sinar UV) yang berlebihan dapat menyebabkan eritema, hiperpigmentasi, bahkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... viii PENDAHULUAN... 1

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

I. PENDAHULUAN. yang lalu (Iswari, 2007). Bahan yang dipakai dalam usaha mempercantik diri. maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

I. PENDAHULUAN. wajah yang dapat dibantu dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan

/ ml untuk setiap mg dari dosis oral, yang dicapai dalam waktu 2-3 h. Setelah inhalasi, hanya sekitar 10% -20% dari dosis dihirup mencapai paruparu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. matahari, serta sensitivitas dari seseorang. Apabila seseorang terkena paparan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EMULSI FARMASI. PHARM.DR. JOSHITA DJAJADISASTRA, MS, PhD

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah melindungi tubuh dari lingkungan misalnya radiasi sinar ultraviolet, bahan

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radiasi sinar UV yang terlalu lama pada kulit dapat menyebabkan timbulnya penyakit kulit seperti kanker kulit dan reaksi alergi pada cahaya/fotoalergi (Ebrahimzadeh et al., 2014). Radiasi sinar UV dapat dibagi menjadi UVA, UVB, dan UVC. UVC dapat diserap oleh ozon pada atmosfer bumi. Untuk itu sebagian besar sinar matahari di lingkungan dibagi menjadi UVA (90-95%) dan UVB (5-10%). Sinar UV dapat menembus lapisan kulit tergantung pada panjang gelombangnya. UVA mempunyai panjang gelombang 315-400 nm dan mempunyai energi yang paling rendah, panjang gelombang UVB berada pada rentang 280-320 nm, sedangkan panjang gelombang UVC yaitu 100-280 nm dan mempunyai energi yang paling tinggi. UVA dapat menembus ke dalam lapisan dermis. Hampir sebagian besar sinar UVB diabsorbsi oleh epidermis dan hanya sebagian kecil yang mencapai lapisan dermis. UVA dapat menghasilkan Reactive Oxygen Spesies yang dapat merusak DNA, sedangkan UVB secara langsung dapat diabsorbsi oleh DNA. Adanya modifikasi pada DNA tersebut dapat menyebabkan terjadinya mutasi dan kanker (D Orazio et al., 2013). Untuk itu dibutuhkan suatu produk yang dapat melindungi kulit dari radiasi sinar matahari. Tabir surya merupakan suatu produk yang digunakan untuk melindungi kulit dari radiasi sinar matahari. Tabir surya digunakan sebagai upaya pencegahan kerusakan kulit akut dan kronik. Kerusakan kulit akut berupa efek terbakar pada kulit/sunburn, sedangkan kerusakan kulit yang kronik berupa kanker kulit atau penuaan yang disebabkan oleh paparan sinar ultraviolet, yaitu UVB dan UVA (Grether-Beck et al., 2014). Zinc oxide merupakan salah satu logam oksida yang banyak digunakan sebagai UV filter karena efisien, serta mampu menyerap radiasi UVB dan UVA (Lionetti and Rigano, 2017). 1

2 SPF merupakan suatu nilai yang menunjukkan efektivitas tabir surya dalam melindungi kulit dari radiasi sinar matahari yang menyebabkan sunburn (Herzog et al., 2017). ZnO sebanyak 5-10% menunjukkan nilai SPF 4,37-8,74 (Gutiérrez-Hernández et al., 2016). Menurut penelitian Singh and Nanda (2014) kosmetik yang mengandung ZnO nanopartikel mempunyai nilai SPF yang lebih tinggi dibanding kosmetik yang mengandung ZnO konvensional, kosmetik dengan ZnO nanopartikel menunjukkan nilai SPF 3,65 sedangkan kosmetik dengan ZnO konvensional menunjukkan nilai SPF 1,29. Menurut penelitian Saraf and Kaur (2010) minyak zaitun menunjukkan nilai SPF 7,549, sehingga minyak zaitun dapat menjadi pilihan minyak dalam formulasi tabir surya. Penggunaan oily vehicle lebih efektif dalam membentuk lapisan film produk tabir surya yang seragam dan bertahan dalam jangka panjang pada kulit, serta sifat emoliennya dapat melindungi kulit dari kekeringan akibat paparan sinar matahari dan angin. Emulgel merupakan suatu sistem penghantaran obat topikal yang paling baik untuk obat-obat hidrofobik maupun hidrofilik (Kumar et al., 2015). Zinc oxide merupakan suatu zat yang tidak larut dalam air (Bartholomey et al., 2016). Emulgel mempunyai beberapa keuntungan antara lain tidak berminyak, mudah diratakan, tidak bernoda, lunak, dan mudah dibersihkan (Maitri et al., 2016). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Patil et al (2014), emulgel dengan Carbopol dan propilen glikol mempunyai sifat fisik yang baik ditunjukkan tidak adanya pemisahan fase, serta homogenitas dan konsistensinya baik, selain itu tidak ada perubahan ph yang signifikan, ph berada pada rentang normal ph kulit sehingga tidak menimbulkan iritasi kulit, serta emulgel mudah diratakan. Carbopol sering digunakan pada sediaan kosmetik. Carbopol umumnya tidak toksik dan tidak menimbulkan iritasi (Rowe et al., 2009). Carbopol sebagai gelling agent berfungsi untuk meningkatkan konsistensi sediaan (Kumar et al., 2015). Propilen glikol juga banyak digunakan pada sediaan kosmetik. Propilen glikol berfungsi sebagai humektan (Rowe et al., 2009). Penambahan humektan berfungsi untuk menarik kelembapan pada kulit, meningkatkan kelarutan bahan yang lain, dan memperbaiki estetika sediaan. Penambahan propilen glikol akan membuat sediaan terasa lebih halus dan tidak terasa lengket (Draelos and Thaman,

3 2006). Carbopol dan propilen glikol dapat mempengaruhi viskositas, daya sebar, dan daya lekat emulgel. Penggunaan Carbopol 940 dapat meningkatkan viskositas (Rowe et al., 2009). Konsentrasi gelling agent yang terlalu tinggi menyebabkan sediaan sulit untuk menyebar atau diaplikasikan. Jika formulasi terlalu kental, maka kemampuan sediaan untuk melekat pada kulit menurun. Konsentrasi gelling agent rendah tidak mampu melekat pada kulit (Zatz and Kushla, 1996). Humektan mempunyai kemampuan untuk mengikat kelembapan sehingga dapat mencegah penguapan air dari formulasi, selain itu juga dapat mengontrol viskositas (Epstein, 2009). Peningkatan konsentrasi propilen glikol menyebabkan penurunan viskositas (Cho et al., 2009; Dwiastuti, 2010). Penggunaan propilen glikol dapat meningkatkan daya sebar, selain itu juga memudahkan sediaan untuk diaplikasikan (Toedt et al., 2005; Dwiastuti, 2010). Untuk itu diperlukan optimasi untuk mengetahui emulgel yang baik menurut sifat fisiknya. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang optimasi emulgel ZnO nanopartikel menggunakan Carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana formulasi emulgel ZnO nanopartikel dengan Carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan yang optimum berdasarkan sifat fisiknya? 2. Bagaimana aktivitas tabir surya secara in vitro pada emulgel ZnO nanopartikel dengan Carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan? C. Tujuan 1. Mengetahui formulasi emulgel ZnO nanopartikel dengan Carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan yang optimal berdasarkan sifat fisiknya.

4 2. Mengetahui aktivitas tabir surya secara in vitro pada emulgel ZnO nanopartikel dengan Carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan. D. Tinjauan Pustaka 1. Zinc oxide nanopartikel Tabir surya dibagi menjadi dua tipe yaitu inorganik dan organik. Tabir surya inorganik mengandung partikel-partikel yang bekerja dengan menghamburkan dan memantulkan sinar UV sehingga menghambat sinar UV untuk menembus kulit. Partikel-partikel tersebut termasuk zinc oxide dan titanium dioxide. Tabir surya inorganik dapat dipilih untuk postprocedure patients, misalnya setelah bebas dari paparan alergen dan zat kimia yang mengiritasi, juga untuk orang dengan hiperpigmentasi atau melasma dikarenakan partikel-partikel tersebut menghambat sinar UVA dan UVB. Bahan-bahan tabir surya organik bekerja dengan mengabsorbsi energi sinar UV dan mengubahnya menjadi panas (Azizzadeh et al., 2018). ZnO merupakan suatu logam oksida yang mempunyai kemampuan untuk mengabsorbsi sinar UV. Tabir surya yang mengandung penghambat fisik UV mampu melindungi sel dari kerusakan DNA akibat sinar UV (Morabito et al., 2011). Zinc oxide merupakan bahan yang aman dan efektif dalam produk fotoprotekif. Zinc oxide yang berukuran mikron atau lebih kecil berperan sebagai pelindung sinar UV spektrum luas, meskipun tidak seefisien titanium dioksida pada rentang sinar UVB, zinc oxide lebih berperan pada sinar UVA (Rai et al., 2012). Partikel ZnO dalam rentang ukuran yang normal (200-400 nm) dapat memantulkan dan menghamburkan sinar sehingga membuat tabir surya terlihat berwarna putih. ZnO dalam ukuran nano (biasanya 40-100 nm) dapat menyerap dan menghamburkan sinar UV, sehingga membuat tabir surya terlihat transparan pada kulit sehingga juga lebih menyenangkan secara estetika (Osmond et al, 2009). Partikel berukuran nano sering digunakan dalam sediaan tabir surya karena ukuran partikelnya yang kecil lebih efektif dalam menyerap dan menghamburkan

5 sinar UV dibanding dengan partikel yang ukurannya besar (Gambar 1) (Morabito et al., 2011). Gambar 1. Pengaruh ukuran partikel dalam menyerap dan menghamburkan sinar UV. Sinar UV menembus stratum corneum (A), partikel yang berukuran besar memantulkan sinar UV, sebagian sinar UV dihambat dengan cara dipantulkan/dihamburkan, sebagian radiasi UV tidak dihambat sehingga dapat menembus stratum corneum (B), pantulan UV pada partikel berukuran nano, sebagian besar sinar UV dipantulkan dan sedikit radiasi UV yang menembus stratum corneum (C) (Morabito et al., 2011). 2. Emulgel Emulgel merupakan sistem penghantaran obat topikal yang menggabungkan antara gel dan emulsi. Adanya gelling agent pada fase air akan mengubah emulsi menjadi emulgel. Tipe emulsi fase A/M dan M/A secara luas digunakan sebagai sistem penghantaran obat hidrofilik maupun hidrofobik dalam formulasi emulgel (Maitri et al., 2016). Emulgel mempunyai stabilitas yang lebih baik dibanding sediaan yang lain, misalnya bentuk serbuk biasanya higroskopis, sediaan krim dapat terjadi inversi dan pecahnya fase, salep biasanya berbau tengik dikarenakan terdapat fase minyak (Kumar et al., 2015), selain itu, sediaan topikal seperti salep, krim, dan lotion lengket sehingga menyebabkan ketidaknyamanan ketika digunakan, mempunyai koefisien sebar yang lebih rendah sehingga ketika digunakan perlu digosok (Raj and Balakrishnan, 2017). 3. SPF Sun Protection Factor merupakan suatu standar untuk mengukur efektivitas produk tabir surya dalam melindungi kulit dari radiasi ultraviolet sehingga dapat melindungi kulit dari rasa terbakar karena sinar matahari, misalnya radiasi yang menginduksi eritema (Herzog et al., 2017). Eritema merupakan bagian yang kemerahan karena sunburn (Stanfield, 2003). Semakin tinggi nilai SPF maka semakin besar kemampuan tabir surya untuk melindungi kulit dari

6 sinar matahari (Ebrahimzadeh et al., 2014). Penggunaan tabir surya secara topikal dan menghindari paparan ekstrim sinar matahari merupakan strategi yang paling baik untuk menghindari terjadinya sunburn dan udema, selain itu dapat mencegah terjadinya kanker kulit. Tujuan utama produk tabir surya adalah untuk meminimalisasi terjadinya kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari. Tabir surya merupakan suatu zat yang mampu memantulkan dan/atau sebagian atau seluruh radiasi UV (Lionetti and Rigano, 2017). Menurut Food and Drug Administration (FDA), produk yang mengandung tabir surya dapat dikategorikan menjadi 4 berdasarkan kemampuannya untuk melindungi kulit dari sunburn, yaitu SPF 2-15 (proteksi rendah), SPF 15-30 (proteksi medium), SPF 30-50 (proteksi tinggi), dan SPF > 50 (proteksi tertinggi) (Food and Drug Administration, 1999). 4. Optimasi Prosedur optimasi dilakukan untuk menghasilkan model matematika yang menggambarkan respon. Pada umumnya prosedur tersebut terdiri dari preparasi beberapa seri formula dengan mengubah konsentrasi bahan-bahan dalam formula secara sistematik. Formula-formula tersebut kemudian dievaluasi berdasarkan satu atau lebih sifatnya, misalnya organoleptis, stabilitas, dan rasa. Berdasarkan hasil dari uji-uji tersebut, satu formulasi atau lebih dimungkinkan optimal (Bolton and Bon, 2016) Desain faktorial digunakan dalam eksperimen yang pengaruh dari faktorfaktor yang berbeda atau kondisi-kondisi pada hasil penelitian diuraikan. Desain faktorial merupakan pilihan desain untuk penentuan secara bersama-sama pengaruh dari beberapa faktor dan interaksinya. Faktor merupakan suatu variabel tetap misalnya konsentrasi, suhu, pelicin/lubrikan, atau perlakuan terhadap obat. Faktor dapat dibagi menjadi dua, yaitu kualitatif maupun kuantitatif. Faktor kuantitatif biasanya berhubungan dengan nilai angka, misalnya faktor konsentrasi 1%, 2%, dan 3%. Sedangkan faktor kualitatif misalnya perlakuan, batch dari bahan, atau analisis. Pengaruh dari faktor dapat dilihat dari perubahan respon yang diakibatkan karena perubahan level dari faktor (Bolton and Bon, 2016).

7 5. Carbopol Carbopol digunakan secara luas khususnya pada sediaan cair dan semisolid untuk topikal. Carbopol digunakan sebagai gelling agent dapat digunakan dalam kadar 0,5 2,0% (Rowe et al., 2009). Penggunaan Carbopol mempengaruhi konsistensi sediaan (Kumar et al., 2015). Carbopol harus dinetralisasi untuk menghasilkan viskositas yang tinggi. Carbopol yang tidak dinetralisasi mempunyai viskositas yang lebih rendah. Trietanolamine merupakan salah satu agen penetralisasi yang dapat digunakan. Gel yang kental terbentuk pada ph 6 11. Viskositas akan menurun pada ph kurang dari 3 atau lebih dari 12. Hal ini dikarenakan adanya kelebihan elektrolit (Rowe et al., 2009). Carbopol merupakan bahan yang stabil dan higroskopis. Carbopol dapat dipanaskan pada suhu dibawah 104 C selama 2 jam tanpa mempengaruhi kemampuannya sebagai agen pengental. Paparan pada suhu yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan perubahan warna dan penurunan stabilitas. Carbopol dalam bentuk serbuk tidak mendukung pertumbuhan jamur. Carbopol yang terdispersi dalam cairan dapat ditumbuhi mikroorganisme, maka perlu penambahan pengawet. (Rowe et al., 2009). 6. Propilen glikol Pada sediaan topikal, propilen glikol dapat berfungsi sebagai humektan dalam konsentrasi setara dengan 15% dan juga sebagai solven/kosolven dalam konsentrasi 5-80%. Propilen glikol digunakan pada berbagai macam formulasi farmasetika karena propilen glikol merupakan bahan yang umumnya relatif tidak toksik. Propilen glikol secara luas digunakan dalam sediaan kosmetik, hal ini dikarenakan propilen glikol kurang toksik dibandingkan dengan glikol yang lain. Pada sediaan topikal, propilen glikol merupakan bahan yang mempunyai daya iritasi rendah, walaupun propilen glikol lebih mengiritasi dibandingkan dengan gliserin. Iritasi timbul biasanya dikarenakan pengaplikasian pada membran mukosa atau pada kondisi oklusif (Rowe et al., 2009).

8 E. Landasan Teori Paparan sinar UV pada lingkungan dapat menyebabkan berbagai penyakit kulit termasuk inflamasi, penuaan dini, dan kanker. Sinar UV dibagi menjadi tiga yaitu UVA, UVB, dan UVC. Adanya radiasi sinar UVA dapat membentuk ROS. ROS tersebut dapat merusak DNA melalui reaksi fotosintesis tidak langsung. Sinar UVB diabsorbsi oleh DNA secara langsung menyebabkan terjadinya penyusunan kembali molekul membentuk produk yang spesifik seperti dimer siklobutana dan 6-4 photoproducs. Mutasi dan kanker disebabkan karena terjadinya modifikasi pada DNA (D Orazio et al., 2013). Tabir surya dapat digunakan untuk mencegah terjadinya kerusakan kulit dan kanker kulit. Senyawa anorganik seperti ZnO banyak digunakan pada produk tabir surya karena kemampuannya untuk mengabsorbsi sinar UV (Gutiérrez- Hernández et al., 2016). Efektivitas tabir surya biasanya dinyatakan dalam nilai SPF (Ebrahimzadeh et al., 2014). Menurut penelitian Gutiérrez-Hernández et al (2016), Zinc oxide nanopartikel mempunyai bentuk yang berlapis-lapis dan berukuran bervariasi antara 50 nm sampai 250 nm, ZnO tidak mampu menembus lapisan kulit yang lebih dalam dari stratum corneum sehingga mencegah masuknya ZnO ke dalam pembuluh darah. Zinc oxide dalam konsentrasi 5% sampai 10% menunjukkan nilai SPF 4,37 sampai 8,74. Carbopol dan propilen glikol banyak digunakan pada sediaan kosmetik, karena Carbopol tidak toksik dan tidak menimbulkan iritasi selain itu propilen glikol kurang toksik dibandingkan glikol yang lain (Rowe et al., 2009). Penggunaan Carbopol sebagai gelling agent digunakan untuk meningkatkan konsistensi (Kumar et al., 2015). Propilen glikol digunakan sebagai humektan (Rowe et al., 2009). Humektan dapat menarik air dari lapisan dermis ke lapisan epidermis terluar serta dapat menarik air dari lingkungan (Draelos, 2015). Preparasi emulgel Loratadine yang dilakukan oleh Kumar et al (2014) dengan Carbopol 940 dan propilen glikol menunjukkan tidak adanya pemisahan fase sehingga emulgel mempunyai kestabilan yang baik. Emulgel juga mempunyai konsistensi yang baik.

9 F. Hipotesis 1. Emulgel zinc oxide nanopartikel dengan Carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam perbandingan kadar tertentu menghasilkan formula yang optimum berdasarkan sifat fisiknya. 2. Emulgel zinc oxide nanopartikel dengan Carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan mempunyai aktivitas tabir surya.