KAJIAN KEPUSTAKAAN. domba yang tersebar di seluruh dunia. Sampai saat ini tercatat 245 rumpun

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN KEPUSTAKAAN. Keragaman wilayah di muka bumi menyebabkan begitu banyak rumpun

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu,

PENDAHULUAN. Populasi domba terbesar terdapat di Kabupaten Garut yang termasuk salah

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

Bibit domba Garut SNI 7532:2009

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh,

PENDAHULUAN. mendorong para peternak untuk menghasilkan ternak yang berkualitas. Ternak

Hubungan Antara Bobot Potong... Fajar Muhamad Habil

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

PENDAHULUAN. Domba mempunyai arti penting bagi kehidupan dan kesejahteraan

PENDAHULUAN ekor di Tahun 2016 (Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 48/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG PEWILAYAHAN SUMBER BIBIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 48/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG PEWILAYAHAN SUMBER BIBIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Domba yang digunakan untuk penelitian adalah Domba Garut jantan

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

Seleksi Awal Performa Calon Bibit Domba Garut Anisa Pusparini

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ketersediaan bibit domba yang berkualitas dalam jumlah yang

SNI 7325:2008. Standar Nasional Indonesia. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE)

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF SUMBER DAYA GENETIK DOMBA GARUT JANTAN TIPE TANGKAS DI JAWA BARAT. Heriyadi, D., Sarwesti, A., dan Nurachma, S.

KARAKTERISASI MORFOLOGI DOMBA ADU

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2389/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN DOMBA SAPUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

HASIL DAN PEMBAHASAN. koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan.

Karakteristik Sifat Kualitatif Domba Di Ex Upt Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padanglawas. Aisyah Nurmi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

PENDAHULUAN. Domba merupakan ternak ruminansia kecil dan termasuk komoditas. Kelompok Ternak Palasidin sebagai Villa Breeding Center yang

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998).

Sifat-Sifat Kuantitatif Domba Ekor Tipis Dwicki Octarianda Audisi

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGELUARAN BIBIT SAPI BALI SENTRA TERNAK SOBANGAN

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

Edisi Agustus 2013 No.3520 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa

TINJAUAN PUSTAKA. Rataan sifat-sifat kuantitatif domba Priangan menurut hasil penelitian Heriyadi et al. (2002) terdapat pada Tabel 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh

KAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi

Gambar 3. Peta Satelit dan Denah Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea ( 5 Agustus 2011)

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1055/Kpts/SR.120/10/2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

Bibit sapi potong Bagian 6: Pesisir

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan

Bibit sapi potong Bagian 7 : Sumba Ongole

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENETAPAN DAN PENGELOLAAN WILAYAH SUMBER BIBIT

Evaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Garut

IV PEMBAHASAN. yang terletak di kota Bekasi yang berdiri sejak tahun RPH kota Bekasi

KRITERIA WILAYAH SUMBER BIBIT. No Komponen Keterangan

TINJAUAN PUSTAKA Domba

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh

I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai simbol status sosial pada kebudayaan tertentu. Seiring

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tabel.1 Data Populasi Kerbau Nasional dan Provinsi Jawa Barat Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2008

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Hasil Analisis Ukuran Tubuh Domba. Ukuran Tubuh Minimal Maksimal Rata-rata Standar Koefisien

PEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Lokasi BBPTU-SP Baturraden, Purwokerto

NILAI PEMULIAAN DOMBA GARUT BERDASAR BOBOT LAHIR MENGGUNAKAN METODE PATERNAL HALF-SIB DI UPTD BPPTD MARGAWATI

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

I PENDAHULUAN. Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Persebaran Kambing Peranakan Ettawah (PE) galur lainnya dan merupakan sumber daya genetik lokal Jawa Tengah yang perlu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia

I PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur

Transkripsi:

7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Asal usul Domba Garut Keragaman wilayah di muka bumi menyebabkan begitu banyak rumpun domba yang tersebar di seluruh dunia. Sampai saat ini tercatat 245 rumpun yang telah diidentifikasi dengan cukup baik, sehingga dari sisi performa fisik berupa sifat-sifat kuantitatif maupun sifat-sifat kualitatif dapat dibedakan antara satu rumpun dengan rumpun lainnya (Heriyadi, 2011). Pemeliharaan domba di Indonesia dimulai sejak beberapa abad sebelum Masehi. Keterangan tersebut dibuktikan dengan ditemukannya relief Domba di Candi Borobudur (circa 800 SM) (Ryder, 1983). Asal-usul perkembangan Domba Garut diyakini berasal dari domba asli Garut, yaitu dari Daerah Cibuluh dan Cikeris di Kecamatan Cikajang serta Kecamatan Wanaraja. Keyakinan tersebut dilandasi oleh teori genetik bahwa Domba Garut merupakan rumpun domba tersendiri, terutama banyak di daerah Priangan dan sekitarnya (Atmadilaga, 1958). Tahun 1864 pemerintah Belanda mulai memasukkan domba Merino yang pemeliharaannya diserahkan pada KF Holle. Tahun 1869 dombadomba tersebut dipindahkan ke Garut dan secara bertahap dilakukan penyebaran ke beberapa penggemar domba, antara lain kepada Bupati Limbangan (satu pasang) dan Van Nispen seekor pejantan Merino yang pada saat itu kebetulan memiliki seekor domba Kaapstad, serta disebarkan ke beberapa daerah lain seperti Kabupaten Sumedang, Garut, dan Bandung (Heriyadi, 2011 yang mensitasi Merkens dan Soemirat, 1926).

8 Asal-usul perkembangan Domba Garut diyakini berasal dari Kabupaten Garut sebagai Sumber Daya Genetik Ternak (SDGT) dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh, Cikandang, dan Cikeris di Kecamatan Cikajang serta Kecamatan Wanaraja. Keyakinan ini telah cukup lama berkembang di kalangan peternak di Kecamatan Cikajang dan Wanaraja. Keyakinan yang berkembang pada masyarakat peternak di Kecamatan Cikajang dan Wanaraja tersebut, sampai saat ini cukup sesuai dengan fakta sejarah dan perkembangan Domba Garut. Di samping itu, dari sisi logika yang dilandasi oleh teori genetika dapat diterima bahwa Domba Garut yang berkembang saat ini merupakan domba asli dari Kecamatan Cikajang khususnya domba-domba yang memiliki warna dominan hitam pada bagian muka (Heriyadi, 2011). Domba Garut adalah domba yang memiliki kombinasi daun telinga rumpung atau ngadaun hiris dengan ekor ngabuntut beurit atau ngabuntut bagong. Domba Garut diyakini berasal dari kabupaten Garut sebagai Sumber Daya Genetik Ternak Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh, Cikandang dan Cikeris di Kecamatan Cikajang serta Kecamatan Wanaraja (Heriyadi, 2011). Domba Garut merupakan salah satu aset Sumber Daya Genetik Ternak asli yang sangat penting di Provinsi Jawa Barat sehingga perlu dilestarikan, dibudidayakan dan dikembangkan untuk mendapatkan manfaat ekonomi yang optimum agar dapat mendongkrak dan mensejahterakan kehidupan petani/peternak khususnya peternak Domba Garut (Heriyadi, 2011). Hal tersebut yang menjadi sikap optimisme muncul untuk mengembangkan Domba Garut. 2.2 Karakteristik Domba Garut

9 2.2.1 Sifat Kualitatif Domba Garut Domba Garut adalah rumpun domba asli Jawa Barat, dengan ciri khas memiliki kuping rumpung ( < 4 cm) atau ngadaun hiris ( 4 8 cm ) dengan ekor ngabuntut beurit atau ngabuntut bagong (Heriyadi, 2001). Daun telinga rumpung merupakan bentuk telinga yang tumbuh kecil panjangnya kurang dari 4 cm, sedangkan daun telinga ngadaun hiris merupakan bentuk daun telinga yang menyerupai daun hiris atau kacang gude (Cajanus cajan) dengan panjang 4-8 cm. Ekor ngabuntut beurit merupakan bentuk ekor domba yang menyerupai segi tiga tanpa timbunan lemak dengan bentuk yang mengecil pada ujung ekor, sedangkan ekor ngabuntut bagong merupakan bentuk ekor domba yang menyerupai segi tiga dengan timbunan lemak pada pangkal ekor dengan lebar lebih dari 11 cm dan mengecil pada ujung ekor ( Heriyadi, 2011). 2.2.2 Sifat Kuantitatif Domba Garut Jantan Ukuran-ukuran tubuh ternak merupakan sifat kuantitatif yang dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan-perbedaan antara jenis ternak ataupun seleksi. Ukuran tubuh ternak sering juga digunakan untuk mengevaluasi pertumbuhan karena ukuran merupakan indikator penting dari pertumbuhan (Suhaima, 1999). Ukuran tubuh dapat digunakan untuk menaksir bobot tubuh dan berat karkas (Erfan, 2004), serta memberi gambaran bentuk tubuh hewan sebagai ciri khas atau standar suatu bangsa ternak tertentu (Shirzeyli dkk., 2013 yang mensitasi Riva dkk., 2002), dan penting dalam memberikan informasi tentang struktur morfologi dan perkembangan dalam hewan ternak. Perbedaan ukuran tubuh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya bangsa, jenis kelamin,

10 dan umur (Shirzeyli dkk., 2013), dalam hal ini Domba Garut jantan mempunyai ciri khas bentuk tubuh yang dikenal dengan Ngabuah randu/baji yaitu bentuk badan Domba Garut yang lebih besar ke bagian depan (anterior) dan mengecil ke arah ke belakang (pos-terior) (Heriyadi, 2011). Standarisasi benih dan atau bibit adalah proses spesifikasi teknis benih dan atau bibit yang dibakukan, disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat mutu genetik, syarat-syarat kesehatan hewan dan masyarakat veteriner, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memberi kepastian manfaat yang akan diperoleh (Permentan Nomor 36 OT.140/8/2006). Bibit ternak adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskan serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan (Permentan Nomor 48 OT.140/9/2011). Berdasarkan definisi tersebut diperlukan adanya standardisasi bibit Domba Garut menurut SNI 7532 :1: 2015 di antaranya untuk bobot badan dan panjang badan pada kelompok umur 8-12 bulan berurutan adalah 22 kg dan 49 cm, untuk bobot badan dan panjang badan kelompok umur > 12 18 bulan berurutan adalah 29 kg dan 51 cm, sedangkan untuk kelompok umur > 18 24 bulan berurutan adalah 31 kg dan 56 cm. Sifat kuantitatif merupakan sifat yang dapat diukur dan dapat mempengaruhi produksi secara langsung, misalnya pertumbuhan berat harian, ukuran tubuh dan sebagainya (Audisi, 2016 yang mensitasi Harjosubroto, 1994). Sifat kuantitatif pada ternak dapat dinyatakan dengan bobot badan, panjang badan dan lingkar pinggang. Pertumbuhan Domba Garut dapat diukur melalui sifat kuantitatif tersebut.

11 Bobot badan dapat diketahui untuk mengetahui produktivitas Domba Garut dengan melakukan penimbangan dilakukan dengan timbangan digital dan dinyatakan dalam kilogram (kg) (Heriyadi, 2012). Panjang badan adalah jarak garis lurus dari tulang pocessus spinosus dari vertebrae thoracalis tertinggi sampai benjolan tulang tapis (tulang duduk), diukur dengan menggunakan pita ukur dalam satuan cm (Heriyadi dkk, 2006), sedangkan pengukuran Lingkar Pinggang dapat diukur melalui tonjolan tuber coxae, melewati bagian flank di depan kaki belakang dengan menggunakan pita ukur, dinyatakan dalam (cm). 2.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Domba Garut Jantan Pertumbuhan adalah pertambahan dari urat daging, tulang, organ-organ internal serta bagian lain pada tubuh (Ensminger, 1991). Perkembangan yaitu kemajuan gradual dari kompleksitas yang lebih rendah menjadi kompleksitas yang lebih tinggi, dan ekspansi atau perubahan bentuk atau konformasi tubuh termasuk perubahan struktur tubuh, perubahan kemampuan dan komposisi (Soeparno, 2005). Kelompok umur 3 7 bulan ukuran-ukuran tubuh mengalami pertumbuhan dimulai dari berkembangnya jaringan otot, terutama pada bagian dada yang kemudian disusul oleh pertambahan ukuran panjang badan, sehingga variabel tersebut mempunyai nilai korelasi yang kuat terhadap bobot badan. Kelompok umur 7 12 bulan variabel ukuran tubuh mempunyai korelasi kuat dengan bobot badan dibandingkan ukuran tubuh lainnya yaitu lingkar dada dan panjang badan. Hal ini disebabkan ukuran lingkar dada bertambah mengikuti pertumbuhan dan perkembangan jaringan otot yang ada di daerah dada, sedangkan kuatnya nilai korelasi antara ukuran panjang badan dengan bobot

12 badan merupakan cerminan masih adanya pertumbuhan tulang belakang (Trisnawanto dkk., 2012). Kelompok umur >12 24 bulan variabel yang mempunyai korelasi paling kuat dengan bobot badan adalah lingkar dada, disusul panjang badan, lebar pinggul dan tinggi pinggul yang mempunyai korelasi kuat. Kelompok umur >48 bulan hampir semua variabel ukuran tubuh mempunyai korelasi yang sangat kuat terhadap bobot badan tetapi tidak signifikan (Pratama dkk, 2016). Salah satu faktor penting dalam periode pertumbuhan adalah tulang. Gambar 1. Kurva Pertumbuhan Ternak dari Lahir Sampai Mati (Sumber : Brody, 1945) Keterangan : C = Conception (Pembuahan), B = Birth (Kelahiran), P = Puberty (Pubertas), M = Maturity (Dewasa), D = Dead (Kematian). Domba jantan muda memiliki potensi untuk lebih cepat daripada domba betina, pertambahan bobot badan lebih cepat, konsumsi pakan yang lebih efisien

13 untuk pertumbuhan badan (Anggorodi, 1994), hal ini dikarenakan adanya hormon kelamin jantan yaitu testosteron. Sekresi testosteron pada jantan menyebabkan sekresi androgen tinggi sehingga mengakibatkan pertumbuhan yang lebih cepat, terutama setelah munculnya sifat-sifat kelamin sekunder pada ternak jantan (Soeparno, 2005). Performa atau penampilan individu ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik ditentukan oleh susunan gen dan kromosom yang dimiliki individu tersebut (Hardjosubroto, 1994). 2.4 Pewilayahan Sumber Bibit Pewilayahan Sumber Bibit adalah serangkaian kegiatan untuk memetakan suatu wilayah dengan agroekosistem tertentu sebagai wilayah sumber bibit. Wilayah Sumber Bibit adalah suatu wilayah agroekosistem yang tidak dibatasi oleh wilayah administratif pemerintahan dan mempunyai potensi untuk pengembangan bibit dari jenis, rumpun, atau galur ternak tertentu. Bibit ternak adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskan serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan (Permentan Nomor 48 OT.140/9/2011). Aspek utama dalam mengelola wilayah sumber bibit adalah program pemuliaan yang dilaksanakan dan implementasi pedoman pembibitan ternak yang baik (Good Breeding Practice/GBP) untuk menjadikan wilayah terpilih sebagai wilayah sumber bibit ternak. Oleh karena itu, dalam wilayah sumber bibit ternak asli/lokal, maka program pemuliaan yang terstruktur dan terarah harus dilakukan melalui partisipasi aktif kelompok peternak untuk secara bersama dan bertanggung jawab mewujudkan dan mempertahankan wilayah sumber bibit

14 secara berkelanjutan (Direktorat Perbibitan Ternak Direktorat Jenderal Peternakan Dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, 2015). 1. Jenis Ternak Jenis ternak yang diusulkan dalam satu kabupaten/kota harus memiliki populasi dominan (>80%) dibandingkan dengan jenis ternak lainnya. Apabila jenis ternak yang diusulkan lebih dari satu, maka dominasi dari masing-masing jenis ternak tersebut berada pada kecamatan yang berbeda (Direktorat Perbibitan Ternak Direktorat Jenderal Peternakan Dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, 2015). 2. Rumpun atau Galur Ternak Rumpun atau galur ternak yang diusulkan dalam satu kabupaten/kota harus memiliki populasi dominan (>80%) dibandingkan dengan rumpun atau galur ternak lainnya. Rumpun atau galur ternak yang diusulkan dalam wilayah sumber bibit, diutamakan rumpun/galur ternak yang telah ditetapkan atau dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian. 3. Agroklimat Agroklimat yang dipersyaratkan dalam penetapan wilayah sumber bibit meliputi sumber dan daya dukung pakan, kesesuaian lahan, curah hujan, temperatur, kelembaban, topografi dan kapasitas tampung. (1) Sumber dan daya dukung pakan merupakan tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan pakan atau pakan beserta ketersediaannya dalam wilayah sumber bibit yang diusulkan, antara lain: 1) HPT: rumput gajah, rumput raja; 2) Leguminosa: lamtoro, kaliandra; 3) Hasil samping tanaman pertanian: jerami, dedak, dedak jagung;

15 4) Hasil samping industri pertanian: ampas tahu, bungkil kelapa sawit, tepung ikan. (2) Kesesuaian lahan di wilayah sumber bibit menggambarkan kondisi tanah (ph dan jenis), lahan, dan iklim (curah hujan, temperatur, kelembaban). (3) Topografi di wilayah sumber bibit menggambarkan profil wilayah yang dapat berupa dataran, berbukit, pegunungan atau rawa. (4) Kapasitas tampung di wilayah sumber bibit menggambarkan kemampuan wilayah tersebut berdasarkan ketersediaan pakan dan luas lahan dalam mendukung perkembangbiakan ternak yang diunggulkan. 4. Kepadatan penduduk Kepadatan penduduk di wilayah sumber bibit dibagi dalam dua kategori yaitu di Pulau Jawa sebagai representasi daerah padat penduduk dan di luar Pulau Jawa sebagai representasi daerah jarang penduduk. Kepadatan penduduk dapat direpresentasikan dalam bentuk proporsi antara jumlah jiwa (semua umur) dengan luas wilayah dalam wilayah sumber bibit yang diusulkan, dalam satuan orang/km 2, selain itu, untuk menggambarkan secara lengkap kondisi penduduk di wilayah tersebut. Kepadatan penduduk dilengkapi pula dengan data-data jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, serta rumah tangga peternak. 5. Sosial ekonomi Sosial ekonomi di wilayah sumber bibit harus menggambarkan dinamika masyarakat dalam menjalankan roda ekonominya, yang dapat ditunjukkan dengan ketersediaan kelembagaan ekonomi seperti perbankan, koperasi, lembaga perkreditan rakyat, pasar hewan, kelembagaan sosial (kelompok peternak, gabungan kelompok peternak), dan lain-lain. Untuk melengkapi informasi sosial

16 ekonomi, diperlukan juga data tentang tingkat pendidikan, pendapatan rumah tangga per tahun.