Menguatkan Nasionalisme Baru Generasi Muda yang Berkarakter (dalam Upaya Mengembangkan Model Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Kampus)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

Modul ke: Identitas Nasional. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

ESENSI DAN URGENSI IDENTITAS NASIONAL SEBAGAI SALAH SATU DETERMINAN PEMBANGUNAN BANGSA DAN KARAKTER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagian penting bagi kehidupan bangsa dan negara. Secara detail, penyebab

Paham Nasionalisme atau Paham Kebangsaan

I. PENDAHULUAN. membuat negera kita aman, bahkan sampai saat ini ancaman dan gangguan

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012. Hilangnya Rasa Nasionalisme Remaja Berimbas Kehancuran Bangsa

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

IDENTITAS NASIONAL dan tantangan era Globalisasi. Oleh : Dewi Triwahyuni, S.IP., M.Si.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

PLEASE BE PATIENT!!!

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI WAWASAN KEBANGSAAN BERBASIS KEORGANISASIAN MAHASISWA DALAM MENINGKATKAN NASIONALISME

Dinno Mulyono, M.Pd. MM. STKIP Siliwangi 2017

Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi

17. Berikut ini yang bukan sebutan identik bahwa Pancasila sebagai dasar negara adalah... a. Ideologi negara

13MKCU. PENDIDIKAN PANCASILA Makna dan aktualisasi sila Persatuan Indonesia dalam kehidupan bernegara. Drs. Sugeng Baskoro,M.M. Modul ke: Fakultas

Sambutan Presiden RI Pd Pertemuan dg Veteran dan Pejuang Perang..., tgl 23 Mar 2014, di Bali Minggu, 23 Maret 2014

PERAN PENDIDIKAN KARAKTER DITENGAH PUDARNYA NILAI-NILAI MORAL DIKALANGAN ANGGOTA MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEUTUHAN NKRI

PENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN REFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia.

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

RUANG LINGKUP MATA KULIAH PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap warga negara Indonesia hendaknya memiliki sikap dan perilaku untuk

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

S a o l a CP C N P S N Te T s e Wa W w a a w s a a s n a Ke K b e a b n a g n s g a s a a n

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK

PENANAMAN NILAI PATRIOTISME (Analisis Isi Film Merdeka atau Mati Soerabaia 45 Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pancasila merupakan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. sikap masyarakat yang terbentuk dan diwariskan dari generasi ke generasi dalam

PARTAI POLITIK DAN KEBANGSAAN INDONESIA. Dr. H. Kadri, M.Si

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

Ketahanan nasional. Geostrategi Indonesia Pelaksanaan Geopolitik dalam negara Suatu cara atau pendekatan dalam memanfaatkan kondisi lingkungan

FORMULIR RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

Mata Kuliah Kewarganegaraan

H. U. Adil Samadani, SS., SHI.,, MH.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

WAWASAN NUSANTARA. Dewi Triwahyuni. Page 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin. Topik Makalah. RUH 4 PILAR KEBANGSAAN DIBENTUK OLEH AKAR BUDAYA BANGSA Kelas : 1-IA21

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai alat pemersatu bangsa demi merebut kemerdekaan (Rawantina,

Waktu: 8 x 45 Menit (Keseluruhan KD) Standar Kompetensi: Memahami Hakikat Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

IDENTITAS NASIONAL/JATI DIRI BANGSA

COURSE STUDY GUIDE: CIVIC OLEH : Tim Kewarganegaraan Fakultas Keperawatan. Koordinator Mata Kuliah: Mira Trisyani Koeryaman, S.Kp.

Dikdik Baehaqi Arif, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Nasionalisme melahirkan sebuah kesadaran melalui anak-anak bangsa. penindasan, eksploitasi dan dominasi.

Lomba Esai Generasi Milenial 2017

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

TUGAS AKHIR PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI

MENGEMBANGKAN RASA CINTA KEPADA TANAH AIR DAN BANGSA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan.

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

AMANAT TERTULIS PRESIDEN RI PADA PERINGATAN HARI BELA NEGARA Sabtu, 19 Desember 2015

PENDIDIKAN PANCASILA

2015 PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL KE PUI AN PERSATUAN UMAT ISLAM SEBAGAI UPAYA MENANAMKAN KESADARAN SEJARAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Identitas Nasional. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat. Ramdhan Muhaimin, M.Soc.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Wawasan Kebangsaan. Dewi Fortuna Anwar

A. Latar Belakang B. Rumusan Maalah C. Pembahasan Pengertian Nasionalisme Ernest Renan: Otto Bauar: Hans Kohn L. Stoddard: Dr.

WAWASAN KEBANGSAAN a) Pengertian Wawasan Kebangsaan

Kewarganegaraan. Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan. Uly Amrina ST, MM. Kode : Semester 1 2 SKS.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yanti Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

SAMBUTAN PADA ACARA MALAM TASYAKURAN PERINGATAN HUT KE-71 PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI TAHUN 2016

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Struktur Kurikulum Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Syiah Kuala

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Materi Kuliah. FALSAFAH PANCASILA (Pancasila Ideologi Bangsa dan negara) Modul 3

PENANAMAN NILAI PATRIOTISME MELALUI TOKOH WAYANG BIMA PADA CERITA BRONTOYUDHO DALAM LAKON DURYUDONO GUGUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

PENDIDIKAN KEWARAGANEGARAAN IDENTITAS NASIONAL

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA UPACARA PERINGATAN HARI BELA NEGARA TAHUN 2017

ETIKA. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Teknik Industri. DR. Rais Hidayat. Modul ke: Fakultas: Teknik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

CETAK BIRU NASIONAL PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

KURIKULUM Kompetensi Dasar. Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. Untuk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012

PENDIDIKAN PANCASILA. A. Dasar-Dasar Pendidikan Pancasila B. Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan Pancasila C. Capaian Pembelajaran

SAMBUTAN GUBERNUR JAWA TIMUR PADA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA KE-66 TAHUN 2011

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PANCASILA. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Makna dan Aktualisasi Sila Persatuan Indonesia dalam Kehidupan Bernegara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi membuat dunia transparan seolah olah tidak mengenal batas antar Negara.

Pancasila; sistem filsafat dan ideologi Negara

Transkripsi:

Seminar 129 Nasional Abdul Hukum Rasyid Saliman Universitas dan Negeri Rio Armanda Semarang Agustian Volume 3 Nomor 1 Tahun 2017, 129-134 Fakultas Hukum, Faculty of Law Menguatkan Nasionalisme Baru Generasi Muda yang Berkarakter (dalam Upaya Mengembangkan Model Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Kampus) Abdul Rasyid Saliman dan Rio Armanda Agustian* Fakultas Hukum, Universitas Bangka Belitung Dalam tulisan ini akan diuraikan bagaimana membangun nasionalisme baru generasi muda yang berkarakter unggul dalam upaya mengembangkan model pencegahan radikalisme dan terorisme yang berkembang marak akhir-akhir ini di kampus. Patriotisme bagi generasi muda harus terus ditingkatkan, yaitu adanya suatu generasi yang berpikir integralistik dalam hubungan kesatuan dan keutuhan wilayah dengan semangat otonomi daerah, berkarakter unggul dengan pendekatan kearifan lokal, berpikir rasional, kritis, inovatif, terbuka dan dinamis yang didasari semangat merdeka dalam berkarya. Sebetulnya generasi muda telah memiliki kesatuan tekad untuk membangun masa depan bersama yang akan mengurus terwujudnya aspirasi dan kepentingan bersama secara adil. Faktor penghambat yang dapat menjadi tantangan terhadap nasionalisme bangsa adalah adanya keinginan mendirikan negara agama, seperti fenomena radikalisme yang masuk ke kampus-kampus, toko-tokoh radikal yang dijadikan idola baru generasi muda, fenomena ISIS dengan model rekrutmen yang menggunakan media sosial yang dapat memikat generasi muda, adanya pemimpin daerah yang tidak cakap memimpin, isu-isu demokratisasi, HAM, lingkungan hidup, liberalisme dan universalisme yang telah menembus dan merasuki cara pandang dan cara berpikir pragmatis generasi muda. Dengan demikian, solidaritas agama dapat menggeser kesetiaan nasional, universalisme ideologi agama menggeser nasionalisme dan pada akhirnya menghilangkan identitas nasional. Tidak melawan perang pemikiran (perang ideologi) dengan kekuatan senjata, tetapi dengan ilmu pengetahuan. Disinilah pentingnya kita mempertahankan kesatuan ideologi Pancasila dalam berperilaku, dan bertindak dalam perang melawan radikalisme yang tumbuh di masyarakat. Membangun spirit cinta tanah air dengan tujuan membangun generasi yang berbudaya unggul, bangga berbangsa dan berbahasa Indonesia pada saat ini menjadi masalah pokok dan penting dalam membentuk karakter bagi generasi muda agar memiliki daya tahan dalam menghadapi dinamika perubahan dan dalam upaya pencegahan radikalisme yang gencar berkembang di kampus-kampus tersebut. Kata kunci: nasionalisme; generasi muda; radikalisme terorisme; karakter *Surel: dr.abdulrasyidsaliman@gmail.com ISSN (Cetak) 2614-3216 ISSN (Online) 2614-3569 2017 Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang http://www.fh.unnes.ac.id

Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 130 Pendahuluan Penjelasan secara sosiologis, parameter identitas nasional suatu bangsa di samping mempunyai nilai konkrit berupa budaya dan keragaman suku bangsanya, juga mempunyai roh persatuan dalam berbahasa dan kondisi geografis yang merupakan identitas yang bersifat alamiah. Identitas kebangsaan dapat pula diartikan sebagai identitas yang memiliki kesatuan geografis dengan masyarakat yang pluralitas dan selalu terikat satu sama lain yang mempunyai karakter bangsa, tradisi dan kesadaran politik yang tumbuh dari tantangan yang sama yang memiliki ciri yang khas yang membedakan dengan bangsa lainnya, yang seharusnya menjadi kebanggaan bagi generasi muda saat ini. Meskipun identitas kebangsaan merupakan sesuatu yang terbuka untuk di beri makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam masyarakat, namun makna baru tersebut harus tidak boleh keluar dari prinsip yang telah kita anut seperti ideologi Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Melihat perkembangan situasi yang melanda seluruh kawasan tanah air akhir-akhir ini, seperti kasus artis dangdut yang salah menjawab lambang negara, kasus foto selfie anak di atas kepala pahlawan nasional, dan lain-lain, tampak sangat jelas telah terjadi pergeseran makna dan perubahan-perubahan terhadap kesadaran kebangsaan yang kita anut selama ini, kekuatiran pun muncul, tidak terkecuali terhadap generasi saat ini. Di satu sisi, kerjasama antar warga masyarakat terus meningkat. Tetapi di sisi lain terdapat kecenderungan paham-paham baru dengan

131 Abdul Rasyid Saliman dan Rio Armanda Agustian berbagai bentuk dan pola ingin terus mempengaruhi dan menguasai pola pikir generasi muda. Menghadapi fenomena seperti ini tentu saja mengusik kita untuk menanyakan apakah generasi muda telah memiliki ketahanan nasional dan karakter yang kuat sebagai generasi penerus bangsa, atau kita perlu memikirkan dan menelaah kembali nasionalisme yang telah lahir dari sejarah panjang perjuangan bangsa dan di bangun dengan susah payah oleh para pendiri republik ini. Dalam tulisan ini akan diuraikan bagaimana membangun nasionalisme baru generasi muda yang berkarakter unggul dalam upaya mengembangkan model pencegahan radikalisme dan terorisme yang berkembang marak akhir-akhir ini di kampus. Nasionalisme Baru Generasi Muda yang Berkarakter Patriotisme bagi generasi muda harus terus ditingkatkan, yaitu adanya suatu generasi yang berpikir integralistik dalam hubungan kesatuan dan keutuhan wilayah dengan semangat otonomi daerah, berkarakter unggul dengan pendekatan kearifan lokal, berpikir rasional, kritis, inovatif, terbuka dan dinamis yang didasari semangat merdeka dalam berkarya. Mewujudkan kemakmuran dan keadilan sosial yang sesuai dengan cita-cita dan tujuan nasional, sebab dalam konsep nasionalisme baru diyakini generasi muda sebagai bagian elemen bangsa akan mendapatkan atau menikmati apa yang menjadi jatidirinya sesuai dengan keadilan dan harkat martabat mereka sebagai generasi muda Indonesia. Setiap keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif yang miliki harus di kelola dengan baik sehingga menjadi kekuatan yang dapat mendorong bagi kemajuan bangsa. Kebijakan apapun yang

Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 132 menyangkut pembangunan karakter generasi muda harus menyentuh segala bidang yang dapat memberdayakan dan meletakkan mereka agar dapat diarahkan untuk mempertebal semangat kebangsaan dan nasionalisme Apabila kekuatan sosial dan kelebihan alamiah ini tidak dikelola dengan baik akan berdampak sangat besar dan dasyat bagi bangsa. Oleh karena itu, tugas mempersiapkan generasi penerus bangsa dengan mendidik generasi muda dengan nasionalisme baru berkarakter unggul adalah sangat penting, karena mereka akan menjadi pemimpin di masa depan, sebab mereka bakal hidup bukan pada zaman kita. Sebetulnya generasi muda telah memiliki kesatuan tekad untuk membangun masa depan bersama yang akan mengurus terwujudnya aspirasi dan kepentingan bersama secara adil. Model Pencegahan Radikalisme di Kampus. Setelah negara berdiri, seharusnya nasionalisme menjadi kekuatan sosial dan masih tetap berfungsi dalam pembangunan negara dan karakter bangsa, sementara dalam praktik selama ini hanya terbatas pada retorika dan ketentuan formal sehingga penerapannya banyak melenceng dari sasaran. Hal ini membuat konsep nasionalisme yang bercirikan wawasan kebangsaan jauh dari praktik kehidupan berbangsa dan bernegara. Faktor penghambat tumbuhnya nasionalisme adalah kemiskinan, kebodohan, korupsi, lunturnya identitas budaya masyarakat, masalah keadilan sosial yang belum tercapai, dan semakin menguatnya individualisme. Apabila semua masalah-masalah tersebut di lihat secara kasat mata, maka itu sudah cukup memberi contoh tentang bagaimana cara mengurus dan mengisi kemerdekaan yang salah kepada generasi muda.

133 Abdul Rasyid Saliman dan Rio Armanda Agustian Tentu saja hal tersebut pada akhirnya akan memperlemah nasionalisme generasi muda, maka nasionalisme yang telah membawa bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan tampaknya tinggal kerangka sejarah yang tidak mampu lagi menyentuh kehidupan berbangsa dan bernegara karena eksistensinya tidak dapat menyelesaikan setiap masalah yang timbul. Faktor penghambat lainnya yang dapat menjadi tantangan terhadap nasionalisme bangsa adalah adanya keinginan mendirikan negara agama, seperti fenomena radikalisme yang masuk ke kampuskampus, fenomena ISIS dengan model rekrutmen yang menggunakan media sosial yang dapat memikat generasi muda, adanya pemimpin daerah yang tidak cakap memimpin, isu-isu demokratisasi, HAM, lingkungan hidup, liberalisme dan universalisme yang telah menembus dan merasuki cara pandang dan cara berpikir pragmatis generasi muda. Kondisi demikian bukan hanya meminggirkan Pancasila sebagai ideologi negara tetapi juga UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika yang telah menjadi konsensus nasional yang kita anut, tetapi juga bisa menghadirkan sistem nilai dan idealisme baru yang dianggap sesuai tantangan dan kebutuhan zaman serta lebih mampu memenuhi setiap aspirasi generasi muda. Itulah sebenarnya yang menjadi kekuatiran kita bersama dan bukankah di masa depan generasi saat ini akan mengganti para pemimpin dengan pola pikir radikal tersebut. Hal demikian, bisa saja solidaritas agama menggeser kesetiaan nasional, universalisme ideologi agama menggeser nasionalisme dan pada akhirnya menghilangkan identitas nasional. Tidak melawan perang pemikiran (perang ideologi) dengan kekuatan senjata, tetapi dengan ilmu pengetahuan. Disinilah pentingnya kita mempertahankan kesatuan ideologi Pancasila dalam berperilaku, dan bertindak dalam perang melawan radikalisme yang tumbuh di masyarakat.

Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 134 Membangun spirit cinta tanah air dengan tujuan membangun generasi yang berbudaya unggul, bangga berbangsa dan berbahasa Indonesia pada saat ini menjadi masalah pokok dan penting dalam membentuk karakter bagi generasi muda yang memiliki daya tahan dalam menghadapi dinamika perubahan dan dalam upaya pencegahan radikalisme yang gencar tumbuh di kampus-kampus tersebut. Tampaknya nasionalisme kita memang sedang diuji, khususnya dikalangan generasi muda yang masih mencari format nasionalisme yang paling ideal. Daftar Pustaka Depdiknas. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas. Barnadib, Imam. 2002. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Adicita. Beoang, Konrad Kebung. 1997. Michel Foucault: Parrahesia dan Persoalan Mengenai Etika. Jakarta: Obor. Hall, Edward T. & William Foote Whyte. 1998. Komunikasi Antarbudaya: Suatu Tinjauan Antropologis, dalam Komunikasi Antarbudaya, Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya (editor: Deddy Mulyana & Jalaluddin Rakhmat). Bandung: Remaja Rosdakarya. Jujun S. Suriasumantri.1996. Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial, dan Politik: Sebuah Dialog tentang Dunia Keilmuan Dewasa ini. Jakarta: Gramedia. Magnis-Suseno, Magnis. 1987. Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius. Mangunhardjana, A. 1997. Isme-isme dalam Etika: dari A Sampai Z. Yogyakarta: Kanisius. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (Ed). 1964. Setangkai Bunga Sosiologi. Edisi Pertama. Jakarta: Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia