BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Pemasaran Bank Suatu proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian dari kegiatan menghimpun dana, dan jasa-jasa keuangan lainnya dalam rangka memenuhi kebutuhan, keinginan, dan kepuasan nasabahnya. Manajemen pemasaran bank merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan para nasabahnya terhadap produk dan jasa perbankan, baik produk simpanan (giro, tabungan dan deposito), pinjaman (kredit) atau jasa-jasa bank lainnya. Penyediaan keinginan dan kebutuhan produk bank ini harus dilakukan melalui perencanaan yang matang, baik untuk perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang. Selanjutnya dilaksanakan oleh bankir yang profesional. Kemudian perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian secara terus-menerus agar tidak menyimpang dari yang sudah direncanakan. Pada akhirnya kegiatan pemasaran bank diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah serta juga akan memberikan kepuasan kepada para nasabahnya. 1 Dalam melakukan pemasaran,bank memiliki beberapa sasaran yang hendak dicapai. Artinya, nilai penting pemasaran bank terletak dari tujuan yang ingin dicapai seperti daam hal meningkatkan mutu pelayanan dan 1 Kasmir, manajemen perbankan, (jakarta : pt raja grafindo persada, 2006), hal. 169-171 14
15 menyediakan ragam produk yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan nasabah. Untuk mencapai sasaran tersebut maka bank perlu : 2 1. Menciptakan produk yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan nasabahnya. 2. Memberikan nilai lebih terhadap produk yang ditawarkan dibandingkan dengan produk pesaing. 3. Menciptakan produk yang mmberikan keuntungan, keamanan terhadap produknya. 4. Memberikan informai yang benar-benar dibutuhkan nasabah dalam hal keuangannya pada saat dibutuhkan. 5. Memberikan pelayanan yang maksimal mulai dari calon nasabah menjadi nasabah bank yang bersangkutan. 6. Berusaha menarik minat konsumen untuk menjadi nasabah bank. 7. Berusaha untuk mempertahankan nasabah yang lama dan berusaha mencari nasabah baru baik dari segi jumlah maupun kualitas nasabah. 8. Berusaha terus-menerus meningkatkan kualitas produk dan kepuasan pelanggan/nasabah. B. Tujuan Pemasaran Bank 1. Memaksimumkan konsumsi atau dengan kata lain memudahkan dan merangsang konsumsi, sehingga dapat menarik nasabah untuk membeli produk yang ditawarkan bank secara berulang-ulang. 2 Kasmir, Pemasaran Bank, (Jakarta : Kencana, 2005), hal. 3-4
16 2. Memaksimumkan kepuasan konsumen melalui berbagai pelayanan yang diinginkan nasabah. 3. Memasimumkan pilihan (ragam produk) dalam arti bank menyediakan berbagai jenis produk bank sehingga nasabah memiliki beragam pilihan pula. 4. Memaksimumkan mutu hidup dengan memberikan berbagai kemudahan kepada nasabah dan menciptakan iklim yang efisien. C. Konsep-konsep pemasaran Konsep-konsep pemasaran adalah : 1. Konsep produksi Menyatakan bahwa konsumen akan menyukai produk yang tersedia dan selaras dengan kemampuan merekan dan oleh karenanya manajemen harus berkonsentrasi pada peningkatan efisiensi produksi dan efisiensi distribusi. 3 2. Konsep publik Konsep ini berpegang teguh bahwa konsumen akan menyenangi produk yang menawarkan mutu dan kinerja yang paling baik serta keistimewaan yang mencolok. 3. Konsep penjualan Konsep penjualan berfikir bahwa konsumen tidak akan membeli cukup banyak produk terkecuali perusahaan menjalankan suatu usaha promosi dan penjualan yang kokoh, 3 Kasmir, opcit, hal. 172-173
17 4. Konsep pemasaran Konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk mencapai sasaran organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan pemberian kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan lebih efisien dari yang dilakukan pesaing. 5. Konsep pemasaran Menyatakan bahwa tugas perusahaan adalah menentukan kebutuhan, keinginan dan minat pasar sasaran dan memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efesien dibandingkan para pesaing sedemikian rupa sehingga dapat mempertahankan dan mempertinggi kesejahteraan masyarakat. 6. Konsep pemasaran kemasyarakatan Merupakan konsep yang bersifat kemasyarakatan, konsep ini menekankan kepada penentuan kebutuhan, keinginan, dan minat pasar serta memberikan kepuasan, sehingga memberikan kesejahteraan konsumen dan masyarakat. D. Marketing Mix Marketing mix (bauran pemasaran) merupakan kegiatan pemasaran yang dilakukan secara terpadu. Artinya kegiatan ini dilakukan secara bersamaan diantara elemen-elemen yang ada dalam marketing mix itu sendiri. Setiap elemen tidak dapat berjalan sendiri-sendiri tampa dukungan dari elemen yang lain.
18 Elemen-elemen yang ada dalam marketing mix adalah produck (produk), price (harga), place (tempat) dan promotion (promosi). Oleh karena itu setiap elemen membutuhkan strategi tersendiri, namun tetap akan terkait dengan strategi pada elemen lainnya seperti : 1. Strategi produk 2. Strategi harga 3. Strategi lokasi dan lay out 4. Dan strategi promosi E. Pengertian Tabungan Tabungan (saving deposit) merupakan jenis simpanan yang sangat populer di lapisan masyarakat indonessia mulai dari masyarakat kota sampai pedesaan. Menurut undang-undang perbankan no. 10 tahun 1998, Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. 4 Menurut undang-undang Republik Indonesia No 21 tahun 2008 pasal 1 tentang Bank Syari ah, Tabungan adalah Simpanan berdasarkan akad wadi ah atau investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syari ah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak 4 Ismail, Manajemen Perbankan, (Jakarta : Kencana, 2010), hal. 67
19 dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. 5 Sedangkan menurut Dewan Syariah Nasional (DSN) mengatur tabungan syariah dalam Fatwa Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 yaitu Produk tabungan yang dibenarkan atau diperbolehkan secara syariah adalah tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadiah, sehingga kita mengenal tabungan mudharabah dan tabungan wadiah. Tabungan yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah, dewan syariah nasional telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa tabungan yang berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah. 6 F. Ketentuan Tabungan Untuk memberikan kemudahan dalam pelayanan kepada nasabah tabungan, maka terdapat beberapa ketentuan dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh nasabah. Persyaratan dan ketentuan tersebut disamping untuk meningkatkan pelayanan, juga untuk menjaga keamanan dan keuntungan nasabah. Beberapa ketentuan dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh nasabah antara lain : 7 1. Pembukaan tabungan 5 Aprizal, Pengertian Tabungan, diakses pada 07 agustus 2017, jam 20:03 WIB dari http://aprizal27.wordpress.com/2011/10/20/tabungan-syariah.html 6 Aprizal, Pengertian Tabungan, diakses pada 07 agustus 2017, jam 20:03 WIB dari http://aprizal27.wordpress.com/2011/10/20/istilah dalam Undang-undang 7 Ismail, op cit, hal. 70-71
20 Pembukaan tabungan merupakan awal nasabah tersebut menjadi nasabah tabungan. 2. Jumlah setoran Setiap bank akan mensyaratkan adanya ketentuan tentang setoran minimal pada saat pembukaan. 3. Saldo tabungan Setiap bank menentukan kebijakan tentang saldo minimal tabungan yang harus tersedia. 4. Penarikan tabungan Penarikan tabungan merupak an pengambilan dana yang dilakukan oleh nasabah yang berasal dari tabungan. 5. Bunga Sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank kepada nasabah pemegang rekening tabungan, bank memberikan balas jasa berupa bunga. 6. Intensif Dalam era persaingan yang ketat dalam menghimpun dana pihak ketiga, setiap bank berusaha menarik nasabah dengan memberikan berbagai macam keuntungan dan fasilitas antara lain, hadiah, undian, dan cendramata, dan lain-lain. 7. Penutupan a. Penutupan tabungan atas permintaan nasabah. b. Penutupan tabungan karena tidak aktif. c. Penutupan tabungan karena faktor lain.
21 1) Perubahan nama tabungan, 2) Bank marger, 3) Dan lain-lain. 8 G. Tabungan Mudharabah Tabungan mudharabah merupakan produk penghimpun dana oleh bank syari ah yang menggunakan akad mudharabah muthlaqah. Bank syari ah bertindak sebagai mudharib dan nasabah sebagai shahibul maal. Nasabah menyerahkan pengelolaan dana tabungan mudharabah secara mutlak kepada bank syari ah, tidak ada batasan baik dilihat dari jenis investasi, jangka waktu, maupun sektor usaha dan tidak boleh bertentangan dengan prinsip syari ah islam. Bank syari ah akan membayar bagi hasil kepada nasabah setiap akhir bulan, sesuai dengan nisbah yang telah diperjanjikan pada saat pembukaan rekening tabungan mudharabah. Bagi hasil tabungan mudharabah sangat dipengaruhi oleh antara lain a. Pendapatan Bank Syari ah. b. Total investasi mudharabah muthlaqah. c. Total investasi produk tabungan mudharabah. d. Rata-rata saldo tabungan mudharabah. e. Nisbah tabungan mudharabah yang ditetapkan sesuai dengan perjanjian. f. Metode perhitungan bagi hasil yang diberlakukan. 8 Ibid, hal. 73
22 g. Total pembiayaan bank syari ah 9 H. Prinsip Mudharabah Prinsip bagi hasil (profit sharing) merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi operasional bank islam secara keseluruhan. Secara syari ah, prinsipnya berdasarkan kaidah al-mudharabah. Berdasarkan prinsip ini Bank Islam akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan pengusaha yang meminjam dana. Dengan penabung, bank bertindak sebagai mudharib (pengelola), sedangkan penabung bertindak sebagai shahibul maal (penyandang dana). Antara keduanya diadakan akad mudharabah yang menyatakan pembagian keuntungan masing-masing pihak. 10 Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Selain al-dharab, disebut juga qiradh yang berasal dari al-qardhu yang berarti potongan karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian keuntungannya. Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, 9 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta : Kencana, 2011), hal. 89 10 Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syari ah dari Teori ke Praktik, ( Jakarta : Gema Insani, 2001), hal. 137
23 apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. a. Rukun mudharabah Faktor-faktor yang harus ada (rukun) dalam akad mudharabah adalah : 1) Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha) 2) Objek mudharabah (modal dan kerja) 3) Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul) 4) Nisbah keuntungan Pelaku. Jelaskan bahwa rukun dalam akad mudharabah sama dengan rukun dalam akad jual-beli ditambah satu faktor tambahan, yakni nisbah keuntungan. Objek. Faktor kedua (objek mudharabah) merupakan konsekuensi logis dari tindakan yang dilakukan oleh para pelaku. Persetujuan. Faktor ketiga, yakni persetujuan kedua belah pihak, merupakan konsekuensi dari prinsip an-taraddin minkum (sam-sama rela).
24 Nisbah keuntungan. Faktor yang keempat (yakni nisbah) adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah, yang tidak ada dalam akad jual beli. 11 b. Dasar Hukum Mudharabah Dasar hukum produk tabungan mengacu pada prinsip mudharabah adalah sebagai berikut : 1) Al-qur an Dasar hukum mudharabah dalam al-qu an, QS.An-Nisa ayat 29: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka samasuka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Ayat ini menejelaskan bahwa salah satu syarat sahnya nasabah menabung di bank syariah atau menitipkan dananya ke bank syariah dengan kesepakatan suka sama suka atau nasabah mempercayakan uangnya untuk dikelola oleh pihak bank sesuai dengan prinsip syariah yang kemudian keuntungannya dibagi sesuai kesepakatan bersama 11 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 205-206
أ 25 antara nasabah dan pihak bank sesuai dengan ketentuan yang telah berlaku. 2) Hadist Hadist Nabi diriwayatkan Ibnu Majah dari Shuhaib: أ أ أا : أ أ ث ب ي ب ن يا أ أ أ هللا: ا أ ي هللاع ن ال ن ب ن أ ن هللا أ أ ي ب أ با ب أ أ ن با أ أ أ ل يا هللامق أ أر أض هللا أ أخ ي هللاط يا هللا ب ب ب ا نش بع ي ب با ي أ ي بت ال أ با ي أ يع ب )ر ه ب م أ ب( Artinya: Nabi bersabda, Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampurkan gandum dengan jewawut untuk kepentingan rumah tangga, bukan untuk dijual. Hadist Nabi SAW yang berbunyi: Laksanakan amanat dari orang yang memberi amanat tersebut kepadamu dan janganlah kamu mengkhianati orang yang telah mengkhianatimu. (HR.Abu Dawud). 3) Ijma Diriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tidak ada seorang pun mengingkari mereka. Karenanya, hal itu dipandang sebagai ijma (Wahbah zuhaily, alfigh al-islami wa Adillatuhu, 1989,4/838). 12 12 Dasar Hukum Mudharabah, diakses pada 04 Juni 2017, Jam 10:43 WIB dari http://dasar-hukum-muamalat.blogspot.co.id/2012/09/dasar-hukum-mudharabah.html.
26 c. Rukun dan syarat mudharabah 1). Rukun mudharabah Menurut ulama syafi iyah, rukun-rukun qiradh ada enam, yaitu : a). Pemilik barang yang menyerahkan barang-barangnya b). Orang yang bekerja, yaitu mengelola barang yang diterima dari pemilik barang c). Aqad mudharabah, dilakukan oleh pemilik dengan pengelola barang d). Mal, yaitu harta pokok atau modal e). Amal, yaitu pekerjaan pengelolan harta sehingga menghasilkan laba f). Keuntungan. 2). Syarat mudharabah Syarat-syarat sah mudharabah berkaitan dengan aqidani (dua orang yang akan akad), modal dan laba, yaitu: 13 a). Syarat aqidani Disyaratkan bagi orang-orang yang akan melakukan akad, yakni pemilik modal dan pengusaha adalah ahli dalam mewakilkan atau menjadi wakil, sebab mudharib mengusahakan harta pemilik modal, yakni menjadi wakil. 13 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hal. 228
27 b). Syarat modal (1) Modal harus berupa uang, seperti dinar, dirham, atau sejenisnya. (2) Modal harus diketahui dengan jelas dan memiliki ukuran. (3) Modal harus ada, bukan berupa hutang, tetapi tidak berarti harus ada ditempat akad. (4) Modal harus diberikan kepada pengusaha. c). Syarat laba 1) Laba harus memiliki ukuran Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa apabila pemilik modal mensyaratkan bahwa kerugian harus ditanggung oleh kedua orang yang akad, maka akad rusak, tetapi mudharabah tetap sah. Hal ini karena dalam mudharabah, kerugian harus ditangung oleh pemilik modal. Sedangkan apabila pemilik modal mensyaratkan laba harus diberikan semuanya kepadanya, hal ini tidak dikatakan mudharabah, tetapi pedagang. 14 2) Laba harus berupa bagian yang umum (Masyur) Pembagian laba harus sesuai dengan keadaan yang berlaku secara umum, seperti kesepakatan diantara orang yang melangsungkan akad bahwa setelah laba adalah untuk pemilik modal, sedangkan setengah lainnya lagi diberikan kepada 14 Ibid. 229
28 pengusaha. Akan tetapi, tidak dibolehkan menetapkan jumlah tertentu bagi satu pihak dan sisanya bagi pihak lain, seperti menetapkan laba 1.000 bagi pemilik modal dan menyerahkan sisanya bagi pengusaha. d. Jenis-jenis mudharabah 1) Mudharabah muthlaqah Mudharabah muthlaqah merupakan akad perjanjian antara dua pihak yaitu shahibul maal dan mudharib, yang mana shahibul maal menyerahkan sepenuhnya atas dana yang diinvestasikan kepada mudharib untuk mengelola usahanya sesuai dengan prinsip syariah. shahibul maal tidak memberikan batasan jenis usaha, waktu yang diperlukan, strategi pemasarannya, serta wilayah bisnis yang dilakukan. Shahibul maal memberikan kewenangan yang sangat besar kepada mudharib untuk menjalankan aktivitas usahanya, asalkan sesuai dengan prinsip syariah Islam. 2) Mudharabah muqayyadah Mudharabah muqayyadah merupakan akad kerja sama usaha antara dua pihak yang mana pihak pertama sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan pihak kedua sebagai pengelola dana (mudharib). Shahibul maal menginvestasikan dananya kepada mudharib, dan memberi batasan atas penggunaan dana yang diinvestasikannya. Batasnnya antara lain tentang:
29 a). Tempat dan cara berinvestasi b). Jenis investasi c). Objek investasi d). Jangka waktu 15 e. Manfaat mudharabah 1) Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan nasabah meningkat. 2) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan. 3) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah. 4) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungakan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan. 5) Prinsip bagi hasil mudharabah dan musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi. f. Faktor-faktor yang mempengaruhi bagi hasil tabungan mudharabah 1) Investment Rate Merupakan persentase dana yang diinvestasikan kembali oleh Bank syariah baik ke dalam pembiayaan maupun penyaluran dana lainnya. 15 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 86-87
30 2) Total Dana Investasi Total dana investasi yang diterima oleh bank syariah akan mempengaruhi bagi hasil yang diterima oleh nasabah investor. 3) Jenis Dana Investasi mudharabah dalam menghimpun dana, dapat ditawarkan dalam beberapa jenis yaitu: tabungan mudharabah, deposito mudharabah, dan sertifikat investasi mudharabah antar bank syariah (SIMA). 16 4) Nisbah Nisbah merupakan persentase tertentu yang disebutkan dalam akad kerjasama usaha (mudharabah dan musyaraqah) yang telah disepakati antara bank dan nasabah investor. 5) Metode Perhitungan Bagi Hasil Bagi hasil akan berbeda tergantung pada dasar perhitunga bagi hasil, yaitu bagi hasil yang dihitung dengan menggunakan konsep revenue sharing dan bagi hasil menggunakan Profit/lost sharing. 6) Kebijakan Akuntansi Kebijakan akuntansi akan berpengaruh pada besarnya bagi hasil. Beberapa kebijakan akuntansi yang akan mempengaruhi bagi hasil antara lain penyusutan. 17 16 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 96-98 17 Ibid, hal. 98