BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sandy Windiana, 2014 Pengaruh Model Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sebuah upaya sadar yang dikerjakan oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Riska Dwi Herliana, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Zulia Rachim, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah :

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani

85. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

: Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK)

I. PENDAHULUAN. kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang. berlangsung seumur hidup. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. perhatian, baik pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Olahraga ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah KTSP Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Dari uraian diatas jelas pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting, bahwa pendidikan jasmani memiliki nilai-nilai yang positif untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KRITIK TERHADAP PENDEKATAN TRADISIONAL

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial,

A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas X, Semester 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang menumbuh

PERBANDINGAN PENDEKATAN TAKNIS DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA BASKET

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada tuntutan jaman sekarang yang mengutamakan skill. Salah satu sasaran

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

prilaku hidup sehat peserta didik, dalam kehidupan sehari-hari (Suroto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dianggap belum memenuhi tujuan utama pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran dalam pendidikan jasmani tidak hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Undang-undang Sistem. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giri Lisyono R, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Royan Rizalul Fiqri, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Defri Mulyana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kondisi dan karakter siswa. Dengan melihat secara langsung, anak

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan psikis yanglebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. individu secara menyeluruh. Namun, perolehan keterampilan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Keterampilan Teknik Dasar Lapangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

O. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMPLB TUNADAKSA

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang direncanakan secara sistematik untuk mencapai suatu tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, agar menjadi manusia dewasa dan bertanggung jawab. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan (UUD 1945). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan Jumlah Wakatu Aktif Belajar Saat Proses Belajar Mengajar Permainan Bola

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran agar siswa tertarik dalam proses belajar mengajar. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

melakukan segala aktivitasnya untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. aktif di dalam prosesnya dan gurulah yang menjadi center utama dalam

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI MELALUI BANTUAN TUTOR SEBAYA SISWA KELAS VIII DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 5 PALEMBANG

I. Pendahuluan. berlangsung seumur hidup. Berdasarkan undang-undang No.20 tahun. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut. Hal itulah yang merupakan asumsi secara umum terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MAKNA PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

2014 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PASSING DALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA

Mahendra (2009:10) juga memaparkan bahwa secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:

Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DANMODEL INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM PADA SISWI DI SMP NEGERI 5 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Satryandi Ahmad Fauzi, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ada sejak adanya manusia, dalam arti sejak adanya manusia telah ada pula usahausaha

I. PENDAHULUAN. Indonesia sejak jaman penjajahan Belanda. Permainan kipers hampir sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga bulutangkis di Indonesia telah menempatkan diri sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Maulana Sabrina, 2013

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan secara keseluruhan. Bertujuan mengembangkan aspek

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Namun selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif saja. Pandangan ini telah membawa akibat terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni, psikomotor, serta life skill. Maka dari itu seharusnya melalui proses pendidikan manusia dapat dididik dan dibina secara keseluruhan atau maksimal. Seperti yang dijelaskan dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 BAB I pasal 1 bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Perencanaan pendidikan seharusnya dapat dilakukan dengan kondusif, agar pencapaian tujuan mengenai aspek-aspek yang ada pada Undang-Undang terlaksana secara keseluruhan. Bukan hal baru sebenarnya bagi pelaksana pendidikan akan keadaan yang nyata ini, hanya perlu kesadaran pelaksana untuk dapat menyesuaikan dengan keadaan pendidikan di negeri ini. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Mahendra (2003:3) menjelaskan bahwa:

2 Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Berdasarkan pernyataan di atas bahwa pendidikan jasmani merupakan suatu bagian integral dari proses pendidikan karena dalam proses pendidikannya tidak hanya berfokus kepada unsur koginifnya saja, banyak kandungan unsur lainnya seperti afektif dan psikomotor. Hal itu menjadikan pendidikan jasmani sebagai media yang baik dalam mengembangkan seluruh kemampuan peserta didik. Salah satu materi yang harus diterapkan di sekolah dasar adalah aktivitas pembelajaran permainan dan olahraga bola kecil, dalam materi pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan (PJOK) yang sesuai dengan Permendiknas tentang usulan dasar penjasokes Kurikulum 2013 SD (2013:17) berikut ini: Mempraktikkan variasi dan kombinasi pola gerak dasar lokomotor, nonlokomotir, dan manipulatif yang dilandasi konsep gerak dalam berbagai permainan dan atau olahraga tradisional bola kecil dan bola besar dengan kontrol yang baik. Menurut penjelasan di atas jelas sekali bahwa permainan bola kecil termasuk salah satu materi yang harus diberikan kepada siswa. Ada banyak kategori permainan yang dapat dilakukan dalam permainan bola kecil seperti permainan tenis meja, bulutangkis, base ball, tenis lapang, bola bakar, kasti dan yang lainnya. Dalam hal ini permainan kasti yang akan menjadi fokus pembahasan. Kasti adalah suatu permainan bola kecil yang dimainkan secara berkelompok. Pengertian kasti menurut Waryati, Sulistyo, dan Soetarti (1993:105) menjelaskan bahwa kasti merupakan jenis olahraga permainan

3 dengan menggunakan bola kecil atau permainan bola kecil. Permainan kasti memiliki beberapa unsur seperti kekompakan, ketangkasan dan kegembiraan. Permainan ini dimainkan di lapangan terbuka, pada anak-anak usia sekolah dasar, permainan ini dapat melatih kedisiplinan diri dan memupuk rasa kebersamaan serta solidaritas antar teman. Dalam bermain kasti ada beberapa keterampilan yang harus dikuasai yaitu memukul, melempar, dan menangkap bola serta kemampuan lari. Sekarang ini permainan kasti menjadi permainan olahraga yang jarang dipertandingkan dalam kejuaraan antar sekolah sehingga permaian ini kurang dikenal dan diajarkan di sekolah-sekolah dasar bahkan di masyarakat. Dikhususkan bagi kalangan anak-anak permainan kasti sangatlah berguna tidak hanya membantu mereka dalam mengembangkan kemampuan dan keterampilan saja, tetapi psikologi dan sosial anak juga. Hal itu dikarenakan, kebanyakan alasan anak-anak bermain kasti adalah untuk bersenang-senang bersama temantemannya. Permainan kasti sudah menjadi olahraga yang diwajibkan untuk dapat terlaksana di setiap sekolah-sekolah. Meskipun sering kali permainan kasti membuat para siswa menjadi bermusuhan karena tidak dapat menerima kekalahan. Namun, tidak menjadi alasan untuk seorang guru tidak memberikan materi permainan kasti pada siswa di sekolah. Sebagian besar siswa hanya bisa melakukan tanpa tahu apa yang dilakukannya. Perubahan psikomotor, kognitif, afektif dapat dicapai melalui proses pembelajaran jasmani. Pada kenyataan yang ada sebagian guru mata pelajaran pendidikan jasmani cenderung memberikan siswa pelatihan seperti gerakan memukul, melempar dan menangkap, misalnya memukul bola melambung parabola dan siswa diperintahkan untuk melakukan pengulangan sampai menguasai gerakan tersebut. Guru pendidikan jasmani harus dapat lebih kreatif untuk dapat memberikan pembelajaran dengan tujuan mencapai tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Selain itu guru pendidikan jasmani juga harus bisa menyesuaikan materi dengan kondisi atau karakteristik anak khususnya siswa tingkat sekolah dasar. Kurang kreatifnya seorang guru pendidikan jasmani dalam menyampaikan materi serta kurang inovatifnya model pembelajaran yang

4 digunakan sehingga siswa hanya mendapatkan pembelajaran yang mengarah pada perkembangan psikomotornya saja. Masalah utama yang dilihat penulis adalah terbatasnya kemampuan guru pendidikan jasmani untuk melakukan pembelajaran pendidikan jasmani. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) ditegaskan bahwa pendidik (guru) harus memiliki kompetensi sebagai agen pembelajar. Salah satunya melakukan inovasi dalam memberikan pembelajaran agar siswa tidak merasa jenuh, tidak dengan memberikan pembelajaran yang monoton dan selalu berpusat kepada guru. Seharusnya guru harus bisa mengemasnya secara menarik agar siswa lebih berantusias dalam mengikuti pembelajaran yang diberikan. Salah satu contoh model mengajar yang pernah diobservasi oleh penulis di Sekolah Dasar Negeri Sukaluyu 3 Kota Bandung dalam praktik pendidikan jasmani, metode yang dipakai cenderung tradisional dan terlalu menekankan pada kecabangan olahraga. Selain itu, model yang digunakan monoton dan lebih berpusat pada gurunya. Hal itu menunjukkan kurang kreatifnya metode yang digunakan sehingga terkesan kalau siswa hanya dituntun pada perkembangan psikomotornya saja. Dalam aktivitas pembelajaran permainan kasti, seorang guru harus bisa mengarahkan siswanya untuk bebas dan kreatif mempelajari pembelajarannya namun tetap dalam pengawasan. Seorang guru pendidikan jasmani bisa menggunakan pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran dan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif agar semua potensi siswa dapat berkembang. Tugas guru pendidikan jasmani adalah memilih cara pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan demi mencapai tujuan agar pembelajaran dapat dikemas dan disampaikan dengan baik sehingga dapat meningkatkan motivasi dan antusiasme siswa. Permasalahan di atas memberikan suatu ide penulis untuk menerapkan model pembelajaran yang tepat. Model yang ingin diterapkan yaitu model pembelajaran pendekatan taktis. Dalam strategi pembelajaran pendekatan taktis lebih menekankan pada konsep game-drill-game. Game yaitu bermain, siswa

5 dituntut untuk bermain dengan konsep-konsep yang yang diberikan oleh guru dan memahami tentang permainan itu. Drill yaitu pengulangan, guru harus lebih teliti melihat permainan siswanya dan apabila terjadi kesalahan dalam tugas gerak maka guru menghentikan pembelajaran dan memberikan contoh gerakan yang benar kemudian siswa melakukan tugas gerak. Kemudian game yaitu bermain, setelah melakukan pengulangan atau drill siswa kembali melakukan permainan dengan perubahan tugas gerak yang telah dilakukan pada tugas drill. Pembelajaran melalui model pembelajaran pendekatan taktis membiasakan siswa untuk melatih kognitif, afektif, dan psikomotor. Pendekatan taktis bermain membantu memikirkan guru untuk menguji kembali pemikiran mereka tentang pendidikan bermain. Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk menyadari keterkaitan antara bermain dan peningkatan penampilan bermain mereka. Menurut Toto Subroto (2001 : 4) tujuan pendekatan taktis secara spesifik yaitu untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang konsep bermain melalui penerapan teknik yang tepat sesuai dengan masalah atau situasi dalam permainan. Dalam hal ini model pembelajaran pendekatan taktis dipandang cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran keterampilan bermain sepakbola karena karakteristiknya yang menekankan interaksi dan bersifat permainan. Keterampilan bermain kasti tidak sepenuhnya harus menguasai teknik yang baik. Interaksi dengan teman satu tim menjadi salah satu hal yang penting dalam keterampilan bermain kasti, selain itu diharapkan agar dapat bekerja dalam tim yang solid. Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan Penelitian Eksperimen pada siswa kelas VI SDN Sukaluyu 3 Kota Bandung dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti.

6 B. Batasan Masalah Untuk lebih memfokuskan permasalahan, maka peneliti membatasi masalah penelitian ini hanya pada pengaruh model pembelajaran pendekatan taktis yang berfokus terhadap hasil belajar yang meliputi pembelajaran permainan kasti pada siswa kelas VI di SDN Sukaluyu 3 Kota Bandung. Hasil belajar siswa yang dimaksud adalah ranah psikomotor, afektif, dan kognitif siswa berikut ini klasifikasinya: 1. Psikomotor - Keterampilan mencapai tiang hinggap dan mencetak poin. - Keterampilan mematikan lawan. - Keterampilan melambungkan bola ke pemukul. - Keterampilan menangkap bola. - Keterampilan memukul bola. 2. Kognitif - Mengerti jika pukulan bola jauh melambung menyulitkan tangkapan lawan. - Mengerti jika tiang hinggap berfungsi sebagai tempat perlindungan. - Mengerti jika dalam satu pukulan dapat mencetak banyak angka. - Mengerti jika lemparan bola pelambung tidak sesuai keinginan merugikan. 3. Afektif - Mengakui jika terkena lemparan bola. - Membantu teman pada saat kesulitan melakukan posisi memukul yang benar. - Saling membantu dalam melakukan lemparan untuk mematikan lawan. - Dapat menerima kekalahan disaat dimatikan lawan. C. Rumusan Masalah Masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut ini. 1. Apakah dengan model pembelajaran pendekatan taktis pada permainan kasti dapat meningkatkan hasil belajar psikomotor siswa kelas VI SDN Sukaluyu 3? 2. Apakah dengan model pembelajaran pendekatan taktis pada permainan kasti dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa kelas VI SDN Sukaluyu 3?

7 3. Apakah dengan model pembelajaran pendekatan taktis pada permainan kasti dapat meningkatkan hasil belajar afektif siswa kelas VI SDN Sukaluyu 3? D. Tujuan Penelitian Pada dasarnya, setiap penelitian pasti memiliki tujuan tertentu. Peneliti melakukan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas VI SDN Sukaluyu 3 Kota Bandung dalam melakukan permaianan kasti setelah mereka mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran pendekatan taktis. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik teoritis maupun praktis, yaitu sebagai berikut ini. 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah pengetahuan tentang pembelajaran keterampilan permainan kasti serta dapat mengembangkan model pembelajaran keterampilan bermain kasti. 2. Manfaat Praktis Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai pembelajaran keterampilan permainan kasti, serta mampu menggunakan model pembelajaran pendidikan jasmani yang menarik minat siswa dalam meningkatkan prestasi belajar. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi guru untuk memilih model pembelajaran yang sesuai agar mampu menarik minat siswa serta menjadi masukan bagi guru dalam menyusun bahan pembelajaran yang lebih inovatif, kreatif, dan variatif. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat memberi pengalaman dan pengetahuan yang lebih baik pada siswa, sehingga dapat meningkatkan keterampilan dan motivasi siswa, khususnya dalam pembelajaran permainan kasti.