BAB I PENDAHULUAN. dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita

dokumen-dokumen yang mirip
Hubungan Antara Modal Psikologis Dengan Keterikatan Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. 1. Variabel Dependen : Kesejahteraan Psikologis. B. Definisi Operasional

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap

Hubungan Antara Modal Psikologis Dengan Keterikatan Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masykarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas RI

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini, penulis akan menguraikan tentang: latar belakang penelitian; identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. yang mendefinisikan work engagement adalah tingkat keterikatan fisik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Stres pada dasarnya menyerang setiap individual (Noi & Smith, 1994). Noi dan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya manusia atau karyawan merupakan kekayaan (asset) utama

Bab I. Pendahuluan. pengelolaan yang baik pula organisasi akan mendapatkan karyawan-karyawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia selalu melakukan berbagai macam aktivitas dalam

BAB II LANDASAN TEORI. dari pembahasan komitmen organisasional dan work engagement terhadap job

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Mahasiswa Program Studi Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Abstrak. Kata kunci: kelelahan emosional, stres kerja, perilaku menyimpang karyawan.

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi yang efektif semakin menyadari bahwa faktor yang sangat

sumber daya manusianya. Hal ini disebabkan karena dunia kerja memiliki tuntutan

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pendidikan saat ini menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang dilakukan di Hotel Santika Premiere Slipi, Jakarta. Kuesioner yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya rumah sakit merupakan sebuah organisasi yang menyediakan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pekerjaan atau profesi yang sebenarnya bertujuan membangun

BAB I PENDAHULUAN. kerja selalu dipenuhi oleh para pelamar setiap harinya. Pekerjaan adalah suatu aspek

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Setiap kegiatan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya kesehatan masyarakat harus benar-benar mendapatkan perhatian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai profesi yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang. menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai

BAB I PENGANTAR. A.Latar Belakang Masalah. hal-hal yang dapat menimbulkan stres yang pada akhirnya menimbulkan burnout.

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh/integral dari organisasi sosial dan medis. Rumah sakit berfungsi

ABSTRAK. Kata kunci: work-family conflict, kelelahan emosional, intention to leave.

BAB I PENDAHULUAN. Komitmen telah menunjukkan pengaruh yang kuat pada keinginan karyawan

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU MELAYANI PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH ROEMANI SEMARANG. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global,

BAB I PENDAHULUAN. 2001), bahkan dijaman sekarang ini bukan lagi perusahaan besar mengalahkan

BAB I PENDAHULUAN. yang memberikan jasa atau pelayanan di sektor kesehatan. merupakan sektor ekonomi terbesar dalam masyarakat maju (Heizer, 2011).

Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Seseorang cenderung bekerja dengan penuh semangat apabila memperoleh kepuasan

Kecerdasan Emosional dan Pengaruhnya terhadap Kepuasan Kerja Karyawan. Abstrak

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja suatu perusahaan tidak dapat berhasil, dikarenakan setiap karyawan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pelayanan publik adalah bentuk kegiatan yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan era globalisasi, perubahan dan kemajuan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan RI mengatakan bahwa untuk mencapai Indonesia Sehat pada tahun

HUBUNGAN ANTARA JOB CRAFTING DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN GENERASI Y DI KANTOR PUSAT PT. BANK BUKOPIN, TBK JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya persaingan kompetensi antar individu menyebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat sesuai

BAB I LATAR BELAKANG

Hubungan employee engagement dan burnout pada karyawan divisi IT

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dalam dunia medis, telah membawa banyak

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, pendidikan merupakan salah satu syarat penting yang harus

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. satu dengan yang lain dalam menyeimbangkan perekonomian masing-masing.

BAB V. SIMPULAN, KONTRIBUSI, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI PADA PENELITIAN BERIKUTNYA. 5.1 Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh kinerja (job performance) dari

Pada era globalisasi saat ini, teknologi kesehatan berkembang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

STRES KERJA PADA PERAWAT UNIT GAWAT DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Muchlas, (2008) menyatakan bahwa komitmen organisasional sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan saat ini masyarakat mulai memasukkan kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yaitu perawat. Perencanaan tenaga keperawatan merupakan fungsi organik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Psychological..., Anis, Pascasarjana 2015

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan zaman sudah semakin modern terutama pada

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Di era global seperti saat ini, sumber daya manusia (SDM) sangat

BAB 1 : PENDAHULUAN (1, 2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan sebagai hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam UUD

Judul : Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran pada Kinerja Manajerial Dengan Self Efficacy dan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderating

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) adalah pelaksanaan job analysis, perencanaan SDM,

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Dari hasil data dan pembahasan dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

5.3.4 Persepsi Responden terhadap Pengembangan Karir di PTBA Analisis Hubungan Sistem Penilaian Kinerja dan Pengembangan Karir

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Iklim organisasi (atau disebut juga suasana organisasi) adalah. serangkaian lingkungan kerja di sekitar tempat kerja

BAB I PENDAHULUAN. dengan perjanjian (Hasibuan, 2007). Sedangkan menurut kamus besar bahasa

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam beberapa tahun belakangan ini ialah industri pasar modal. Pasar

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pemikiran linier, yang bersifat mekanistik, yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang paling penting bagi seorang manusia. Menurut UU no.36 tahun 2006 tentang Kesehatan, bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 45). Setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional. Setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi negara, dan setiap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi pembangunan Negara. Bahwa setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan kesehatan dalam arti pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat dan merupakan tanggung jawab semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat. (UU No.36 tahun 2006) Hal ini menyimpulkan bahwa kesehatan merupakan hal yang terpenting dan dapat berpengaruh bagi perkembangan ekonomi di Indonesia. Dengan demikian 1 Universitas Kristen Maranatha

pemerintah Indonesia juga harus dapat memfasilitasi masyarakat dengan fasilitas yang berhubungan dengan kesehatan yaitu rumah sakit, karena kebutuhan masyarakat akan kesehatan pada zaman ini semakin meningkat. Hal ini mendorong pemerintah untuk terus membangun instansi kesehatan yaitu rumah sakit. Seiring dengan itu, kebutuhan rumah sakit akan tenaga dokter dan perawat juga semakin meningkat setiap tahunnya (Puspita, 2012). Dan menurut UU no. 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit bahwa pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (UUD 45). Dengan bertambahnya pembangunan Rumah sakit yang akan mengikuti kebutuhan masyarakat akan penunjang sarana kesehatan, maka akan bertambah juga kebutuhan tenaga dokter dan perawat yang nantinya akan dipekerjakan di rumah sakit yang ada (Puspita, 2012). Profesi sebagai tenaga dokter dan perawat membutuhkan keterampilan yang sangat mendalam. Selain itu profesi ini juga membutuhkan banyak keterampilan lain dalam menangani pasien agar pasien yang nantinya akan berhubungan langsung dengan mereka merasa puas dengan pelayanan yang mereka berikan. 2 Universitas Kristen Maranatha

Perawat dan dokter merupakan profesi yang sangat mengutamakan pelayanan karena tugas yang dilakukan biasanya berkaitan langsung dengan pasien (Puspita, 2012). Dokter dan tenaga perawat akan bertemu langsung dengan pasien yang memiliki beraneka ragam kepribadian. Hal ini menuntut perawat untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien di segala keadaan (Puspita, 2012). Namun ketersediaan tenaga kerja tidak sebanding dengan kebutuhan yang ada sehingga banyak di antara pekerja bidang kesehatan harus bekerja lebih lama dibandingkan dengan jam kerja idealnya (Puspita, 2012). Smulder (2006, dalam Schaufeli, Bakker & Salanova, 2011) menyatakan bahwa ada beberapa pekerjaan yang menuntut keterikatan kerja yang tinggi, diantaranya guru, entrepreneur, dan perawat. Pekerjaan seperti yang tersebut sebelumnya memiliki satu kesamaan, yaitu pekerjaan yang melibatkan kualitas pelayanan sebagai modal utamanya. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah rasio antara perawat dengan pasien yang dirawatnya. WHO menetapkan standar rasio ideal perawat dengan pasien adalah 1:200. WHO mencatat di Indonesia sendiri, rasio antara perawat dengan pasien masih jauh dari standar WHO. Indonesia memiliki rasio perawat dan pasien sebesar 1: 375. Hal ini menunjukkan bahwa beban kerja perawat dalam merawat pasien melebihi batas standar yang ada. Kelelahan fisik dan psikis yang berkepanjangan (burnout) akan menjadi tantangan yang akan dihadapi selanjutnya (Indrianti & Hadi, 2012). Disisi lain, Maslach & Leiter (2008) menyatakan bahwa burnout merupakan antithesis dari aspek keterikatan kerja. Perawat yang mengalami burnout dikarakteristikkan dengan rendahnya modal psikologis yang dimilikinya (Luthans, 3 Universitas Kristen Maranatha

dkk; 2007). Padahal merujuk pada Smulder (Schaufeli,dkk; 2006) seharusnya perawat merupakan salah satu pekerjaan yang menuntut work engagement yang tinggi. Jika hal ini dibiarkan, maka tentu akan mengganggu keberlangsungan pekerjaan perawat dalam memberikan perawatan terhadap pasien. Seorang yang dapat memberikan kinerja yang terbaik dalam profesinya dan ketika ia melakukannya atas dasar keinginanya sendiri tanpa ada rasa terpaksa bahkan cenderung memberikan lebih dari apa yang seharusnya menjadi tuntutan pekerjaannya (Puspita, 2012). Hal tersebut merupakan suatu indikasi bahwa pekerja tersebut mencintai pekerjaannya dan terikat dengan pekerjaannya (Puspita, 2012). Kondisi seperti ini merupakan kondisi idealnya seseorang dalam melakukan pekerjaan dalam profesinya (Puspita, 2012). Namun faktanya tidak semua pekerja dapat berkinerja dengan semestinya itu. Pada penelitian sebelumnya Puspita (2012), para perawat menjadi kurang bersemangat dan cenderung bosan karena pekerjaan yang overload dan mengakibatkan mereka kekurangan motivasi; dapat disimpulkan bahwa rendahnya motivasi para perawat menjadikan para perawat kurang terikat dengan pekerjaannya (lack of engagement). Makna Pekerjaan sebagai panggilan dapat diartikan sebagai suatu perasaan bahwa pekerjaan yang mereka pilih tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya (Wrzniewski, 1997). Dan menurut Tanudjaja (2013) makna kerja lebih bersifat internal karena terkait sense individual untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Ketika seseorang memiliki makna kerja sebagai panggilan, maka subjek akan bersedia meluangkan waktu lebih pada saat bekerja. Selain itu, seseorang tersebut akan menilai positif profesi yang sedang dijalaninya tersebut karena profesi 4 Universitas Kristen Maranatha

tersebut menjadi tujuan utama baginya dan sebagai wujud pemenuhan kepuasan hidupnya dalam memenuhi panggilannya (Tanudjaja, 2013). Makna kerja sebagai panggilan merupakan orientasi yang ditetapkan oleh seseorang terhadap pekerjaannya (Tanudjaja, 2013). Makna kerja sebagai panggilan memiliki dampak bagi individu, kelompok, dan organisasi. Bagi individu, pekerja dengan makna kerja sebagai panggilan akan bersedia meluangkan waktu lebih pada saat bekerja. Individu akan mendapat kepuasan terhadap aktivitas-aktivitas dalam pekerjaannya tersebut. Individu tersebut memiliki kekuatan lebih besar dalam bentuk energi dalam bekerja dan menikmati pekerjaannya daripada individu yang memaknai pekerjaannya sebagai pemenuhan kebutuhan hidup dan sekedar peningkatan jenjang karir. Seorang dengan makna kerja sebagai panggilan akan merasa dirinya penuh dan memaknai pekerjaan sebagai pemenuhan diri sampai akhir hayatnya (Tanudjaja, 2013). Ketika seorang memiliki makna kerja sebagai panggilan, orang tersebut akan mengerahkan effort lebih besar sebagai bentuk pengabdian. Orang dengan makna kerja panggilan tidak lagi menganggap bahwa pekerjaannya hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hasil ini mendukung teori Wrzesniewski (1997), pekerja dengan makna kerja sebagai panggilan mempercayai bahwa kontribusi dalam pekerjaannya ini dapat memberikan dampak bagi perusahaan dan juga lingkungan sekitar (Tanudjaja, 2013). Dalam penelitian Hirschi (2012) terhadap para manajer yang berfokus pada keterikatan kerja sebagai bagian positif bagi seorang pribadi dan hasil dari pekerjaan sebagai panggilan, yang didefinisikan sebagai suatu keadaan yang berhubungan dengan pekerjaan yang positif dan ditandai dengan semangat, dedikasi, dan 5 Universitas Kristen Maranatha

penyerapan (Bakker, dkk., 2008), menemukan bahwa terdapat pengaruh positif antara keterikatan kerja dan pekerjaan sebagai panggilan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Tanudjaja (2013) terhadap para guru menemukan bahwa keterikatan kerja menentukan bahwa guru akan menunjukkan performansi yang baik. Survei awal penelitian ini menunjukkan bahwa para guru memiliki indikasi tingkat keterikatan kerja yang rendah (lack of work engagement), kurang pemaknaan kerja sebagai panggilan, dan beberapa faktor lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, makna kerja sebagai panggilan memiliki hubungan dengan keterikatan kerja (work engagement). Selain itu, dalam penelitian tersebut juga mendapatkan 23 dari 30 guru salah satu SMP Swasta di Surabaya pernah mengalami jenuh, merasa waktu berjalan sangat lama ketika mengajar, ingin cepat pulang, dan tidak senang jika harus bekerja melebihi jam kerjanya. Berdasarkan data yang ada, Tanudjaja (2013) menunjukkan indikasi hubungan antara variabel seperti yang ditunjukkan oleh Bakker dan Schaufelli (2004). Lebih lanjut makna kerja adalah faktor internal dalam diri yang menguasai stimulus-stimulus dari luar yang akan mempengaruhi keterikatan kerja. Dan faktor lain yang mempengaruhi tinggi rendahnya keterikatan kerja adalah tuntutan kerja. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat korelasi antara makna kerja sebagai panggilan dengan keterikatan kerja. Selain dokter dan guru, penelitian serupa juga dilakukan oleh Bunderson dan Thompson (2006) yang melakukan penelitian pada petugas kebun binatang yang dilakukan dengan cara mewawancarai setiap petugas dari salah satu kebun binatang yang ada dan hasil jawaban yang didapat dari setiap pekerja yang ada adalah para penjaga kebun binatang mengerti mengapa ia bekerja di sana dan, sering kali banyak orang akan menyerah bila bekerja pada bidang seperti ini, ia sadar bahwa ia tidak 6 Universitas Kristen Maranatha

akan menjadi kaya, tidak akan mendapatkan banyak penghargaan dan tidak akan berada di sebuah tempat yang di pandang baik bagi orang lain. Jadi mereka yang bekerja di tempat itu tahu alasan mengapa mereka ada di bidang pekerjaan tersebut dan mereka mencintai pekerjaan mereka. Adanya keterikatan kerja dapat dilihat dari jawaban para pekerja yang menyatakan bahwa mereka tidak punya alasan untuk bisa melepaskan diri dari pekerjaan mereka. Schaufeli dalam Indrianti dan Hadi (2012) menyatakan bahwa terdapat beberapa karakteristik karyawan yang memiliki keterikatan dalam pekerjaannya, seperti memiliki keyakinan terhadap kemampuannya sendiri serta memiliki anggapan bahwa work is fun. Keyakinan terhadap diri sendiri (efficacy) dan perasaan bahagia saat bekerja merupakan salah satu aspek dalam modal psikologis. Secara teoritis, orang dengan rasa pekerjaan mereka sebagai panggilan mereka memiliki rasa yang mendalam tentang makna, dedikasi, dan keterlibatan mereka dalam pekerjaan (Dik,dkk.,2009; Dobrow & Tosti-Kharas, 2011; Elangovan, Pinder, & McLean, 2010), yang secara konseptual berhubungan dengan work engagement. Dalam penelitian Dobrow dan Tosti-Kharas (2011) menegaskan bahwa pekerjaan sebagai panggilan dan work engagement secara signifikan berkorelasi positif (Hirschi, 2012). Dalam penelitian Hirschi (2012) keberartian pekerjaan mengacu pada bagaimana seseorang melihat pekerjaan mereka. Pekerjaan sebagai panggilan dan keberartian pekerjaan secara teoritis berbeda, karena pekerjaan dapat dikatakan sebagai sesuatu yang bermakna karena pekerjaan tersebut memiliki karakteristik yang independen misalnya umpan balik atau kejelasan dalam pemberian tugas. Secara konseptual, pekerjaan sebagai panggilan seharusnya dianggap sebagai 7 Universitas Kristen Maranatha

pendahuluan dari kebermaknaan pekerjaan, karena makna dari pekerjaan sebagai panggilan yang menghantarkan seseorang untuk memaknai pekerjaan mereka dan tahu tujuan dari pekerjaan mereka. Dengan demikian akan meningkatkan persepsi pekerjaan seseorang menjadi bermakna. Penemuan yang mendukung asumsi ini adalah studi cross-sectional yang dilakukan oleh Duffy, dkk (2012) yang menegaskan bahwa kehadiran keberartian pekerjaan mempengaruhi pekerjaan sebagai panggilan yang diulas secara kualitatif dan kuantitatif oleh Humprey, Nahrgang & Morgeson (2007). Kesimpulan dari beberapa peneliti tersebut, menunjukkan bahwa pekerjaan sebagai panggilan mempengaruhi keterikatan kerja. Serta keberartian pekerjaan juga mendukung peningkatan pengaruh pekerjaan sebagai panggilan terhadap work meaningfulness. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin menguji kembali pekerjaan sebagai panggilan dan kaitannya dengan work engagement yang dimoderasi oleh keberartian pekerjaan (work meaningfulness). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Puspita (2012) dan Hirschi (2012) yang menyatakan bahwa makna kerja sebagai panggilan berkolerasi positif dengan work engagement (keterikatan kerja) pada salah satu instansi rumah sakit di Surabaya. Artinya semakin tinggi perawat memaknai pekerjaan mereka, maka perawat akan semakin terikat dengan pekerjaannya. Berdasarkan penelitian Hirschi (2012), Pekerjaan sebagai panggilan (calling) dan work engagement berkorelasi positif. Serta penemuan Duffy, dkk (2012) yang menegaskan keberartian pekerjaan 8 Universitas Kristen Maranatha

mempengaruhi pekerjaan sebagai panggilan. Maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah pekerjaan sebagai panggilan berpengaruh terhadap work engagement? 2. Apakah keberartian pekerjaan memperkuat pengaruh antara pekerjaan sebagai panggilan dan work engagement? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan beberapa masalah yang diidentifikasikan di atas, maka berikut ini merupakan tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini: 1. Memberikan bukti empiris tentang bagaimana pengaruh pekerjaan sebagai panggilan terhadap work engagement pada dokter dan perawat. 2. Memberikan bukti empiris tentang bagaimana pengaruh pekerjaan sebagai panggilan terhadap work engagement yang dimoderasi oleh keberartian dalam pekerjaan pada dokter dan perawat. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris tentang bagaimana pengaruh pekerjaan sebagai panggilan. Serta pengaruh keduanya ketika dimoderasi oleh keberartian dalam pekerjaan. Selain itu, penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan masukan bagi perawat serta dokter agar dapat menciptakan suasana kerja yang menyenangkan dan mengerti makna pekerjaan mereka, sehingga dapat memberikan pelayanan terbaik bagi pasien yang sedang di tangani. 9 Universitas Kristen Maranatha

1.5 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian ini terlihat dalam gambar 1 sebagai berikut Permasalahan. 1. Kesehatan Merupakan hal penting bagi manusia dan merupakan hak asasi untuk setiap manusia (UU no.36 tahun 2006). Dan harus diwujudkan karena berpengaruh dalam perkembangan perekonomian Negara. 2. Dokter dan Perawat harus memberikan pelayanan terbaik bagi pasien. 3. Tidak semua pekerja dapat memberikan kinerja terbaik mereka. 4. Terdapat kekurangan tenaga pekerja dan mereka harus bekerja lebih dari waktu bekerja yang seharusnya. 5. Pekerja harus dapat merasakan bahwa pekerjaan mereka berarti agar dapat bekerja secara efisien dan tidak menimbulkan kejenuhan. 1. Pekerjaan sebagai Panggilan. 2. Work Engagement. 3. Keberartian Pekerjaan. 1. Apakah Pekerjaan sebagai panggilan berpengaruh terhadap Work Engagement? 2. Apakah Keberartian Pekerjaan memperkuat pengaruh antara pekerjaan sebagai panggilan dan Work Engagement? 1. Pekerjaan sebagai panggilan berpengaruh terhadap Work Engagement 2. Keberartian dalam pekerjaan memperkuat pengaruh antara Pekerjaan sebagai panggilan dan Work Engagement. Jenis Penelitian: Kausal Eksplanatory Populasi: Dokter dan Perawat Rumah Sakit Gigi dan Mulut Maranatha, Bandung Sampel: Dokter dan perawat di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Maranatha, Bandung Uji Hipotesis: MRA Teknik Pengumpulan data : Survei dengan metode kuesioner Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian 10 Universitas Kristen Maranatha

1.6 Waktu Pelaksanaan Penelitian Waktu dan pelaksanaan penelitian dari pembuatan proposal sampai dengan selesai dimulai dari bulan Maret sampai dengan Juli 2014. 1.7 Sistematika Penulisan Laporan Penelitian Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, waktu pelaksanaan dan sistematika penulisan penelitian. Bab II : Landasan teori dan pengembangan hipotesis yang berisi teori-teori makna kerja sebagai panggilan, teori work engagement, pekerjaan (work meaningfulness), hubungan antara teori keberartian pekerjaan sebagai panggilan dan work engagement yang dimoderasi oleh keberartian pekerjaan (work meaningfulness). Bab III : Metoda penelitian yang meliputi populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, definisi operasional, serta dasar teori pengujian normalitas, outliers, validitas dan reliabilitas, serta uji hipotesis. Bab IV : Hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi pengujian pengujian normalitas, outliers, validitas dan reliabilitas, serta uji hipotesis. Bab V : Kesimpulan, saran, keterbatasan dan implikasi manajerial dari penelitian ini. 11 Universitas Kristen Maranatha