BAB I PENDAHULUAN Kinerja instansi pemerintah dapat terwujud dengan baik apabila disertai dengan pengelolaan manajemen yang baik, yang dapat mendorong instansi pemerintah untuk meningkatkan kinerjanya. Menurut Propper dan Wilson (2003), Manajemen berrbasis kinerja dapat digunakan untuk meningkatkan akuntabilitas instansi pemerintah. Pengukuran kinerja menjadi penting dikarenakan institusi memiliki tujuan dan kinerja yang berbeda-beda. Hasil pengukuran kinerja organisasi dilaporkan dalam bentuk laporan pertanggungjawaban kinerja. I.1. Latar Belakang Sejak diterbitkannya Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, instansi pemerintah wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan pengelolaan sumberdayanya dengan menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Tujuan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai salah satu prasyarat untuk terciptanya pemerintah yang baik dan terpercaya. Sedangkan sasaran sistem tersebut adalah menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel sehingga dapat beroperasi secara efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungannya dan terwujudnya transparansi pada Laporan Keuangan agar dapat dimanfaatkan pengguna. 1
Dalam rangka penerapan Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan berbagai peraturan pelaksanaannya, pelaporan keuangan dan kinerja lingkungan instansi pemerintah juga merupakan bagian yang penting guna meningkatkan akuntabilitas kinerja birokrasi pemerintah. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 13 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Tahun 2010, dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk melihat keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Rencana Strategis. Rencana Kinerja. Penetapan Kinerja Utama. Penetapan Kinerja Tahunan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja. Perubahan ini bukan perubahan sederhana dalam management style administrasi publik. Akan tetapi, perubahan ini merupakan perubahan peranan pemerintah dalam masyarakat dan hubungan antara pemerintah dengan masyarakatnya. Paradigma baru ini merupakan tantangan langsung atas berbagai fungsi prinsip administrasi publik yang telah diyakini sebagai paradigma terpenting selama hampir 20 abad. Dalam paradigma baru, birokrat dan pemerintah bukanlah satu satunya provider barang dan jasa masyarakat. Perspektif ini menempatkan 2
organisasi swasta sebagai mitra pemerintah untuk menyediakan berbagai kebutuhan publik. Pemerintah berperan dalam memfasilitasi kebutuhan masyarakatnya melalui subsidi, pengaturan perundang undangan dan pengaturan kontrak. Keterbukaan pemerintah juga ditekankan dalam paradigma baru ini, yang ditunjukkan dengan diadopsinya berbagai prinsip dan sistem manajemen sektor swasta ke dalam sektor publik untuk memperbaiki kinerja birokrasi. Pencapaian kinerja yang menjadi rencana Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi harus didukung oleh pencapaian indikator kinerja juga. Maka dalam penelitian ini membutuhkan perumusan indikator kinerja yang spesifik, terukur dapat dicapai dan berorientasi pada output atau sering disebut juga dengan Logic Model yaitu perumusan indikator kinerja berbasis input-activity-output-outcomes dan pendekatan terhadap evaluasi dan perencanaan yang lengkap dengan menggunakan logika inovatif dan perluasan yang dikenal dengan nama Performance Blueprint Untuk itu penelitian ini akan mengevaluasi penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah berdasarkan pendekatan Performance Blueprint. I.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah diindikasikan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi belum menyusun indikator kinerja yang berbasis hasil karena berdasar hasil Evaluasi Kemeneg PAN&RB bahwa LAKIP Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi belum dapat menggabarkan keselarasannya dengan dokumen perencanaan dan tidak mampu menyusun indikator kinerja dengan baik. 3
I.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkankan latar belakang, rumusan masalah yang telah ditetapkan maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pendekatan performance blueprint dapat digunakan untuk mengevaluasi indikator kinerja Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi? 2. Bagaimana pengukuran kinerja pada Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi mulai dari proses penyusunan dokumen perencanaan sampai dengan pelaporan kinerja menunjukkan kesesuain yang logis? I.4 Tujuan Penelitian Dalam melakukan penulisan karya akhir ini, penulis memiliki tujuan untuk: 1. Menjelaskan indikator kinerja Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi sebagai ukuran keberhasilan dalam mencapai sasaran kinerja dengan menggunakan pendekatan performance blueprint. 2. Menunjukkan kesesuaian indikator kinerja Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi proses penyusunan dokumen perencanaan sampai dengan pelaporan kinerja. I.5 Batasan Masalah Batasan masalah dimaksudkan agar penulis tidak menyimpang dari masalah yang diteliti adalah : 1. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan gambaran capaian-capaian kinerja selama rentang waktu yang telah ditentukan. 4
2. Rencana strategis 2010-2014 merupan dokumen yang berisi sasaran, indikator kinerja yang akan dicapai dalam rentang waktu 2010-2014. 3. Data penelitian bersumber dari LAKIP 2011-2013 dengan unit penelitian pada Direktorat Jenderal Minyak dan gas Bumi. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi praktis, keilmuan dan pembuat kebijakan, sebagai berikut: 1. Kotribusi Praktis: sumbangan pemikiran dan masukan bagi Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi menegenai pengukuran yang berbasil hasil dengan menggunakan pendekatan performance blueprint. 2. Kontribusi Keilmuan: Bahan referensi bagi penelitian lain dalam bidang pengukuran kinerja. 3. Kontribusi pembuat kebijakan: Sebagai bahan masukan bagi Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi dalam mengukur indikator kinerja untuk masa yang akan datang. 1.7 Proses Penelitian Tahapan proses penelitian digambarkan sebagai berikut: Gambar 1.1 Proses penelitian Studi Kasus 5
1.8 Sistematika Penulisan Sistematika Penulisan dalam penelitian ini disajikan dalam lima bab sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan Pendahuluan berisi latar belakang pemilihan judul Evaluasi Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pada Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, proses penelitian dan Sistemastika Penulisan BAB II : Tinjauan Pustaka Berisi tentang landasan teori yang mendasari Evaluasi Evaluasi Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pada Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi. BAB III : Latar Belakang Konseptual Penelitian Studi Kasus Menjelaskan secara deskriptif tentang objek penelitian secara selektif, aplikasi teori dan konsep untuk mendapatkan pemahaman yang spesifik mengenai karkteristik objek terkait prespektif teori. BAB IV : Metode Penelitian Metode Penelitian Berisi pembahasan Rasionalitas Objek Penelitian, Jenis penelitian, Jenis Sumber data, Tekhnik Pengumpulan Data, validitas dan reabilitias data, dan tekhnik analisis data. BAB V : Pemaparan temuan 6
Bab ini berisi temuan dalam investigasi yang menggambarkan faktafakta untuk dapat menjawab tujuan penelitian. BAB VI : Analisis dan diskusi hasil investigasi kasus Berisi hasil wawancara dan analisis temuan atas permasalahan yang ditemukan pada bab sebelumnya dengan menentukan metode penelitian yang telah ditetapkan. BAB VII : Ringkasan, Kesimpulan, Keterbatasan dan Rekomendasi Berisi Ringkasan, kesimpulan, keterbatasan dan rekomendasi sebagai bentuk tindak lanjut atas hasil penelitian. 7