1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan kekerasan merupakan tindakan yang melanggar hak asasi manusia dan di Indonesia kejadian ini sangat memprihatinkan. Hal tersebut dapat dilihat dari tingginya angka kekerasan yang terjadi terutama pada perempuan. Perempuan sering menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh suami, orang tua, maupun saudaranya(hakimi et al. 2001). Menurut Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan Tahun 2013 jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan sebesar 279.688 kasus. Jenis kekerasan yang terjadi antara lain kekerasan psikis (50%) mencakup poligami yang tidak sehat, krisis akhlak, cemburu, kawin paksa, kawin dibawah umur, kekejaman mental, gangguan pihak ketiga, kekerasan ekonomi (40%), kekerasan fisik (2%), dan lain-lain (8%)(Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan 2015).
2 Tabel 1. Jenis Kekerasan yang ditangani oleh Forum Penanganan Korban Kekerasan bagi Perempuan dan Anak (PK2PA) *Keterangan tidak terdata karena dalam anggota forum, kolom untuk data ini belum terisi Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa kasus kekerasan yang banyak dilaporkan dan ditangani oleh FPK2PA (Forum Penanganan Korban Kekerasan bagi Perempuan dan Anak) adalah kekerasan fisik (26,1%). Selain itu jumlah kekerasan psikis tidak kalah tinggi yaitu sebesar 17,8% dari total kasus dan disusul oleh gabungan dari pemerkosaan fisik dan psikis (17,3%), dan pemerkosaan (13,8%)(Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Provinsi DIY 2010). Kekerasan tidak hanya terjadi pada tingkat individu. Namun juga pada tingkat kelompok. Kekerasan yang terjadi pada tingkat personal sejumlah 11.719 (71%) dan kekerasan yang terjadi pada tingkat komunitas
3 sejumlah 4.679 (29%) (Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan 2015). Jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan tiap tahunnya selalu meningkat. Grafik 1 menunjukkan kejadian kekerasan terhadap perempuan dari tahun 2001 hingga tahun 2014. Dari grafik dapat dilihat ada 3.169 kasus di tahun 2001, 5.163 kasus pada tahun 2002, 7.787 kasus pada tahun 2004, 20.391 pada tahun 2005, 22.512 pada tahun 2006, 25.522 pada tahun 2007, 54.425 pada tahun 2008, 143.586 pada tahun 2009,105.103 pada tahun 2010, 119.107 pada tahun 2011, 216.156 pada tahun 2012, dan 279.688 pada tahun 2013. Kenaikan kembali terjadi ditahun 2014 yaitu menjadi 293.220 kasus kekerasan yang tercatat (Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan 2015). Gambar 1. Gambaran jumlah kekerasan terhadap perempuan dari tahun 2001-2014 Keterangan : KTP : Kekerasan terhadap Perempuan; CATAHU : Catatan Akhir Tahun
4 Berdasarkan gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa hampir di setiap tahunnya terjadi peningkatan jumlah penyintas kekerasan terhadap perempuan. Penurunan angka kasus kekerasan terhadap perempuan hanya terjadi pada tahun 2010 namun setelah itu kembali mengalami kenaikan. Angka tersebut seperti fenomena gunung es atau sering disebut sebagai hidden stigma. Pada realitanya banyak penyintas kekerasan yang tidak berani menceritakan kepada teman, sahabat, keluarga apalagi melaporkan kepada lembaga perlindungan bahwa dirinya telah menjadi penyintas kekerasan baik kekerasan secara fisik, seksual, maupun mental. Terjadinya underreporting tersebut disebabkan oleh berbagai faktor antara lain faktor sosial budaya. Masyarakat masih menganggap bahwa membicarakan masalah kekerasan dalam rumah tangga merupakan hal yang tabu sehingga tidak patut untuk diungkapkan baik ke keluarga terdekat, teman, maupun lembaga hukum. Selain itu juga terdapat rasa malu untuk mengungkapkan masalahnya atau bisa jadi penyintas tidak sadar akan masalah yang sedang menimpa dirinya sehingga tidak ada pelaporan(hakimi et al. 2001; Heise et al. 1999). Pada tahun 2006, menurut catatan Komnas Perempuan, Yogyakarta memang bukan provinsi dengan
5 angka kasus kekerasan terhadap wanita tertinggi namun termasuk daerah dengan kasus KDRT yang tinggi yaitu sebesar 1588 kasus dibandingkan dengan Jawa Barat yang daerahnya jauh lebih luas dengan jumlah kasus sebesar 1142 kasus. Pada tahun 2007, jumlah kasus yang ditangani oleh Forum PK2PA DIY sebesar 1287 kasus sedangkan pada tahun 2009 jumlah kasus yang ditangani forum ini meningkat menjadi 1345 kasus. Dari semua kasus kekerasan yang ditangani oleh Forum PK2PA DIY, jumlah kasus paling besar merupakan kasus kekerasan terhadap perempuan (93,1%) (Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Provinsi DIY 2010). Dari data yang dikumpulkan oleh Forum Penanganan Korban Kekerasan bagi Perempuan dan Anak didapatkan bahwa hampir setiap tahun angka kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak selalu meningkat. Pada tahun 2004, jumlah kasus yang ditangani oleh Forum Penanganan Korban Kekerasan bagi Perempuan dan Anak sebanyak 332 kasus, naik menjadi 572 kasus di tahun 2005 dan terus meningkat setiap tahunnya hingga data terakhir memperlihatkan ada 1345 kasus yang ditangani di tahun 2009. Namun, hal itu tidak berbeda dari kasus kekerasan perempuan pada tingkat nasional yaitu terjadi underreporting. Masih banyak korban kekerasan yang
6 tidak mau melaporkan baik itu ke kepolisian maupun ke lembaga terkait apabila dirinya telah menerima tindak kekerasan(badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Provinsi DIY 2010). Beberapa penelitian tentang sikap dan pengetahuan mahasiswa tentang kekerasan telah diadakan di luar negeri. Hasil dari penelitian tersebut hampir semua menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa terhadap kekerasan masih rendah. Sebagai contoh penelitian yang diadakan di Delta State University, Abraka. Subyek dari penelitian tersebut adalah 400 mahasiswa dari 6 fakultas yang berbeda dengan usia diatas 18 tahun menunjukan hasil rendahnya pengetahuan dan sikap mahasiswa tentang kekerasan pada perempuan(odokuma et al. 2015). Kekerasan terhadap perempuan merupakan masalah yang dapat dicegah agar tidak terjadi ataupun kalau sudah terjadi dapat dicegah agar tidak berlanjut. Pemerintah telah mengupayakan untuk menurunkan tindakan kekerasan antara lain dengan mengeluarkan Undang Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Undangundang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
7 Perdagangan Orang yang dapat digunakan sebagai payung hukum untuk melindungi korban, menindak pelaku, dan pada nantinya akan menurunkan angka kejadian tindakan kekerasan terhadap wanita dan anak. Menindaklanjuti Undang-Undang yang telah dibentuk oleh pemerintah, Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengeluarkan Keputusan Gubernur DIY Nomor 1999 Tahun 2004 tentag Pembentukan Forum Penanganan Korban Kekerasan bagi Perempuan dan Anak (FPK2PA) di Provinsi DIY dan Keputusan Gubernur DIY Nomor 132/Kep/2005 tentang Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak (P2TPA) Rekso Dyah Utami. Lembaga tersebut berfungsi sebagai tempat konsultasi, tempat pengaduan, advokasi, pos pendampingan, shelter, dan pasca shelter(badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Provinsi DIY 2010). Dokter umum atau dokter layanan primer merupakan akses pertama tempat pasien mencari pertolongan. Dokter keluarga memiliki peran dari mulai prevensi, promosi, kutasi, hingga rehabilisasi. Sebagai seorang dokter harus bisa menangani penyintas kekerasan dan membuatkan bukti untuk diberikan kepada pihak berwajib agar pelaku mendapatkan hukuman. Selain itu seorang dokter juga harus mampu melakukan deteksi dini agar semakin banyak
8 tindak kekerasan yang terungkap dan dapat segera ditindak untuk memberi efek jera pada pelaku sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kekerasan terhadap wanita dan anak. Oleh karena itu pengetahuan mengenai kekerasan terhadap perempuan sangat penting sebagai seorang dokter. Adanya pelatihan berdasarkan modul baru yang akan diterbitkan oleh bagian obstetri dan ginekologi RSUP Dr Sardjito diharapkan dapat digunakan oleh tenaga medis sebagai dasar untuk menangani, deteksi dini, dan mencegah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta bisa merespon kebutuhan fisik dan psikologis penyintas. B. Rumusan Masalah Apakah ada peningkatan pengetahuan dan sikap sebelum dan setelah diberikan pelatihan modul Modul Penanganan Medis Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak pada mahasiswa rotasi klinis RSUP dr Sardjito Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Tujuan umum Meningkatkan kualitas tenaga kesehatan terhadap petugas kesehatan dalam masalah kekerasan seksual pada wanita.
9 Tujuan khusus 1. Mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap mahasiswa rotasi klinis RSUP dr Sardjito tentang kekerasan terhadap perempuan dan anak sebelum diadakan pelatihan. 2. Mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap mahasiswa rotasi klinis RSUP dr Sardjito tentang kekerasan terhadap perempuan dan anak setelah diadakan pelatihan. 3. Mengetahui berbedaan tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa rotasi klinik tentang kekerasan pada wanita dan anak sebelum dan sesudah pemberian pelatihan Modul Penanganan Medis Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak. D. Keaslian Penelitian Terdapat beberapa penelitian yang telah meneliti tentang kekerasan terhadap perempuan dan anak, antara lain : NO Judul Penelitian Peneliti, Tahun Hasil Penelitian Perbedaan 1 Gambaran Yuanita 64,5% Subyek Pengetahuan dan Fransiska, responden penelitian, Sikap Perempuan 2012 memiliki Tahun,
10 Dewasa tentang pengetahuan Lokasi, Kekerasan dalam kurang dan Variabel Rumah Tangga (KDRT) di RW 10 Kelurahan 54,8% responden Sukamaju Baru, memiliki Kecamatan Tapos, sikap buruk Kota Depok terhadap KDRT. 2 Efektivitas Rahyani, pelatihan Varibel, Pelatihan terhadap 2004 memiliki efek Lokasi, Peningkatan yang tahun, Pengetahuan, Sikap signifikan subyek dan Perilaku Bidan terhadap penelitian Mengkaji Kekerasan pengetahuan pada Ibu Hamil yang Antenatal Care di dan Bidan. sikap Puskesmas Kabupaten se- Badung dan Kota Denpasar 3 Knowledge and Emmanuel Tingkat Subjek, Attitude of Igho pengetahuan lokasi, Undergraduates to Odokuma, dan sikap Rape Onoriode Andrew Udi, Esagbodje Ovoke Regina, mahasiswa tentang kekerasan rendah
11 2015 4 Knowledge of sexual R Mahasiswa Subjek, abuse amongst Dzimadzi, perempuan lokasi, female students in MSc memiliki variabel Malawi Nursing; pengetahuan H Klopper, terbatas PhD.MBA, mengenai 2007 kekerasan seksual Dari keempat penelitian di atas, tidak ada satupun penelitian yang sama dengan penelitian ini. Penelitian yang dilakukan untuk menguji efektivitas Modul Penanganan Medis Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak ini baru pertama dilaksanakan di RSUP dr. Sardjito dan di lingkungan Fakultas Kedokteran UGM. E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Bagi peneliti Penelitian ini dapat menggambarkan efektivitas pelatihan mengenai kekerasan terhadap perempuan terhadap peningkatan pengetahuan mahasiswa rotasi klinis.
12 2. Bagi institusi Penelitian ini dapat memberikan masukkan data tentang pengaruh pelatihan kekerasan pada perempuan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap mahasiswa rotasi klinis RSUP Dr Sardjito. 3. Bagi masyarakat Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang tindak kekerasan terhadp perempuan, cara pencegahan, dan hal-hal yang dapt dilakukan jika terjadi tindak kekerasan.