BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau

dokumen-dokumen yang mirip
2 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik I

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

Optimalisasi Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. Indonesia dan memiliki luas sebesar 2.556,75 km 2 dan memiliki penduduk sebanyak

PROPINSI SULAWESI SELATAN. KEPUTUSAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN Nomor : KEP/ 06 / X / 2011 / BNNP TENTANG

: PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

RENCANA KERJA 2015 BADAN NARKOTIKA NASIONAL KOTA MATARAM

BNNP DIY LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2014

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

2 2. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60); 3. Peraturan Ke

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN ESELON II (DIREKTORAT, BIRO, PUSAT)

BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL. A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN)

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN UNIT KERJA VERTIKAL TA 20xx

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA

PERANAN KEMENKEU DALAM IMPLEMENTASI JAKSTRANAS P4GN TAHUN

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL

RechtsVinding Online. Kelembagaan Badan Narkotika Nasional Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 2 Oktober 2015; disetujui: 7 Oktober 2015

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN WADAH PERAN SERTA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara dengan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN NARKOTIKA KABUPATEN TOLITOLI

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG

KATA PENGANTAR Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara Laporan Kinerja BNN Tahun 2014

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 T E N T A N G

PROFILE BADAN NARKOTIKA NASIONAL tahun 2016

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA DUMAI

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH

SOSIALISASI INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR (IPWL) OLEH : AKBP AGUS MULYANA

BERITA NEGARA. No.679, 2012 BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Balai Rehabilitasi. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DRAFT RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang dipilih dalam penelitian ini adalah kantor Badan Narkotika

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

RENCANA KEGIATAN ANGGARAN BELANJA (RKAB) BNNK TANGERANG ALOKASI APBD TA. 2019

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 02 TAHUN 2009 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA PAYAKUMBUH

P E M E R I N T A H K O T A D U M A I

KEWENANGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) PROVINSI LAMPUNG DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI PROVINSI LAMPUNG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 288, 2012

Dalam Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009, sanksi bagi pelaku kejahatan narkoba adalah sebagai berikut :

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

JAKARTA, 22 FEBRUARI 2017

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara LAKIP BNN Tahun 2013

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia juga ditujukan, agar masyarakat semakin sejahtera, sehat jiwa

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

PERATURAN KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Nomor : PER / 01 / VIII / 2007 / BNN TENTANG

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Letak Lokasi Penelitian dilaksanakan di BNNP Gorontalo yang terletak di

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN URUSAN PENANGGULANGAN NARKOTIKA NO JENIS/ SERIES ARSIP RETENSI KETERANGAN KEBIJAKAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DATA PENDUKUNG PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2016 BADAN NARKOTIKA NASIONAL

Nomor: 04/SKB/M.PAN/12/2003. Nomor : 127 Tahun 2003 Nomor : Ol/SKB/XII/2003/BNN.

I. PENDAHULUAN. telah menggunakan komputer dan internet. Masyarakat yang dinamis sudah akrab

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Loka Rehabilitasi. Organisasi. Tata Kerja.

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama "Senapelan" yang pada

DRAFT NASKAH PEDOMAN PERENCANAAN PARTISIPATIF DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

BNNP DIY LAPORAN TAHUNAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2014

BAB II PROFIL DAERAH KABUPATEN SLEMAN & BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN SLEMAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

RENCANA AKSI BNNP SULAWESI SELATAN BIDANG PENCEGAHAN TARGET/ TAHUN No TUJUAN RENCANA AKSI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG BADAN NARKOTIKA PROVINSI (BNP) LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS (KPA) DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN)

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2016 KERJA NYATA PERANGI NARKOTIKA

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

BAB I PENDAHULUAN. perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

Dwi Gita Arianti Panti Rehabilitasi Narkoba di Samarinda BAB I PENDAHULUAN

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, T

BAB 1 : PENDAHULUAN. bahan aktif lainya, dimana dalam arti luas adalah obat, bahan atau zat. Bila zat ini masuk

BAB I PENDAHULUAN. narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64

Transkripsi:

BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau adalah lembaga pemerintah non kementrian yang professional yang bergerak di bidang Pencegahan dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika dan Bahan-Bahan Adiktif lainnya yang disebutkan dalam Undang-undang RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, Perpres RI No. 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional dan Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional No. PER/04/V/BNN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) dan Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota. BNN Provinsi Riau memiliki tugas, fungsi dan wewenang di bidang Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN), yang bertujuan meningkatkan daya tangkal (imunitas) masyarakat guna mewujudkan masyarakat Provinsi Riau bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. Secara singkat, sebelum divertikalisasi, BNP Riau dibentuk oleh Gubernur Riau pada Desember 2004. Saat itu ketuanya adalah wakil Gubri Drs. H. Wan Abu Bakar. Namun, tugas sehari-hari dilaksanakan oleh Kepala Pelaksanaan Harian yang mana dilantik pertama kalinya pada April 2005. Pada masa itu, anggaran BNP Riau dibebankan pada dana hibah dari APBD Provinsi Riau. Pada April 2011 Badan Narkotika Provinsi Riau menjadi 36

37 instansi vertikal dan berubah nama menjadi Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau. Dengan demikian, anggaran BNNP Riau dibebankan pada APBN. Anggaran turun pertama kali pada bulan Oktober 2011 yang ditujukan untuk kebutuhan sarana dan prasarana. Sementara untuk anggaran program kegiatan turun di tahun berikutnya yakni tahun 2012. Dari 2 (dua) kota dan 10 (sepuluh) kabupaten yang ada di Provinsi Riau, baru 2 yang telah divertikalisasi menjadi BNN kab/kota yaitu: a. BNNK Pekanbaru yang divertikalisasi pada Juni 2011 b. BNNK Kuansing yang divertikalisasi pada September 2013. Di tahun 2015 BNN RI akan mengajukan 70 kabupaten/kota se- Indonesia untuk divertikalisasi yang salah satunya adalah Kabupaten Pelalawan. Dan pada saat ini BNN Provinsi Riau memiliki tiga tempat rehabilitasi yaitu: 1. Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Tampan Pekanbaru (rawat inap kurang lebih 30 pasien) 2. Badan Narkotika Kabupaten Kampar (rawat inap kurang lebih 60 pasien) 3. Klinik Pratama BNN Provinsi Riau (rawat jalan) B. Visi dan Misi Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau Visi Menjadi perwakilan BNN di Provinsi Riau yang professional dan mampu menyatukan dan menggerakkan seluruh komponen masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia dalam melaksanakan Pencegahan dan Pemberantasan dan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).

38 Misi Bersama komponen masyarakat, Instansi Pemerintah terkait dan Instansi Swasta di Riau melaksanakan Pencegahan, Pemberdayaan Masyarakat, Pemberantasan, Rehabilitasi dan kerjasama di bidang pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Bahan Adiktif. C. Tujuan Badan Narkoba Nasional Provinsi Riau Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa secara umum tujuan dari BNNP Riau adalah untuk meningkatkan daya tangkal (imunitas) masyarakat guna mewujudkan masyarakat Provinsi Riau bersih dari penyalahgunaan dan langka dari peredaran gelap Narkoba. Tujuan tersebut telah ditetapkan dalam sasaran strategis Renstra BNN tahun 2010-2014. Renstra BNN tahun 2010-2014 menjadi pedoman pelaksanaan program dan kegiatan BNN Provinsi Riau yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja di lingkungan BNN Provinsi Riau. D. Manfaat Badan Narkoba Nasional Provinsi Riau Dalam pelaksanaan tugasnya diharapkan BNN Provinsi Riau dapat bermanfaat bagi masyarakat terutama masyarakat Provinsi Riau dalam Pencegahan dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di Provinsi Riau. Untuk mencapai hal tersebut, maka dirumuskanlah visi dan misi dari BNNP Riau. Adapun visi dari BNNP Riau adalah sebagai berikut :

39 E. Program Kerja Badan Narkoba Nasional Provinsi Riau Program yang telah ditetapkan oleh Badan Narkotika Nasional yang akan dilaksanakan oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi yaitu Program Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba. Berdasarkan program tersebut, ditetapkan pula kegiatan yang menjadi prioritas pada Badan Narkotika Nasional Provinsi, yaitu Pelaksanaan dan Peningkatan Kapasitas Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Daerah (P4GN). Indikator kinerja utama program ini adalah sebagai berikut: 1. Jumlah siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja yang bersikap menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. 2. Jumlah instansi pemerintah dan swasta yang melaksanakan kebijakan Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). 3. Jumlah siswa menengah, mahasiswa dan pekerja sebagai kader anti Narkoba yang memiliki keterampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. 4. Jumlah lingkungan pendidikan (Sekolah Menengah dan kampus) dan lingkungan kerja bebas Narkoba. 5. Jumlah lokasi (lingkungan masyarakat) di daerah perkotaan dan pedesaan yang di berdayakan alternative. 6. Jumlah penyalahgunaan dan pecandu Narkoba yang melapor di Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) BNN Provinsi Riau.

40 7. Jumlah penyalahgunaan dan atau pecandu Narkoba yang di jangkau layanan terapi dan rehabilitasi. 8. Jumlah kasus penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba yang terungkap. 9. Jumlah sel jaringan peredaran gelap Narkoba yang terungkap. 10. Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, evaluasi, dan pelaporan yang disusun. 11. Jumlah Layanan Pengelolaan Sarana dan Prasarana BNN Provinsi Riau yang dilaksanakan. 12. Jumlah unit logistik pendukung pelaksanaan tugas BNNP yang diadakan. 13. Jumlah bulan layanan dukungan manajemen operasional unit kerja. Pencapaian indikator kinerja utama tersebut dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang berada dalam lingkup Program P4GN/Program Teknis. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah: 1. Wahana Diseminasi Informasi P4GN 2. Instansi Pemerintah di daerah yang diadvokasi bidang P4GN 3. Instansi Swasta yang diadvokasi bidang P4GN 4. Kader Anti Narkoba yang terbentuk 5. Lembaga Pendidikan yang diberdayakan bidang P4GN 6. Lingkungan Kerja yang diberdayakan bidang P4GN 7. Lokasi (lingkungan masyarakat) di daerah perkotaan yang diberdayakan alternatif

41 8. Lokasi (lingkungan masyarakat) di daerah pedesaan yang diberdayakan alternatif 9. Penyalahguna dan/atau pecandu narkoba yang melapor di IPWL BNNP 10. Penyalahguna dan/atau pecandu narkoba yang dijangkau layanan terapi dan rehabilitasi. 11. Laporan Kasus Narkoba Hasil Pemetaan (LKN). 12. Berkas Perkara Kasus Kejahatan Narkoba yang diselesaikan (P.21). 13. Berkas Penyidikan aset tersangka tindak kejahatan Narkoba yang diselesaikan dan diajukan ke tahap penuntutan (P.21). 14. Dokumen Akuntabilitas Kinerja Unit Kerja. 15. Layanan Pengelolaan Sarana dan Prasarana BNNP yang dilaksanakan. 16. Layanan Perkantoran. Komponen kegiatan yang dilaksanakan oleh BNNP Riau dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran program dan kegiatan tersebut antara lain, : 1. Komponen Kegiatan Bidang Pencegahan a. Pementasan Pagelaran Seni Budaya P4GN. b. Expo Budaya. c. Ikrar Bujang Dara Anti Narkoba. d. Talk Show P4GN di Radio dan TV Lokal. e. Forum Group Discussion (FGD) Tentang P4GN. f. Pelaksanaan Advokasi tentang Implementasi Inpres No. 12 tahun 2011 di lingkungan Instansi Pemerintah di Daerah.

42 g. Pelaksanaan Advokasi tentang Implementasi Inpres No. 12 tahun 2011 di lingkungan Instansi Swasta di Daerah. h. Pembentukan Kader Anti Narkoba. 2. Komponen Kegiatan Bidang Pemberdayaan Masyarakat a. Peran serta siswa dan mahasiswa dalam ciptakan Kampus dan Sekolah bebas Narkoba. b. Peran serta pekerja dalam ciptakan lingkungan kerja bebas Narkoba. c. Lingkungan Masyarakat di daerah perkotaan yang diberdayakan alternatif. d. Pengantaran penyalahguna dan/atau pecandu Narkoba ke tempat rehabilitasi. e. Pelaksanaan Pendampingan pascarehabilitasi terhadap penyalahguna dan/atau pecandu Narkoba. 3. Komponen Kegiatan Bidang Pemberantasan a. Laporan Kasus Narkoba Hasil Pemetaan. b. Berkas Perkara Kasus Kejahatan Narkoba yang diselesaikan (P.21). c. Berkas Penyidikan aset tersangka tindak kejahatan narkoba yang diselesaikan dan diajukan ke tahap penuntutan (P.21). 4. Komponen Kegiatan Bagian Tata Usaha a. Dokumen Akuntabilitas Kinerja Unit Kerja. b. Layanan Dukungan Manajemen Operasional Unit Kerja. c. Layanan Perkantoran.

43 F. Kondisi Saat Ini Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau dalam pelaksanaan tugasnya, memerlukan hal-hal yang dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan tugas tersebut sehingga visi dan misi dapat tercapai. Namun pada kenyataannya, kondisi BNN Provinsi Riau saat ini dapat dikatakan masih kurang memadai untuk dapat mencapai kinerja yang optimal. Baik itu dari segi personil maupun sarana dan prasarana. Jumlah PNS/POLRI yang dimiliki oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau di luar tenaga Honorer yang ada saat ini baru mencapai 15,61% (32 orang) dari total kebutuhan tenaga stuktural dan staf berdasarkan Daftar Susunan Pegawai (DSP) BNN RI. Dimana berdasarkan DSP BNN RI pegawai BNNP Riaua dalah 211 (dua ratus sebelas) orang pegawai dengan rincian 1 (satu) orang Kepala BNNP Riau, 1 (satu) orang Kabag Tata Usaha, 3 (tiga) orang Kabid (Esselon III), 10 (sepuluh) orang Kasi (Esselon IV) dan 181 (Seratus delapan puluh satu) orang staf/ pelaksana. Selain itu, beberapa kendala lain yang dihadapi oleh BNNP Riau adalah sebagai berikut: 1. Gedung kantor BNN Provinsi Riau hingga saat ini masih dalam status pinjaman dari Pemprov Riau. 2. Kondisi gedung kantor juga kurang layak (Terlampir). Dimana, BNNP Riau tidak memiliki ruang tahanan/sel, sehingga tahanan yang ditangkap oleh bidang pemberantasan harus di titipkan di ruang tahanan Polda Riau. (Foto Ruangan Terlampir).

44 3. Terbatasnya Kendaraan operasional dan Alat pendukung kegiatan bidang yang ada di BNNP Riau (hanya memiliki 4 mobil untuk operasional). 4. Terbatasnya Senjata Api yang dimiliki (1 Pucuk Handgun HK-P30 dan 1 Pucuk Submachine gun HK-MP5) dan tidak adanya rompi anti peluru yang diperlukan untuk menunjang kinerja bidang pemberantasan dan upaya penegakan hukum. 5. Belum tersedianya Balai Rehabilitasi yang bertaraf dan berstandar Nasional di Provinsi Riau khususnya di BNNP Riau, sehingga pecandu dan penyalahguna yang memerlukan perawatan dan rehabilitasi intensif harus dikirim ke balai rehabilitasi BNN di Lido, Bogor. Kendala-kendala di atas tidak lantas menyurutkan semangat BNN Provinsi Riau untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Dengan serba keterbatasan itulah BNN Provinsi Riau tetap semangat untuk meraih hasil kerja yang optimal dan dapat dipertangungjawabkan.

45 G. Struktur Organisasi BNN Provinsi Riau KA BNNP RIAU Drs. Ali Pranaka BAGIAN UMUM SUBBAGIAN PERENCANAAN SUBBAGIAN SARANA PRASARANA/ LOGISTIK SUBBAGIAN ADMINISTRASI BIDANG PENCEGAHAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BIDANG REHABILITASI BIDANG PEMBERANTASAN PENCEGAHAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL PENGUATAN LEMBAGA REHABILITASI PASCA REHABILITASI INTELIJEN PENYIDIKAN PENGAWASAN TAHANAN & BARANG BUKTI

46 KA BNNK SUB BAGIAN UMUM SUB BIDANG PENCEGAHAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BIDANG REHABILITASI BIDANG PEMBERANTASAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL