I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah secara umum merupakan penghasil susu yang sangat dominan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Lokasi BBPTU-SP Baturraden, Purwokerto

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut :

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. laktasi 2 sebanyak 100 ekor, laktasi 3 sebanyak 50 ekor, dan laktasi 4 sebanyak 40

Gambar 1. Produksi Susu Nasional ( ) Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2011)

PENDAHULUAN. dari sapi betina yang telah melahirkan. Produksi susu merupakan salah satu aspek

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan balai pusat pembibitan sapi perah di bawah

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini yaitu catatan kadar lemak susu sapi perah FH laktasi 1

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah FH berasal dari Belanda bagian utara, tepatnya di Provinsi Friesland,

Ripitabilitas dan MPPA Sapi Perah FH di BBPTU HPT Baturraden...Deriany Novienara

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitan ini menggunakan catatan produksi susu 305 hari dari

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan. Hasil estimasi heritabilitas calving interval dengan menggunakan korelasi

NILAI PEMULIAAN. Bapak. Induk. Anak

PENDUGAAN NILAI RIPITABILITAS DAN DAYA PRODUKSI SUSU 305 HARI SAPI PERAH FRIES HOLLAND DI PT. ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (UPBS)

KATA PENGANTAR. kelancaran kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul. Ripitabilitas dan MPPA Produksi Susu 305 Hari Sapi Perah Friesian

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

Gambar 1. Grafik Populasi Sapi Perah Nasional Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011)

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu

TINJAUAN PUSTAKA. dan dikenal sebagai Holstein di Amerika dan di Eropa terkenal dengan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

POTENSI GENETIK PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN BETINA DI BBPTU SAPI PERAH BATURRADEN, PURWOKERTO SKRIPSI ERNI SITI WAHYUNI

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. masyarakat terhadap konsumsi susu semakin meningkat sehingga menjadikan

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli Oktober 2016 di Satuan Kerja

UJI PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIEN HOLSTEIN KETURUNAN PEJANTAN IMPOR DI BBPTU-HPT BATURRADEN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

TATALAKSANA PEMELIHARAAN PEDET DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK (BBPTU HPT) BATURRADEN, JAWA TENGAH TUGAS AKHIR

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Boer

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA SapiFriesian Holsteindan Tampilan Produksi Susu

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)

MAKALAH PRODUKSI TERNAK DAN KAMBING. Seleksi dan Manfaat Untuk Meningkatkan Produktivitas Ternak. Disusun Oleh : Kelompok 3.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelahiran anak per induk, meningkatkan angka pengafkiran ternak, memperlambat

PENDAHULUAN. mendorong para peternak untuk menghasilkan ternak yang berkualitas. Ternak

EVALUASI PRODUKSI SUSU BULANAN SAPI PERAH FRIES HOLLAND DAN KORELASINYA DENGAN PRODUKSI TOTAL SELAMA 305 HARI DI BBPTU-HPT BATURRADEN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ketersediaan bibit domba yang berkualitas dalam jumlah yang

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang hubungan antara paritas, lingkar dada dan umur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

PEMULIABIAKAN PADA SAPI PERAH

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimanfaatkan sebagai produk utama (Sutarto dan Sutarto, 1998). Produktivitas

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sangat besar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi susu bagi manusia, ternak. perah. (Siregar, dkk, dalam Djaja, dkk,. 2009).

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sapi perah (Peranakan Friesian Holstein)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 2011 sebanyak ekor yang tersebar di 35 Kabupaten/Kota.

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

ESTIMASI POTENSI GENETIK SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN DI TAURUS DAIRY FARM, CICURUG, SUKABUMI

PEMANFAATAN CATATAN TEST DAY (HARI UJI) PADA EVALUASI MUTU GENETIK SAPI PERAH DI PT. TAURUS DAIRY FARM. Universitas Padjadjaran

PENGGUNAAN TAKSIRAN PRODUKSI SUSU DENGAN TEST INTERVAL METHOD (TIM) PADA EVALUASI MUTU GENETIK SAPI PERAH DI BBPTU SAPI PERAH BATURRADEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketenangan dan akan menurunkan produksinya. Sapi Friesien Holstein pertama kali

PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh induk sapi perah itu sendiri. produksi susu dan kemampuan beranak yang berbeda-beda tergantung dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

ESTIMASI NILAI KEUNGGULAN PRODUKSI SUSU DAN SIFAT REPRODUKSI SAPI PERAH BETINA DI PT NAKSATRA KEJORA ROWOSENENG TEMANGGUNG SKRIPSI.

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak

PENDUGAAN NILAI PEMULIAAN SIFAT PRODUKSI SUSU PADA PEJANTAN SAPI FRIESIAN HOLSTEIN DI BBPTU SAPI PERAH BATURRADEN PURWOKERTO

LABORATORIUM PEMULIAAN DAN BIOMETRIKA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADAJARAN JATINANGOR 2009

TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu,

IR. SUGIONO, MP. Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961

7.2. PENDEKATAN MASALAH

HUBUNGAN MASTITIS, PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU SAPI PERAH DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL - HIJAUAN PAKAN TERNAK SAPI PERAH BATURRADEN SKRIPSI

TATA LAKSANA PETERNAKAN SAPI PERAH

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 630/Kpts/OT.140/12/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI PERAH

NILAI PEMULIAAN PEJANTAN SAPI BRAHMAN BERDASARKAN BOBOT BADAN DI BPTU-HPT SEMBAWA

PERBANDINGAN PERFORMA PRODUKSI SAPI PERAH FRIES HOLLAND IMPOR DENGAN KETURUNANNYA (Studi Kasus di PT. UPBS Pangalengan)

PENDUGAAN KEMAMPUAN PRODUKSI SUSU PADA KAMBING SAANEN (KASUS DI PT TAURUS DAIRY FARM) Ine Riswanti*, Sri Bandiati Komar P.

SILABUS MATA KULIAH MAYOR TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

IV. ANALISIS DAN SINTESIS

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH)

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan Sapi Pedet

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENGANTAR. guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang cenderung bertambah dari tahun

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai Hubungan Konsumsi Bahan Kering dan Protein Pakan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

EVALUASI PERFORMA PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FRIESHOLLAND (FH) KETURUNAN SAPI IMPOR (Studi Kasus di PT. UPBS, Pangalengan, Jawa Barat)

PENDUGAAN REPITABILITAS SIFAT KECEPATAN DAN KEMAMPUAN MEMPERTAHANKAN KECEPATAN PADA KUDA PACU SULAWESI UTARA

Korelasi Nilai Pemuliaan Produksi Susu Sapi Perah Berdasarkan Test Day Laktasi 1, Laktasi 2, Laktasi 3, dengan Gabungannya

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

Transkripsi:

1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Ketersediaan susu sebagai salah satu bahan pangan untuk manusia menjadi hal yang penting. Peningkatan produksi susu ini dapat dilakukan dengan meningkatkan produktivitas atau populasi dari sapi perah laktasi. Pemuliaan memiliki fungsi dan peranan yang penting dalam usaha peningkatan produktivitas ternak karena dapat meningkatkan potensi genetik ternak yang maksimum. Kegiatan pemuliaan meliputi dua hal, yaitu seleksi dan persilangan. Pemilihan sapi perah atau seleksi sangat penting untuk dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh kualitas bibit yang baik sehingga menghasilkan produksi susu yang optimal. Proses seleksi dengan tujuan tersebut, diperlukan peningkatan kualitas susu terutama pada kadar lemak. Kadar lemak pada susu merupakan sifat kuantitatif yang dimiliki oleh sapi perah yang merupakan gabungan antara faktor genetik dan faktor lingkungan, sehingga untuk mendapatkan produksi susu yang maksimum diperlukan ternak dengan potensi genetik yang baik maupun secara fenotipik. Hal ini menunjukkan bahwa sifat kadar lemak susu sapi perah penting diperhatikan dalam proses seleksi sehingga produksi susu yang optimal serta kandungan kadar lemak yang baik dapat tercapai. Produktivitas suatu ternak dapat dievaluasi dari mengkaji parameterparameter genetik, salah satunya mencari nilai ripitabilitas dan nilai Most Probable Producing Ability (MPPA). Ripitabilitas diartikan sebagai kemampuan pengulangan suatu sifat pada ternak. Cara untuk mengetahui kemampuan sapi

2 perah betina dalam mengulang kadar lemak susunya di masa mendatang dan melakukan seleksi sapi perah betina berdasarkan nilai MPPA kadar lemak susu. MPPA adalah suatu nilai pendugaan kemampuan produksi dari seekor ternak yang diungkapkan dalam suatu deviasi di dalam suatu populasi, sehingga dengan mengetahui nilai MPPA kita dapat melakukan seleksi yang bisa menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan culling/pengafkiran pada ternak yang kurang baik dalam berproduksi. Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah di bawah Direktorat Jenderal Peternakan yang bergerak di bidang pemuliaan, pemeliharaan, produksi dan pemasaran bibit sapi perah unggul juga hijauan pakan ternak. Balai tersebut merupakan balai pembibitan sapi perah yang memiliki sistem recording yang baik, sehingga dapat mendukung penelitian yang akan dilaksanakan. 1.2. Identifikasi Masalah (1) Berapa pendugaan nilai ripitabilitas kadar lemak susu sapi perah Friesian Holstein (FH) di BBPTU-HPT Baturraden Purwokerto, Jawa Tengah. (2) Berapa nilai MPPA kadar lemak susu sapi perah Friesian Holstein (FH) di BBPTU-HPT Baturraden Purwokerto, Jawa Tengah. 1.3. Maksud dan Tujuan (1) Untuk mengetahui dugaan nilai ripitabilitas kadar lemak susu sapi perah Friesian Holstein (FH) di BBPTU-HPT Baturraden Purwokerto, Jawa Tengah.

3 (2) Untuk mengetahui nilai MPPA kadar lemak susu sapi perah Friesian Holstein (FH) di BBPTU-HPT Baturraden Purwokerto, Jawa Tengah. 1.4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini secara umum diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dalam bidang peternakan sapi perah. Penelitian ini juga dapat memberikan informasi untuk BBPTU-HPT Baturraden mengenai besarnya dugaan nilai ripitabilitas dan MPPA kadar lemak susu sapi perah, sehingga dapat memberikan masukan untuk balai tersebut dalam melakukan seleksi ternak serta dapat juga dimanfaatkan dalam pembuatan rencana program pemuliaan sapi perah. 1.5. Kerangka Pemikiran Sapi perah merupakan hewan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya, dan dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan susu sebagai salah satu sumber protein hewani bagi manusia. Bangsa sapi perah yang umum dikembangkan dan dipelihara di Indonesia adalah sapi Friesian Holstein (FH) yang memiliki produksi susu yang tinggi dibandingkan dengan bangsa sapi perah lainnya. Produksi susu sapi FH saat ini di Indonesia memiliki produksi rata-rata sekitar 10 liter/ekor/hari atau sekitar 3.471 kilogram/laktasi (Anggraeni, 2012). Kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkan berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh peternak, maka selain adanya dukungan faktor lingkungan yaitu tatalaksana pemeliharaannya, pencegahan penyakit, pakan yang berkualitas, perlu juga didukung oleh kualitas genetik sapi perah yang dibudidayakan. Faktor genetik sangat penting karena faktor tersebut besifat mewaris, yang artinya keunggulan yang diekspresikan oleh suatu individu dapat

4 diwariskan pada keturunannya, sehingga perlu dilakukan usaha untuk perbaikan dan peningkatan mutu genetiknya. Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu genetik ternak, yaitu dengan cara seleksi. Estimasi potensi genetik diperlukan juga untuk mengetahui seberapa besar sifat-sifat yang dapat diwariskan tetua kepada keturunannya sehingga dapat diketahui ternak mana yang mempunyai sifat produksi dan reproduksi tinggi untuk diseleksi (Dudi, dkk., 2006; Prahanisa, dkk., 2011). Proses seleksi bibit sapi perah bertujuan untuk memperoleh kualitas bibit yang baik dengan produksi susu yang optimal serta kualitas susu sapi perah yang baik terutama pada kadar lemak. Susu yang mengandung kadar lemak yang baik juga akan memberikan nilai nutrisi optimal dan juga nilai ekonomi tinggi bagi peternak. Kadar lemak susu yang semakin tinggi di dalam susu akan meningkatkan harga susu yang dihasilkan oleh sapi perah (Winarno, 1993). Kadar lemak pada susu sapi perah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pakan, iklim, waktu laktasi, umur sapi, dan waktu pemerahan. Hijauan yang merupakan pakan utama yang dikonsumsi oleh sapi perah, berpengaruh terhadap kandungan lemak pada susu yang dihasilkan. Semakin tinggi serat kasar yang dikonsumsi sapi perah, maka semakin tinggi pula kandungan lemak pada susu yang dihasilkan. Seleksi terhadap sapi betina merupakan hal yang sangat penting karena pemasukan utama peternak adalah hasil dari penjualan susu, maka produktivitas sapi betina merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui (Ensminger, 1980). Semakin cepat seleksi dilakukan, semakin cepat pula perbaikan genetiknya, maka dilakukanlah seleksi pada sapi perah betina periode laktasi awal untuk memperpanjang masa produksi ternak sapi perah betina tersebut. Keadaan di lapangan sering terjadi pencatatan yang tidak lengkap, sehingga diperlukan suatu

5 catatan yang fleksibel dan sederhana yakni Test Day (TD), untuk mencatat produksi susu pada hari-hari pengujian tertentu selama laktasi (Indrijani, 2009). Test Day ini dimana produksi susu dicatat satu hari pada hari-hari uji tertentu. Begitu pula dengan kadar lemak susu yang dicatat satu hari pada hari-hari uji tertentu dengan metode pencatatan Test Day. Jika menggunakan catatan berulang, pengaruh yang bukan sifat genetik dan merupakan faktor tetap (suhu, kelembaban, tahun produksi, periode laktasi) terhadap produktivitas ternak sepanjang hidupnya turut diperhitungkan (Karnaen dan Arifin, 2006). Ripitabilitas berarti suatu kemampuan ternak untuk mengulang produksi selama hidupnya. Ripitabilitas meliputi semua pengaruh genetik ditambah pengaruh lingkungan yang bersifat permanen. Pengaruh lingkungan yang permanen adalah semua pengaruh yang bukan bersifat genetik, tetapi mempengaruhi produktivitas seekor ternak selama hidupnya, sedangkan keragaman lingkungan temporer berasal dari nutrisi, iklim, dan tatalaksana pemeliharaannya (Aditya, dkk., 2015). Pengetahuan tentang ripitabilitas suatu sifat itu dapat mengetahui batas minimum nilai heritabilitas dari sifat yang diamati. Jika ragam lingkungan permanen sama dengan nol berarti lingkungan permanen tidak memberikan pengaruh atau respon, sehingga nilai r=h 2, sedangkan jika ragam lingkungan permanen tidak sama dengan nol maka lingkungan permanen memberikan respon atau pengaruh sehingga r > h 2. Jadi, jika rumus ripitabilitas dibandingkan dengan heritabilitas, maka angka pengulangan merupakan batas maksimum dari angka pewarisan, atau angka pengulangan selalu lebih besar atau sama dengan angka pewarisan (r h 2 ) (Hardjosubroto, 1994). Besar nilai ripitabilitas tergantung dari banyaknya populasi, waktu dan tempat penelitian, dan metode yang digunakan sehingga nilai ripitabilitas itu tidak tetap.

6 Kemampuan produksi individu sapi dapat diketahui pula dengan metode Most Probable Producing Ability. Nilai MPPA adalah salah satu pendugaan secara maksimum dari kemampuan berproduksi seekor betina yang diperhitungkan atau diduga atas dasar performa yang ada (Warwick dkk., 1990). Ternak yang memiliki daya produksi kadar lemak yang tinggi akan mempunyai peringkat MPPA yang tinggi dibandingkan dengan rataan populasi. MPPA menunjukkan kemampuan berulang seekor sapi perah dalam memproduksi kadar lemak susu. Parameter genetik yang digunakan dalam metode MPPA ini yaitu ripitabilitas yang gunanya untuk menduga nilai maksimum yang dapat dicapai heritabilitas, untuk menduga kemampuan produksi dalam masa produksi seekor ternak (MPPA) dan meningkatan ketepatan dalam seleksi (Wahyuni, 2012). Ripitabilitas digolongkan ke dalam rendah jika nilainya kurang dari 0,2, sedang jika nilainya berkisar antara 0,2 dan 0,4, dan tinggi jika nilainya lebih besar dari 0,4 (Noor, 2010). Menurut hasil penelitian Dianayanti (2004), bahwa nilai ripitabilitas kadar lemak susu sapi perah FH di BBPTU-HPT Sapi Perah Baturraden Purwokerto, Jawa Tengah yang didapatkan data pencatatan dari tahun 1999-2004 sebesar 0,65 yang tergolong tinggi jika dibandingkan dengan menurut pendapat Noor (2010) yaitu nilai ripitabilitas tergolong tinggi jika nilainya sudah lebih besar dari 0,4 yang menunjukkan kemampuan sapi perah mengulangi kadar lemak susu tersebut tinggi. Diduga nilai ripitabilitas kadar lemak susu sapi perah di BBPTU-HPT Baturraden saat ini juga tinggi dan sebagian besar dari sapi perah betina di balai tersebut memiliki nilai MPPA di atas rata-rata. Evaluasi mutu genetik sapi perah dengan nilai ripitabilitas dan MPPA kadar lemak susu ini akan memberikan informasi sapi perah yang dapat dibudidayakan dan dikembangkan untuk bibit

7 unggul dan juga dapat dilakukan pengafkiran pada sapi perah betina yang dianggap mempunyai mutu genetik yang tidak baik. 1.6. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada 8 Januari 22 Januari 2018 bertempat di lokasi penelitian di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden Purwokerto, Jawa Tengah.