KLOROFIL XII - 1 : 25 29, Juni 2017 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
KLOROFIL XI - 1 : 51 55, Juni 2016 ISSN

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

BAB I PENDAHULUAN an. Namun seiring dengan semakin menurunnya produktivitas gula

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

PEMBERIAN PUPUK MAJEMUK DAN SELANG WAKTU PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar.

PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L)

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN A.

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

RINGKASAN. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

PEMBUATAN POLYBAG ORGANIK SEBAGAI TEMPAT MEDIA PEMBIBITAN DARI AMPAS TEBU (Saccharum officinarum)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia, namun sampai saat ini perhatian masyarakat petani kepada kacang

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang

PENGARUH KOMPOS PAITAN (Tithonia diversifolia) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KAILAN (Brassica oleraceae)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis merupakan tanaman yang sangat responsif terhadap

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

BAB I PENDAHULUAN. tanaman dan kelangsungan hidup mahluk hidup. Karakteristik unsur-unsur dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan penting sebagai

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

KLOROFIL XII - 1 : 47 51, Juni 2017 ISSN

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

PENGARUH KOMPOS AMPAS TEBU DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI KEDALAMAN TERHADAP SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN TEMBAKAU DELI.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

Magrobis Journal 28. PENGARUH PUPUK ROSASOL-N TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL SELEDRI (Apium graveolens L.) ABSTRAK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

I. PENDAHULUAN. terus bermunculannya berbagai jenis industri yang mengolah bahan baku yang

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN AIR DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM PADA PERTUMBUHAN BIBIT TEBU BUCHIP (Saccharum officinarum L.

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

Seiring dengan bertambahnya penduduk dan meningkatnya kesejahteraan. penduduk, kebutuhan akan pangan dan sayuran segar juga terus meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. hewan atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

I PENDAHULUAN. besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando,

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK DAN APLIKASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABAI KERITING ( Capsicum annuum L.)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBERIAN MIKORIZA DAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays)

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk ke dalam suku Liliaceae. Brebes yang merupakan sentra terbesar bawang merah.

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

PEMBERIAN POC MARTOB DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI LADANG (Nasturtium montanum Wall.)

PENENTUAN DOSIS PEMUPUKAN KOMPOS BLOTONG PADA TEBU LAHAN KERING (Saccharum officinarum L.) VARIETAS PS 862 dan PS 864

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

Transkripsi:

RESPON PERTUMBUHAN STEK TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) TERHADAP JENIS DAN TAKARAN PUPUK ORGANIK Lendri Yogi, Gusmiatun, Erni Hawayanti Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang Jl. Jend. A. Yani 13 Ulu Palembang (0711-511731) ABSTRAK Respon Pertumbuhan Stek Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Terhadap Jenis dan Takaran Pupuk Organik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan stek tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) terhadap jenis dan takaran pupuk organik. Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Kampus C, Universitas Muhammadiyah Palembang. Dusun 1, Desa Pulau Semambu, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai pada bulan mei 2015 sampai dengan bulan agustus 2015. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 8 kombinasi perlakuan diulang 4 kali, adapun faktor perlakuan yang digunakan adalah jenis pupuk organik (O) O 1 = pupuk organik limbah pasar, O 2 = pupuk organik blotong dan takaran pupuk (T) T 0 = kontrol, T 1 = 5 ton/ha, T 2 = 10 ton/ha, T 3 = 15 ton/ha. Peubah yang diamati, waktu keluar tunas (hst), tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), jumlah anakan (buah), persentase tanaman hidup (%). Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan pemberian pupuk organik blotong menghasilkan pertumbuhan bibit tebu terbaik dibandingkan dengan pemberian pupuk organik limbah pasar, dan juga pemberian pupuk organik dengan takaran 15 ton/ha menghasilkan pertumbuhan bibit tebu terbaik dibandingkan dengan pemberian pupuk organik dengan takaran 10 ton/ha dan 5 ton/ha. Kata kunci : pupuk organik limbah pasar, pupuk organik blotong, bibit tebu A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Di Indonesia tanaman tebu (Saccharum officinarum L) mulai dikenal sejak kolonialisme belanda, dan semakin banyak dikembangkan oleh perusahaan BUMN maupun swasta, yang berada di pulau Jawa dan Sumatra. Tebu merupakan bahan baku pembuatan gula karena dari pangkal hingga batang mengandung nira yang dapat diolah menjadi gula dengan kadar gula bervariasi tergantung varietas umur dan cara pengolahannya (Saefudin, 2000). Gula merupakan salah satu komoditas strategis nasional, karena selain menjadi bahan pokok yang di konsumsi langsung, bahan itu juga diperlukan oleh berbagai industri pangan dan minuman. Konsumsi gula di indonesia terus meningkat mengikuti pertambahan jumlah industri yang memerlukan gula belum dapat di imbangi oleh produksi gula dalam negeri. Peningkatan konsumsi gula belum dapat diimbangi oleh produksi gula dalam negeri. Hal tersebut terbukti pada tahun 2010-2011 produksi gula dalam negeri hanya mencapai 3.159 juta ton dengan luas wilayah 473.923 Ha (Susilo,2007). Melihat pentingnya tanaman tebu tersebut sudah seharusnya produksi dan hasil olahan ditingkatkan. Usaha untuk meningkatkan produksi tanaman tebu tidak mudah karena dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya yaitu pemupukan (Nugroro 2013). Penggunaan beberapa pupuk organik pada pertanaman bibit tebu merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu dan produksi bibit tebu yang akan dihasilkan melalui perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga kesuburan tanah kembali meningkat (Isnaini M, 2006). Pupuk organik didefinisikan sebagai pupuk yang sebagian atau seluruhnya berasal dari dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk organik yang dihasilkan dari tanaman adalah blotong tebu dan pupuk kompos limbah pasar / sisa-sisa sayuran dipasar (Sutedjo, 2010). Blotong atau disebut filtermud adalah kotoran nira tebu dari proses pembuatan gula yang disebut sebagai byproduct. Persentase blotong yang dihasilkan dari tiap hektar pertanaman tebu yaitu sekitar 4-5%. Kotoran nira ini terdiri dari kotoran yang dipisahkan dalam proses penggilingan tebu dan pemurnian gula. Persentase kotoran nira ini cukup tinggi yaitu 9-18% dari tebu basah, dan sangat cepat terdekomposisi menjadi kompos. Pada umumnya blotong ini diakumulasi di lapangan terbuka di sekitar pabrik gula, sebelum dimanfaatkan untuk pertanian (Lahuddin, 1996). Sampah sayur - sayuran merupakan bahan buangan yang yang biasanya dibuang secara open dumping tanpa pengelolaan lebih lanjut sehingga akan menimbulkan gangguan lingkungan dan bau yang tidak sedap. 25

Pengomposan dianggap sebagai teknologi berkelanjutan karena bertujuan untuk konservasi lingkungan, keselamatan manusia, dan pemberi nilai ekonomi. Penggunaan kompos membantu konservasi lingkungan dengan mereduksi penggunaan pupuk kimia yang dapat menyebabkan degradasi lahan. Pengomposan secara tidak langsung juga membantu keselamatan manusia dengan mencegah pembuangan limbah organik (Sofian, 2006). B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis dan takaran pupuk organik yang terbaik bagi pertumbuhan bibit stek tanaman tebu (Saccharum officinarum L). C. Hipotesis 1. Pemberian jenis pupuk organik tertentu dapat menghasilkan bibit tebu yang terbaik. 2. Pemberian takaran pupuk organik tertentu dapat menghasilkan pertumbuhan bibit tebu yang terbaik. 3. Pemberian jenis dan takaran pupuk organik tertentu dapat menghasilkan pertumbuhan bibit stek tebu yang terbaik II. PELAKSANANAAN PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di kebun percobaan kampus C Universitas Muhammadiyah Palembang di Desa Pulau Semambu Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan, dari bulan Mei Agustus 2015. B. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman tebu, pupuk kompos limbah pasar, blotong tebu. Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: parang, timbangan, cangkul, handsprayer, meteran, papan nama, alat tulis dan lain-lain. C. Metode Penelitian Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 8 kombinasi yang diulang 4x sebagai berikut. 1. Jenis pupuk organik (O) 1. O 1 : Pupuk organik limbah pasar 2. O 2 : Pupuk Organik Blotong tebu 2. Takaran (T) 1. T 1 : 5 ton/ha pupuk organik 2. T 2 : 10 ton/ha pupuk organik 3. T 3 : 15 ton/ha pupuk organik 4. T 4 : 20 ton/ha pupuk organik III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Berdasarkan hasil analisis ragam pada tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan jenis pupuk organik berpengaruh tidak nyata terhadap semua peubah yang diamati. Perlakuan takaran pupuk organik berpengaruh sangat nyata terhadap semua peubah yang diamati kecuali pada waktu keluar tunas dan persentase bibit hidup berpengaruh tidak nyata. Sedangkan interaksi antara jenis pupuk organik dengan takaran pupuk organik berpengaruh nyata sampai sangat nyata pada tinggi tanaman dan jumlah daun tetapi pada waktu keluar tunas, jumlah anakan dan persentase bibit hidup berpengaruh tidak nyata. Tabel 1. Rangkuman Hasil Analisis Ragam Perlakuan terhadap Peubah yang Diamati Peubah yang diamati Perlakuan KK (%) O T I Tinggi tanaman (cm) tn ** ** 8,65 Jumlah daun (helai) tn ** * 4,98 Waktu Keluar Tunas (hst) tn tn tn 4,96 Jumlah Anakan (buah) tn ** tn 12,78 Persentase Bibit Hidup (%) tn tn tn 15,14 Keterangan : **=Berpengaruhsangatnyata *=Berpengaruhnyata tn=berpengaruhtidaknyata 26

O=Jenispupukorganik T=Takarapupukorganik I = Interaksi KK= Koefisien Keragaman B. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis sifat kimia tanah yang dilakukan sebelum penelitian dan kriteria Pusat Penelitian Tanah (1983) dan Balai Penelitian Tanah (2005), tanah yang digunakan pada penelitian ini tergolong masam (ph H 2 O = 4,81) dengan kapasitas tukar kation tergolong rendah (13,53mg/100g), kandungan C-organik 2,67 % tergolong sedang, kandungan N-total tergolong sedang 0,22 %, P tersedia tergolong sangat tinggi (180,37 ppm), basa tertukar seperti Ca-dd 1,04 mg/100g tergolong sangat rendah, Mg-dd0,28 mg/100 tergolong sangat rendah, K-dd 0,21 mg/100g tergolong sangat rendah, Nadd0,53mg/100g tergolong sangat rendah, dengan Kejenuhan Basa 15,23 % tergolong sangat rendah, Al-dd1,96 mg/100g, dengan tekstur tanah mengandung 62,42 % pasir, 17,00 % debu dan 20,00 % liat dan tergolong tekstur tanah lempung berpasir. Tanah yang digunakan pada penelitian ini termasuk kategori dengan kesuburan tanah rendah dengan ph H 2 O tergolong masam dengan Kejenuhan Basa 15,23 %. Hal ini sejalan dengan pendapat Subagyo (2006), bahwa ph tanah lebak berkisar 4,0 sampai 5,5 dan kandungan unsur-unsur hara makro tergolong rendah, oleh karena itu tanah yang seperti ini harus dinetralkan terlebih dahulu yaitu harus diberi kapur atau dolomit. Hal ini sejalan dengan pendapat (Kuntohartono.1982), bahwa tanah dengan kapasitas penukaran kation yang tinggi dapat memberikan hara yang baik. Pada ph netral efisiensi pemupukan NPK lebih tinggi, sedangkan pada ph kurang dari 5 dapat menyebabkan tersedianya unsur P untuk Al dan Fe. Unsur Cl, Fe, dan Al merupakan bahan racun utama dalam tanah. Tanah yang airnya buruk dapat menimbulkan keracunan Fe, Al, dan sulfat (SO4). Kadar Cl 0,06 0,1% telah bersifat racun bagi akar tanaman. Keracunan unsur Fe dan Al dapat dikurangi dengan bantuan kapur fiksasi. Oleh karena itu, tanah masam dengan ph di bawah 5 perlu diberikan kapur fiksasi (CaCO3). Pupuk organik memiliki kandungan hara yang lengkap meskipun persentasenya kecil, pupuk organik juga mengandung senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi tanaman. Pupuk organik memperbaiki sifat biologi, fisik, dan kimia tanah, mengembalikan kesuburan tanah, menggemburkan tanah dan tanah masam menjadi lebih netral (isnaini M, 2009). Dengan meningkatnya ph tanah maka unsur hara yang ada dalam tanah lebih tersedia bagi tanaman. Sehingga perlu adanya penambahan bahan organik berupa pupuk kompos limbah sayuran dan juga pupuk blotong tebu yang diharapkan 27 dapat memperbaiki biologi, sifat fisik, dan kimia, tanah sehingga unsur hara dapat tersedia untuk pertumbuhan bibit tanaman tebu. Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa, penggunaan pupuk organik memberikan pengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan bibit tebu. Hal ini terlihat pada semua peubah yang diamati seperti tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), waktu keluar tunas (hst), jumlah anakan (buah), persentase tanaman hidup (%). Walaupun berpengaruh tidak nyata tetapi perlakuan O 2 menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan O 1. Blotong atau disebut filtermud adalah kotoran nira tebu dari proses pembuatan gula yang disebut sebagai byproduct. Persentase blotong yang dihasilkan dari tiap hektar pertanaman tebu yaitu sekitar 4-5%. Limbah pabrik tersebut dapat dimanfaatkan menjadi salah satu alternatif solusi sebagai pupuk kompos dalam budidaya tanaman tebu di lahan kering guna meningkatkan pertumbuhan dan hasil tebu itu sendiri (Lahuddin, 1996). Percobaan penggunaan kompos blotong sebagai pupuk organik telah banyak dilakukan dalam mempelajari peranannya pada sifat-sifat tanah maupun efeknya pada tanaman. Pemberian blotong dapat meningkatkan kandungan hara dalam tanah terutama unsur N, P, dan Ca serta unsur mikro lainnya. Peranan kompos blotong pada tanah dapat dipastikan sama dengan peranan kompos atau pupuk organik lainnya dalam memperbaiki sifat-sifat kesuburan tanah. Nilai ph pupuk blotong adalah sebesar 8,53 yang berarti bahwa pupuk blotong diduga dapat membantu menstabilkan nilai ph tanah. Menurut pustaka Deptan, tanaman tebu sangat toleran pada kisaran kemasaman tanah (ph) 5 8. Apabila ph tanah kurang dari 4,5 maka kemasaman tanah menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman yang dalam beberapa kasus disebabkan oleh pengaruh toksik unsur aluminium (Al) bebas. Selain kadar air dan nilai ph, kandungan C dan N pada pupuk blotong menunjukkan nilai sebesar 1,82% dan 0,35% yang nilainya meskipun cukup rendah namun memberikan kontribusi perbaikan sifat fisika dan biologi tanah serta memberikan tambahan unsur hara ke dalam media tanah yang digunakan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan bibit tanaman tebu yang di beri pupuk kompos sampah sayuran lebih rendah dibandingkan dengan tanaman yang di beri dengan pupuk blotong. Hal ini disebabkan karena kandungan unsur hara pada pupuk organik limbah sayuran lebih rendah dibandingkan dengan pupuk organik blotong. Akibatnya tanaman pada

perlakuan tersebut kurang mendapatkan suplai unsur hara yang cukup, sehingga pertumbuhan tanaman tergangu. Menurut Lingga dan Marsono (2003), bahwa tanaman yang kekurangan unsur hara pertumbuhan terhambat. Selanjutnya menurut Suhardi (2001), bahwa tingkat kandungan unsur hara dibawah optimum akan mengakibatkan rendahnya respon pertumbuhan tanaman, walaupun frekuensi pemberian tepat namun karena zat terlarutnya rendah maka kebutuhan unsur hara menjadi kurang terpenuhi. Berdasarkan uji statistik bahwa pada perlakuan pemberian pupuk organik dengan takaran 15 ton/ha menghasilkan pertumbuhan bibit terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini terlihat dari peubah tinggi tanaman 138,26 cm, jumlah daun 10,71 helai, waktu keluar tunas tercepat 6,17 hst, jumlah anakan 3,13 buah, persentase tanaman hidup 83,34%. Karena semakin banyak bahan organik / pupuk organik yang dicampurkan pada tanah maka semakin banyak pula unsur hara yang terkandung di dalamnya yang bisa diserap oleh tanaman. Hal ini sejalan dengan pendapat (Wargani et al., 1988) bahwa pemberian kompos yang berasal dari limbah industri gula ini telah dicoba pada tanaman tebu di berbagai wilayah pabrik gula di Indonesia. Secara umum kompos dapat meningkatkan produktivitas tebu. Pemberian kompos blotong dan kompos ampas pada lahan tebu di pabrik gula Cintamanis Palembang, masing-masing dengan takaran 30 ton/ha mampu meningkatkan bobot tebu. Bobot tebu yang diberikan pupuk kompos ini pada tanaman pertama, berturut-turut lebih tinggi 26,5 dan 8,1 ton/ha dibandingkan dengan kontrol. Berdasarkan uji statistik bahwa pada perlakuan pemberian pupuk organik T 0 (kontrol) menghasilkan pertumbuhan bibit terendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini terlihat dari peubah tinggi tanaman 99,12 cm, jumlah daun 9,54 helai, waktu keluar tunas terlama 6,46 hst, jumlah anakan 2,37 buah, dan persentase tanaman hidup 73,96 %. Hal ini disebabkan karena kebutuhan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman tebu belum tercukupi dengan T 0 (kontrol). Oleh karena itu pertumbuhan bibit tanaman tebu belum optimal. Berdasarkan hasil penelitian interaksi perlakuan pupuk blotong dengan takaran 15 ton/ha (O 2 T3) menunjukkan hasil pertumbuhan bibit tertinggi pada peubah tinggi tanaman 139,92 cm, jumlah daun 10,83 helai, waktu keluar tunas tercepat 6,25 hst, persentase bibit hidup terbanyak 85,42 %. Hal ini disebabkan karena blotong dapat meningkatkan kandungan hara dalam tanah terutama unsur N, P, dan Ca serta unsur mikro lainnya. Peranan kompos blotong pada tanah dapat dipastikan sama dengan peranan kompos atau pupuk organik lainnya dalam memperbaiki sifat-sifat kesuburan tanah. Hal ini sejalan dengan (Kirana. 2008) menyatakan 28 bahwa Dosis kompos blotong 15 ton/ha dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan luas daun(umur tiga bulan setelah tanam) daripada kontrol. Berdasarkan hasil penelitian interaksi pupuk blotong dengan takaran kontrol (O 2 T 0 ) menunjukkan hasil pertumbuhan bibit terendah pada peubah tinggi tanaman 98,06 cm, jumlah daun terendah yaitu 9,5 helai, jumlah anakan yaitu 2,25 buah. Hal ini dikarenakan kombinasi perlakuan tersebut merupakan kombinasi perlakuan yang belum mampu menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup bagi pertumbuhan bibit tebu pada penelitian ini, sehingga mengakibatkan pertumbuhan bibit menjadi terhambat dibandingkan dengan pertumbuhan bibit tebu pada perlakuan lainya. Hal ini sejalan dengan pendapat Dwijoseputro (2002), menyatakan bahwa tanaman akan tumbuh subur apabila unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersedia dalam jumlah yang cukup dan seimbang didalam tanah. IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa: 1. Secara tabulasi perlakuan jenis pupuk organik blotong menghasilkan 2. Perlakuan takaran 15 ton/ha pupuk organik blotong menghasilkan 3. Interaksi antara pupuk organik blotong dan takaran 15 ton/ha menghasilkan B. Saran Berdasarkan hasil penelitian penulis menyarankan bahwa: 1. Untuk menghasilkan pertumbuhan bibit tanaman tebu terbaik sebaiknya menggunakan pupuk organik jenis blotong dengan takarannya 15 ton/ha. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan takaran pupuk yang ditingkatkan, supaya dapat membandingkan apakah dengan pemberian pupuk organik yang lebih tinggi akan menghasilkan pertumbuhan bibit tanaman tebu lebih baik atau sebaliknya. DAFTAR PUSTAKA Deptan. 2007. Pedoman Teknis Pemanfaatan Limbah Perkebunan Menjadi Pupuk Organik. Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian, Jakarta. Dwijoseputro. 2002. Fisiologi Tumbuhan dan Metabolisme Tanaman. Gramedia. Jakarta Kirana, K. 2008. Penentuan dosis pemupukan kompos blotong pada tebu lahan kering

(Saccharum officinarum L.) varietas PS 862 dan PS 864. Skripsi. Program Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kuntohartono, T. 1982. Pedoman Budidaya Tebu Lahan Kering. Lembaga Pendidikan Perkebunan, Yogyakarta. Isnaini, M. 2006. Pertanian Organik. Kreasi Warna. Yogyakarta. Lahuddin. 1996. Pengaruh Kompos Blotong Terhadap Beberapa Sifat Fisik dan Kandungan Unsur Hara Tanah. Jurnal Penelitian Pertanian 1 : 13-18. Lingga, P. Dan Marsono. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta. Nugroho,2013. Panduan Menbuat Pupuk Kompos. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. Saefudin, 2000. Budidaya Tanaman Tebu. Bumi Aksara, Jakarta. Sofian. 2006. Sukses Membuat Kompos dari Sampah. Surabaya : Agromedia Pustaka. Susilo, 2007. Pedoman Teknologi Budidaya Tebu Lahan Kering. Jakarta. Sutedjo, MM. 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. Wargani, Supriyanto, dan Samsuri. 1988. Pemanfaatan Limbah Pabrik Gula sebagai Bahan Kompos dalam menunjang Peningkatan Produksi Tanaman Tebu di Pabrik Gula Cintamanis. Seminar Budidaya Tebu Lahan Kering P3GI Pasuruan, Pasuruan. 29