1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan pada ibu pasca persalinan menimbulkan dampak yang dapat meluas ke berbagai aspek kehidupan dan menjadi salah satu parameter kemajuan bangsa dalam pelayanan kesehatan. Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2007). Dalam persalinan sering terjadi perlukaan pada perineum baik itu karena robekan spontan maupun episiotomi. Di Indonesia laserasi perineum dialami oleh 75% ibu melahirkan pervaginam. Pada tahun 2013 menemukan bahwa dari total 1951 kelahiran spontan pervaginam, 57% ibu mendapat jahitan perineum (28% karena episiotomi dan 29% karena robekan spontan) (Depkes RI, 2013). Ruptur perineum adalah perlukaan jalan lahir yang terjadi pada saat kelahiran bayi baik menggunakan alat maupun tidak menggunakan alat. Ruptur perineum disebabkan paritas, jarak kelahiran, berat badan bayi, pimpinan persalinan tidak sebagaimana mestinya, ekstraksi cunam, ekstraksi fakum, trauma alat dan episiotomi. (sumarah, 2009). Rupture perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan menjadi luas apabila kepala janin terlahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dari sirkumferensia suboksipitobregmatika atau anak dilahirkan dengan pembedahan vaginal (Winkjosastro, 2007).
2 Luka pada perineum akibat ruptur atau laserasi merupakan daerah yang tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan kering. Bila proses penyembuhan luka tidak ditangani dengan baik, maka dapat menyebabkan tidak sempurnanya penyembuhan luka ruptur tersebut. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan tidak dapat berhenti dengan baik ataupun menyebabkan terjadinya infeksi yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian pada ibu (Bahiyatun, 2009). Akibat perawatan perineum yang tidak benar dapat mengakibatkan kondisi perineum yang terkena lokhea dan lembab sangat menunjang untuk perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum. Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kencing ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung kencing maupun infeksi pada jalan lahir, tetapi sangat kecil kemungkinannya jika luka perineum dirawat dengan baik (Suwiyoga, 2004). Infeksi post partum terjadi di traktus genetalia setelah kelahiran yang diakibatkan oleh bakteri, hal ini akan meningkatkan resiko infeksi post partum yang salah satunya disebabkan oleh penyembuhan luka laserasi perineum yang tidak optimal dan dapat menyebabkan syok septic (Cuningham, 2005). Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (2012) angka kejadian infeksi karena ruptur perineum di Jawa Timur masih tinggi, trauma perineum atau ruptur perineum dialami 70% wanita yang melahirkan pervagina sedikit banyak mengalami trauma perineal. Kebanyakan morbiditas maternal setelah trauma perineal tetap tidak terlapor ke professional kesehatan.jumlah kematian maternal pada tahun 2012, menunjukan bahwa tercatat sebesar 116/100.000 kelahiran hidup.
3 Infeksi dapat terjadi apabila penyembuhan luka rupture perineum yang tidak optimal. Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian jaringan yang mati atau rusak dengan jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan regenerasi. Penyembuhan luka terjadi dalam 5 tahap, yaitu: segera setelah cidera, pembuluh darah berkonstriksi di sekitar tempat tersebut, dan vasokonstriksi ini dapat mengurangi perdarahan dengan cepat. Kerusakan seluler penyebab keluarnya darah dan hal ini membantu mengaktifasi proses koagulasi (Boyle Maureen, 2009). Penyembuhan luka pada robekan perineum akan bervariasi, dapat terjadi perprimam atau persecundam (lambat) tergantung dari luas dan dalamnya luka, semakin dalam luka tentu saja penyembuhannya semakin lama karena proses penyembuhan terjadi secara bertahap dari lapisan yang paling luar baru ke lapisan yang lebih dalam (Onggo, 2010). Penyembuhan luka pada jalan lahir akan sembuh dalam 7-10 hari bila tidak disertai infeksi dan lebih dari 10 hari bila disertai dengan infeksi (Bahiyatun, 2009). Sedangkan menurut penelitian Fitri (2013) menyebutkan bahwa luka perineum bisa sembuh < 7 hari (cepat) dan 7 hari (lambat). Luka dinyatakan sembuh apabila luka kering, tidak ada kemerahan, tidak ada pembengkakan, jaringan menyatu, dan tidak nyeri ketika untuk duduk dan berjalan. Penyembuhan luka perineum yang lama akan meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada masa nifas (Sarwinanti, 2007). Menurut Smeltzer (2002), waktu penyembuhan luka pada jalan lahir dipengaruhi oleh faktor-faktor diantaranya yaitu faktor internal dan eksternal. Adapun faktor internalnya adalah usia ibu, personal hygiene, gizi. Adapun faktor eksternal antara lain lingkungan, tradisi, pengetahuan, status ekonomi, penanganan petugas. Namun, belum semua faktor ini di teliti. Status gizi merupakan salah satu faktor bagaimana seorang ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi di dalam tubuhnya,
4 hal ini dapat berpengaruh dari proses penyembuhan luka yang diakibatkan ketidak adekuatan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh untuk proses penyembuhan luka, tingkat pengetahuan seorang ibu berpengaruh bagaimana seorang ibu dalam melakukan perawatan luka pada jalan lahir dan bagaimana seorang ibu memperhatikan kesehatannnya dengan memilih makanan-makanan yang memiliki nilai gizi yang berguna untuk mempercepat proses penyembuhan lukanya. Fenomena yang ada di masyarakat menunjukan bahwa sebagian besar msyarakat di pedesaan masih mempercayai adanya pantang makan, mereka menerima dan menolak jenis makanan tertentu. Pantang terhadap makan sebenarnya tidak boleh dilakukan oleh ibu post partum karena dapat memperlambat proses penyembuhan luka jahitan perineum sedangkan proses penyembuhan luka sangat membutuhkan protein, maka ibu post partum di anjurkan untuk makan dalam pola yang benar sesuai kualitas dan kuantitasnya (Tiran, 2006). Adapula anggapan bahwa pemeriksaan pasca persalinan tidak banyak mendapat perhatian ibu karena selain dari segi penghematan biaya, ibu beranggapan sudah merasa baik dan selanjutnya semua berjalan lancar. Pemeriksaan setelah kala persalinan sebenarnya sangat penting dilakukan untuk mendapatkan penjelasan berharga dari bidan yang menolong persalinan itu. Di antara masalah yang penting tersebut adalah melakukan evaluasi secara menyeluruh tentang alat kelamin dan terutama mulut rahim yang mungkin masih luka, akibat proses persalinan. Penyembuhan yang menyebabkan pembentukan jaringan parut, dapat menyebabkan mulut rahim kaku, dan menyulitkan persalinan yang akan datang (Manuaba, 2009). Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan mempunyai peranan dalam mengajarkan cara merawat luka perinium. Perawat diharapkan dapat membantu klien
5 dalam mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah kesehatan. Dengan asuhan keperawatan, perawat dapat membantu penderita rupture perinium untuk mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat penyembuhan. Pelayanan asuhan keperawatan yang bermutu akan meminimalkan lama hari perawatan, mencegah terjadinya infeksi, mencegah terjadinya komplikasi pada penderita luka rupture perinium (Malik, 2005). Dari studi pendahuluan di Pondok Bersalin Desa ( Polindes ) Desa Kenongo Kecamatan Jabung pada bulan September sampai dengan bulan November 2014 ada sebanyak 49 ibu yang melahirkan. Dari 49 orang ibu yang melahirkan, yang melahirkan tanpa perlukaan perineum sebanyak 16 orang, sebanyak 32 ibu yang mengalami luka jalan lahir (rupture perineum). Dari hasil wawancara pada 10 ibu post partum di Bidan Pondok Bersalin Desa ( Polindes ), terdapat 6 ibu mengalami penyembuhan luka selama > 1 bulan, sedangkan 4 ibu mengalami penyembuhan luka <1 bulan. 6 ibu yang tingkat pendapatannya <1jt/ bulan, 5 ibu jarang mengkonsumsi makanan yang tinggi protein, 4 ibu memiliki tingkat pengetahuan tentang perawatan luka perinium, dan 6 ibu melakukan perawatan luka mandiri. Menilai begitu tingginya angka kejadian infeksi di Indonesia yang disebabkan salah satu faktor yaitu perlukaan perineum (rupture perineum), maka rupture perinium dapat dikategorikan sebagai salah satu dari faktor resiko dalam persalinan yang dapat memperburuk keadaan ibu post partum yang dapat meningkatkan angka kematian ibu (AKI) di dunia yang di pengaruhi beberapa factor diantaranya tingkat pengetahuan ibu. Berdasarkan studi pendahuluan dari hasil wawancara diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang mengidentifikasi faktor-faktor, diantaranya yaitu pengetahuan penyembuhan luka dan nutrisi yang mempengaruhi percepatan penyembuhan luka ruptur perineum ibu post partum. Oleh karena itu peneliti
6 memilih penelitian dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang Penyembuhan Luka dan Nutrisi Dengan Percepatan Penyembuhan Luka Perinium di Pondok Bersalin Desa ( Polindes ) Desa Kenongo Kecamatan Jabung Malang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui Bagaimanakah hubungan tingkat pengetahuan ibu post partum tentang penyembuhan luka dan nutrisi dengan percepatan penyembuhan luka perinium di pondok bersalin desa (polindes) desa Kenongo kecamatan Jabung Malang?. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengidentifikasi apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan penyembuhan luka dan nutrisi dengan percepatan penyembuhan luka perinium di pondok bersalin desa ( Polindes ) desa Kenongo kecamatan Jabung Malang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan tentang penyembuhan luka dan nutrisi di pondok bersalin desa (Polindes) desa Kenongo kecamatan Jabung Malang. 2. Mengidentifikasi percepatan penyembuhan luka perinium ibu post partum di pondok bersalin desa (Polindes) desa kenongo kecamatan jabung malang. 3. Menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu post partum tentang penyembuhan luka dan nutrisi dengan percepatan penyembuhan luka
7 perinium di pondok bersalin desa ( Polindes ) desa Kenongo kecamatan Jabung Malang. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Kesehatan Hasil penelitian ini sebagai tambahan informasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maternitas. 2. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini di harapkan agar dapat meningkatkan wawasan dan mutu pendidikan, juga melengkapi literatur/referensi khususnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka ruptur perinium bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa program studi ilmu keperawatan Universitas Muhammadyah Malang dan dapat melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka ruptur perinium 3. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang hubungan pengetahuan enyembuhan luka dan nutrisi. 4. Bagi Profesi Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
8 1.5 Keaslian Penelitian 1. Penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan faktor-faktor penyembuhan luka periniumadalah faktor yang berhubungan dengan penyembuhan luka episiotomi di RSKD ibu dan anak siti Fatimah makasar oleh Monica Rahayu (2014). Populasi dalam penelitian susi adalah ibu yang nifas dengan jumlah sampel 32 responden menggunakan teknik accidental sampling. Jenis penelitian Analitik dengan pendekatan cross-sectional, variabel independen yang digunakan adalah status gizi,pengetahuan, dan usia. Hasil penelitian adanya hubungan antara gizi, mobilisasi dini, pengetahuan, dan usia di RSKD ibu dan anak siti Fatimah makasar Tahun 2013, dengan nilai p-value 0,011 untuk gizi, 0,012 untuk mobilisasi dini, 0,012 untuk pengetahuan, dan 0,021 untuk usia. 2. Penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan faktor-faktor penyembuhan luka perinium adalah hubungan pengetahuan tentang perawatan dengan penyembuhan luka episiotomi pada ibu post partum di ruang IRINA D bawah RSUP Prof Dr.R.D kandou malalayang oleh Fiolen Moloku (2013). Populasi dalam penelitian Fiolen adalah ibu yang nifas dengan jumlah sampel 31 responden menggunakan teknik purposive sampling. Jenis penelitian Analitik dengan pendekatan cross-sectional, variabel independen yang digunakan adalah pengetahuan. Hasil penelitian adanya hubungan pengetahuan, dengan penyembuhan luka episiotomi di ruangan IRINA RSUP prof Dr.R.D Kandou Malalayang Tahun 2013, dengan nilai p-value 0,001 untuk pengetahuan. 3. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini akan meneliti tentang pengaruh tingkat pengetahuan dan status gizi ibu post partum dengan percepatan penyembuhan lukap erinium pada ibu post partum di pondok bersalin desa ( Polindes ) desa Kenongo kecamatan Jabung Malang.
9 Selain itu perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu terdapat pada variabel dependen dan independennya, Teknik pengambilan sampel yang di gunakan yaitu total sampling.