Makalah By UNKNOWN. March 26. Edit Ms Word by Zahrotun Nisa PTIK_

dokumen-dokumen yang mirip
Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah di Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan, menghasilkan strategi dan berfantasi. 1

penting dalam menentukan arah serta mutu pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Kemampuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak akan asuh, asih,

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM). Ketersediaan pangan yang cukup belum dapat digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan pengarahan harusnya dimulai sejak anak usia prasekolah. Perkembangan yang penting pada anak prasekolah terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bellanita Maryadi, 2013

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

: RIZKA RATNA NURVITASARI

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum

BAB I PENDAHULUAN. dapat menemukan potensi tersebut. Seorang anak dari lahir memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas. Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

Seri Pengabdian Masyarakat 2015 ISSN: Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Volume 4 No. 3, September 2015 Halaman

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN. usia ini merupakan usia emas (golden age) yang merupakan masa peka dan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan otak diusia balita akan berdampak pada usia dewasanya nanti,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa awal kanak-kanak merupakan masa yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pikir yang sudah mulai dapat menyerap pengalaman-pengalaman melalui

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN BALOK HURUF TAMAN KANAK-KANAK PASAMAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin lama stimulasi dilakukan, maka akan semakin besar manfaatnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kepribadian anak. Berdasarkan Undang - undang Sistem. Pendidikan Nasional NO.20 Tahun 2003 BAB I ayat 14, menyatakan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

PERBEDAAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH ANTARA SISWA BARU DAN SISWA LAMA DI SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) CUT NYAK DIEN KRETEK, BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 14.

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. dengan sebutan golden age yaitu usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dapat mengubah pola pikir seseorang dalam mencapai tujuan kehidupan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, non formal dan informal. Taman Kanak-kanak adalah. pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal.

UPAYA MENGEMBANGKAN KREATIFITAS ANAK MELALUI BERMAIN BALOK DI TK. PGRI 1 KANDANGSAPI, JENAR, SRAGEN TAHUN 2014 / 2015 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak dari usia 0-8 tahun disebut masa emas (golden age)

UPAYA MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA SISWA KELOMPOK A TK ISLAM MARDI SIWI PAJANG LAWEYAN SURAKARTA TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang pasal 28 ayat 2 bahwa setiap anak berhak atas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang sangat penting bagi sumber daya manusia yang berkualitas. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting pada masa ini. Hal ini disebabkan masa usia dini merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Masa ini dapat disebut juga sebagai The Golden Age atau masa. pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang.

PENGARUH METODE DEMONSTRASI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B TK PEMBINA PALU

Bab 5. Simpulan, Diskusi dan Saran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

I. PENDAHULUAN. perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik pada

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia pra sekolah. Masa anak usia dini itu dapat disebut sebagai masa peka

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK AISYIYAH PARIGI

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak dini dengan layak. Oleh karena itu, anak memerlukan program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,

Tahun Ajaran Baru Membuat Orang Tua Sibuk

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) saja, tetapi masyarakat mulai mengenal PAUD. Dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan anak juga mendapat perhatian khusus dari pemerintah. perkembangan anak secara keseluruhan karena orang tua dapat segera

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ISSN Vol 5, November 2014

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

Di susun Oleh: PUJI RAHAYU A

Transkripsi:

Makalah By UNKNOWN March 26 2014 Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah di Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik Semarang Edit Ms Word by Zahrotun Nisa 1413100014 i

Daftar Isi Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... iv BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Permasalahan... 1 1.3 Tujuan... 1 1.4 Manfaat... 1 BAB II... 2 DASAR TEORI... 2 2.1 Masa Emas (Golden Age)... 2 2.2 Pengertian Paud... 2 2.3 Paud di Indonesia... 3 BAB III... 4 METODOLOGI PERCOBAAN... 4 3.1 Bahan... 4 3.2 Cara Kerja... 4 BAB IV... 5 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 5 4.1 Analisa Data... 5 4.2 Pembahasan... 6 BAB V... 10 PENUTUP... 10 5.1 Kesimpulan... 10 5.2 Saran... 10 Daftar Pustaka... 11 LAMPIRAN... 12 ii

Daftar Tabel Tabel 1 Usia... 5 Tabel 2 Jenis Kelamin... 5 Tabel 3 Asal... 5 Tabel 4 Jenis IQ... 5 iii

Daftar Gambar Gambar 1 Bermain Indoor... 12 Gambar 2 Belajar... 12 Gambar 3 Bermain Outdoor... 13 iv

v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa emas (golden age) perkembangan anak terjadi pada usia prasekolah dimana 80% perkembangan kognitif telah dicapai pada masa ini. Perkembangan kognitif anak harus mendapat stimulasi agar dapat berkembang optimal. PAUD yang efektif sangat bermanfaat untuk membangun struktur perkembangan kognitif anak. 1.2 Permasalahan Permasalahan dari penelitian ini adalah bagaimana cara mengetahui hubungan pendidikan anak usia dini (Paud) dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah di Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik, mendiskripsikan keikutsertaan anak usia prasekolah dalam program PAUD dan perkembangan kognitif anak usia prasekolah. 1.3 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pendidikan anak usia dini (Paud) dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah di Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik, mendiskripsikan keikutsertaan anak usia prasekolah dalam program PAUD dan perkembangan kognitif anak usia prasekolah. 1.4 Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan masukan bagi pendidik PAUD untuk meningkatkan mutu pendidikan sehingga metode yang digunakan sesuai dengan tahap perkembangan anak, memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya mengikutsertakan anak dalam program PAUD untuk merangsang perkembangan kognitif anak serta memberikan informasi bagi perawat untuk dapat mengaplikasikan ilmu keperawatan pada komunitas PAUD. 1

BAB II DASAR TEORI 2.1 Masa Emas (Golden Age) Sejak lahir sampai usia 3 tahun anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir yang sudah mulai dapat menyerap pengalaman pengalaman melalui sensorinya. Usia satu setengah tahun sampai kira kira 3 tahun mulai memiliki kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya (berbicara, bercakap - cakap) (Theo&Martin, 2004). Hasil hasil studi dibidang neurologi mengetengahkan antara lain bahwa perkembangan kognitif anak telah mencapai 50% ketika anak berusia 4 tahun, 80% ketika anak berusia 8 tahun, dan genap 100% ketika anak berusia 18 tahun (Osborn,White,dan Bloom). Studi tersebut makin menguatkan pendapat para ahli sebelumnya, tentang keberadaan masa peka atau masa emas (golden age) pada anak usia dini. Masa emas perkembangan anak yang hanya datang sekali seumur hidup tidak boleh disia siakan. Hal itu yang memicu makin mantapnya anggapan bahwa sesungguhnya pendidikan yang dimulai setelah usia SD tidaklah benar. Pendidikan harus sudah dimulai sejak usia dini supaya tidak terlambat. Sehingga penting bagi anak untuk mendapatkan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) (Martini, 2006). 2.2 Pengertian Paud Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. 2

2.3 Paud di Indonesia Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) justru belum banyak mendapat perhatian. Saat ini pendidikan usia dini baru diperoleh oleh sebagian kecil anak di Indonesia. Hasil pendataan Depdiknas pada tahun 2002, baru 28 persen dari 26,1 juta anak usia 6 tahun yang mendapat pendidikan usia dini. Sebagian besar di antara mereka yakni 2,6 juta mendapatkan pendidikan dengan jalan masuk ke Sekolah Dasar pada usia lebih awal. Sebanyak 2,5 juta anak mendapat pendidikan di Bina Keluarga Balita (BKB), 2,1 juta anak bersekolah di TK atau Raidhatul Atfhal, dan sekitar 100.000 anak di kelompok bermain (play group). Rasio jumlah lembaga pendidikan dan anak usia dini diperkirakan 1:8. Data tersebut memperlihatkan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) belum cukup mendapatkan perhatian padahal kapasitas perkembangan kognitif anak sudah dapat terbentuk pada usia dini jauh dibawah usia sekolah (Enung, 2006). Hal tersebut merupakan suatu masalah yang perlu mendapatkan perhatian dimana masih banyak pihak yang belum mengetahui pentingnya pendidikan anak usia bagi perkembangan kognitif anak. 3

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Bahan Penelitian ini dilakukan di RW 06 Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Jumlah anak yang berusia 34 tahun adalah 115 anak. 3.2 Cara Kerja Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelatif dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengujian tes IQ pada 54 anak. Pengumpulan data untuk tiap variabel menggunakan tes IQ dan lembar pertanyaan yang berisi 4 pertanyaan karakteristik responden. Tes IQ berisi 27 pertanyaan yang disertai dengan gambar. Analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan dua variabel penelitian dengan menggunakan uji Chi Square dimana dengan membandingkan p value dengan tingkat kesalahan (alpha) yang digunakan yaitu 5% atau 0,05. 4

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Data Tabel 1 Usia No. Usia Jumlah Prosentase 1. 3 Tahun 25 Anak 46,3% 2. 3,5 Tahun 29 Anak 53,7% Tabel 2 Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah Prosentase 1. Laki laki 27 Anak 50% 2. Perempuan 27 Anak 50% Tabel 3 Asal No. Asal Jumlah Prosentase 1. Suku Jawa 49 Anak 90,7% 2. Suku Sunda 3 Anak 5,6% 3. Suku Lain 2 Anak 3,7% Tabel 4 Jenis IQ No. Jenis IQ Jumlah Prosentase 1. Superior 3 Anak 11,1% 2. High Everage 13 Anak 59,3% 3. Everage 32 Anak 24,1% 4. Low Normal 6 Anak 5,6% 5

4.2 Pembahasan Dari 54 responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 27 anak (50% ) dan yang berjenis kelamin laki laki sebanyak 27 anak (50%). Laki laki dan perempuan menunjukkan pola skor yang berbeda pada pengukuran intelegensi konvensional oleh karena itu ada anggapan dari para ahli bahwa masalah perbedaan jenis kelamin harus dipertimbangkan dalam melakukan interpretasi tes IQ. Secara umum perempuan cenderung menunjukkan skor yang lebih tinggi dari pada laki laki dalam hal: pengucapan kata atau fonologis, informasi semantik dalam ingatan jangka panjang, komprehensi, gerakan motorik halus, dan kecepatan persepsi. Laki laki cenderung menunjukkan skor lebih tinggi dari pada perempuan dalam hal: transformasi visual, gerakan motorik yang terarah pada sasaran tertentu, spasial dan fluid reasoning (Raden, 1999). Hasil penelitian tentang umur responden didapatkan bahwa sebanyak 25 responden (46,3%) memiliki umur 3 tahun dan sebanyak 29 responden (53,7%) memiliki umur 3,5 tahun. Perkembangan tingkat kognitif atau taraf intelegensi seseorang sangat pesat pada usia prasekolah dan mulai menetap pada akhir masa remaja. Taraf intelegensi tidak mengalami penurunan, hanya penerapannya saja yang berbeda. Hal ini dikarenakan pada usia diatas 65 tahun kemampuan alat indera mengalami penurunan (Raden, 1999). Hasil penelitian suku bangsa menunjukkan bahwa sebanyak 49 responden (90,7%) dari jawa, sebanyak 3 responden (5,6%) dari sunda, dan sebanyak 2 responden (3,7%) dari suku lainnya. Kelompok budaya yang berbeda menunjukkan profil intelegensi atau kecerdasan yang berbeda pula. Beberapa butir pertanyaan atau persoalan yang diajukan dalam pengukuran intelegensi atau kecerdasan terkait secara khusus dengan budaya tertentu sehingga jika subjek yang dievaluasi tidak terbiasa dengan budaya tersebut, maka butir pertanyaan yang diajukan kepadanya terkesan asing dan tidak dapat menjawab. Jika subjek terlalu asing dengan beberapa butir persoalan yang diajukan, hasil pengukuran dapat saja menunjukkan skor yang rendah (Raden, 1999). 6

Sebanyak 29 responden (53,7%) mengikuti program PAUD hal ini dikarenakan banyak alasan yang mendasari orangtua mengikutsertakan anak dalam PAUD. Salah satunya adalah kesibukan orangtua dalam bekerja sehingga orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan anak akan informasi dan pembelajaran. Selain itu, alasan orangtua mengikutsertakan anak dalam PAUD antara lain: menambah kemampuan sosialisasi anak, mendapatkan sarana bermain yang lebih lengkap dan edukatif baik untuk kemampuan kognitif, motorik, ataupun pendidikan budi pekerti yang baik. Sebanyak 25 responden (46,3%) tidak mengikuti program PAUD, masih banyak orang tua yang tidak mengikut sertakan anaknya dalam program PAUD dikarenakan adanya anggapan bahwa anak berusia 3 tahun atau kurang masih perlu memusatkan kegiatannya di rumah dengan orangtua dan keluarga lainnya. Selain itu, anak di bawah usia 4 tahun belum dapat membedakan perilaku yang baik dan buruk. Anggapan seperti ini membuat orangtua takut membaurkan anaknya terlalu dalam dengan orang - orang yang baru dikenalnya, karena takut terpengaruh dengan hal - hal yang buruk. Masih banyak jumlah responden yang tidak mengikuti PAUD dalam penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi orang tua untuk mengikutsertakan anaknya dalam program PAUD masih kurang. Banyak faktor yang mempengaruhi motivasi orang tua untuk mengikutsertakan anaknya dalam program PAUD antara lain tingkat pengetahuan, kepribadian, sikap, citacita, lingkungan, kemampuan ekonomi, dsb. Perkembangan Kognitif pada penelitian ini dinyatakan dengan skor IQ, dimana skor IQ ini merupakan ukuran yang menunjukkan taraf kemampuan kognitif atau taraf intelegensi seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 6 responden (11,1%) mempunyai IQ low normal, 32 responden (59,3%) mempunyai IQ everage, 13 responden (24,1%) mempunyai IQ high everage, 3 responden (5,6%) mempunyai IQ superior. Banyak faktor yang mempengaruhi taraf perkembangan intelegensi atau kognitif seseorang adalah faktor hereditas dan faktor lingkungan. Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa peranan faktor hereditas terhadap perkembangan kognitif atau 7

intelegensi seseorang terutama karena adanya rangkaian hubungan antara pertalian keluarga dengan ukuran IQ. Sebagaimana hasil penelitian dari Erlenmeyer Kimling dan Jarvik, 1963, bahwa umumnya individu yang mempuanyai hubungan keluarga cenderung mempunyai IQ relatif sama atau similar. Riset lain yang dilakukan oleh Jenks, 1972 dan Munsinger, 1978 menyimpulkan bahwa IQ anak lebih similar dengan IQ orang tuanya. Selain faktor hereditas, taraf intelegensi atau kognitif seseorang dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Tingkat kognitif atau intelegensi seseorang sangatlah ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan. Banyak studi maupun penelitian yang mendukung bahwa faktor lingkungan mempengaruhi tingkat kognitif atau intelegensi seseorang. Sebagai contoh dalam penelitian Kamin, 1978, anak - anak angkat yang hidup dalam lingkungan yang baik mengalami peningkatan IQ sampai 5 poin. Sedangkan anak - anak angkat yang hidup dalam lingkungan kurang baik tidak mengalami peningkatan taraf intelegensi. Selain dipengaruhi oleh faktor hereditas dan lingkungan, tingkat kognitif atau taraf intelegensi juga dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, ras, budaya, dan asupan nutrisi (Monty&Fidelis, 2003). Berdasarkan analisa dengan uji statistik chi square didapatkan hasil bahwa semua responden yang memiliki IQ superior mengikuti program PAUD dan semua responden yang memiliki IQ diatas rata rata (high everage) mengikuti program PAUD. Didapatkan nilai x2 sebesar 22,95 dan p value lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0.000 sehingga hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan anak usia dini dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat para tokoh bahwa PAUD sangat efektif dalam membangun struktur kognitif anak (Martini, 2006). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 3 anak yang mengikuti program PAUD memiliki skor IQ superior dan 13 anak memiliki skor IQ diatas rata rata hal ini karena pendidikan anak usia dini membentuk dan mengembangkan jiwa 8

eksploratif, kreatif dan kepribadian yang integral yang penting bagi pembentukan struktur kognitif atau kecerdasan (Enung, 2006). Pelaksanaan PAUD yang efektif sangat bermanfaat bagi perkembangan struktur kognitif anak, yaitu melalui pemberian kesempatan pada anak untuk memperoleh pengalaman langsung dari berbagi aktivitas pembelajaran yang sesuai. Pelaksanaan PAUD yang efektif juga bermanfaat bagi pengembangan dasar dasar pengetahuan alam atau metematika dan bahasa, baik bahasa lisan maupun membaca dan menulis. Selain itu pelaksanaan PAUD yang efektif juga dapat memotivasi anak untuk memikirkan dan mengemukakan jawaban yang benar terhadap suatu konflik. Pendidikan anak usia dini juga memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai kegiatan sehingga dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya (Theo&Martin, 2004). Pada penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa terdapat 6 anak yang tidak mengikuti program PAUD menunjukkan skor IQ dibawah rata rata hal itu karena di dalam perkembangan anak terdapat masa kritis. Begitu juga pada perkembangan kognitifnya, dimana diperlukan rangsangan / stimulasi yang berguna agar dapat berkembang optimal. Sehingga jika pada masa kritis, rangsangan / stimulasi tersebut tidak diberikan maka besar kemungkinan tugas tugas perkembangan kognitif tidak dapat dicapai secara optimal atau bahkan mengalami keterlambatan (Martini, 2006). 9

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari penelitian ini diperoleh gambaran bahwa peringkat yang paling tinggi adalah anak dengan kategori usia tiga setengah tahun sampai empat tahun. Kategori jenis kelamin sama antara perempuan dengan laki - laki. Kategori suku bangsa yang paling tinggi adalah suku jawa. Peringkat jumlah responden yang paling tinggi adalah skor IQ everage (rata - rata), peringkat yang kedua adalah IQ high everage (diatas rata - rata) selanjutnya adalah IQ low normal (di bawah rata - rata), dan peringkat jumlah responden yang paling rendah adalah IQ superior (cerdas). Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mempunyai hubungan yang signifikan dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah di Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik Semarang. 5.2 Saran Orang tua dan keluarga hendaknya mampu meningkatkan pemahamannya tentang pentingnya PAUD bagi perkembangan anak sehingga orang tua termotivasi untuk mengikutsertakan anak dalam program PAUD. Bagi tenaga pendidik PAUD hendaknya terus meningkatkan kualitas dan kuantitas pelaksanaan PAUD melalui program beasiswa atau tugas belajar bagi para guru PAUD, symposium, seminar, pelatihan, dan pengkajian buku buku baru. Bagi pemerintah hendaknya meningkatkan kebijakan kebijakannya di bidang PAUD antara lain bisa dilakukan dengan memfasilitasi implementasi PAUD dilapangan melalui stimulasi dana rintisan program dan dukungan kelembagaan, meningkatkan jumlah pengiriman berbagai acuan dan bulletin dukungan, alat permainan edukatif, workshop PAUD, pertemuan pertemuan konsultatif serta monitoring dan supervisi sampai ke pelosok pelosok daerah. Bagi kader kesehatan hendaknya dapat mengembangkan program PAUD masyarakat. Bagi perawat dapat mengimplementasikan ilmu keperawatan pada komunitas PAUD. 10

Daftar Pustaka Enung, F. (2006). Psikologi Perkembangan : Perkembangan Peserta Didik. Bandung: CV Pustaka Setia. Martini, J. (2006). Perkembangan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak - Kanak : Pedoman bagi Orang Tua dan Guru. Jakarta: PT Grasindo. Monty&Fidelis. (2003). Mendidik Kecerdasan, Pedoman bagi Orang Tua dan Guru dalam Mendidik Anak Cerdas. Jakarta: Pustaka Popular Obor. Raden, C. (1999). Perkembangan Intelegensi Anak. Bandung: Angkasa. Theo&Martin. (2004). Pendidikan Anak Usia Dini : Tuntunan Psikologi dan Pedagogis bagi Pendidik dan Orang Tua. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana. 11

LAMPIRAN Gambar 1 Bermain Indoor Gambar 2 Belajar 12

Gambar 3 Bermain Outdoor 13