BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah mata pelajaran yang membahas ilmu-ilmu biologi, kimia, dan fisika. IPA memiliki posisi penting dalam dunia pendidikan dewasa ini. Banyak orang berharap besar dengan memberikan IPA sejak dini, dengan harapan siswa-siswi dapat memahami isu-isu global yang banyak beredar saat ini. Salah satu contoh isu global tersebut yaitu global warming. Dengan memahami IPA, diharapkan siswa dapat merangkul orang-orang yang ada di lingkungan sekitar mereka untuk mencegah dan mengobati bumi yang mulai rapuh ini bersama-sama. Di samping itu, IPA menjadi penting karena tergolong dalam mata pelajaran yang diujikan pada saat Ujian Akhir Nasional (UAN). Oleh sebab itu, semua siswa wajib lulus dalam mata pelajaran ini. Syarat wajib agar siswa dapat lulus yaitu dengan memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), di SDN Ampeldento 2 KKM untuk mata pelajaran IPA yaitu 70. Sehingga seluruh sekolah berusaha agar peserta didiknya dapat lulus dalam mata pelajaran IPA ini, begitu pula dengan SDN Ampeldento 2. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara awal yang dilakukan tanggal 5 Mei 2012 di SDN Ampeldento 2, khususnya pada kelas IV tahun ajaran 2011/2012 pada mata pelajaran IPA. Siswa mengalami kesulitan pada materi alat indera manusia. Berdasarkan data yang diperoleh berupa nilai siswa pada materi tersebut, rata-rata nilai siswa yaitu 69 sedangkan KKM 1
2 yang harus dicapai yaitu 70, persentase siswa yang tuntas sebesar 46% dari jumlah siswa 26, jadi jumlah siswa yang tidak tuntas sebesar 54%. Padahal ketuntasan klasikal minimal yang ditentukan oleh sekolah sebesar 75% dari jumlah siswa yang tuntas KKM dengan nilai 70. Mendeskripsikan hubungan antara struktur panca indera dengan fungsinya dan dapat menerapkan cara memelihara kesehatan panca indera merupakan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik, namun dalam kenyataannya siswa masih merasa kesulitan. Sehingga masih banyak siswa yang belum tuntas pada materi tersebut. Guru sudah menjelaskan secara lisan bahkan diulang berkali-kali, dipaparkan secara tertulis, memberikan latihan soal, bahkan dijelaskan dengan bantuan gambar, namun siswa masih saja mengalami kesulitan. Dalam kegiatan pembelajaran siswa cenderung diam, pasif, kurang antusias terhadap materi yang diberikan oleh guru. Mereka hanya menatap lurus ke depan melihat guru sambil sesekali melirik ke kanan dan ke kiri, pertanda mereka merasa bingung untuk memahami materi tentang panca indra manusia. Selain itu motivasi belajar siswa juga rendah. Sehingga kegiatan pembelajaran menjadi satu arah, monoton, dan menjemuhkan. Permasalahan yang mendasar yaitu strategi yang di dalamnya meliputi model dan media yang digunakan dalam pembelajaran kurang tepat dengan situasi kelas dan karakteristik siswa maupun mata pelajarannya. Selain masalah yang terdapat di kelas, masalah di luar kelas pun mempengaruhi konsentrasi belajar siswa. Kurangnya perhatian dari pihak orangtua menjadi salah satu sebabnya. Mayoritas orangtua siswa yang tergolong dalam kategori ekonomi menengah ke bawah, mendorong kedua
3 orangtua siswa untuk sibuk bekerja guna memenuhi kebutuhan keluarga. Di samping itu, rendahnya pendidikan orangtua menyebabkan kurang sadarnya akan pentingnya perhatian orangtua terhadap anak mereka di rumah. Karena sibuk bekerja seharian, orangtua merasa lelah sehingga mereka malas untuk membimbing atau sekedar menanyakan PR untuk mengingatkan anak mereka agar belajar atau mengerjakan PR. Oleh karena itu, anak-anak menjadi malas belajar dan mengerjakan PR, sehingga nilai disekolah menjadi kurang bagus, Berdasarkan kenyataan di atas, penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam memahami materi tentang panca indra manusia. Oleh sebab itu, perlu diusahakan perubahan strategi, model, dan media pembelajaran yang tepat. Dalam hal ini guru dituntut untuk selalu berkreasi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan pencapaian kompetensi yang diharapkan terwujud. Model pembelajaran yang dapat diterapkan salah satunya adalah card sort. Penerapan model pembelajaran ini merupakan salah satu bagian dari active learning. Ini merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, penggolongan sifat, fakta tentang suatu obyek, atau mengulangi informasi. Gerakan fisik yang diutamakan dapat membantu untuk memberi energi kepada kelas yang telah letih. Jadi, siswa diminta untuk saling mencari kartu lain yang merupakan satu kategori dengan kartu yang telah dipegang. Pemilihan active learning khususnya model pembelajaran card sort dikarenakan siswa tidak hanya mendengar atau melihat saja, tetapi siswa mulai bergerak aktif mendengar, melihat, bertanya, berdiskusi, dan bahkan
4 melakukan sendiri kegiatan untuk mencari informasi (Silberman, 2011:169-170). Apabila siswa cenderung hanya mendengar materi yang disampaikan oleh guru, siswa akan cepat lupa karena kecepatan bicara guru tidak sebanding dengan kecepatan siswa dalam mendengarkan. Menurut (Silberman, 2011:12) active learning menekankan pada suasana belajar yang aktif dan menyenangkan. Apabila pembelajaran di kelas menyenangkan, maka siswa akan merasa nyaman dalam kegiatan pembelajaran sehingga proses transferring ilmu dapat dengan mudah dilakukan. Pembelajaran yang menyenangkan yaitu pembelajaran yang yang tidak monoton atau satu arah dan penuh dengan variasi metode pemebelajaran sehingga tidak membuat siswa cepat bosan dalam belajar. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran card sort dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa, karena model pembelajaran ini menjadikan siswa sebagai central pembelajaran tidak lagi teacher center. Prosedur penerapan model pembelajaran card sort, antara lain: (1) masing-masing siswa diberi satu kartu yang berisi informasi mengenai materi pelajaran yang cocok dengan satu atau lebih kategori, (2) siswa berusaha mencari temannya di ruang kelas dan menemukan orang yang memiliki kartu dengan kategori sama, (3) siswa dengan kartu kategorinya yang sama menyajikan informasi yang didapat di depan kelas. Model pembelajaran card sort tidak hanya bermanfaat meningkatkan aktifitas siswa tetapi juga dapat memberikan pemahaman materi secara mendalam dengan cara yang menyenangkan dan tidak monoton. Di samping itu, siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan yang diberikan oleh guru, tetapi juga mendapatkan
5 pengetahuan dari pembelajaran yang mereka alami sendiri sehingga hasil akhir dari proses ini adalah peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, untuk meningkatkan hasil belajar siswa maka peneliti menentukan memilih model pembelajaran yang menyenangkan dengan judul "Penerapan Model Pembelajaran Card Sort untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa tentang Materi Alat Indra Manusia Kelas IV SDN Ampeldento 2 Kabupaten Malang". Dalam penelitian ini model pembelajaran tersebut digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV terhadap materi alat indra manusia pada mata pelajaran IPA. B. Fokus Masalah Dari uraian di atas, fokus masalah pada permasalahan ini adalah banyaknya siswa kelas IV SDN Ampeldento 2 yang belum tuntas pada mata pelajaran IPA khususnya pada materi alat indra manusia. Oleh karena itu, peneliti ingin menerapkan model pembelajaran card sort, karena model pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka secara umum permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana proses penerapan model pembelajaran card sort dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Ampeldento 2 Kabupaten Malang tentang materi alat indra manusia?
6 2. Bagaimana hasil penerapan model pembelajaran card sort dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Ampeldento 2 Kabupaten Malang tentang materi alat indra manusia? D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah yang dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan: 1. Mendeskripsikan proses penerapan model pembelajaran card sort untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Ampeldento 2 Kabupaten Malang tentang materi alat indra manusia. 2. Menjelaskan peningkatan hasil belajar dengan penerapan model pembelajaran card sort untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Ampeldento 2 Kabupaten Malang tentang materi alat indra manusia. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun manfaat secara praktis. Adapun manfaat secara teoritis yaitu penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan dunia ilmu pengetahuan sebagai salah satu referansi khususnya dalam peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA yang dapat menggunakan model pembelajaran card sort. Sedangkan manfaat penelitian secara praktis dapat memberikan manfaat:
7 1. Bagi siswa: Dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam khususnya materi tentang alat indra manusia. 2. Bagi guru: Dapat memberikan masukan kepada guru tentang model pembelajaran serta cara yang dilakukan untuk lebih meningkatkan hasil belajar IPA melalui model pembelajaran card sort. 3. Bagi sekolah: Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan kegiatan dalam proses belajar mengajar, terutama di SDN Ampeldento 2 Kabupaten Malang. 4. Bagi peneliti selanjutnya: Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran card sort mata pelajaran IPA kelas IV SDN Ampeldento 2 Kabupaten Malang. F. Batasan Istilah Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yaitu: 1. Card sort dikenal juga dengan istilah mensortir kartu/pemilahan kartu (Silberman, 2011:169). Model pembelajaran ini dapat membuat siswa menjadi senang. Adanya unsur permainan dalam model pembelajaran card sort, tentu membuat siswa merasa senang karena kegiatan belajar tidak lagi monoton dan membosankan. Prosedur atau aturan permainan terlebih dahulu dijelaskan kepada siswa agar proses pembelajaran berjalan baik.
8 2. Hasil belajar adalah suatu pencapaian dari proses belajar yang digunakan sebagai tolak ukur, sejauh mana siswa telah mencapai dan menguasai kompetensi-kompetensi yang sudah ditentukan.