BAB I PENDAHULUAN. sejak dini, dengan harapan siswa-siswi dapat memahami isu-isu global yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. (Al-Islam, Ke-Muhammadiyahan, dan Bahasa Arab) yang merupakan. salah satu ciri pendidikan sekolah Muhammadiyah. Al Islam merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang langsung dikaitkan dengan praktek pembelajaran. Pembelajaran aktif (Active Learning) adalah aktifitas pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam IPS yang dipelajari adalah materi yang

BAB I PENDAHULUAN. arti penting dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari ilmu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi memiliki peranan penting dalam memberikan pemahaman mengenai

BAB I PENDAHULUAN. yang akan disampaikan oleh guru. Jika materi yang disampaikan oleh guru

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. siswa dalam proses pembelajaran. Komunikasi dapat mendekatkan antara

Ari Kusyono A

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melakukan observasi awal terhadap hasil belajar siswa di kelas IV SDN 3 Tabongo

BAB I PENDAHULUAN. dipahami. Oleh sebab itu pelajaran Biologi hendaknya diusahakan menjadi

BAB I. pembelajaran yang berlangsung sehingga siswa cenderung pasif. Sikap siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Karena dengan adanya keaktifan saat proses pembelajaran maka

BAB I PENDAHULUAN. hidup seseorang bahkan dalam kesejahteraan suatu bangsa. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pada perkembangan dikade terakhir ini supervisi menjadi tonggak untuk. guru harus mampu saling isi mengisi dalam bentuk yang baik dan bernilai tambah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Pembelajaran dengan Menerapkan Model Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi belajar yang dicapai siswa memiliki tingkatan yang berbeda-beda, ada

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN. usaha sistematis yang terorganisasi untuk memajukan belajar, membina

BAB I PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tentang Sistem Pendidikan nasional. Edgar Dalle ( Reigeluth, 2013 : 7 )

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh peran guru dan siswa sebagai induvidu- individu yang terlibat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki tanggung jawab dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam menentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan yang penting dan. efektif dalam membina sumber daya manusia yang berkualitas, karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keterampilan mengamati dengan seluruh indera, mengajukan

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Sarjana S 1. Disusun Oleh: DWI PURWANTI NIM: A54B FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. tantangan tersebut. Pelaksanaan pendidikan di negara kita selama ini masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menunjang proses belajar mengajar untuk semakin baik, begitupun

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar sebelum memasuki pendidikan lebih lanjut di SLTP.

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup (long life. memegang peranan penting dalam kehidupan.

BAB 1 PENDAHULUAN. secara sadar dapat mengembangkan aspek potensial dalam dirinya terhadap. sehingga Allah meninggikan kedudukannya beberapa derajat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar mereka. Berbagai upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung. Guru sebagai pengajar berharap agar para siswanya. kurang baik. Kompetensi tersebut menurut Benyamin Bloom (1956)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kemajuan perkembangan zaman yang begitu cepat dan pesat terutama

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. bertujuan agar guru menjadi lebih profesional dalam melaksanakan tugasnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan pemahaman dan konsep-konsep sains yang bermanfaat pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mampu bersaing dan menghadapi perubahan-perubahan yang tidak menentu. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu memiliki dan memecahkan. kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang.

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

2016 PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS II SD

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Kondisi Fisik Sekolah Dan Pembelajaran Di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan. formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup mandiri dan mampu menjadi masyarakat yang mampu bersosialisasi

BAB I PENDAHULUAN. situasi kelas yang termotivasi menurut Brown(1994) pengajar hendaknya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB. I PENDAHULUAN. keaktifan, kreativitas, motivasi peserta didik dalam mengikuti seluruh rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan melalui kegiatan matematika. Matematika juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebuah proses yang terus menerus dialami oleh manusia

Alifa Hamiim Farida, Rini Nurhakiki Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa ditentukan oleh kreativitas pendidikan bangsa itu sendiri.kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah mata pelajaran yang membahas ilmu-ilmu biologi, kimia, dan fisika. IPA memiliki posisi penting dalam dunia pendidikan dewasa ini. Banyak orang berharap besar dengan memberikan IPA sejak dini, dengan harapan siswa-siswi dapat memahami isu-isu global yang banyak beredar saat ini. Salah satu contoh isu global tersebut yaitu global warming. Dengan memahami IPA, diharapkan siswa dapat merangkul orang-orang yang ada di lingkungan sekitar mereka untuk mencegah dan mengobati bumi yang mulai rapuh ini bersama-sama. Di samping itu, IPA menjadi penting karena tergolong dalam mata pelajaran yang diujikan pada saat Ujian Akhir Nasional (UAN). Oleh sebab itu, semua siswa wajib lulus dalam mata pelajaran ini. Syarat wajib agar siswa dapat lulus yaitu dengan memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), di SDN Ampeldento 2 KKM untuk mata pelajaran IPA yaitu 70. Sehingga seluruh sekolah berusaha agar peserta didiknya dapat lulus dalam mata pelajaran IPA ini, begitu pula dengan SDN Ampeldento 2. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara awal yang dilakukan tanggal 5 Mei 2012 di SDN Ampeldento 2, khususnya pada kelas IV tahun ajaran 2011/2012 pada mata pelajaran IPA. Siswa mengalami kesulitan pada materi alat indera manusia. Berdasarkan data yang diperoleh berupa nilai siswa pada materi tersebut, rata-rata nilai siswa yaitu 69 sedangkan KKM 1

2 yang harus dicapai yaitu 70, persentase siswa yang tuntas sebesar 46% dari jumlah siswa 26, jadi jumlah siswa yang tidak tuntas sebesar 54%. Padahal ketuntasan klasikal minimal yang ditentukan oleh sekolah sebesar 75% dari jumlah siswa yang tuntas KKM dengan nilai 70. Mendeskripsikan hubungan antara struktur panca indera dengan fungsinya dan dapat menerapkan cara memelihara kesehatan panca indera merupakan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik, namun dalam kenyataannya siswa masih merasa kesulitan. Sehingga masih banyak siswa yang belum tuntas pada materi tersebut. Guru sudah menjelaskan secara lisan bahkan diulang berkali-kali, dipaparkan secara tertulis, memberikan latihan soal, bahkan dijelaskan dengan bantuan gambar, namun siswa masih saja mengalami kesulitan. Dalam kegiatan pembelajaran siswa cenderung diam, pasif, kurang antusias terhadap materi yang diberikan oleh guru. Mereka hanya menatap lurus ke depan melihat guru sambil sesekali melirik ke kanan dan ke kiri, pertanda mereka merasa bingung untuk memahami materi tentang panca indra manusia. Selain itu motivasi belajar siswa juga rendah. Sehingga kegiatan pembelajaran menjadi satu arah, monoton, dan menjemuhkan. Permasalahan yang mendasar yaitu strategi yang di dalamnya meliputi model dan media yang digunakan dalam pembelajaran kurang tepat dengan situasi kelas dan karakteristik siswa maupun mata pelajarannya. Selain masalah yang terdapat di kelas, masalah di luar kelas pun mempengaruhi konsentrasi belajar siswa. Kurangnya perhatian dari pihak orangtua menjadi salah satu sebabnya. Mayoritas orangtua siswa yang tergolong dalam kategori ekonomi menengah ke bawah, mendorong kedua

3 orangtua siswa untuk sibuk bekerja guna memenuhi kebutuhan keluarga. Di samping itu, rendahnya pendidikan orangtua menyebabkan kurang sadarnya akan pentingnya perhatian orangtua terhadap anak mereka di rumah. Karena sibuk bekerja seharian, orangtua merasa lelah sehingga mereka malas untuk membimbing atau sekedar menanyakan PR untuk mengingatkan anak mereka agar belajar atau mengerjakan PR. Oleh karena itu, anak-anak menjadi malas belajar dan mengerjakan PR, sehingga nilai disekolah menjadi kurang bagus, Berdasarkan kenyataan di atas, penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam memahami materi tentang panca indra manusia. Oleh sebab itu, perlu diusahakan perubahan strategi, model, dan media pembelajaran yang tepat. Dalam hal ini guru dituntut untuk selalu berkreasi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan pencapaian kompetensi yang diharapkan terwujud. Model pembelajaran yang dapat diterapkan salah satunya adalah card sort. Penerapan model pembelajaran ini merupakan salah satu bagian dari active learning. Ini merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, penggolongan sifat, fakta tentang suatu obyek, atau mengulangi informasi. Gerakan fisik yang diutamakan dapat membantu untuk memberi energi kepada kelas yang telah letih. Jadi, siswa diminta untuk saling mencari kartu lain yang merupakan satu kategori dengan kartu yang telah dipegang. Pemilihan active learning khususnya model pembelajaran card sort dikarenakan siswa tidak hanya mendengar atau melihat saja, tetapi siswa mulai bergerak aktif mendengar, melihat, bertanya, berdiskusi, dan bahkan

4 melakukan sendiri kegiatan untuk mencari informasi (Silberman, 2011:169-170). Apabila siswa cenderung hanya mendengar materi yang disampaikan oleh guru, siswa akan cepat lupa karena kecepatan bicara guru tidak sebanding dengan kecepatan siswa dalam mendengarkan. Menurut (Silberman, 2011:12) active learning menekankan pada suasana belajar yang aktif dan menyenangkan. Apabila pembelajaran di kelas menyenangkan, maka siswa akan merasa nyaman dalam kegiatan pembelajaran sehingga proses transferring ilmu dapat dengan mudah dilakukan. Pembelajaran yang menyenangkan yaitu pembelajaran yang yang tidak monoton atau satu arah dan penuh dengan variasi metode pemebelajaran sehingga tidak membuat siswa cepat bosan dalam belajar. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran card sort dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa, karena model pembelajaran ini menjadikan siswa sebagai central pembelajaran tidak lagi teacher center. Prosedur penerapan model pembelajaran card sort, antara lain: (1) masing-masing siswa diberi satu kartu yang berisi informasi mengenai materi pelajaran yang cocok dengan satu atau lebih kategori, (2) siswa berusaha mencari temannya di ruang kelas dan menemukan orang yang memiliki kartu dengan kategori sama, (3) siswa dengan kartu kategorinya yang sama menyajikan informasi yang didapat di depan kelas. Model pembelajaran card sort tidak hanya bermanfaat meningkatkan aktifitas siswa tetapi juga dapat memberikan pemahaman materi secara mendalam dengan cara yang menyenangkan dan tidak monoton. Di samping itu, siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan yang diberikan oleh guru, tetapi juga mendapatkan

5 pengetahuan dari pembelajaran yang mereka alami sendiri sehingga hasil akhir dari proses ini adalah peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, untuk meningkatkan hasil belajar siswa maka peneliti menentukan memilih model pembelajaran yang menyenangkan dengan judul "Penerapan Model Pembelajaran Card Sort untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa tentang Materi Alat Indra Manusia Kelas IV SDN Ampeldento 2 Kabupaten Malang". Dalam penelitian ini model pembelajaran tersebut digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV terhadap materi alat indra manusia pada mata pelajaran IPA. B. Fokus Masalah Dari uraian di atas, fokus masalah pada permasalahan ini adalah banyaknya siswa kelas IV SDN Ampeldento 2 yang belum tuntas pada mata pelajaran IPA khususnya pada materi alat indra manusia. Oleh karena itu, peneliti ingin menerapkan model pembelajaran card sort, karena model pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka secara umum permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana proses penerapan model pembelajaran card sort dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Ampeldento 2 Kabupaten Malang tentang materi alat indra manusia?

6 2. Bagaimana hasil penerapan model pembelajaran card sort dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Ampeldento 2 Kabupaten Malang tentang materi alat indra manusia? D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah yang dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan: 1. Mendeskripsikan proses penerapan model pembelajaran card sort untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Ampeldento 2 Kabupaten Malang tentang materi alat indra manusia. 2. Menjelaskan peningkatan hasil belajar dengan penerapan model pembelajaran card sort untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Ampeldento 2 Kabupaten Malang tentang materi alat indra manusia. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun manfaat secara praktis. Adapun manfaat secara teoritis yaitu penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan dunia ilmu pengetahuan sebagai salah satu referansi khususnya dalam peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA yang dapat menggunakan model pembelajaran card sort. Sedangkan manfaat penelitian secara praktis dapat memberikan manfaat:

7 1. Bagi siswa: Dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam khususnya materi tentang alat indra manusia. 2. Bagi guru: Dapat memberikan masukan kepada guru tentang model pembelajaran serta cara yang dilakukan untuk lebih meningkatkan hasil belajar IPA melalui model pembelajaran card sort. 3. Bagi sekolah: Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan kegiatan dalam proses belajar mengajar, terutama di SDN Ampeldento 2 Kabupaten Malang. 4. Bagi peneliti selanjutnya: Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran card sort mata pelajaran IPA kelas IV SDN Ampeldento 2 Kabupaten Malang. F. Batasan Istilah Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yaitu: 1. Card sort dikenal juga dengan istilah mensortir kartu/pemilahan kartu (Silberman, 2011:169). Model pembelajaran ini dapat membuat siswa menjadi senang. Adanya unsur permainan dalam model pembelajaran card sort, tentu membuat siswa merasa senang karena kegiatan belajar tidak lagi monoton dan membosankan. Prosedur atau aturan permainan terlebih dahulu dijelaskan kepada siswa agar proses pembelajaran berjalan baik.

8 2. Hasil belajar adalah suatu pencapaian dari proses belajar yang digunakan sebagai tolak ukur, sejauh mana siswa telah mencapai dan menguasai kompetensi-kompetensi yang sudah ditentukan.