Rescucitation in Trauma Patient REZA WIDIANTO SUDJUD,DR.,SPAN.,KAKV.,KIC.,M.KES
Latar Belakang Trauma masih merupakan penyebab kematian ke-7 di Indonesia yaitu sekitar 3% (CDC,2012) Trauma juga masih merupakan penyebab kematian ke-5 di Amerika Serikat dan merupakan penyebab kematian utama pada pasien usia 44 tahun ke bawah (H.M.A. Kaafarani, G.C.Velmahos. Scandinavian Journal of Surgery 103: 81 88, 2014) Penyebab kematian akibat trauma yang dapat dicegah yaitu akibat perdarahan yang tidak terkontrol dan koagulopati. H.M.A. Kaafarani, G.C.Velmahos. Scandinavian Journal of Surgery 103: 81 88, 2014; Mizobata.Journal of Intensive Care 5:4,2017)
Trimodal Death Distribution Puncak pertama terjadi dalam beberapa detik hingga menit terjadinya trauma Puncak kedua terjadi menit hingga beberapa jam setelah trauma Puncak ketiga terjadi beberapa hari hingga minggu setelah trauma
Lethal Triad Coagulopathy Acidosis Hypothermia
Resusitasi pada Trauma Penilaian kondisi pasien dengan cepat dan akurat (primary survey dan secondary survey) Resusitasi dan stabilisasi pasien sesuai prioritas Penilaian kondisi pasien dan resusitasi dilakukan secara simultan Tentukan apakah pasien memerlukan tindakan lebih lanjut (pembedahan) atau perlu ditransfer ke ICU.
Primary Survey ABCDEs Airway with cervical spine protection Breathing Circulation with hemorrhage control Disability: Neurologic status Exposure/Environment ATLS,2017
Definisi Syok Ketidakcukupan oxygen delivery atau penggunaan oksigen pada tingkat seluler Ketidakcukupan perfusi jaringan
Klasifikasi Syok
Damage Control Rescucitation (DCR) Damage control resuscitation (DCR) adalah pendekatan sistematik penatalaksaan pasien trauma yang dimulai di IGD dan berlanjut hingga ke kamar operasi dan ICU DCR meliputi body rewarming,koreksi asidosis, permissive hypotension, pemberian carian restriktif, dan resusitasi hemostatik. DCR bertujuan untuk menjaga volume sirkulasi, mengontrol perdarahan, dan memperbaiki lethal triad hingga intervensi definitif dilakukan Ketika dikombinasikan dengan damage control surgery, DCR meningkatkan angka 30-day patient survival. H.M.A. Kaafarani, G.C.Velmahos. Scandinavian Journal of Surgery 103: 81 88, 2014 Mizobata.Journal of Intensive Care 5:4,2017
Emergency Room (<30 min) Trauma Permissive hypotension Administer blood and blood product immediately Minimize fluid rescucitation Start tranexamic acid Start massive transfussion protocol ICU (12-36 hours) Reverse hypothermia, coagulopathy, acidosis, support hemodynamic ICU stay (2-8 days) Decrease fluid overload Postoperative liberation from ventilator Pre-Hospital Care (<20 min) Scoop and run Minimize fluid rescucitation Prevent hypothermia Abbreviated Surgical Procedure (<90 min) Control surgical bleeding Control contamination Definitive Surgical Procedure (2-8 days) Remove packing Definitive surgical repair DCR Algorithm, H.M.A. Kaafarani, G.C.Velmahos. 2014
Pencegahan Hipotermia Hipotermia memberikan dampak negatif pada pasien trauma yaitu dapat mengganggu koagulasi, mengubah morfologi platelet, menurunkan agregasi platelet dan mengakibatkan diffuse microvascular thrombosis. Pada pasien dengan suhu > 33 o C koagulopati diakibatkan oleh gangguan trombosit, dan pada suhu yang lebih rendah (<33 o C) kaskade koagulasi akan melambat. Hal ini mengakibatkan pencegahan atau penatalaksanaan hipotermia perlu dilakukan dengan segera. Pada DCR, body rewarming dilakukan dengan menggunakan selimut hangat, membuka pakaian pasien yang basah, dan memberikan cairan hangat pada pasien saat dilakukan resusitasi dengan suhu 40 42 C. Gondek,S. Schroeder, M. Sarani, B. Surg Clin N Am 97:958-98,2017
Koreksi Asidosis Koreksi asidosis metabolik pada pasien trauma dicapai dengan pemberian darah dan produk darah serta vasopresor hingga kontrol perdarahan dilakukan, syok tertangani dan perfusi organ kembali baik. Base defisit dan laktat merupakan marker yang terpercaya untuk melihat kecukupan resusitasi. Laktat klirens pada beberapa jam setelah trauma dan resusitasi dapat memprediksi mortalitas pasien. Mizobata.Journal of Intensive Care 5:4,2017 H.M.A. Kaafarani, G.C.Velmahos. 2014
Permissive Hypotension Walaupun DCR dengan hipotensi permisif lebih superior dibandingkan dengan cara pemberian cairan yang lama dan lebih liberal, target tekanan darah sistolik 90 mmhg perlu dipertahankan pada sebagian besar pasien trauma. TDS 90 mmhg memberikan perfusi organ yang adekuat dan resusitasi dengan kristaloid perlu dibatasi. Pemberian cairan 250-500 cc kristaloid dapat dilakukan untuk menjaga target TDS. Permissive hypotension tidak dapat dilakukan pada pasien usia lanjut, pasien dengan cedera kepala, hamil, pasien dengan evakuasi atau transport yang lama. Strategi ini diterapkan hingga kontrol definitif perdarahan tercapai atau identifikasi penyebab syok lain telah dilakukan. Gondek,S. Schroeder, M. Sarani, B. Surg Clin N Am 97:958-98,2017 H.M.A. Kaafarani, G.C.Velmahos. 2014
Pemberian Cairan Restriktif Pemberian cairan secara agresif sebagai terapi inisial telah direkomendasikan selama beberapa dekade namun pendekatan ini meningkatkan mortalitas. Pemberian resusitasi dengan agresif menggunakan kristaloid berhubungan dengan komplikasi kardiak dan pulmoner seperti ARDS dan edema pulmoner, disfungsi gastrointestinal, gangguan koagulasi, gangguan elektrolit,gangguan imunologis dan mediator inflamasi yang dapat meningkatkan mortalitas. Gondek,S. Schroeder, M. Sarani, B. Surg Clin N Am 97:958-98,2017 H.M.A. Kaafarani, G.C.Velmahos. 2014
Pemberian Cairan Restriktif Pendekatan alternatif untuk pasien dengan perdarahan dilakukan dengan permissive hypotension, delayed resuscitation, atau controlled resuscitation. Tujuan strategi ini adalah untuk menyeimbangkan risiko penurunan perfusi jaringan dengan keuntungan dari pencegahan koagulopati. Target pemberian cairan adalah dengan TDS 90 mmhg dan MAP 50-65 mmhg. Penilaian fluid responsiveness juga dapat dilakukan sebagai acuan pemberian cairan. Gondek,S. Schroeder, M. Sarani, B. Surg Clin N Am 97:958-98,2017
Resusitasi Hemostatik Pemberian transfusi yang tidak seimbang pada pasien trauma dapat mengakibatkan penurunan faktor koagulasi yang, mengeksaserbasi dilutional coagulopathy, dan menyebabkan perdarahan yang lebih banyak. Salah satu pilar DCR adalah pemberian transfusi agresif dini dengan rasio PRC, FFP dan platelet 1:1:1. Pada beberapa penelitian rasio pemberian transfusi tersebut meningkatkan survival rate pada pasien trauma.
Resusitasi Hemostatik Pada penelitian yang dilakukan di Jepang terhadap 189 pasien trauma dewasa dinyatakan bahwa perbandingan FFP dan PRC 1:1 memiliki sensitivitas dan spesifisitas tertinggi untuk survive. Penelitian tersebut juga mengunatpkan bahwa pasien dengan rasio PRC dan FFP lebih dari 1 mengalami penurunan risiko kematian 60% pada 6 jam pertama. Penelitian terbaru dilakukan oleh PROPPR study pada 680 pasien yang mendapatkan transfusi plasma, platelet dan PRC 1:1:1 serta 1:1:2. Hasil penelitian menyatakan bahwa walaupun mortalitas antara kedua kelompok tidak berbeda signifikan namun hemostasis terjadi lebih baik pada kelompok 1:1:1. Mizobata.Journal of Intensive Care 5:4,2017
Pada pasien dengan perdarahan masif, penundaan pemberian darah karena menunggu hasil pemeriksaan koagulasi tidak tepat. Penilaian pemeriksaan darah rutin, PT, aptt, fibrinogen dapat digunakan sebagai panduan pemberian komponen darah untuk mencapai hemostasis. PRC diberikan untuk mencapai target hemoglobin >7 g/dl FFP diberikan dengan target INR < 2 Trombosit diberikan dengan target > 50.000 Cryoprecipitate diberikan untuk mencapai fibrinogen >100 mg/dl. H.M.A. Kaafarani, G.C.Velmahos. 2014
Post Rescucitation Strategy Target : Perdarahan sudah terkontrol Hemostasis dan koreksi koagulopati Perbaikan mikrosirkulasi Stabilitas hemodinamik De-Resusitasi Persiapan untuk operasi definitif
Kesimpulan Resusitasi pada pasien trauma meliputi asesmen dan monitoring yang berkesinambungan DCR merupakan strategi resusitasi yang dapat meningkatkan luaran pasien bila disertai dengan damage control surgery. DCR meliputi permissive hypotension, body rewarming, resusitasi cairan minimal, pemberian darah serta komponen darah dini yang seimbang. Resusitasi yang berhasil harus diikuti dengan penanganan post-resusitasi yang baik untuk luaran pasien yang lebih baik
TERIMA KASIH