Rescucitation in Trauma Patient REZA WIDIANTO SUDJUD,DR.,SPAN.,KAKV.,KIC.,M.KES

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. khususnya trias kematian (hipotermia, asidosis dan koagulopati) yang kini

BAB III PEMBAHASAN. Dari 2 artikel tentang syok traumatik diatas membahas tentang syok traumatik yaitu syok

Universitas Sumatera Utara-RSUP-HAM Medan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Kejadian mengancam nyawa sering disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. sebagai trauma mayor karena tulang femur merupakan tulang yang sangat kuat, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. multiorgan, ini disebut septic shock. Sepsis merupakan SIRS (Systemic. tempat infeksi, maka ini disebut dengan sepsis berat.

EARLY DETECTION AND TREATMENT OF SEPSIS. dr. Eko Setijanto, Sp.An,KIC Intensive Care Unit, DR Moewardi Hospital

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Syok Syok Hipovolemik A. Definisi B. Etiologi

BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI RESUSITASI CAIRAN

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support pada pasienpasien

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sepsis adalah suatu kumpulan gejala inflamasi sistemik (Systemic Inflammatory

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

PENATALAKSANAAN CAIRAN PERIOPERATIF PADA KASUS TRAUMA

ANALISIS KORELASI STATUS HEMODINAMIK DENGAN SURVIVAL PASIEN LUKA BAKAR PADA FASE EMERGENCY

BAB I PENDAHULUAN. cepat di dunia. Dalam lima puluh tahun terakhir, insidensi meningkat 30 kali dengan

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI VOLUME 3 NOMOR 1, NOVEMBER 2015 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen dan Komplikasi Transfusi Masif

TRANSFUSI DARAH. Maimun ZA. Laboratorium Patologi Klinik FKUB-RSSA Malang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepsis dan syok sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di

BAB 1 PENDAHULUAN. penyesuaian dari keperawatan, khususnya keperawatan perioperatif. Perawat

Penatalaksanaan DBD Pada Dewasa

Primary Survey a) General Impressions b) Pengkajian Airway

MATERNAL NEAR MISS SEBAGAI SALAH SATU INDIKATOR MUTU PELAYANAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. 45% dari kematian anak dibawah 5 tahun di seluruh dunia (WHO, 2016). Dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pascaoperasi (postoperative mortality) adalah kematian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur femur memiliki insiden berkisar dari 9,5-18,9 per per

Advanced Neurology Life Support Course (ANLS) Overview

PANDUANTRIASE RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peritonitis didefinisikan suatu proses inflamasi membran serosa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kardiovaskular dalam keadaan optimal yaitu dapat menghasilkan aliran

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemudian memicu respon imun tubuh yang berlebih. Pada sepsis, respon imun

EMBOLI CAIRAN KETUBAN

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

ADVANCED TRAUMA LIFE SUPPORT REFRESHER* )

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rumah sakit di Indonesia dengan angka kematian 5,7%-50% dalam tahun

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. klinis cedera kepala akibat trauma adalah Glasgow Coma Scale (GCS), skala klinis yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pedoman penyelanggaran pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di

MONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I

Author : Hirawati, S.Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UNRI (

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan.

Seorang laki-laki umur 30 tahun dibawa ke UGD RSAL. Kesadaran menurun, tekanan darah 70/50, denyut nadi 132 kali/menit kurang kuat, repirasi rate 32

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. fungsi psikososial, dengan disertai penurunan atau hilangnya kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. populasi dunia berumur dibawah 45 tahun (Werner & Engelhard, 2007). Penyebab

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Emboli Cairan

ECHO-GUIDED HEMODYNAMIC INTERVENTION. April Retno Susilo RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta

PERTOLONGAN GAWAT DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. Cedera otak traumatik (traumatic brain injury) masih merupakan masalah

MONITORING HEMODINAMIK

Korban banyak, kerusakan infra struktur, disertai ancaman keamanan.

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support)

PREHOSPITAL INSULT DAN NISS > 50 MEMPENGARUHI MORTALITAS PASIEN TRAUMA TUMPUL ABDOMEN DI RUMAH SAKIT SANGLAH PERIODE TAHUN 2015

Journal of Emergency

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PENENTUAN KEMATIAN DAN PEMANFAATAN ORGAN DONOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PATIENT ASSESSMENT [ Primary-Secondary ass.] Dr. Ugi Sugiri,Sp.EM

Cardiac resynchronisation therapy. INDONESIA HEALTHCARE FORUM Bidakara Hotel, Jakarta WEDNESDAY, 3 February 2016

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global. World Health Organization. pembedahan pada tahun Di negara bagian AS yang hanya berpopulasi

RESUSITASI CAIRAN. Ery Leksana SMF/Bagian Anestesi dan Terapi Intensif RSUP Dr Kariadi / FK UNDIP Semarang

Jon Hadi 1, Syaiful Saanin 2, Erkadius 3 Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Andalas / RS M.Djamil Padang

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons

BAB I PENDAHULUAN. trauma, penyakit periodontal, impaksi dan kebutuhan perawatan. dipisahkan dari jaringan lunak yang mengelilinginya menggunakan

VALIDITAS NEW INJURY SEVERITY SCORE (NISS) DALAM MENDETEKSI TERJADINYA KOAGULOPATI PADA PASIEN MULTIPLE TRAUMA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

VALIDITAS NEW INJURY SEVERITY SCORE (NISS)DALAM MENDETEKSI TERJADINYAKOAGULOPATI PADA PASIEN MULTIPLE TRAUMA

B. Kriteria Sepsis ( ada 2 atau lebih ):

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN. Setiawan, S.Kp., MNS

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. tetap terjadi perubahan dalam morfologi, biokimia, dan metabolik yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. kurang cepat atau kurang benar. Penderita cedera berat harus mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi

CODE BLUE SYSTEM No. Dokumen No. Revisi Halaman 1/4 Disusun oleh Tim Code Blue Rumah Sakit Wakil Direktur Pelayanan dan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. peran penting pada angka kesakitan dan kematian di ruang perawatan intensif. ii

BAB 1 PENDAHULUAN. ke dalam sirkulasi darah resipien sebagai upaya pengobatan (WHO,2009). Terapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juta dolar Amerika setiap tahunnya (Angus et al., 2001). Di Indonesia masih

KETOASIDOSIS DIABETIK

KETOASIDOSIS DIABETIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. denyut/menit; 3. Respirasi >20/menit atau pa CO 2 <32 mmhg; 4. Hitung leukosit

BAB I PENDAHULUAN. perekrutan dan aktivasi trombosit serta pembentukan trombin dan fibrin 1. Proses

BAB 1 PENDAHULUAN. umur dibawah 45 tahun, perbandingan laki-laki dan wanita adalah 2 : 1. Penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

BAB I PENDAHULUAN. mengukur hemoglobin pada sejumlah volume darah. Kadar normal hemoglobin

BAB I PENDAHULUAN. Dari data antara tahun 1991 sampai 1999 didapatkan bahwa proses

BAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori.

Astrini Rachma Putri, Rita Benya Adriani Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan

TRANSFUSI DARAH DI BIDANG OBSTETRI

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. Aktivasi koagulasi dan fibrinolitik merupakan bagian dari sistem

PRESENTASI KASUS SYOK HIPOVOLEMIK

Transkripsi:

Rescucitation in Trauma Patient REZA WIDIANTO SUDJUD,DR.,SPAN.,KAKV.,KIC.,M.KES

Latar Belakang Trauma masih merupakan penyebab kematian ke-7 di Indonesia yaitu sekitar 3% (CDC,2012) Trauma juga masih merupakan penyebab kematian ke-5 di Amerika Serikat dan merupakan penyebab kematian utama pada pasien usia 44 tahun ke bawah (H.M.A. Kaafarani, G.C.Velmahos. Scandinavian Journal of Surgery 103: 81 88, 2014) Penyebab kematian akibat trauma yang dapat dicegah yaitu akibat perdarahan yang tidak terkontrol dan koagulopati. H.M.A. Kaafarani, G.C.Velmahos. Scandinavian Journal of Surgery 103: 81 88, 2014; Mizobata.Journal of Intensive Care 5:4,2017)

Trimodal Death Distribution Puncak pertama terjadi dalam beberapa detik hingga menit terjadinya trauma Puncak kedua terjadi menit hingga beberapa jam setelah trauma Puncak ketiga terjadi beberapa hari hingga minggu setelah trauma

Lethal Triad Coagulopathy Acidosis Hypothermia

Resusitasi pada Trauma Penilaian kondisi pasien dengan cepat dan akurat (primary survey dan secondary survey) Resusitasi dan stabilisasi pasien sesuai prioritas Penilaian kondisi pasien dan resusitasi dilakukan secara simultan Tentukan apakah pasien memerlukan tindakan lebih lanjut (pembedahan) atau perlu ditransfer ke ICU.

Primary Survey ABCDEs Airway with cervical spine protection Breathing Circulation with hemorrhage control Disability: Neurologic status Exposure/Environment ATLS,2017

Definisi Syok Ketidakcukupan oxygen delivery atau penggunaan oksigen pada tingkat seluler Ketidakcukupan perfusi jaringan

Klasifikasi Syok

Damage Control Rescucitation (DCR) Damage control resuscitation (DCR) adalah pendekatan sistematik penatalaksaan pasien trauma yang dimulai di IGD dan berlanjut hingga ke kamar operasi dan ICU DCR meliputi body rewarming,koreksi asidosis, permissive hypotension, pemberian carian restriktif, dan resusitasi hemostatik. DCR bertujuan untuk menjaga volume sirkulasi, mengontrol perdarahan, dan memperbaiki lethal triad hingga intervensi definitif dilakukan Ketika dikombinasikan dengan damage control surgery, DCR meningkatkan angka 30-day patient survival. H.M.A. Kaafarani, G.C.Velmahos. Scandinavian Journal of Surgery 103: 81 88, 2014 Mizobata.Journal of Intensive Care 5:4,2017

Emergency Room (<30 min) Trauma Permissive hypotension Administer blood and blood product immediately Minimize fluid rescucitation Start tranexamic acid Start massive transfussion protocol ICU (12-36 hours) Reverse hypothermia, coagulopathy, acidosis, support hemodynamic ICU stay (2-8 days) Decrease fluid overload Postoperative liberation from ventilator Pre-Hospital Care (<20 min) Scoop and run Minimize fluid rescucitation Prevent hypothermia Abbreviated Surgical Procedure (<90 min) Control surgical bleeding Control contamination Definitive Surgical Procedure (2-8 days) Remove packing Definitive surgical repair DCR Algorithm, H.M.A. Kaafarani, G.C.Velmahos. 2014

Pencegahan Hipotermia Hipotermia memberikan dampak negatif pada pasien trauma yaitu dapat mengganggu koagulasi, mengubah morfologi platelet, menurunkan agregasi platelet dan mengakibatkan diffuse microvascular thrombosis. Pada pasien dengan suhu > 33 o C koagulopati diakibatkan oleh gangguan trombosit, dan pada suhu yang lebih rendah (<33 o C) kaskade koagulasi akan melambat. Hal ini mengakibatkan pencegahan atau penatalaksanaan hipotermia perlu dilakukan dengan segera. Pada DCR, body rewarming dilakukan dengan menggunakan selimut hangat, membuka pakaian pasien yang basah, dan memberikan cairan hangat pada pasien saat dilakukan resusitasi dengan suhu 40 42 C. Gondek,S. Schroeder, M. Sarani, B. Surg Clin N Am 97:958-98,2017

Koreksi Asidosis Koreksi asidosis metabolik pada pasien trauma dicapai dengan pemberian darah dan produk darah serta vasopresor hingga kontrol perdarahan dilakukan, syok tertangani dan perfusi organ kembali baik. Base defisit dan laktat merupakan marker yang terpercaya untuk melihat kecukupan resusitasi. Laktat klirens pada beberapa jam setelah trauma dan resusitasi dapat memprediksi mortalitas pasien. Mizobata.Journal of Intensive Care 5:4,2017 H.M.A. Kaafarani, G.C.Velmahos. 2014

Permissive Hypotension Walaupun DCR dengan hipotensi permisif lebih superior dibandingkan dengan cara pemberian cairan yang lama dan lebih liberal, target tekanan darah sistolik 90 mmhg perlu dipertahankan pada sebagian besar pasien trauma. TDS 90 mmhg memberikan perfusi organ yang adekuat dan resusitasi dengan kristaloid perlu dibatasi. Pemberian cairan 250-500 cc kristaloid dapat dilakukan untuk menjaga target TDS. Permissive hypotension tidak dapat dilakukan pada pasien usia lanjut, pasien dengan cedera kepala, hamil, pasien dengan evakuasi atau transport yang lama. Strategi ini diterapkan hingga kontrol definitif perdarahan tercapai atau identifikasi penyebab syok lain telah dilakukan. Gondek,S. Schroeder, M. Sarani, B. Surg Clin N Am 97:958-98,2017 H.M.A. Kaafarani, G.C.Velmahos. 2014

Pemberian Cairan Restriktif Pemberian cairan secara agresif sebagai terapi inisial telah direkomendasikan selama beberapa dekade namun pendekatan ini meningkatkan mortalitas. Pemberian resusitasi dengan agresif menggunakan kristaloid berhubungan dengan komplikasi kardiak dan pulmoner seperti ARDS dan edema pulmoner, disfungsi gastrointestinal, gangguan koagulasi, gangguan elektrolit,gangguan imunologis dan mediator inflamasi yang dapat meningkatkan mortalitas. Gondek,S. Schroeder, M. Sarani, B. Surg Clin N Am 97:958-98,2017 H.M.A. Kaafarani, G.C.Velmahos. 2014

Pemberian Cairan Restriktif Pendekatan alternatif untuk pasien dengan perdarahan dilakukan dengan permissive hypotension, delayed resuscitation, atau controlled resuscitation. Tujuan strategi ini adalah untuk menyeimbangkan risiko penurunan perfusi jaringan dengan keuntungan dari pencegahan koagulopati. Target pemberian cairan adalah dengan TDS 90 mmhg dan MAP 50-65 mmhg. Penilaian fluid responsiveness juga dapat dilakukan sebagai acuan pemberian cairan. Gondek,S. Schroeder, M. Sarani, B. Surg Clin N Am 97:958-98,2017

Resusitasi Hemostatik Pemberian transfusi yang tidak seimbang pada pasien trauma dapat mengakibatkan penurunan faktor koagulasi yang, mengeksaserbasi dilutional coagulopathy, dan menyebabkan perdarahan yang lebih banyak. Salah satu pilar DCR adalah pemberian transfusi agresif dini dengan rasio PRC, FFP dan platelet 1:1:1. Pada beberapa penelitian rasio pemberian transfusi tersebut meningkatkan survival rate pada pasien trauma.

Resusitasi Hemostatik Pada penelitian yang dilakukan di Jepang terhadap 189 pasien trauma dewasa dinyatakan bahwa perbandingan FFP dan PRC 1:1 memiliki sensitivitas dan spesifisitas tertinggi untuk survive. Penelitian tersebut juga mengunatpkan bahwa pasien dengan rasio PRC dan FFP lebih dari 1 mengalami penurunan risiko kematian 60% pada 6 jam pertama. Penelitian terbaru dilakukan oleh PROPPR study pada 680 pasien yang mendapatkan transfusi plasma, platelet dan PRC 1:1:1 serta 1:1:2. Hasil penelitian menyatakan bahwa walaupun mortalitas antara kedua kelompok tidak berbeda signifikan namun hemostasis terjadi lebih baik pada kelompok 1:1:1. Mizobata.Journal of Intensive Care 5:4,2017

Pada pasien dengan perdarahan masif, penundaan pemberian darah karena menunggu hasil pemeriksaan koagulasi tidak tepat. Penilaian pemeriksaan darah rutin, PT, aptt, fibrinogen dapat digunakan sebagai panduan pemberian komponen darah untuk mencapai hemostasis. PRC diberikan untuk mencapai target hemoglobin >7 g/dl FFP diberikan dengan target INR < 2 Trombosit diberikan dengan target > 50.000 Cryoprecipitate diberikan untuk mencapai fibrinogen >100 mg/dl. H.M.A. Kaafarani, G.C.Velmahos. 2014

Post Rescucitation Strategy Target : Perdarahan sudah terkontrol Hemostasis dan koreksi koagulopati Perbaikan mikrosirkulasi Stabilitas hemodinamik De-Resusitasi Persiapan untuk operasi definitif

Kesimpulan Resusitasi pada pasien trauma meliputi asesmen dan monitoring yang berkesinambungan DCR merupakan strategi resusitasi yang dapat meningkatkan luaran pasien bila disertai dengan damage control surgery. DCR meliputi permissive hypotension, body rewarming, resusitasi cairan minimal, pemberian darah serta komponen darah dini yang seimbang. Resusitasi yang berhasil harus diikuti dengan penanganan post-resusitasi yang baik untuk luaran pasien yang lebih baik

TERIMA KASIH