ANALISA PENGARUH KEDALAMAN ELEKTRODA PENTANAHAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Satellite SISTEM PENTANAHAN MARYONO, MT

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 1 Januari 2015; 23 28

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG

Analisis Perbandingan Nilai Tahanan Pembumian Pada Tanah Basah, Tanah Berpasir dan Tanah Ladang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISA PENGARUH JARAK DAN KEDALAMAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN DENGAN 2 ELEKTRODA BATANG

Pemanfaatan Bentonite sebagai Media Pembumian Elektroda Batang

BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI

Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan. Oleh Maryono

Perencanaan Sistem Pentanahan Tenaga Listrik Terintegrasi Pada Bangunan

Pengaruh Umur Pada Beberapa Volume PENGARUH UMUR PADA BEBERAPA VOLUME ZAT ADITIF BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga

Penentuan Kedalaman Elektroda pada Tanah Pasir dan Kerikil Kering Untuk Memperoleh Nilai Tahanan Pentanahan yang Baik

PERBEDAAN PENAMBAHAN GARAM DENGAN PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN PADA SISTEM PENTANAHAN. IGN Janardana

BAB II DASAR TEORI. adanya pengukuran, maka dapat diketahui seberapa besar nilai tahanan pembumian di

Hasrul, Evaluasi Sistem Pembumian Instalasi Listrik Domestik di Kabupaten Barru

PERUBAHAN KONFIGURASI ELEKTRODE PENTANAHAN BATANG TUNGGAL UNTUK MEREDUKSI TAHANAN PENTANAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI

PENGARUH PASIR - GARAM, AIR KENCING SAPI, BATU KAPUR HALUS DAN KOTORAN AYAM TERNAK TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA SAAT KONDISI TANAH BASAH

3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus :

METODE PENGUKURAN DAN PENGUJIAN SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI LISTRIK

SIMULASI PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN DAN JARAK ELEKTRODA TAMBAHAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN. Mohamad Mukhsim, Fachrudin, Zeni Muzakki Fuad

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 ( )

PENENTUAN RESISTIVITY TANAH DI DALAM MENETAPKAN AREA PEMASANGAN GROUNDING GARDU DISTRIBUSI

KONDUKTOR ALUMUNIUM PADA SISTEM GROUNDING. Galuh Renggani Wilis Dosen Prodi Teknik Mesin Universitas Pancasakti Tegal

Departemen Teknik Elektro Universitas Indonesia

Analisa Tahanan Pembumian Peralatan Gedung Laboratorium Teknik Universitas Borneo Tarakan Yang Menggunakan Elektrode Pasak Tunggal Panjang 2 Meter

IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV (APLIKASI PADA TOWER SUTT 150 KV TOWER 33)

NASKAH PUBLIKASI EVALUASI KEAMANAN PADA SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK 150 KV JAJAR. Diajukan oleh: HANGGA KARUNA D JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA. Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH KADAR AIR DAN KEDALAMAN ELEKTRODA BATANG TUNGGAL TERHADAP TAHANAN PEMBUMIAN PADA TANAH LIAT

Analisa Perbandingan Konfigurasi Vertikal Dengan Bujur Sangkar Elektroda Pentanahan Menggunakan Matlab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i2 ( )

SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI LISTRIK DOMESTIK. Hasrul Bakri Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNM. Abstrak

SISTEM PEMBUMIAN PERALATAN RUANG STUDIO TEKNIK ARSITEKTUR GEDUNG B FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA JALAN PB. SUDIRMAN DENPASAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Evaluasi dan Perancangan Sistem Proteksi Petir Internal dan Eksternal Divisi Fabrikasi Baja pada Perusahaan Manufaktur

Kata Kunci Pentanahan, Gardu Induk, Arus Gangguan Ketanah, Tegangan Sentuh, Tegangan Langkah, Tahanan Pengetanahan. I. PENDAHULUAN

PETUNJUK PRAKTIS PERANCANGAN PENTANAHAN SISTEM TENAGA LISTRIK

METODE PENURUNAN TAHANAN PEMBUMIAN PADA ELEKTRODA PLAT DENGAN SOIL TREATMENT GARAM

BAB II KAJIAN PUSTAKA

STUDI PEMANFAATAN ARANG TEMPURUNG KELAPA UNTUK PERBAIKAN RESISTANSI PEMBUMIAN JENIS ELEKTRODA BATANG. Publikasi Jurnal Skripsi

STUDI PENGARUH KANDUNGAN AIR TANAH TERHADAP TAHANAN JENIS TANAH LEMPUNG (CLAY)

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Pengaruh Jenis Tanah dan Kedalaman Pembumian Driven Rod terhadap Resistansi Jenis Tanah

EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK BELAWAN

BAB I PENDAHULUAN. gardu induk maka tenaga listrik tidak dapat disalurkan. Sehingga pembangunan

BAB II TEORI UMUM PEMBUMIAN GRID PADA DUA LAPIS TANAH. Sistem pembumian peralatan-peralatan pada gardu induk biasanya

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA PERBANDINGAN TAHANAN PEMBUMIAN PERALATAN ELEKTRODA PASAK PADA GEDUNG LABORATORIUM TEKNIK UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang dengan pesat dan besar. Apabila terjadi kesalahan di sistem tenaga

PERANCANGAN GROUNDING UNTUK LABORATORIUM TEKNIK TEGANGAN TINGGI DI TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN GYPSUM DALAM MEREDUKSI NILAI RESISTANSI PENTANAHAN DI TANAH LADANG

TAHANAN GROUNDING RUMAH TINGGAL DI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pentanahan merupakan sistem pengamanan terhadap perangkatperangkat

by: Moh. Samsul Hadi

PENGGUNAAN KONDUKTOR TEMBAGA DAN ALUMINIUM UNTUK SISTEM PENTANAHAN

STUDI PENGARUH JENIS TANAH DAN KEDALAMAN PEMBUMIAN DRIVEN ROD TERHADAP RESISTANSI JENIS TANAH

Oleh : Rezal Palipi

PENGAMANAN TERHADAP TEGANGAN SENTUH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PEMBUMIAN NETRAL ( TN ) DAN SISTEM PEMBUMIAN PENGAMAN ( TT ) DI AREA TANGERANG.

BAB I PENDAHULUAN. Pada gardu induk harus memiliki sistem pembumian yang handal yang

DAFTAR ISI SISTEM PENTANAHAN (PEMBUMIAN) TITIK NETRAL 3

PENGARUH JARAK PROBE PEMBANTU DENGAN ELEKTRODA BATANG TERHADAP HASIL PENGUKURAN TAHANAN PEMBUMIAN. Oleh : ALFIAN

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS SISTEM PENTANAHAN MENGGUNAKAN TEMBAGA DIBANDING DENGAN MENGGUNAKAN PIPA GALVANIS (LEDENG)

PENGARUH POROSITAS TANAH SISTEM PENTANAHAN PADA KAKI MENARA SALURAN TRANSMISI 150 kv

PERBANDINGAN NILAI TAHANAN PENTANAHAN PADA AREA REKLAMASI PANTAI (CITRALAND)

SISTEM PENTANAHAN GRID PADA GARDU INDUK PLTU TELUK SIRIH. Oleh: ABSTRAK ABSTRACT

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) SISTEM GROUNDING LABORATORIUM TEGANGAN TINGGI TEKNIK ELEKTRO IST AKPRIND YOGYAKARTA

GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV

METODE PENURUNAN TAHANAN PENTANAHAN PADA ELEKTRODA PLAT DENGAN SOIL TREATMENT GARAM

PEMANFAATAN BENTONITE SEBAGAI MEDIA PEMBUMIAN ELEKTRODA BATANG

Politeknik Negeri Sriwijay A BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Politeknik Negeri Sriwijaya

ANALISIS PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP BESARNYA NILAI TAHANAN PENTANAHAN

ANALISA PENTANAHAN PADA BTS BSC BANJARSARI Resna Yunaningrat Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Siliwangi Tasikmalaya

Politeknik Negeri Sriwijaya

RAYON ELEKTRO. Oleh. vii

BAB VII PEMERIKSAAN & PENGUJIAN INSTALASI PEMANFAATAN TEGANGAN RENDAH

EVALUASI TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH GARDU INDUK (GI) 150 kv KOTA BARU AKIBAT PERUBAHAN RESISTIVITAS TANAH

PERBAIKAN SISTEM PENTANAHAN PADA GEDUNG LISTRIK POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini data yang diambil dari pengukuran

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON TRANSIEN PEMBUMIAN GRID

PERHITUNGAN TAHANAN PENTANAHAN GARDU 2 DI POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA LAPORAN AKHIR

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

GROUNDING SYSTEM HASBULLAH, MT. Electrical engineering Dept. Oktober 2008

PERENCANAAN SISTEM PENGETANAHAN PERALATAN UNTUK UNIT PEMBANGKIT BARU DI PT. INDONESIA POWER GRATI JURNAL

Transkripsi:

ANALISA PENGARUH KEDALAMAN ELEKTRODA PENTANAHAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN TUGAS AKHIR Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya dari Politeknik Negeri Padang CICI AUGOESTIEN BP : 1401031027 PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI PADANG 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sistem pentanahan merupakan salah satu bagian penting yang harus diperhatikan untuk menjamin keamanan dan keandalan operasi sistem tenaga listrik. Sistem pentanahan mempunyai pengaruh dalam kelancaran dan keamanan dari sistem tenaga listrik, terutama pada saat terjadi gangguan yang berhubungandengan tanah.sistem Pentanahan bertujuannya untuk membatasi tegangan antara peralatan dengan tanah sampai pada suatu kondisi yang aman untuk semua operasi, baik kondisi normal maupun saat terjadi gangguan. Sebuah bangunan gedung agar terhindar dari bahaya sambaran petir dibutuhkan nilai tahanan pentanahan < 5 ohm, sedangkan untuk pentanahan peralatan-peralatan elekronika dibutuhkan nilai tahanan pentanahan < 3 ohm serta untuk pentanahan peralatan penangkal petir atau arrester< 1,75 ohm bahkan beberapa perangkat membutuhkan nilai tahanan pentanahan < 1 ohm. Dalam sistem pembumian atau biasa disebut grounding system, jenis tanah sangat mempengaruhi baik atau buruk sistem tersebut. Hal ini dikarenakan tidak semua tanah memiliki nilai resistansi yang baik. Nilai resistansi pada tanah dipengaruhi oleh struktur dan kandungan dalam tanah tersebut. Selain itu, daerah dimana tanah itu berada juga mempengaruhi struktur dan kandungan tanah tersebut. Berdasarkan Peraturan umum tentang elektroda batang bumi dan 1

penghantar (SNI 04. 0225-2000), berikut merupakan tabel 1 jenis tanah serta tahanan jenis tanah. Tabel I.1. Nilai resistivitas beberapa jenis tanah no Jenis Tanah Resistansi jenis tanah (Ω-cm) 1 Tanah Rawa 10-40 2 Tanah Liat dan Tanah Ladang 20-100 3 Pasir Basah 50-200 4 Kerikil Basah 200-3000 5 Kerikil Kering 0-1000 6 Tanah Berbatu 2000-3000 Untuk mendapatkan nilai resistansi pembumian yang kecil sangatlah sulit, karena nilai resistansi pembumian dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya resistansi elektroda itu sendiri, jenis tanah, jenis elektroda pembumian, suhu dan kelembapan dan kandungan elekrolit.salah satu faktor yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah apa pengaruh nilai tahanan pentanahan jika elektroda ditanam dengan kedalaman yang bervariasi. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana pengaruh penanaman elektroda batang yang bervariasi kedalamannya 1.3 TUJUAN 1. Memahami dan mengetahui nilai tahanan pentanahan jika elektroda ditanam dengan kedalaman tertentu. 2

1.4 BATASAN MASALAH 1. Membahas mengenai sistem pentanahan dan melakukan pengukuran tahanan pentanahan dengan menggunakan elektroda batang 2. Membahas tentang data-data yang didapat dari pengukuran 3. Membahas tentang pengaruh kedalaman elektroda batang terhadap nilai tahanan pentanahan 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN Untuk menggambarkan mengenai isi dari penulisan Laporan Tugas Akhir ini, penulis menguraikan secara singkat sistematika penulisan pada laporan tugas akhir ini yang dibagi menjadi 5 ( Lima ) Bab, yaitu : BAB I PENDAHULUAN Pada Bab ini menguraikan secara singkat tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Pada Bab ini mencakup teori-teori yang berkaitan tentang penelitian. Adapun yang terkait didalam teori-teori tersebut yaitu jenis-jenis sistem pentanahan, elektroda dan tahanan pentanahan, jenis-jenis elektroda pentanahan, metode penggunaan elektroda. BAB III Pada Bab ini menguraikan tempat objek penelitian, langkah-lagkah penelitian, penempatan tempat dan waktu penelitian, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. 3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bagian Bab ini berisi tentang penelitian dan pembahasan penelitian BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari penulis. 4

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Pentanahan Sistem pentanahan atau yang bdisebut grounding sistem adalah sistem pengaman terhadap perangkat-perangkat yang mempergunakan listrik sebagai sumber tenaga, dari sembaran petir. Sistem pentanahan digambarkan sebagai hubungan antara suatu peralatan atau rangkaian listrik dengan bumi. Sebelumnya system-sistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.namun setelah system-sistem tenaga listrik berkembang semakin besar dengan tegangan yang semakin tinggi dan jarak jangkauan semakin jauh, baru diperlukan system pentanahan.kalau tidak, hal ini bisa menimbulkan potensi bahaya listrik yang sangat tinggi, baik bagi manusia, peralatan dan system pelayanannya sendiri. System pentanahan adalah system hubungan penghantar yang menghubungkan system, badan peralatan dan instalasi dengan bumi/tanah sehingga dapat mengamankan manusia dari sengatan listrik, dan mengamankan komponen komponen instalasi dari bahaya tegangan/arus abnormal.oleh karena itu, system pentanahan menjadi bagian esensial dari system tenaga listrik. Pentanahan tidak terbatas pada system tenaga saja, namun mencakup juga system peralatan elektronik, seperti telekomunikasi,computer,control di mana diterapkan komunikasi data secara intensif dan sangat peka terhadap interferensi 5

gelombang electromagnet dari luar. pentanahan disini lebih dititik beratkan pada keterjaminan sinyal dan pemrosesannya. Secara umum, tujuan system pentanahan adalah : 1. Menjamin keselamatan orang dari sengatan listrik baik dalam keadaan normal atau tidak dari tegangan sentuh dan tegangan langkah. 2. Menjamin kerja peralatan listrik/elektronik. 3. Mencegah kerusakan peralatan listrik/elektronik. 4. Menyalurkan energy serangan petir ke tanah. 5. Menstabilkan tegangan dan memperkecil kemungkinan terjadinya flashover ketika terjadi transient. Persyaratan-persyaratan sistem pentanahan sebagai berikut : a. Membuat jalur impedansi rendah ketanah untuk pengaman personil dan peralatan, menggunakan rangkaian yang efektif. b. Dapat melawan dan menyebarkan gangguan berulang dan arus akibat surja hubung(surge currents). c. Menggunakan bahan tahan korosi terhadap berbagai kondisi kimiawi tanah, untuk meyakinkan kontinuitas penampilannya sepanjang umur peralatan yang dilindungi. d. Menggunakan system mekanik yang kuat namun mudah dalam pelayanan. 6

2.2 jenis- jenis system pentanahan Didalam instalasi listrik terdapat tiga jenis system pembumian, yaitu system TN(terra-neutral), system TT (terra-terra), dan system IT (impedanceterra). A. System TN (terra-neutral), atau system pembumian netral pengaman (PNP). System pembumian TN mempunyai satu titik yang dibumikan langsung, bagian kontak terbuka (BKT) instalasi dihubungkan ke titik tersebut oleh penghantar proteksi. System TN dilakukan dengan cara menghubungkan semua BKT perlengkapan/instalasi melalui penghantar proteksi ke titik system tenaga listrik yang dibumikan sedemikian rupa, sehingga bila terjadi kegagalan isolasi tercegahlah bertahannya tegangan sentuhan yang terlalu tinggi karena terjadinya pemutusan suplai secara otomatis dengan bekerjanya gawai proteksi. Umumnya titik system tenaga listrik yang dibumikan adalah titik netral.jika titik netral tidak ada atau tidak terjangkau, penghantar fase harus dibumikan.namun hal ini tidak dianjurkan di Indonesia.Dalam semua keadaan, penghantar fase tidak boleh melayani sebagai penghantar PEN. Sesuai dengan susunan penghantar netral dan penghantar proteksinya, system TN ini terbagi menjadi 3 jenis, yaitu: a. System TN-S (terra neutral separated) Pada system ini, digunakan penghantar proteksi yang terpisah di seluruh system. Pada instalasi listrik 3 fase, terdapat lima penghantar dari titik suplai (PHB). Tiga buah penghantar 7

untuk masing-masing fase, satu penghantar untuk penghantar netral dan satu penghantar untuk penghantar proteksi.sedangkan pada instalasi listrik 1 fase, terdapat tiga penghantar dari titik suplai (PHB), satu penghantar untuk penghantar fase, satu penghantar untuk penghantar netral dan satu penghantar untuk penghantar proteksi. Bentuk rangkaian system TN-S ini bisa terlihat pada gambar II.1 berikut ini : Gambar II.1 : system pembumian TN-S b. System TN-C (terra neutral-combined) Pada system ini, fungsi netral dan fungsi proteksi tergabung dalam penghantar tunggal di seluruh system.pada instalasi listrik 3 fase, terdapat 4 penghantar dari titik suplai (PHB).Tiga buah penghantar untuk masing-masing fase, satu penghantar untuk penghantar netral bersama-sama dengan penghantar proteksi.sedangkan pada instalasi listrik 1 fase, hanya terdapat dua penghantar dari titik suplai.satu penghantar untuk penghantar fase, satu penghantar untuk penghantar netral dan 8

penghantar proteksi. Rangkaian system TN-C ini yaitu seperti gambar II.2 berikut: Gambar II.2 : system pembumian TN-C a. System TN-C-S (terra neutral-combined-separated) Pada system ini fungsi netral dan fungsi proteksi tergabung dalam penghantar tunggal dibagian system. System ini merupakan gabungan antara system TN-S dn TN-C. disebagian system penghantar netral dan penghantar proteksi tergabung dalam penghantar tunggal dan di bagian lain, penghantar proteksi dan penghantar netral terpisah. Rangkaian system pentanahan TN-C-S ini bisa dilihat pada gambar II.3 berikut : Gambar II.3 : system pembumian TN-C-S 9

B. System TT (terra-terra) atau system pembumian pengaman (PP) System TT dilakukan dengan cara: Membumikan titik netral system listrik di sumbernya. Membumikan BKT perlengkapan dan BKT instalasi listrik, sedemikian rupa sehingga apabila terjadi kegagalan isolasi tercegahlah bertahannya tegangan sentuh yang terlalu tinggi pada BKT tersebut karena terjadinya pemutusan suplai secara otomatis dengan bekerjanya gawai proteksi. Jika titik netral system di sumbernya tidak ada, penghantar fase dari sumber dapat dibumikan.namun hal ini tidak dianjurkan penggunaannya di Indonesia.Yang dimaksud dengan sumber adalah generator atau transformator. Gambar rangkaian system pembumian TT bisa dilihat pada gambar II.4 berikut : Gambar II. 4 : system pembumian TT Semua BKT perlengkapan/instalasi yang secara kolektif diberi proteksi oleh suatu gawai proteksi yang sama, beserta penghantar proteksinya, harus bersama-sama dihubungkan ke suatu electrode pembumi bersama. Jika beberapa gawai proteki digunakan secara seri, 10

persyaratan tersebut berlaku secara terpisah bagi semua BKT yang diberi proteksi oleh setap gawai proteksi. Pembumi BKT perlengkapan/instalasi listrik secara listrik terpisah dari pembumi system listrik dengan menggunakan electrode bumi tersendiri atau jaringan pipa air minum dari logam yang memenuhi syarat. Jika pembumi BKT perlengkpan/instalasi listrik dihubungkan dengan pembumi system listrik melalui jaringan yang sama dari pipa air minum dari logam, maka system tersebut bukan system TT,tetapi merupakan system TN-S. C. System IT (impedance terra) atau system penghantar pengaman (HP) System tenaga listrik IT mempunyai semua bagian aktif yang diisolasi dari bumi, atau satu titik dihubungkan ke bumi melalui suatu impedansi. BKT instalasi listrik dibumikan secara independen atau secara kolektif atau ke pembumian system, yaitu seperti gambar II.5 berikut: Gambar II.5 : system pembumian IT 2.3 Elektroda pentanahan dan tahanan pentanahan Tahanan pentanahan harus sekecil mungkin untuk menghindari bahayabahaya yang ditimbulkan oleh adanya arus gangguan tanah.hantaran netral harus 11

diketanahkan di dekat sumber listrik atau transformator, pada saluran udara setiap 200 m dan di setiap konsumen. Tahanan pentanahan satu elektroda didekat sumber listrik, transformator atau jaringan saluran udara dengan jarak 200 m maksimum adalah 10 ohm dan tahanan pentanahan dalam suatu system tidak boleh lebih dari 5 ohm. Seperti yang telah disampaikan di atas bahwa tahanan pentanahan diharapkan bisa sekecil mungkin.namun dalam prakteknya tidaklah selalu mudah untuk mendapatkannya karena banyak factor yang mempengaruhi tahanan pentanahan. Secara garis besar, nilai tahanan pentanahan dipengaruhi oleh dua hal, yaitu elektroda pentanahan dan tahanan jenis tanah untuk pentanahan. 2.3.1 Elektroda pentanahan Pengaruh dari elektroda pentanahan sangatlah besar terhadap nilai tahanan pentanahan. Hal ini dikarenakan oleh hal-hal berikut : a) Bentuk elektroda, ada bermacam-macam bentuk elektroda yang banyak digunakan, seperti jenis batang, pipa dan pelat, dimana nilai pentanahan untuk masing-masing jenis elektroda tidaklak sama. b) Jenis bahan dan ukuran elektroda,sebagai konsekwensi peletakannya di dalam tanah, maka elektroda dipilih dri bahan-bahan tertentu yang memiliki konduktivitas sangat baik dan tahan terhadap sifat-sifat yang merusak dari tanah, seperti korosi, ukuran elektroda dipilih yang mempunyai kontak paling efektif dengan tanah. 12

c) Jumlah/konfigurasi elektroda, untuk mendapatkan tahanan pentanahan yang diinginkan dan jika tidak cukup dengan satu elektroda, bisa digunsksn lebih dari satu elektroda dengan bermacam-macam konfigurasi pemancangan didalam tanah. d) Kedalamaan pemancangan/penanaman didalam tanah, pemancangan ini tergantung dari jenis dan sifat-sifat tanah. Ada yang lebih efektif ditanam secara dalam dan ada pula yang cukup secara dangkal. 2.3.2 Tahanan jenis tanah Tahanan jenis tanah sangat menentukan nilai tahanan pentanahan dari elektroda-elektroda pentanahan. Dimana nilai tahanan jenis tanah untuk masing-masing daerah tidaklah sama, hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu : a. Sifat geologi tanah Sifat geologi tanah merupakan faktor yang utama dalam menentukan tahanan jenis tanah. Bahan dasar dari tanah relatif bersifat bukan penghantar. Tanah liat umumnya mempunyai tahanan jenis terendah, sedangkan batu-batuan bersifat sebagai insulator. Berdasarkan sifat geologi tanah, nilai tahanan jenis tanah untuk berbagai jenis tanah bisa dikelompokkan sebagai berikut : 13

Table 2 : Nilai tahanan jenis tanah untuk setiap jenis tanah No Jenis tanah Tahanan jenis tanah (Ω-m) 1 Tanah yang mengandung air garam 5-6 2 Tanah rawa 30 3 Tanah liat 100 4 Pasir basah 200 5 Batu-batu kerikil basah 500 6 Pasir dan batu kerikil kering 1000 7 Tanah berbatu 3000 Sumber : Peraturan umum tentang elektroda batang bumi dan penghantar (SNI 04. 0225-2000). b. Komposisi Zat kimia tanah Kandungan zat-zat kimia didalam tanah terutama sejumlah zat organik maupun anorganik yang dapat larut perlu untuk diperhatikan. Didaerah yang memiliki tingkat curah hujan yang tinggi biasanya mempunyai tahanan jenis tanah yang tinggi, karena garam yang terkandung pada lapisan atas laut c. Kandungan air tanah Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan tahanan jenis tanah (ρ) terutama kandungan air tanah sampai dengan 20%. 14

Pada salah satu test laboratorium untuk tanah merah penurunan kandungan air tanah dari 20% ke 10% menyebabkan tahanan jenis tanah naik sampai 30 kali. Karena kenaikan kandungan air diatas 20% sangat sedikit pengaruhnya. d. Temperature tanah Temperature biasanya mempengaruhi tahanan jenis tanah, jika temperature stabil, maka tidak terlalu berpengaruh terhadap tahanan jenis tanah. 2.4 jenis-jenis Elektroda Pentanahan Pada prinsip jenis elektroda dipilih yang mempunyai kontak sangat baik terhadap tanah. Berikut ini akan dibahas jenis-jenis elektroda pentanahan dan rumus-rumus perhitungan tahanan pentanahannya. A. Elektroda batang (rod) Elektroda batang adalah elektroda dari pipa atau besi baja profil yang sudah dipancangkan ke dalam tanah. Elektroda batang ini merupakan elektroda yang pertama digunakan dan teori-teori berawal dari elektroda batang ini. Elektroda batang ini banyak digunakan di gardu-gardu induk. Secara tekniknya, elektroda batang ini mudah dalam pemasangannya, dengan cara dipancangkan ke dalam tanah. Dan lagi elektroda ini tidak memerlukan lahan yang luas, terlihat pada gambar II.6 berikut ini : 15

Gambar II.6 : Elektroda batang Jika menggunakan elektroda batang untuk pentanahan, maka untuk mendapatkan nilai tahanan pentanahan untuk elektroda batang tunggal adalah sebagai rumus 1 berikut :... (1) Dimana : Rɢ tahanan pentanahan (Ω) Rʀ tahanan pentanahan untuk batang tunggal (Ω) Ρ tahanan jenis tanah (Ωm) Lʀ panjang elektroda (m) Aʀ diameter elektroda (m) B. Elektroda pelat Elektroda pelat adalah elektroda dari bahan pelat logam (utuh atau berlubang) ataupun dari kawat kasa. Umumnya elektroda ini ditanam dalam. Elektroda ini digunakan jika diinginkan tahanan pentanahan yang kecil dan sulit diperoleh dengan menggunakan jenis-jenis elektroda yang lainnya. Bentuk elektroda pelat pada gambar II.7 berikut : 16

Gambar II.7 : Elektroda pelat Jika menggunakan elektroda ini, untuk mendapatkan nilai tahanan pentanahannya dihitung menggunakan rumus 2 berikut ini :... (2) Dimana : Rр tahanan pentanahan pelat (Ω) ρ tahanan jenis tanah (Ωm) Lр panjang pelat (m) Wр lebar pelat (m) Tр tebal pelat (m) C. Elektroda pita Elektroda pita adalah elektroda yang terbuat dari hantaran berbentuk pita atau berpenampang bulat atau hantaran pilin yang pada umumnya ditanam secara dangkal. Jika pada elektroda batang ditanam secara dalam maka elektroda ini hanya ditanam secara dangkal. Pemasangan elektroda ini akan bermasalah jika mendapati tempat yang lapisan-lapisan tanah yang berbatu, dan juga untuk mendapatkan nilai tahanan yang rendah akan berasalah. Sebagai pengganti pemancangan 17

secara vertikal kedalam tanah, dapat dilakukan dengan menanam elektroda batang secara horisontal dengan dangkal. Tahanan pentanahan yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh bentuk konfigurasi elektrodanya, seperti bentuk melingkar, radial atau kombinasi keduanya. Gambar elektroda pita pada gambar II.8 berikut : Gambar II.8 : Elektroda pita Nilai tahanan pentanahan apabila elektroda pentanahan yang digunakan adalah elektroda pita, maka dihitung dengan rumus 3 berikut :...(3) Dimana : Rt tahanan dengan kisi-kisi (grid) kawat (Ω) ρ tahanan jenis tanah (Ωm) Lѡ panjang total grid kawat (m) Dѡ diameter kawat (m) Zѡ kedalaman pengawatan (m) Aѡ luas yang dicakup oleh grid (m²) 18

2.5 Metode Penggunaan Elektroda untuk Sistem Pembumian Terdapat bermacam-macam cara untuk penggunaan sistem pembumian, antara lainnya sebagai berikut : 1. Sistem Pembumian menggunakan Batang Vertikal Metode ini dilakukan dengan cara menanam batang elektroda secarategak lurus terhadap permukaan tanah ke dalam tanah dengankedalaman tertentu sehingga mendapatkan nilai resistansi tanah yang diinginkan 2. Sistem Pembumian menggunakan Batang Horizontal Metode ini hampir sama seperti metode penanaman batang elektroda secara vertikal namun elektroda batang pada metode ini ditanam secara horizontal ke dalam tanah dengan kedalaman tanah sesuai yang diinginkan atau hingga mendapatkan nilai resistansi tanah yang diinginkan. 3. Sistem Pembumian Kisi-Kisi ( grounding mesh ) Metode ini dilakukan dengan cara menanam beberapa elektroda pembumian sejajar dengan permukaan tanah serta mengkoneksikan elektroda satu dengan yang lainnya sehingga berbentuk jaring atau mesh. 2.6 Sistem Pembumian menggunakan Elektroda Batang (rod) Tujuan utama sistem pembumian adalah mendapatkan nilai resistansi yang rendah sehingga memungkinan bagi sistem listrik menyalurkan dengan cepat arus gangguan yang terjadi ke tanah. Sehingga sistem kelistrikan dapat melindungi manusia dan perlatan yang ada. Elektroda yang digunakan untuk menyalurkan arus gangguan tersebut adalah elektroda batang. Seperti dijelaskan sebelumnya, 19

elektroda batang adalah elektroda yang terbuat dari tembaga, besi bajaprofil atau pipa yang ditancapkan ke dalam tanah agar arus ganggua ntersalurkan ke dalam bumi dengan baik. Dalam penggunaannya, faktor yang mempengaruhi kinerja elektroda batang yaitu ukuran, dimensi dan bahan dari elektroda tersebut. 2.7 Metode Pengukuran Tahanan Jenis Pentanahan Pemilihan metode pengukuran yang sering dilakukan untuk mengukur tahanan jenis tanah adalah : 2.7.1 Metode Driven Rod Metode Driven Rod (tiga pancangan) atau Metode Fall Of Potential cocok digunakan dalam keadaan normal, seperti garis transmisi pada sistem pembumian atau permasalahan dalam area, kesemuanya ini disebabkan karena pemasangan yang dangkal, kondisi tanah, penempatan pengukuran area dan tidak samanya jenis tanah pada dua lapisan tersebut. Metode Driven Rod ditunjukkan seperti Gambar II.9 di bawah ini: Gambar II.9 : Rangkaian metode Driven Rod Metode driven rod dapat dilihat pada rumus 4 sebagai berikut : ρ... (4) 20

Dimana : Rt Tahanan elektroda terukur (Ohm) ρ Tahanan jenis elektroda (Ohm-m) l Panjang elektroda (m) a Jari jari penampang elektroda (m) 2.7.2 Susunan Schlumberger Susunan Metode Schlumberger dapat ditunjukkan seperti Gambar II.10 dan II.11 di bawah ini : Gambar II.10 : Rangkaian metode schlumberger Gambar II.11 : Rangkaian metode schlumberger balik 21

Untuk mengukur jarak pisah elektroda bagian luar adalah 4 atau 5 kali dari jarak pisah elektroda bagian dalam. Jarak pisah antara elektroda bagian luar adalah 10 meter dan untuk elektroda bagian dalam adalah ½ dari elektroda bagian luar. Metode schlumberger dapat dilihat pada rumus 5 sebagai berikut : ρ πc (c + d) R/d... (5) Dimana : ρ Tahanan Jenis Tanah (Ω.m) R Tahanan yang terukur (Ω) c Jarak antara elektroda bagian luar dengan bagian dalam (m) d Jarak antara elektroda bagian dalam (m) 2.7.3 Susunan Wenner Susunan Metode Wenner dapat ditunjukkan seperti Gambar II.12 di bawah ini: Gambar II.12 : Rangkaian metode wenner Metode wenner dapat dilihat pada rumus 6 sebagai berikut : ρ...(6) 22

Dimana : ρ Tahanan Jenis Tanah (Ω.m) R tahanan yang terukur (Ω) a jarak antara elektroda (m) b elektroda yang tertanam (m) 2.8 Penanaman Elektroda Batang secara Tegak Lurus dengan Permukaan Tanah Penggunaan elektroda batang yang ditancapkan tegak lurus dengan permukaan tanah pada sistem pembumian, jalur persebaran arus gangguan yang melewati elektroda tersebut dapat digambarkan sebagai setengah lingkaran bola. Hal ini dapat digambarkan sebagai elektrodadan sel-sel tanah yang berluas sama sebagai konduktor untukmenyalurkan arus gangguan, seperti pada Gambar II.13 : Gambar II.13. sel-sel tanah sebagai elektroda pembumian Arus yang diterima oleh elektroda batang dalam sistempembumian akan melintasi sel sel ini ke semua arah. Sel tanah yangterdekat dengan batang elektroda pembumian mempunyai permukaanpaling kecil sehingga memberikan resistansi yang paling besar. Hal inidiketahui sebagai resistansi efektif dan jarak 23

ini ditentukan olehkedalaman penanaman dan diameter elektroda batang pembumian yang dipakai. Oleh karena itu, semakin dalam elektroda batang masuk ketanah maka semakin baik pula nilai resitansi yang didapatkan 24

BAB III METODE DAN PENGAMBILAN DATA 3.1 Tempat dan Waktu Pengujian Tempat : Gedung Belakang Gedung G Politeknik Negeri Padang Waktu : Juli Agustus 2017 3.2 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini adalah metode eksperimen dengan metode kuanititatif berupa metode : 1. Studi keperpustakaan, merupakan metode guna mengkaji teori yang dibutuhkan dari buku-buku referensi untuk menunjang dan berhubungan dengan judul tugas akhir yang diambil. 2. Diskusi, melakukan tanya jawab dengan dosen pembimbing, pemimpin tempat pengambilan data, dan orang orang yang berkompeten didalam bidangnya. 3. Studi lapangan, merupakan metode untuk mengambil data dan mengumpulkan data secara langsung dari tempat objek penelitian, dimana pengambilan data dilakukan dengan cara : a. Observasi Merupakan metode dengan cara mengamati secara langsung untuk mendapatkan data-data yang lebih akurat mengenai tugas akhir ini. 25

b. Menanyakan secara langsung kepada pimpinan tempat melakukan objek penelitian. 3.3 Perencanaan Pengujian Pengujian ini dilakukan untuk menjawab pokok rumusan masalah yang penulis buat dalam tugas akhir ini, yaitu untuk mengetahui pengaruh kedalaman penanaman elektroda batang dan mengetahui nilai tahanan pembumiannya sudah sesuai standarnya. Untuk mengetahui pengaruh kedalaman penanaman elektroda batang dan mengetahui nilai tahanan pembumiannya sudah sesuai standar, penulis menggunakan elektroda pentanahan. Elektroda pentanahan dibagi menjadi tiga yaitu elektroda batang, elektroda pelat, elektroda pita. A. Elektroda batang Elektroda ini terbuat dari tembaga atau pipa logam yang ditanam vertikal didalam tanah. Elektroda batang ini memiliki panjang maksimal 100 Cm, elektroda batang ini secara teknik cara pemasangannya mudah, yaitu dengan menancabkannya kedalam tanah. Elektroda jenis batang (ROD) tidak memerlukan lahan yang luas. Pada saat pengambilan data di PT.Bukaka Teknik Utama penulis menggunakan elektroda batang yang sudah tertanam di tanah PT.Bukaka Teknik Utama tersebut. Elektroda batang ini digunakan karena tujuan dari tugas akhir penulis untuk mengetahui pengaruh kedalaman elektroda pentanahan. 26

3.4 Objek pengujian Objek utama yang dilakukan ini adalah elektroda batang. Pada pengujian ini elektroda batang ditanam dengan kedalaman yang bervariasi untuk mengetahui apa pengaruh kedalaman penanaman elektroda pentanahan terhadap tahanan pembumian. 3.5 Peralatan pengujian Untuk membantu melakukan pengambilan data, penulis memerlukan beberapa peralatan pengujian yang bisa mendukung pengambilan data yang diperlukan, peralatan-peralatan yang diperlukan yaitu sebagai berikut : 1. Multimeter atau multitester Alat ini merupakan alat pengukur listrik yang bsering dikenal sebagai VOM (volt-ohm meter) yang bisa mengukur tegangan (voltmeter), hantaran(ohmmeter) dan arus (amperemeter).alat ini juga bisa mengukur temperature, induktansi, dan frekuensi. Disini penulis menggunakan dua buah multimeter atau multitester digital, yaitu untuk mengukur tegangan dan arus yang ada pada elektroda pentanahan.bentuk multimeter atau multitester analog tersebut, berikut gambar multimeter atau multitester pada gambar 14 : Gambar 14 : Multimeter atau multitester 27

2. Earth Tester Pada tugas akhir ini penulis menggunakan earth tester sebagai pengukur resistansi tanah. Earth tester ini memiliki 3 inputan, yang pertama kabel hitam atau hijau yang dihubungkan ke elektroda utama, yang kedua kabel kuning yang dihubungkan ke elektroda bantu 1 dan yang ketiga kabel merah yang dihubungkan ke elektroda bantu 2, pada earth tester ini juga dilengkapi dengan beberapa range tahanan, yang pertama dengan batas range 20 ohm, yang kedua 200 ohm, yang ketiga 2000 ohm. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 15 yaitu : Gambar 15 : Earth Tester 3. Meteran Meteran disini merupakan peralatan yang berguna untuk mengukur jarak. Pada saat pengujian untuk mendapatkan data yang bdiperlukan, penulis menggunakan meteran untuk mengukur kedalaman elektroda pentanahan. Berikut bentuk dari meteran pada gambar 16 yaitu : 28

Gambar 16 : Meteran 4. Palu Palu ini berguna jika menggunakan sistem pentanahan rod, berguna untuk menanamkan elektroda batang kedalam tanah. Berikut bentuk dari palu pada gambar 17 yaitu : Gambar 17 : palu 3.6 metode pengukuran tahanan pentanahan pada metode pengukuran tahanan pentanahan penulis melakukan pengukuran dengan memparalelkan 2 elektroda, dan 3 elektroda. Pada tugas akhir ini penulis melakukan perbandingan terhadap hasil perhitungan 29

nilai tahanan pentanahan terhadap kedalaman elektroda. Pada tugas akhir ini penulis melakukan pengukuran kedalaman elektroda yang bervariasi dari 40cm, 60cm, 80cn, 100cm. Untuk mencari nilai tahanan penulis mencari dengan menggunakan rumus 9 sebagai berikut : + +...... (9) Pada pengukuran ini menggunakan 3 elektroda utama dan 2 elektroda bantu dengan menggunakan earth tester sebagai pengukur, untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 18 yaitu : Gambar 18 : Pengukuran resistivitas tanah menggunakan metode driven rod 3.7 langkah kerja pengujian langkah pengujian yang dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh kedalaman elektroda pentanahan terhadap nilai tahanan pembumian. Untuk mengetahui pengaruh tersebut penulis melakukan pengujian, yaitu pengujian pengaruh kedalamannya. 1) Pengujian pengaruh kedalaman elektroda pentanahan terhadap nilai tahanan pembumian, langkah-langkahnya sebagai berikut : 30

- Siapkan semua peralatan yang akan diperlukan untuk melakukan pengujian dan pengambilan data. - Menggali lobang pentanahan sedalam 150 Cm. - Menanam elektroda batang pada pentanahan yang sudah di gali lobang dengan memvariasikan kedalaman elektroda 40 Cm, 60 Cm, 80 Cm, 100Cm. 3.8 Rangkaian Pengukuran Pada Rangkaian pengukuran resistivitas tanah dapat diketahui menggunakan tiga buah elektroda batang yang dihubungkan dengan Earth Resistance Tester, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 19 berikut : E P C Elektroda utama Elektroda bantu 1 Elektroda bantu 2 5 m 5 m 5 m 5 m Gambar 19: Rangkaian pengukuran resistansi tanah menggunakan alat earth resistance tester 31

BAB IV DATA DAN ANALISA 4.1 Data dan hasil pengukuran Pada pelaksaan tugas akhir yang berjudul Analisa Pengaruh Kedalaman Elektroda Batang Terhadap nilai tahanan pembumian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh kedalaman elektroda yang berbeda-beda kedalamannya. Dengan dilakukan pengukuran maka didapat nilai sebagai tabel 3 berikut : Tabel 3 : Nilai Pengukuran NO Kedalaman elektroda R1 R2 R3 R1/R2 R1/R2/R3 1 40 Cm 109 ohm 115,4 ohm 164,1 ohm 52 ohm 45,9 ohm 2 60 Cm 81 ohm 54,1ohm 75,1 ohm 32,5 ohm 26,2 ohm 3 80 Cm 49,1 ohm 41,0 ohm 53,1 ohm 22,3 ohm 16,86 ohm 4 100 Cm 37,4 ohm 34,2 ohm 39,2 ohm 18,56 ohm 12,98 ohm 4.2 perhitungan tahanan pentanahan berdasarkan data yang didapat Untuk bisa menganalisa pengaruh kedalaman pentanahan terhadap nilai tahanan pembumian tersebut. Oleh karena itu, untuk mengetahui nilai tahanan pembumian penulis melakukan perhitungan berdasarkan data yang diperoleh pada saat pengukuran. Perhitungan yang dilakukan sebagai berikut : 1. Perhitungan untuk mengetahui pengaruh kedalaman elektroda terhadap nilai tahanan pembumian. 32

Untuk mengetahui pengaruh kedalaman elektroda terhadap nilai tahanan pembumian diperlukan perhitungan nilai tahanan jenis tanah berdasarkan data pengukuran pertama. Karena data pengukuran yang pertama merupakan data yang diperoleh dari pengukuran tahanan pentanahan dengan variasi kedalaman penanaman elektroda batang. Kedalaman elektroda yang digunakan mulai dari 40cm; 60cm; 80cm; dan 100cm. Dimana elektroda yang digunakan berupa elektroda batang yang memiliki panjang 100C m dan berdiameter 1,6 Cm. Berikut perhitungan nilai tahanan jenis tanah berdasarkan kedalamannya : Perhitungan kedalaman 40 cm pada R1 ρ 63,82 Ω-m Perhitungan kedalaman 60 cm R1 ρ 33

64,93 Ω-m Perhitungan kedalaman 80 cm R1 ρ 49,43 Ω-m Perhitungan kedalaman 100 cm R1 ρ 45,08 Ω-m Perhitungan kedalaman 40 cm pada R2 ρ 67,57 Ω-m 34

Perhitungan kedalaman 60 cm R2 ρ 43,77 Ω-m Perhitungan kedalaman 80 cm R2 ρ 42,08 Ω-m Perhitungan kedalaman 100 cm R2 ρ 41,22 Ω-m 35

Perhitungan kedalaman 40 cm pada R3 ρ 696,08 Ω-m Perhitungan kedalaman 60 cm R3 ρ 60,20 Ω-m Perhitungan kedalaman 80 cm R3 ρ 53,46 Ω-m 36

Perhitungan kedalaman 100 cm R3 ρ 49,33 Ω-m 4.3 Perhitungan 1 elektroda Dari data hasil pengukuran tahanan tanah elektroda R1 didapatkan tahanan jenis rata-rata nya sebesar 55,815 Ω-m. Dari tahanan jenis ini dapat penulis bandingkan antara hasil pengukuran dan perhitungan tahanan pentanahan dengan elektroda R1, dengan rumus persamaan : R (ln 1)...(7) kedalaman 40 Cm R (ln 1) ( ln - 1 ) ( ln (200) 1 ) ( 4,29 ) 95,36 Ω kedalaman 60 Cm R (ln 1) 37

( ln - 1 ) ( ln (300) 1 ) ( 4,70 ) 69,76 Ω kedalaman 80 Cm R (ln 1) ( ln - 1 ) ( ln (400) 1 ) ( 4,99 ) 55,48 Ω kedalaman 100 Cm R (ln 1) ( ln - 1 ) ( ln ( 500) 1 ) ( 5,21 ) 46,30Ω Dari data hasil pengukuran tahanan tanah elektroda R2 didapatkan tahanan jenis rata-rata nya sebesar 48,56 Ω-m. kedalaman 40 Cm R (ln 1) 38

( ln - 1 ) ( ln (200) 1 ) ( 4,29 ) 82,99 Ω kedalaman 60 Cm R (ln 1) ( ln - 1 ) ( ln (300) 1 ) ( 4,70 ) 60,7 Ω kedalaman 80 Cm R (ln 1) ( ln - 1 ) ( ln (400) 1 ) ( 4,99 ) 48,26 Ω kedalaman 100 Cm R (ln 1) ( ln - 1 ) ( ln ( 500) 1 ) 39

( 5,21 ) 40,28 Ω Dari data hasil pengukuran tahanan tanah elektroda R3 didapatkan tahanan jenis rata-rata nya sebesar 64,76 Ω-m. kedalaman 40 Cm R (ln 1) ( ln - 1 ) ( ln (200) 1 ) ( 4,29 ) 110,68 Ω kedalaman 60 Cm R (ln 1) ( ln - 1 ) ( ln (300) 1 ) ( 4,70 ) 80,77 Ω kedalaman 80 Cm R (ln 1) ( ln - 1 ) ( ln (400) 1 ) 40

( 4,99 ) 64,32 Ω kedalaman 100 Cm R (ln 1) ( ln - 1 ) ( ln ( 500) 1 ) ( 5,21 ) 53,72 Ω 4.4 perhitungan 2 elektroda yang diparalelkan Perhitungan ini didapatkan dari nilai pengukuran R1 dan R2 yang diparalelkan, dengan menggunakan rumus umum paralel : + +...... (8) Kedalaman 40 Cm Rt 56,00 ohm Kedalaman 60 Cm 41

Rt 32,43 ohm Kedalaman 80 Cm Rt 22,34 ohm Kedalaman 100 Cm - Rt 17,91 ohm 4.5 perhitungan 3 elektroda yang diparalelkan Perhitngan ini berdasarkan nilai pengukuran R1, R2 dan R3 yang diparalelkan, dengan menggunakan rumus umum paralel : Kedalaman 40 Cm 42

+ Rt 41,78 ohm Kedalaman 60 Cm + Rt Kedalaman 80 Cm + Rt 15,72 ohm Kedalaman 100 Cm + 43

Rt 12,27 ohm Dari hasil perhitungan yang telah didapatkan, maka hasilnya bisa dilihat pada tabel 4 berikut ini : Tabel 4 : Nilai Perhitungan No Kedalaman Elektroda (ohm) R1 (ohm) R2 (ohm) R3 (ohm) R1//R2 (ohm) R1//R2//R3 (ohm) 1 40 95,36 82,99 110,68 56,00 41,78 2 60 69,76 60,7 80,77 32,43 22,65 3 80 55,48 48,26 64,32 22,34 15,72 4 100 46,30 40,28 53,72 17,91 12,27 4.7 Analisa Data Dari data yang penulis peroleh dengan melakukan pengukuran nilai tahanan pentanahan, serta mengolah data dengan metode perhitungan. Maka didapatkan tabel hasil pengukuran nilai pengukuran bisa dilihat pada tabel 3 dan nilai perhitungan bisa dilihat pada tabel 4. Dari hasil pengukuran dan perhitungan maka didapatkan perbandingan sistem pentanahan dengan memvariasikan kedalamannya. 44

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari tujuan penelitian yang penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Jika elektroda batang ditanam makin dalam maka nilai tahanan pentanahannya semakin kecil. 2. Penanaman 1 elektroda batang sampai dengan kedalaman 100Cm didapatkan hasil pengukuran menggunakan Earth Tester 37,4ohm, jika diparalelkan 2 batang elektroda maka didapatkan nilai tahanannya 18,56 ohm, dan untuk yang diparalelkan 3 batang mendapatkan nilai tahanannya 12,98 ohm. 3. Jika semakin banyak elektroda yang diparalelkan, maka semakin kecil pula nilai tahanan pentanahannya. 5.2 Saran 1. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya mencoba menganalisa pengaruh kedalaman elektroda batang terhadap nilai tahanan pembumian diberbagai jenis tanah. 2. Sebaiknya penelitian ini juga membandingkan nilai tahanan pentanahan pada musim hujan dan musim kemarau. 3. Sebaiknya penelitian selanjutrnya bisa membandingkan kedalaman elektroda batang dan elektroda plat atau pita. 45

DAFTAR PUSTAKA [1] Hutauruk, dkk. Sistem Pentanahan, jilid 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 1987 [2] A.S. Pabla. Sistem Distribusi Daya Listrik Jakarta: Erlangga,1994 [3] Badan Standarisasi Nasional (BSN), 2000, Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000). [4] IEEE Standard 142, IEEE Recommended Practice For Grounding Of Industrial And Comercial Power Sistem, vol. 11, American National Standar Institute, USA,1982. [5] Hutauruk, T.S. 1991. Pengetanahan Netral Sistem Tenaga dan Pengetanahan Peralatan. Erlangga. Buku 46

LAMPIRAN Pada saat pemukulan elektroda kedalaman tanah 47

Pada saat menjepitkan kabel penghubung untuk mengukur nilai tahanan 48

Pada saat pengambilan data menggunakan Earth Tester 49

Abstak Analisa Pengaruh Kedalaman Elektroda Pentanahan Terhadapa Nilai Tahanan Pembumian Cici Augoestien Sistem pentanahan atau yang disebut grounding sistem adalah sistem pengaman terhadap perangkat-perangkat yang mempergunakan listrik sebagai sumber tenaga, dari sembaran petir. Pada sistem pentanahan yang baik, nilai resistansi pentanahan harus bernilai dibawah 5 ohm sesuai dengang ketentun PUIL 2000. Resistansi pentanahan bergantung pada berbagai aspek antara lain yaitu struktur tanah, kelembapan tanah, dan kandungan yang ada dalam tanah itu sendiri. Sistem pentanahan digambarkan sebagai hubungan antara suatu peralatan atau rangkaian listrik dengan bumi. Sebelumnya system-sistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan. Sebuah bangunan gedung agar terhindar dari bahaya sambaran petir dibutuhkan nilai tahanan pentanahan < 5 ohm, sedangkan untuk pentanahan peralatan-peralatan elekronika dibutuhkan nilai tahanan pentanahan < 3 ohm serta untuk pentanahan peralatan penangkal petir atau arrester< 1,75 ohm bahkan beberapa perangkat membutuhkan nilai tahanan pentanahan < 1 ohm. Kata kunci : Grounding, Tahanan Pentanahan, Elektroda Pentanahan.

KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil alamin, penulis ucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir yang berjudul Analisa Pengaruh Kedalaman Elektroda Pentanahan Terhadap Nilai Tahanan Pembumian sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Politeknik Negeri Padang. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan akhir ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan, baik dari segi isi, materi maupun dalam hal penyampaian materi, karena mengingat keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis. Untuk itu penulis tidak menutup diri terhadap saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan laporan akhir ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan dan do a dari berbagai pihak, Tugas Akhir ini tidak akan dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan Tugas Akhir ini, yaitu kepada: 1. Papa dan Mama berserta keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan baik secara moril, materil serta do a kepada penulis. 2. Bapak H. Aidil Zamri, ST.,MT selaku Direktur Politeknik Negeri Padang. 3. Bapak DR.H. Afrizal Yuhanef, ST.,M.Kom selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Padang. iii

4. Bapak Herisajani, ST.,M.Kom, selaku Ketua Program Studi DIII Teknik Listrik Politeknik Negeri Padang. 5. Bapak Desmiwarman,St.,M.Si dan Ibuk Fibriyanti,ST.,MT selaku Pembimbing Tugas Akhir. 6. Bapak pemimpin perusahaan beserta teknisi yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis untuk penyelesaian tugas akhir ini. 7. Untuk semua pihak yang mungkin tidak dapat penulis sebutkan secara satu persatu yang telah memberikan masukan sampai laporan ini selesai tepat pada waktunya. Akhir kata semoga Allah dapat melimpahkan rahmat dan karunia-nya kepada mereka semua dan membalas segala kebaikan dan pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis. Dan semoga laporan akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. Padang, November 2017 Penulis Cici Augoestien iv

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii DAFTAR ISI...v DAFTAR GAMBAR...ix DAFTAR TABEL...xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan Penulisan...2 1.4 Batasan Masalah...4 1.5 Sistematika Penulisan...4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Sistem Pentanahan...5 2.2 jenis jenis sistem pentanahan...7 2.3 Elektroda pentanahan dan tahanan pentanahan...11 2.3.1 Elektroda Pentanahan...12 2.3.2 Tahanan jenis tanah...13 2.4 Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan...15 2.5 Metoda Penggunaan Elektroda untuk Sistem Pembumian...19 2.6 Sistem Pembumian Menggunakan Elektroda Batang (Rod)...19 2.7 Metode Pengukuran Tahanan Jenis Pentanahan...20 v

2.7.1 Metode Driven Rod...20 2.7.2 Susunan Schlumberger...21 2.7.3 Susunan Wenner...22 2.8 Penanaman Elektroda Batang Secara Tegak Lurus...23 BAB III METODA DAN PROSES PENYELESAIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian...25 3.2 Metode Penelitian...25 3.3 Perencanaan Pengujian...26 3.4 Objek Pengujian...27 3.5 Peralatan Pengujian...27 3.6 Metode Pengukuran Tahanan Pentanahan...29 3.7 Langkah Kerja Pengujian...30 3.8 Rangkaian Pengukuran...31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Data dan Hasil pengukuran...32 4.2 Perhitungan Tahanam Pentanahan Berdasarkan data yang didapat...32 4.3 Perhitungan 1 Elektroda...37 4.4 Perhitungan 2 elektroda yang diparalelkan...41 4.5 Perhitungan 3 elektroda yang diparalelkan...42 4.6 Analisa Data...44 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan...45 5.2 Saran...45 vi

DAFTAR PUSTAKA...46 LAMPIRAN...47 vii

DAFTAR GAMBAR Gambar II.1 Sistem Pembumian TN-S...8 Gambar II.2 Sistem Pembumian TN-C...9 Gambar II.3 Sistem Pembumian TN-C-S...9 Gambar II.4 Sistem Pembumian TT...10 Gambar II.5 Sistem Pembumian IT...11 Gambar II.6 Elektroda Batang...16 Gambar II.7 Elektroda Pelat...17 Gambar II.8 Elektroda Pita...18 Gambar II.9 Rangkaian Metode Driven Rod...20 Gambar II.10 Rangkaian Metode Schlumberger...21 Gambar II.11 Rangkaian Metode Schlumberger balik...21 Gambar II.12 Rangkaian Metode Wenner...22 Gambar II.13 Sel-sel Tanah Sebagai Elektroda Pentanahan...23 Gambar III.14 Multimeter atau Multitester...27 Gambar III.15 Earth Tester...28 Gambar III.16 Meteran...29 Gambar III.17 Palu...29 Gambar III.18 Pengukuran......30 Gambar III.19 Rangkaian pengukuran resistansi tanah...31 ix

DAFTAR TABEL Tabel I.1 Nilai resistivitas tanah...2 Tabel II.2 Nilai resistivtas tanah...14 Tabel IV.3 Nilai Pengukuran...32 Tabel IV.4 Nilai Perhitungan...44 xii

DAFTAR PUSTAKA [1] Hutauruk, dkk. Sistem Pentanahan, jilid 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 1987 [2] A.S. Pabla. Sistem Distribusi Daya Listrik Jakarta: Erlangga,1994 [3] Badan Standarisasi Nasional (BSN), 2000, Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000). [4] IEEE Standard 142, IEEE Recommended Practice For Grounding Of Industrial And Comercial Power Sistem, vol. 11, American National Standar Institute, USA,1982. [5] Hutauruk, T.S. 1991. Pengetanahan Netral Sistem Tenaga dan Pengetanahan Peralatan. Erlangga. Buku