BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pembumian (Grounding System) Sistem pembumian adalah suatu rangkaian/jaringan mulai dari kutub pembumian /elektroda, hantaran penghubung/conductor sampai terminal pembumian yang berfungsi untuk menyalurkan arus lebih ke bumi sehingga dapat memberikan proteksi terhadap manusia dari sengatan listrik (shock), dan mengamankan komponen-komponen instalasi agar dapat terhindar dari bahaya arus dan tegangan asing, serta perangkat dapat beroperasi sesuai dengan ketentuan teknis yang semestinya. Pembumian merupakan salah satu faktor utama dalam setiap pengamanan (perlindungan) peralatan atau rangkaian listrik. Untuk melakukan pengamanan tersebut diperlukan perancangan pembumian sesuai standar yang berlaku Tahanan pembumian harus memenuhi syarat yang di inginkan untuk suatu keperluan pemakaian. Elektroda yang ditanam dalam tanah harus : - Bahan konduktor yang baik - Tahan Korosi - Cukup Kuat Elektroda harus mempunyai kontak yang baik dengan tanah sekelilingnya. Tahanan pembumian harus baik untuk berbagai musim. Biaya pemasangan serendah mungkin. Dalam sebuah instalasi listrik, ada empat bagian yang harus diketanahkan/ dibumikan, yaitu sebagai berikut : Titik netral dari transformator atau titik netral dari generator. Hal ini diperlukan dalam kaitan dengan keperluan proteksi khususnya yang menyangkut gangguan hubung tanah. Kawat petir yang ada pada bagian atas saluran transmisi. Kawat petir ini sesungguhnya juga berfungsi sebagai lightning arrester. Karena letaknya yang ada di sepanjang saluran transmisi, maka semua kaki tiang transmisi 6

2 7 harus ditanahkan agar petir yang menyambar kawat petir dapat disalurkan ke tanah dengan lancar melalui kaki tiang saluran transmisi. Semua bagian instalasi yang terbuat dari logam (menghantar listrik) dan dengan mudah dapat disentuh manusia. Bagian pembuangan listrik (bagian bawah) dari lightning arrester. Hal ini diperlukan agar lightning arrester dapat berfungsi dengan baik, yaitu membuang muatan listrik yang diterimanya dari petir ke tanah (bumi) dengan lancar. pembumian adalah penghubung bagian-bagian peralatan listrik yang pada keadaan normal tidak dialiri arus. Tujuannya adalah untuk membatasi tegangan antara bagian-bagian peralatan yang tidak dialiri arus dan antara bagian-bagian ini dengan tanah sampai pada suatu harga yang aman untuk semua kondisi operasi, baik kondisi normal maupun saat terjadi gangguan. (Pabla 1986, Hutauruk 1987, Tajuddin 1998) Pembumian peralatan adalah penghubungan badan atau rangka peralatan listrik (motor, generator, transformator, pemutus daya dan bagian-bagian logam lainnya yang pada keadaan normal tidak dialiri arus) dengan tanah. Maksud dari pembumian peralatan adalah Mencegah terjadinya tegangan kejut listrik yang berbahaya untuk orang dalam daerah tertentu. Untuk memungkinkan timbulnya arus tertentu baik besarnya maupun lamanya dalam keadaan gangguan tanah tanpa menimbulkan kebakaran atau ledakan pada bangunan atau isinya. Untuk memperbaiki penampilan (performance) dari sistem. (Hutauruk, 1987 hal 125). Oleh karena itu, secara umum sistem pembumian berperan sebagai PROTEKSI dengan tujuan pemasangan : a. Menjamin kerja peralatan listrik atau elektronik; b. Mencegah kerusakan peralatan listrik atau elektronik; c. Menyalurkan energi serangan petir ke tanah;

3 8 d. Menjamin keselamatan orang dari sengatan listrik baik dalam keadaan normal atau tidak dari tegangan sentuh dan tegangan langkah. 2.2 Faktor faktor Yang Mempengaruhi Sistem Pembumian Tahanan pembumian suatu elektroda tergantung pada tiga faktor, yaitu : Tahanan elektroda pembumian beserta sambungan pengelasan pada elektroda itu sendiri; Tahanan kontak antara elektroda dengan tanah; Tahanan penghantar (BC) yang menghubungkan peralatan yang ditanahkan; Tahanan dari massa tanah disekitar elektroda pembumian. Dari ketiga komponen tersebut, tahanan pembumian merupakan besaran yang paling besar pengaruhnya pada resistansi pembumian dibandingkan tahanan elektroda. Namun demikan seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa nilai tahanan pembumian diharapkan 5 Ὠ atau sekecil mungkin. Namun dalam hasil penelitian di lapangan tidak selalu didapatkan nilai tahanan pembumian yang diharapkan karena banyak faktor-faktor yang mempengaruhi resistansi pembumian. Nilai tahanan suatu sistem pembumian diharapkan serendah mungkin. Elektroda pembumian yang ditanamkan ke dalam tanah diharapkan langsung memperoleh tahanan yang rendah, namun hal itu sangat jarang diperoleh. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap nilai tahanan pembumian. 1. Faktor Internal Bentuk elektroda. Ada beberapa macam bentuk dari elektroda itu sendiri yang banyak digunakan, seperti jenis batang, pita dan plat. Jenis bahan dan ukuran elektroda. Sebagai konsekuensi peletakannya di dalam tanah, maka elektroda dipilih dari bahan-bahan tertentu yang memiliki konduktivitas sangat baik dan tahan terhadap sifat-sifat yang merusak dari tanah, sepeti korosi. Ukuran elektroda dipilih yang mempunyai kontak paling efektif dengan tanah. Prinsip dasar untuk memperoleh resistansi pembumian yang kecil adalah dengan membuat

4 9 permukaan elektroda bersentuhan dengan tanah sebesar mungkin, sesuai dengan rumus: Dengan : R = A L...(2.2) R = resistansi pembumian [ Ω ] = resistansi jenis tanah [ Ωm ] L = panjang lintasan arus pada tanah [ m ] A = luas penampang lintasan arus pada tanah [ m 2 ] (sumber: R-%CF%81-L-A) Ukuran elektroda pembumian akan menentukan besar tahanan pembumian. Berikut ini adalah tabel yang memuat ukuran-ukuran elektroda pembumian yang umum digunakan dalam sistem pembumian. Tabel ini dapat digunakan sebagai petunjuk tentang pemilihan jenis, bahan dan luas penampang elektroda pembumian. Tabel 2.1 Luas penampang minimum elektroda pembumian Jenis Elektroda Elektroda Pita Elektroda Batang Elektroda Pelat Baja Berlapis Seng Pita baja 100 mm 2, tebal 3 mm, Hantaran pilin 95 mm 2 Pipa baja 1 Baja profil L 65x65x7, U 6 ½ T6, X 50x3 Pelat besi tebal 3 mm, luas 0,5-1 m 2 Bahan Baja Berlapis Tembaga 2 50 mm Baja Ф 15 mm dilapisi tembaga 2,5 mm (Sumber : PUIL hal 82) Tembaga Pita tembaga 50 mm 2, tebal 2 mm hantaran pilin, 35 mm 2 Pelat tembaga tebal 2 mm, luas 0,5-1 m 2

5 10 Tabel 2.2 Ukuran penampang penghantar sistem pembumian (Sumber : PUIL hal 77) Jumlah atau konfigurasi elektroda. Untuk mendapatkan tahanan pembumian yang diharapkan dan apabila tidak memenuhi standart yang ditentukan dengan satu elektroda, bisa digunakan metode parallel dengan cara menambah lebih banyak elektroda dengan bermacam-macam konfigurasi pemancangannya di dalam tanah. PUIL : apabila hasil pengukuran belum mencapai 5 Ω, maka elektroda batang ditambah, dengan jarak dua kali panjang elektroda. Kedalaman pemancangan atau penanaman di dalam tanah. Untuk kedalaman pemancangan elektroda pembumian ini tergantung dari pada jenis dan sifat-sifat tanah. Ada dua kondisi yaitu ada yang efektif ditanam secara dalam untuk jenis tanah yang kering dan berbatu, namun ada pula yang cukup ditanam secara dangkal untuk jenis tanah seperti tanah rawa, tanah liat dll. 2. Faktor Eksternal Sifat geologi (karakteristik) tanah. Tahanan jenis tanah (ohm-meter) merupakan nilai resistansi dari bumi yang menggambarkan nilai konduktivitas listrik bumi dan didefinisikan sebagai tahanan, dalam ohm, antara permukaan yang berlawanan dari suatu kubus satu meter kubik. Pentingnya tahanan jenis tanah ini untuk diketahui karena tahanan jenis tanah mempunyai beberapa manfaat yaitu : 1. Beberapa data yang diperoleh dari surveys geofisika dibawah permukaan tanah dapat membantu untuk identifikasi lokasi pertambangan, kedalaman batu-batuan dan kejadian geologi lainnya.

6 11 2. Tahanan jenis tanah mempunyai pengaruh langsung terhadap korosi pipa-pipa bawah tanah. Apabila tahanan jenis tanah semakin meningkat maka aktivitas korosi akan semakin meningkat pula. 3. Tahanan jenis lapisan tanah mempunyai pengaruh langsung dalam sistem pembumian. Ketika merencanakan sistem pembumian, sebaiknya dicari lokasi yang mempunyai tahanan jenis tanah yang terkecil agar tercapai instalasi pembumian yang paling ekonomis. Faktor keseimbangan antara tahanan pembumian dan kapasitansi di sekelilingnya adalah tahanan jenis tanah yang direpresentasikan dengan ρ. Harga tahanan jenis tanah dalam kedalaman tertentu tergantung pada beberapa faktor yaitu : 1. Jenis tanah : liat, berpasir, berbatu dan lain-lain 2. Lapisan tanah : berlapis-lapis dengan tahanan jenis berlainan atau uniform 3. Komposisi kimia dari larutan garam dalam kandungan air 4. Kelembaban tanah 5. Temperatur 6. Kepadatan tanah Berdasarkan Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) tahanan jenis tanah dari berbagai jenis tanah dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 2.3 Nilai Tipikal Tahanan jenis tanah Jenis tanah Tanah rawa Tanah liat dan tanah ladang Pasir basah Kerikil basah Pasir dan kerikil kering Tanah berbatu Resistansi jenis (Ωm) (Sumber : PUIL hal 80)

7 12 Pengetahuan ini sangat penting khususnya bagi para perancang sistem pembumian. Sebelum melakukan tindakan lain, yang pertama untuk diketahui terlebih dahulu adalah sifat-sifat tanah dimana akan dipasang elektroda pembumian untuk mengetahui resistansi jenis pembumian. Apabila perlu dilakukan pengukuran resistansi tanah namun perlu diketahui bahwa sifat-sifat tanah bisa jadi berubah-ubah antara musim yang satu dan musim yang lain. Hal ini harus betul-betul dipertimbangkan dalam perancangan sistem pembumian. Bila terjadi hal semacam ini, maka yang bisa digunakan sebagai patokan adalah kondisi kapan resistansi jenis pembumian tetap memenuhi syarat pada musim kapan resistansi jenis pembumian tinggi, misalnya ketika musim kemarau. Rumus tahanan jenis tanah : ρ = R Dengan: 2.. L 4 L (2.3) ln 1 a ρ = resistansi jenis tanah [ Ωm ] R = resistansi pembumian [ Ω ] L = panjang elektroda pembumian [ m ] a = Jari-jari batang elektroda pembumian [ m ] (sumber : Tadjuddin dalam buku Bentuk-bentuk Elektroda Pembumian tahun 1998) Komposisi zat kimia dalam tanah. Kandungan zat - zat kimia dalam tanah terutama sejumlah zat organik maupun anorganik yang dapat larut perlu untuk diperhatikan pula. Di daerah yang mempunyai tingkat curah hujan tinggi biasanya mempunyai tahanan jenis tanah yang tinggi disebabkan garam yang terkandung pada lapisan atas larut bersama air hujan. Pada daerah yang demikian ini untuk memperoleh pembumian yang efektif yaitu dengan menanam elektroda pada kedalaman yang lebih dalam dimana larutan garam masih terdapat.

8 13 Kandungan air tanah. Untuk mengurangi variasi tahanan jenis tanah akibat pengaruh musim, pembumian dapat dilakukan dengan menanam elektroda pembumian sampai mencapai kedalaman di mana terdapat air tanah. Kadangkala kelembaban dan temperatur bervariasi di sekitar elektroda pembumian sehingga harga tahanan jenis tanah harus diambil untuk keadaan yang paling buruk, yaitu pada keadaan tanah kering dan dingin. Tahanan jenis tanah akan dipengaruhi pula oleh besar kecilnya konsentrasi air tanah atau kelembaban tanah jika konduktivitas tanah semakin besar maka tahanan jenis tanah semakin kecil. Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan tahanan jenis tanah ( ρ ) terutama kandungan air tanah sampai dengan 20%. Dalam salah satu test laboratorium untuk tanah merah penurunan kandungan air tanah dari 20% ke 10% menyebabkan tahanan jenis tanah naik samapai 30 kali. Kenaikan kandungan air tanah diatas 20% pengaruhnya sedikit sekali. Tahanan pembumian tidaklah konstan karena terjadi perubahan musim dan kadar air dalam tanah. Kelembaban tanah/besar kecilnya konsentrasi air dalam tanah sangat mempengaruhi harga tahanan tanah. Makin lembab atau makin banyak mengandung air makin kecil harga tahanan tanahnya. Juga telah kita ketahui bahwa air bersifat konduktif. Tanah yang kering atau tanah dengan konsentrasi air dibawah 10 % mempunyai tahanan jenis tanah yang besar sekali. Untuk itu dapat dilihat gambar dibawah ini. Gambar 2.1 Hubungan antara konsentrasi air dengan tahanan jenis tanah

9 14 Atas dasar prinsip diatas, maka harus kita usahakan suatu elektoda pembumian ditanam sampai mencapai air tanah. Dengan menanam elektroda tanah dibawah permukaan air tanah, akan menjamin kita harga tahanan pembumian tidak banyak bevariasi terhadap cuaca. Temperatur tanah. Temperatur tanah sekitar elektroda pembumian juga berpengaruh pada besarnya tahanan jenis tanah. Hal ini terlihat sekali pengaruhnya pada temperatur di bawah titik beku air (0 C). Di bawah harga ini penurunan temperatur yang sedikit saja akan menyebabkan kenaikan harga tahanan jenis tanah dengan cepat. Gejala di atas dapat dijelaskan sebagai berikut ; pada temperatur di bawah titik beku air (0 C), air di dalam tanah akan membeku, molekul-molekul air dalam tanah sulit untuk bergerak, sehingga daya hantar listrik tanah rendah sekali. Bila temperatur tanah naik, air akan berubah menjadi fase cair, molekulmolekul dan ion-ion bebas bergerak sehingga daya hantar listrik tanah menjadi besar atau tahanan jenis tanah turun. Gambar 2.2 Hubungan antara temperatur dengan tahanan jenis tanah 2.3 Jenis jenis Elektroda Pembumian Elektroda pembumian ialah suatu penghantar yang biasanya terbuat dari tembaga dan ditanam dalam bumi/tanah dan membuat kontak secara langsung dengan bumi. Adapun jenis-jenis elektroda pembumian menurut Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000, di antaranya elektroda batang, elektroda pelat dan elektroda pita.

10 15 1. Elektroda batang Elektroda batang yaitu elektroda dari batang logam tembaga Cu (Cupper Rod / Ground Rod ) berdiamater minimum 5/8, atau batang logam baja profil / pipa galvanis berdiameter 1,5 yang dipancangkan secara vertikal atau horizontal dalam tanah sedalam 3 meter. Perlu diperhatikan pula dalam pemilihan bahan agar terhindar dari korosi. Elektroda ini mampu menyalurkan arus petir maupun untuk pembumian proteksi yang lain. Ukuran elektroda yang biasa digunakan adalah : a. Elektroda dengan diameter 5/8 inch 3/4 inch b. Panjang 4 feet 8 feet kabel BC klem 16 mm x 3 m elektroda batang Gambar 2.3 Elektroda batang

11 16 Sumber : elektroda+batang Spesifikasi dan pemasangan elektroda batang : a. Berbentuk batang atau pipa padat, dibuat dari baja galvanis atau baja belapis tembaga berdiameter mm, dengan panjang setiap segmen 1 1,25 m, atau utuh sepanjang yang tertanam didalam tanah. b. Ditanam dalam tanah secara horizontal pada kedalaman 0,5-1 m, setiap elektroda atau langsung satu batang elektroda. c. Pada umumnya di tanam dalam tanah yang lembek (tanah rawa atau sawah) dengan cara dipantek dikarenakan tanah yang lembek tadi. d. Penanaman elektroda batang ketanah dengan resistansi jenis tanah 100 ohm meter dengan kedalaman 5 meter akan menghasilkan tahanan pembumian 20 ohm. Untuk menghasilkan tahanan pembumian yang lebih rendah sesuai dengan yang diinginkan maka bisa digunakan beberapa elektroda batang yang diparalel di permukaan tanah. Untuk menetukan besarnya tahanan pembumian dengan elektroda batang secara horizontal dipergunakan rumus sebagai berikut : R bt = Di mana : 2 L 4L Ln 1...(2.4) a R bt = Tahanan pembumian elektroda batang [ Ω ] = Resistansi jenis tanah [ Ωm ] L = Panjang elektroda batang yang tertanam [ m ] a = Jari-jari batang elektroda [ m ] (sumber : Hutauruk PENGETANAHAN PERALATAN ) 2. Elektroda pelat dalam buku PENGETANAHAN NETRAL SISTEM TENAGA & Beberapa elektroda pembumian salah satunya adalah berbentuk elektroda pelat dan biasanya berdimensi empat persegi panjang dengan ketebalan yang bervariasi dan terbuat dari tembaga, timah atau pelat baja yang ditanam

12 17 didalam tanah. Cara penanaman biasanya secara vertikal, sebab dengan menanam secara horizontal hasilnya tidak berbeda jauh dengan vertikal. Penanaman secara vertikal adalah lebih praktis dan ekonomis. Gambar 2.4 Elektroda pelat Sumber Spesifikasi dan pemasangan elektroda pelat : a. Berbentuk lembaran pelat, dibuat dari baja galvanis tebal 3 mm atau lembaran pelat tembaga tebal 2 mm dengan luas penampang 0,5 1m 2. b. Ditanam dalam tanah verikal dengan kedalaman bagian atau elektroda berkisar antara 0,5 1 m. c. Pada umumnya ditanam pada tanah mulai yang lembek hingga tanah yang keras ( tanah pasir, kerikil, berbatu) dengan cara menanam vertikal bagian atasnya dihubungkan dengan kawat BC dengan ukuran luas penampang yang sesuai. d. Penampang elektroda pelat / 1m 2 pada tanah ladang dengan resistansi jenis tanah sekitar 100 ohm-meter menghasilkan tahanan pembumian yang rendah sebagaimana yang diinginkan maka biasa digunakan beberapa elektroda pelat yang diparalel dipermukaan tanah. e. Mengingat cara penanaman yang sedikit lebih sulit dibandingkan elektroda batang dan harganya yang lebih mahal, elektroda pelat tidak menjadi pilihan kecuali pada tanah yang keras atau untuk diparalelkan dengan

13 18 elektroda batang dalam usaha mencapai harga tahanan pembumian yang rendah. Untuk menetukan besarnya tahanan pembumian dengan elektroda pelat dipergunakan rumus sebagai berikut : R pl = 4 L 4L a² - ab 4L s s² s ( Ln ln 1... a 2( a b)² s 2L 16L² 16L²......(2.5) sumber : Hutauruk dalam buku PENGETANAHAN NETRAL SISTEM TENAGA & PENGETANAHAN PERALATAN ) 3. Elektroda pita Elektroda Pita terbuat dari penghantar berbentuk pita atau bulat. Pemasangannya dipasang secara horizontal pada kedalaman antara 0,5m - 1m dari permukaan tanah. Elektroda ini bisa dipasang pada struktur tanah yang mempunyai tahanan jenis rendah pada permukaan dan pada daerah yang tidak mengalami kekeringan. Hal ini cocok untuk daerah daerah pegunungan dimana harga tahanan jenis tanah makin tinggi dengan kedalaman. Gambar 2. 5 Elektroda pita Sumber :

14 19 Spesifikasi dan pemasangan elektroda pita ; a. Berbentuk hantaran kawat pilin dari bahan tembaga atau tembaga berlapis timah dengan luas penampang mulai dari 120 hingga 300 mm 2. b. Ditanam dalam tanah horizontal dengan kedalaman bagian atas elektroda berkisar antara 0,5 1 m dan bentangan horizontal, dengan bentuk bentangan berupa lingkaran berdiagonal atau bentik silang/persilangan satu titik dihubungkan keluar dengan kawat BC luas penampang minimal sama dengan luas penampang elektroda. c. Pada umumnya ditanam pada tanah mulai yang lembek hingga pada tanah yang keras (tanah pasir, kerikil, berbatu) dengan cara menanam horizontal pada seluruh bentang panjang elektroda. Untuk menetukan besarnya tahanan pembumian dengan elektroda pita dipergunakan rumus sebagai berikut : R pt = Dengan : L L Ln 2...(2.6) d R pt = Tahanan pembumian elektroda pita [ Ω ] = Resistansi jenis tanah [ Ωm ] L = Panjang elektroda pita [ m ] d = Lebar pita/ diameter elektroda pita kalau bulat [ m ] (sumber : Tadjuddin dalam buku Bentuk-bentuk Elektroda Pembumian tahun 1998) Dari berbagai jenis elektroda yang telah di jelaskan di atas mulai dari spesifikasi dan cara pemasangan masign-masing elektroda,pada penulisan laporan ini penulis memfokuskan hanya pada elektroda batang saja. 2.4 Konfigurasi Sistem Pembumian (Elektroda Batang) Pembumian Satu Elektroda Batang Tujuan dari pembumian batang horizontal adalah untuk memperoleh resistansi tanah yang rendah sehingga dapat memungkinkan arus gangguan yang terjadi dengan cepat dapat terdistribusi ke tanah.

15 20 Untuk menetukan besarnya tahanan pembumian dengan satu elektroda batang dipergunakan rumus sebagai berikut : R bt = 4L...(2.7) 2 L ( Ln 1). a Dengan : R bt = Tahanan pembumian elektroda batang [ Ω ] = Resistansi jenis tanah [ Ωm ] L = Panjang elektroda batang yang tertanam [ m ] a = Jari-jari batang elektroda [ m ] sumber : Hutauruk PENGETANAHAN PERALATAN ) dalam buku PENGETANAHAN NETRAL SISTEM TENAGA & Pembumian n (parallel) - Elektroda Batang Untuk memperkecil tahanan pembumian dapat dilakukan dengan cara memperbanyak elektroda yang ditanam dalam tanah dan dihubungkannya secara parallel. Adapun rumus umum paralel, yaitu : 1 Rtot Dengan : = R tot = Tahanan[ Ω ] (2.8) R R R Rn 1 2 3

16 21 permukaan tanah pl hb h p1 b Rb Ra p2 tanah lapisan kedua Gambar 2.6 Beberapa batang elektroda tegak lurus ke dalam tanah Dengan : Ra : Tahanan Pembumian Pada Lapisan Tanah Kedua (Ω) Rb : Tahanan Pembumian Pada Lapisan Tanah Pertama (Ω) h : Panjang elektroda Yang Tertanam Pada lapisan Tanah Pertama (m) Gambar 2.7 Paralel tiga elektroda batang tegak lurus ke dalam tanah

17 22 Dalam fakta di lapangan beberapa sistem tenaga listrik di suatu tempat membutuhkan sistem pembumian lebih banyak, apabila hal ini terjadi maka sistem pembumian dibentuk/dipasang konfigurasi penanaman segi empat dimana jarak elektroda satu dengan yang lain dua kali panjang elektroda yang ditanam. Elektroda yang dipasang dengan konfigurasi segi empat ini dihubungkan secara parallel menggunakan kabel BC (konduktor) atau kabel pembumian. Gambar 2.8 Konfigurasi penanaman segi empat dengan jarak dua kali panjang elektroda 2.5 Bare Conductor (BC) Kabel BC untuk sistem pembumian umumnya berbahan tembaga tanpa bungkus atau dikenal dengan sebutan Kabel BC (Bare Cooper). Kabel BC ini terdiri dari beberapa ukuran kabel yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan Kabel BC dalam sistem pembumian berfungsi menghubungkan instalasi luar ke sistem grounding atau sistem pertanahan. Jika ada gangguan yang

18 23 terdeteksi (arus lebih) maka arus tersebut akan segera disalurkan melalui kabel konduktor. Gambar 2.9 Kabel BC Gambar 2.10 Sambungan elektoda batang dengan bare bonductor (bc) menggunakan klem Sumber :

19 24 Pada penelitian ini penulis menggunakan metoda pengelasan untuk sambungan antara elektroda pembumian dengan kabel BC, hal ini dilakukan untuk menghindari korosi pada sambungan sehingga tidak terlepas pada saat penelitian berlansung 2.6 Zat Aditif GEM (Ground Enhanced Material) Gambar 2.11 Ground Enhanced Material Ground Enhanced Material (GEM) adalah substan yang terbuat dari bubuk Ca-Bentonite, bubuk Graphite, Sodium Carbonate (karbon), bubuk batubara dan bubuk arang, yang diimpor langsung dari China dan telah lolos pengetesan mutu yang dilakukan oleh Wuhan High Voltage Research Institute, yang merupakan lembaga uji material yang diakui oleh pemerintah China. (Sumber : more.html) Pada dasarnya GEM sama seperti produk bentonite, tetapi kandungan GEM lebih banyak dibandingkan bentonite sehingga GEM memiliki kualitas yang jauh lebih baik dari bentonite, dengan manfaat dan kegunaan sebagai berikut : 1. Memiliki tahanan yang rendah, memiliki daya serap air yang tinggi dan bisa menahan air dengan baik. Dengan demikian secara efektif bisa menurunkan tahanan tanah dan meningkatkan daya hantar tanah. 2. Tidak korosif sehingga mampu melindungi sistem grounding dari korosi.

20 25 3. Tidak menyebabkan polusi pada lingkungan dan tidak berbahaya terhadap kesehatan manuasia dan mahluk hidup yang lain Kandungan kandungan Dalam GEM Masing-masing kandungan kimia dalam GEM memiliki keistimewaan tersendiri/ masing-masing. Dari sekian banyak kandungan kimia dalam GEM, bentonite merupakan kandungan utama dalam GEM. Di bawah ini akan dibahas kandungan-kandungan dalam GEM : 1. Bentonite (Ca-Bentonite) Bentonit adalah suatu istilah nama dalam dunia perdagangan yang sejenis lempung plastis yang mempunyai kandungan mineral monmorilonit lebih dari 85% dengan rumus kimianya Al 2 O 3.4SiO 2 x H 2 O. Nama ini diusulkan pertama kali oleh Knight (1898) untuk nama sejenis lempung koloid yang ditemukan pada formasi Benton Rock Creek Wyoming Amerika Serikat. Berdasarkan tipenya, bentonite dibagi menjadi dua, yaitu : a. Tipe Wyoming ( Na-bentonite - Swelling bentonite ) Na bentonite memiliki daya mengembang hingga delapan kali apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi beberapa waktu didalam air. Dalam keadaan kering berwarna putih atau cream, pada keadaan basah dan terkena sinar matahari akan berwarna mengkilap. Perbandingan soda dan kapur tinggi, suspensi koloidal mempunyai ph: 8,5-9,8, tidak dapat diaktifkan, posisi pertukaran diduduki oleh ion-ion sodium ( Na+ ). b. Mg ( Ca-bentonite non swelling bentonite ) Tipe bentonite ini kurang mengembang apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi di dalam air, tetapi secara alami atau setelah diaktifkan mempunyai sifat menghisap yang baik. Perbandingan kandungan Na dan Ca rendah, suspensi koloidal memiliki ph: 4-7. Posisi pertukaran ion lebih banyak diduduki oleh ion-ion kalsium dan magnesium. Dalam keadaan kering bersifat rapid slaking, berwarna abu-abu, biru, kuning, merah dan coklat. Penggunaan bentonite dalam pemurnian minyak goreng perlu aktivasi terlebih dahulu.

21 26 Tabel 2.4 Sifat Ca dan Na bentonite Sifat Fisik Ca- Bentonite Na- Bentonite Kekuatan Dalam Keadaan Tinggi Sedang Basah Perkembangan Daya Ikat Cepat Sedang Kekuatan Tekan Sedang Tinggi Panas Rendah Tinggi Kering Rendah Tinggi Daya Tahan Terhadap Rendah Tinggi Penyusutan Daya Mengembang Tidak Baik Sangat Baik Kemantapan Terhadap Panas Sangat Baik Sedang Temperatur Cetak Daya Mengalirkan Pasir Mudah Sukar (Sumber : Sukandarrumidi. 1999) Salah satu cara agar mendapatkan nilai tahanan pembumian yang diharapkan adalah dengan penambahan zat kimia dalam tanah berupa garam dan bentonite. Huwae, (2004) mengatakan sistem pembumian dengan penambahan zat aditif berupa bentonite mengakibatkan penurunan nilai tahanan pembumiannya. Menurut Hutauruk, (1987), Pabla, (1986) tahanan pembumian dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : jenis tanah, suhu, kelembaban tanah, lapisan tanah serta kandungan elektrolit tanah. Kandungan elektrolit tanah dapat menurunkan tahanan pembumian. Kandungan elektrolit tanah dapat dirubah dengan cara penambahan zat aditif pada tanah seperti : bentonit, garam, air, arang dan lain-lain.

22 28 2. Sodium Carbon (Marcionite) Marcionite adalah bahan yang bersifat konduktif dengan kandungan kristal karbon yang cukup tinggi pada fase normalnya, dan juga mengandung belerang dan klorida dengan konsentrasi rendah. Seperti halnya bentonite, marcionite akan bereaksi korosif terhadap logam tertentu, dan memiliki tahanan jenis rendah. Logam yang digunakan sebaiknya dilapisi bitumen atau cat bitumastik sebelum dihubungkan dengan marcionite. Aluminium, lapisan timah dan baja galvanis sebaiknya jangan dipasang pada marcionite. Marconite dapat mempertahankan kelembabannya dalam kondisi lingkungan sangat kering sehingga kelemahan bentonite dapat ditutup oleh marcionite. 3. Bubuk Graphite Adakalanya bubuk graphite digunakan sebagai bahan uruk, baik dalam fase sendiri maupun dicampur dengan bentonite atau dengan tanah alami berasal dari daerah tersebut. Graphite mempunyai kelarutan yang rendah sehingga tidak mudah dihilangkan, tahanan jenisnya rendah berkisar 5-10 Ohm-m pada kondisi jenuh. Dengan ph berkisar 6,2-6,9, graphite cenderung bersifat netral. Graphite tidak mengkorosi tembaga. Zat ini tidak mahal dan biasanya dicampur dengan tanah urukan sekitar elektroda. Diklaim zat ini membantu mempertahankan tahanan yang rendah dengan priode waktu yang relatif lama, pada daerah dengan kandungan garam disekitarnya dilarutkan oleh aliran air (hujan) 4. Bubuk Batubara Kandungan air dalam batubara (air bebas maupun air bawaan) merupakan faktor penentu tinggi rendahnya nilai kalori batubara. Kandungan air yang tinggi menyebabkan tingkat pembakaran menjadi rendah akibatnya kandungan gas Co 2 yang ditimbulkan menjadi tinggi yang tentunya berdampak buruk terhadap lingkungan. Akan tetapi, dalam sistem pembumian batubara yang digunakan merupakan batubara yang memiliki

23 29 kandungan air yang cukup tinggi, sehingga mampu menurunkan nilai tahanan pembumian. 5. Bubuk Arang Serbuk arang lebih bagus mempertahankan air (kandungan elektrolit) yang terserap dibandingkan tanah itu sendiri yang cenderung mengalirkan kelapisan tanah dibawahnya, apalagi jika lapisan atas dari tanah tempat grounding tersebut berupa lapisan tanah pasir yang tentu saja akan lebih cepat mengalirkan air kelapisan tanah dibawahnya. Dengan kemampuannya mempertahankan air, serbuk arang mampu menurunkan nilai tahanan pembumian Penggunaan GEM Untuk Sistem Pembumian Adapun berdasarkan NEC c yang dipopulerkan oleh Eritech memberikan pedoman di dalam penggunaan GEM, berdasarkan tabel : Tabel 2.5 Tabel estimasi penggunaan GEM Estimasi kantong GEM untuk pengurukan di sekitar batang tanah Diameter lubang Kedalaman lubang (kaki) * 1,8 m 2.1 m 2,4 m 2.7 m 5.2 m 5.8 m 6.1 m (6 ') (7 ') (8 ') (9 ') (17 ') (19 ') (20 ') 7.5cm (3") cm ( cm (5") cm (6") cm (7") cm (

24 cm (9") cm (10") * 2.44m (8 kaki) panjang minimum batang yang diperlukan untuk berhubungan dengan tanah (atau GEM). Per NEC c. dalam Pada tabel estimasi penggunaan GEM di atas dapat kita jadikan sebagai acuan untuk penggunaannya,pada umumnya penggunaan GEM dapat dilakukan sesuai kebutuhan berdasarkan kondisi tanah di mana sistem pembumian akan dipasang. Apabila sistem pembumian akan dipasang dalam tanah yang memiliki nilai tahanan/resistansi pembumian yang relatif tinggi, maka penggunaan zat aditif GEM akan lebih banyak yang bertujuan untuk menurunkan nilai tahanan pembumian. 2.7 Metode Pengukuran Tahanan Pembumian Ada berbagai macam instrumen pengukur tahanan pembumian, salah satu contohnya adalah Earth Hi Tester, seperti contoh di bawah ini : Gambar 2.12 Earth Hi Tester HIOKI tipe 3151

25 31 Spesifikasi Alat Ukur Earth Hi Tester : Merk : HIOKI Tipe : 3151 Batas Ukur : X 1Ω 0-11,5 Ω X 10Ω 0 11,5 Ω X 100Ω Ω V AC 0 30 Volt V Open Circuit : AC 50 Vmax I HS : AC 1,5 ma Max Rated Power : 2,5 VA Nilai Pengukuran : Rx + Ro (simple measurement) Frekuensi : 575 Hz (2a/32), 600 Hz (2b/3b) Pada penelitian pengukuran tahanan jenis tanah ini dilakukan menggunakan metoda tiga titik, dimana dalam pengukurannya menggunakan dua buah elektroda bantu. Elektroda Bantu II Elektroda Bantu I E P C Tanah minimal 5 m maksimal 20 m Elektroda Utama push button switch 2 slide switch 3 selector switch Gambar 2.13 Skema pengukuran metoda 3 kutub (0º)

26 32 Tanah Elektroda Bantu II E P C Tanah maksimal 20 m Elektroda Utama push button switch 2 slide switch 3 selector switch Gambar 2.14 Skema pengukuran metoda 3 kutub (45º) Elektroda Bantu I Tanah Elektroda Bantu II E P C Tanah maksimal 20 m Elektroda Utama push button switch 2 3 slide switch selector switch Gambar 2.15 Skema pengukuran metoda 3 kutub (90º)

27 33 Dalam melakukan pengukuran ini, untuk mendapatkan nilai resistansi pembumian yang sebenarnya dari suatu sistem pembumian tidak langsung didapat dalam 1 kali proses pengukuran. Berdasarkan grafik di bawah ini adalah dimana nilai tahanan pembumian sudah konstan : Ω Jarak Gambar 2.16 Grafik tahanan sebagai fungsi jarak terhadap fungsi E Pada grafik di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai tahanan pembumian terjadi pada saat garis lurus, dimana suatu nilai tahanan pembumian pada saat garis lurus tersebut sama nilai tahanannya atau mendekati. Dalam upaya memperoleh nilai tahanan pembumian yang sama penulis melakukan beberapa kali pengukuran dengan cara merubah sudut pengukuran nya.

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG JETri, Volume 13, Nomor 2, Februari 2016, Halaman 61-72, ISSN 1412-0372 ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG Ishak Kasim, David

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900. Sebelumnya sistemsistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG II.1. Umum (3) Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga untuk menjamin keamanan manusia yang menggunakan peralatan

Lebih terperinci

Pengaruh Umur Pada Beberapa Volume PENGARUH UMUR PADA BEBERAPA VOLUME ZAT ADITIF BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN

Pengaruh Umur Pada Beberapa Volume PENGARUH UMUR PADA BEBERAPA VOLUME ZAT ADITIF BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN PENGARUH UMUR PADA BEBERAPA VOUME ZAT ADITIF BENTONIT TERHADAP NIAI TAHANAN PENTANAHAN IGN Staf Pengajar Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran Bali ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pentanahan merupakan sistem pengamanan terhadap perangkatperangkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pentanahan merupakan sistem pengamanan terhadap perangkatperangkat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Sistem Pentanahan Sistem pentanahan merupakan sistem pengamanan terhadap perangkatperangkat yang mempergunakan listrik sebagai sumber tenaga, dari lonjakan listrik

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENAMBAHAN GARAM DENGAN PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN PADA SISTEM PENTANAHAN. IGN Janardana

PERBEDAAN PENAMBAHAN GARAM DENGAN PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN PADA SISTEM PENTANAHAN. IGN Janardana PERBEDAAN PENAMBAHAN GARAM DENGAN PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP NIAI TAHANAN PENTANAHAN PADA SISTEM PENTANAHAN Staf Pengajar Program Studi Teknik Elektro, Universitas Udayana ABSTRAK Tahanan pentanahan

Lebih terperinci

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 1 Januari 2015; 23 28

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 1 Januari 2015; 23 28 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 1 Januari 2015; 23 28 ANALISIS PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN ELEKTRODA PEMBUMIAN SECARA HORIZONTAL TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA TANAH LIAT DAN TANAH PASIR

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dari hasil data yang di peroleh saat melakukan penelitian di dapat seperti pada table berikut ini. Tabel 4.1 Hasil penelitian Tahanan (ohm) Titik A Titik

Lebih terperinci

PENGARUH PASIR - GARAM, AIR KENCING SAPI, BATU KAPUR HALUS DAN KOTORAN AYAM TERNAK TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA SAAT KONDISI TANAH BASAH

PENGARUH PASIR - GARAM, AIR KENCING SAPI, BATU KAPUR HALUS DAN KOTORAN AYAM TERNAK TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA SAAT KONDISI TANAH BASAH PENGARUH PASIR - GARAM, AIR KENCING SAPI, BATU KAPUR HALUS DAN KOTORAN AYAM TERNAK TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA SAAT KONDISI TANAH BASAH Oleh : Sugeng Santoso, Feri Yulianto Abstrak Sistem pembumian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang menghubungkan sistem, badan peralatan, dan instalasi dengan bumi atau tanah sehingga dapat mengamankan

Lebih terperinci

BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI 167 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Sistem pentanahan pada jaringan distribusi digunakan sebagai pengaman langsung terhadap peralatan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900 sebelumnya sistem sistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan. Oleh Maryono

Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan. Oleh Maryono Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan Oleh Maryono Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan Elektroda Batang (Rod) Elektroda Pita Elektroda Pelat Elektroda Batang (Rod) ialah elektroda dari pipa atau besi baja profil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang dengan pesat dan besar. Apabila terjadi kesalahan di sistem tenaga

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang dengan pesat dan besar. Apabila terjadi kesalahan di sistem tenaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pentanahan adalah salah satu bagian dari sistem tenaga listrik, dengan pertumbuhan beban listrik yang terus meningkat menyebabkan sistem tenaga listrik terus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Dari beberapa macam peralatan pengaman jaringan tenaga listrik salah satu pengaman yang paling baik terhadap peralatan listrik dari gangguan seperti ataupun hubung singkat

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA. Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang

BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA. Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA II.1 Umum 2 Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang saling berhubungan serta memiliki ciri terkoordinasi untuk memenuhi

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui tentang pengertian dan fungsi dari elektrode bumi. 2. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara dan aturan-aturan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI PENTANAHAN

BAB II LANDASAN TEORI PENTANAHAN BAB II LANDASAN TEORI PENTANAHAN 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan yang digunakan baik untuk pentanahan netral dari suatu sistem tenaga listrik, pentanahan sistem penangkal petir dan pentanahan untuk

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. adanya pengukuran, maka dapat diketahui seberapa besar nilai tahanan pembumian di

BAB II DASAR TEORI. adanya pengukuran, maka dapat diketahui seberapa besar nilai tahanan pembumian di BAB DASAR TEOR.1. Umum (1,) Pengukuran tahanan pembumian bertujuan untuk mendapatkan nilai tahanan pembumian yang diperlukan sebagai perlindungan pada instalasi listrik. Dengan adanya pengukuran, maka

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN GYPSUM DALAM MEREDUKSI NILAI RESISTANSI PENTANAHAN DI TANAH LADANG

PENGARUH PENAMBAHAN GYPSUM DALAM MEREDUKSI NILAI RESISTANSI PENTANAHAN DI TANAH LADANG PENGARUH PENAMBAHAN GYPSUM DALAM MEREDUKSI NILAI RESISTANSI PENTANAHAN DI TANAH LADANG Erliza Yuniarti, Eliza Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang erlizay@yahoo.com

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Pentanahan Tenaga Listrik Terintegrasi Pada Bangunan

Perencanaan Sistem Pentanahan Tenaga Listrik Terintegrasi Pada Bangunan Perencanaan Sistem Pentanahan Tenaga Listrik Terintegrasi Pada Bangunan Jamaaluddin 1) ; Sumarno 2) 1,2) Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Jamaaluddin.dmk@gmail.com Abstrak - Syarat kehandalan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900. Sebelumnya sistemsistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR AIR DAN KEDALAMAN ELEKTRODA BATANG TUNGGAL TERHADAP TAHANAN PEMBUMIAN PADA TANAH LIAT

PENGARUH KADAR AIR DAN KEDALAMAN ELEKTRODA BATANG TUNGGAL TERHADAP TAHANAN PEMBUMIAN PADA TANAH LIAT PENGARUH KADAR AIR DAN KEDALAMAN ELEKTRODA BATANG TUNGGAL TERHADAP TAHANAN PEMBUMIAN PADA TANAH LIAT Wahyono Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jalan: Prof. H. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang

Lebih terperinci

3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus :

3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus : 3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus : R = Dimana : = tahanan jenbis tanah ( ) L = Panjang elektroda batang (m) A = Jari-jari

Lebih terperinci

Satellite SISTEM PENTANAHAN MARYONO, MT

Satellite SISTEM PENTANAHAN MARYONO, MT Satellite SISTEM PENTANAHAN MARYONO, MT Sistem pentanahan Sistem pentanahan atau biasa disebut sebagai grounding system adalah sistem pengamanan terhadap perangkat - perangkat yang mempergunakan listrik

Lebih terperinci

Hasrul, Evaluasi Sistem Pembumian Instalasi Listrik Domestik di Kabupaten Barru

Hasrul, Evaluasi Sistem Pembumian Instalasi Listrik Domestik di Kabupaten Barru Hasrul, Evaluasi Sistem Pembumian Instalasi Listrik Domestik di Kabupaten Barru MEDIA ELEKTRIK, Volume 5, Nomor 1, Juni 2010 EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI LISTRIK DOMESTIK DI KABUPATEN BARRU Hasrul

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI PENTANAHAN

BAB II LANDASAN TEORI PENTANAHAN BAB II LANDASAN TEORI PENTANAHAN 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan atau biasa disebut sebagai grounding system adalah sistem pengamanan terhadap perangkat-perangkat yang mempergunakan listrik sebagai

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Jenis Tanah dan Kedalaman Pembumian Driven Rod terhadap Resistansi Jenis Tanah

Studi Pengaruh Jenis Tanah dan Kedalaman Pembumian Driven Rod terhadap Resistansi Jenis Tanah Vokasi Volume 8, Nomor 2, Juni 2012 ISSN 1693 9085 hal 121-132 Studi Pengaruh Jenis Tanah dan Kedalaman Pembumian Driven Rod terhadap Resistansi Jenis Tanah MANAGAM RAJAGUKGUK Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI

ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI HASBULLAH, MT ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI PENGHANTAR BUMI YG TIDAK BERISOLASI YG DITANAM DALM BUMI DIANGGAP SEBAGI BAGIAN DARI ELEKTRODA BUMI ELEKTODA PITA,

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Nilai Tahanan Pembumian Pada Tanah Basah, Tanah Berpasir dan Tanah Ladang

Analisis Perbandingan Nilai Tahanan Pembumian Pada Tanah Basah, Tanah Berpasir dan Tanah Ladang Analisis Perbandingan Nilai Tahanan Pembumian Pada Tanah Basah, Tanah Berpasir dan Tanah Ladang Sudaryanto Fakultas Teknik, Universitas Islam Sumatera Utara Jl. SM. Raja Teladan, Medan Abstrak Sistem pembumian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan 1 Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900 Sebelumnya sistemsistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai tahanan pembumian di suatu lokasi, yaitu sifat geologi tanah, kandungan zat kimia dalam tanah, kandungan air dalam

Lebih terperinci

Penentuan Kedalaman Elektroda pada Tanah Pasir dan Kerikil Kering Untuk Memperoleh Nilai Tahanan Pentanahan yang Baik

Penentuan Kedalaman Elektroda pada Tanah Pasir dan Kerikil Kering Untuk Memperoleh Nilai Tahanan Pentanahan yang Baik Penentuan Kedalaman Elektroda pada Tanah Pasir dan Kerikil Kering Untuk Memperoleh Nilai Tahanan Pentanahan yang Baik (Depth Determination of Electrode at Sand and Gravel Dry for Get The Good Of Earth

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pembumian Gardu Induk Menentukan sistem pembumian gardu induk yang berfungsi dengan baik dari keseluruhan pemasangan pembumian dan mempunyai arti untuk mengalirkan arus

Lebih terperinci

PENENTUAN RESISTIVITY TANAH DI DALAM MENETAPKAN AREA PEMASANGAN GROUNDING GARDU DISTRIBUSI

PENENTUAN RESISTIVITY TANAH DI DALAM MENETAPKAN AREA PEMASANGAN GROUNDING GARDU DISTRIBUSI PENENTUAN RESISTIVITY TANAH DI DALAM MENETAPKAN AREA PEMASANGAN GROUNDING GARDU DISTRIBUSI 20 kv MENGUNAKAN KOMBINASI GRID DAN ROD DI KAMPUS POLITEKNIK NEGERI PADANG Oleh Junaidi Asrul 1, Wiwik Wiharti

Lebih terperinci

Departemen Teknik Elektro Universitas Indonesia

Departemen Teknik Elektro Universitas Indonesia Departemen Teknik Elektro Universitas Indonesia April, 2011 TUJUAN PENTANAHAN Keamanan Bagi Manusia Jalur Bagi Arus Gangguan Proteksi Peralatan Safety Bagi Manusia Melindungi Manusia dari Bahaya Kejutan

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK BELAWAN

EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK BELAWAN Laporan Penelitian EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK BELAWAN Oleh : Ir. Leonardus Siregar, MT Dosen Tetap Fakultas Teknik LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HKABP NOMMENSEN MEDAN 2012 1 EVALUASI SISTEM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum 1 Salah satu faktor kunci dalam setiap pengamanan atau perlindungan rangkaian listrik, baik keamanan bagi peralatan maupun keamanan bagi manusia.adalah dengan cara menghubungkan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Bentonite sebagai Media Pembumian Elektroda Batang

Pemanfaatan Bentonite sebagai Media Pembumian Elektroda Batang JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-39 Pemanfaatan Bentonite sebagai Media Pembumian Elektroda Batang Winanda Riga Tamma, I Made Yulistya Negara, dan Daniar Fahmi

Lebih terperinci

by: Moh. Samsul Hadi

by: Moh. Samsul Hadi by: Moh. Samsul Hadi - 6507. 040. 008 - BAB I Latar Belakang PT. Unilever Indonesia (ULI) Rungkut difokuskan untuk produksi sabun batangan, deo dan pasta gigi PT. ULI Rungkut mempunyai 2 pabrik produksi,

Lebih terperinci

METODE PENURUNAN TAHANAN PEMBUMIAN PADA ELEKTRODA PLAT DENGAN SOIL TREATMENT GARAM

METODE PENURUNAN TAHANAN PEMBUMIAN PADA ELEKTRODA PLAT DENGAN SOIL TREATMENT GARAM EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 12 No. 3 September 2016; 85-90 METODE PENURUNAN TAHANAN PEMBUMIAN PADA ELEKTRODA PLAT DENGAN SOIL TREATMENT GARAM Wiwik Purwati Widyaningsih, Teguh Haryono Mulud Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang menghubungkan sistem, badan peralatan dan instalasi dengan bumi/tanah sehingga dapat mengamankan manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gardu Distribusi Gardu distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu sistem distribusi yang berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke konsumen atau untuk membagikan/mendistribusikan

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Salah satu faktor kunci dalam setiap pengamanan atau perlindungan rangkaian listrik baik keamanan bagi peralatan maupun keamanan bagi manusia adalah dengan cara menghubungkan

Lebih terperinci

PERUBAHAN KONFIGURASI ELEKTRODE PENTANAHAN BATANG TUNGGAL UNTUK MEREDUKSI TAHANAN PENTANAHAN

PERUBAHAN KONFIGURASI ELEKTRODE PENTANAHAN BATANG TUNGGAL UNTUK MEREDUKSI TAHANAN PENTANAHAN PERUBAHAN KONFIGURASI ELEKTRODE PENTANAHAN BATANG TUNGGAL UNTUK MEREDUKSI TAHANAN PENTANAHAN Wiwik Purwati Widyaningsih Jurusan Teknik Mesin, Program Studi Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Semarang,

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH KANDUNGAN AIR TANAH TERHADAP TAHANAN JENIS TANAH LEMPUNG (CLAY)

STUDI PENGARUH KANDUNGAN AIR TANAH TERHADAP TAHANAN JENIS TANAH LEMPUNG (CLAY) STUDI PENGARUH KANDUNGAN AIR TANAH TERHADAP TAHANAN JENIS TANAH LEMPUNG (CLAY) (Dwi Agus Setiono, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura) ABSTRAK Nilai tahanan jenis sangat bergantung pada jenis tersebut.

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH JENIS TANAH DAN KEDALAMAN PEMBUMIAN DRIVEN ROD TERHADAP RESISTANSI JENIS TANAH

STUDI PENGARUH JENIS TANAH DAN KEDALAMAN PEMBUMIAN DRIVEN ROD TERHADAP RESISTANSI JENIS TANAH STUDI PENGARUH JENIS TANAH DAN KEDALAMAN PEMBUMIAN DRIVEN ROD TERHADAP RESISTANSI JENIS TANAH Zulfikar Limolang Dosen Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Islam Makassar Jl.Perintis

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Memperhatikan masalah keamanan baik terhadap peralatan dan pekerjaan, maka diperlukan usaha untuk membuat suatu sistem keamanan yang bisa melindungi

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian pembuangan muatan listrik dari arrester, kawat petir pada sepanjang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian pembuangan muatan listrik dari arrester, kawat petir pada sepanjang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Sistem Pentanahan Sistem pentanahan merupakan hal yang sangat penting bagi sistem kelistrikan. Bagian-bagian yang diketanahkan meliputi titik netral suatu sistem

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PERANCANGAN PENTANAHAN SISTEM TENAGA LISTRIK

PETUNJUK PRAKTIS PERANCANGAN PENTANAHAN SISTEM TENAGA LISTRIK BAHAN AJAR : PETUNJUK PRAKTIS PERANCANGAN PENTANAHAN SISTEM TENAGA LISTRIK Oleh : Ir. Jamaaluddin, MM. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO SIDOARJO 2017 1 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum, wr, wb Dengan mengucapkan

Lebih terperinci

BAB II TEORI UMUM PEMBUMIAN GRID PADA DUA LAPIS TANAH. Sistem pembumian peralatan-peralatan pada gardu induk biasanya

BAB II TEORI UMUM PEMBUMIAN GRID PADA DUA LAPIS TANAH. Sistem pembumian peralatan-peralatan pada gardu induk biasanya BAB II TEORI UMUM PEMBUMIAN GRID PADA DUA LAPIS TANAH 2.1 Umum Sistem pembumian peralatan-peralatan pada gardu induk biasanya menggunakan konduktor yang ditanam secara horisontal, dengan bentuk kisikisi

Lebih terperinci

SISTEM PEMBUMIAN PERALATAN RUANG STUDIO TEKNIK ARSITEKTUR GEDUNG B FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA JALAN PB. SUDIRMAN DENPASAR

SISTEM PEMBUMIAN PERALATAN RUANG STUDIO TEKNIK ARSITEKTUR GEDUNG B FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA JALAN PB. SUDIRMAN DENPASAR KARYA ILMIAH SISTEM PEMBUMIAN PERALATAN RUANG STUDIO TEKNIK ARSITEKTUR GEDUNG B FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA JALAN PB. SUDIRMAN DENPASAR oleh : I GUSTI NGURAH JANARDANA NIP. 196208151992031002 JURUSAN

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM PENTANAHAN PADA GEDUNG LISTRIK POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

PERBAIKAN SISTEM PENTANAHAN PADA GEDUNG LISTRIK POLITEKNIK NEGERI SEMARANG PERBAIKAN SISTEM PENTANAHAN PADA GEDUNG LISTRIK POLITEKNIK NEGERI SEMARANG Bangun Krishna 1, T. Haryono 2, Bambang Sugiyantoro 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro FT UGM Jln. Grafika 2 Yogyakarta 281 INDONESIA

Lebih terperinci

SIMULASI PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN DAN JARAK ELEKTRODA TAMBAHAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN. Mohamad Mukhsim, Fachrudin, Zeni Muzakki Fuad

SIMULASI PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN DAN JARAK ELEKTRODA TAMBAHAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN. Mohamad Mukhsim, Fachrudin, Zeni Muzakki Fuad SIMULASI PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN DAN JARAK ELEKTRODA TAMBAHAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN Mohamad Mukhsim, Fachrudin, Zeni Muzakki Fuad ABSTRAK Untuk mendapatkan hasil pembumian yang baik harus

Lebih terperinci

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH II. 1 TEORI GELOMBANG BERJALAN II.1.1 Pendahuluan Teori gelombang berjalan pada kawat transmisi telah mulai disusun secara intensif sejak tahun 1910, terlebih-lebih

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI EVALUASI KEAMANAN PADA SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK 150 KV JAJAR. Diajukan oleh: HANGGA KARUNA D JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

NASKAH PUBLIKASI EVALUASI KEAMANAN PADA SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK 150 KV JAJAR. Diajukan oleh: HANGGA KARUNA D JURUSAN TEKNIK ELEKTRO NASKAH PUBLIKASI EVALUASI KEAMANAN PADA SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK 150 KV JAJAR Diajukan oleh: HANGGA KARUNA D 400 100 002 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

Lebih terperinci

Kata Kunci Pentanahan, Gardu Induk, Arus Gangguan Ketanah, Tegangan Sentuh, Tegangan Langkah, Tahanan Pengetanahan. I. PENDAHULUAN

Kata Kunci Pentanahan, Gardu Induk, Arus Gangguan Ketanah, Tegangan Sentuh, Tegangan Langkah, Tahanan Pengetanahan. I. PENDAHULUAN PERANCANGAN SISTEM PENGETANAHAN PERALATAN DI GARDU INDUK PLTU IPP (INDEPENDENT POWER PRODUCER) KALTIM 3 Jovie Trias Agung N¹, Drs. Ir. Moch. Dhofir, MT.², Ir. Soemarwanto, M.T.³ ¹Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Salah satu faktor kunci dalam setiap usaha pengamanan (perlindungan) rangkaian listrik adalah pentanahan. Apabila suatu tindakan pengamanan/perlindungan yang baik akan

Lebih terperinci

METODE PENURUNAN TAHANAN PENTANAHAN PADA ELEKTRODA PLAT DENGAN SOIL TREATMENT GARAM

METODE PENURUNAN TAHANAN PENTANAHAN PADA ELEKTRODA PLAT DENGAN SOIL TREATMENT GARAM EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 12 No. 1 Januari 2016; 12-17 METODE PENURUNAN TAHANAN PENTANAHAN PADA ELEKTRODA PLAT DENGAN SOIL TREATMENT GARAM Wiwik Purwati Widyaningsih, Teguh H.M JurusanTeknikMesin,

Lebih terperinci

KONDUKTOR ALUMUNIUM PADA SISTEM GROUNDING. Galuh Renggani Wilis Dosen Prodi Teknik Mesin Universitas Pancasakti Tegal

KONDUKTOR ALUMUNIUM PADA SISTEM GROUNDING. Galuh Renggani Wilis Dosen Prodi Teknik Mesin Universitas Pancasakti Tegal KONDUKTOR ALUMUNIUM PADA SISTEM GROUNDING Galuh Renggani Wilis Dosen Prodi Teknik Mesin Universitas Pancasakti Tegal Abstrak Grounding adalah sistem pengamanan terhadap perangkat-perangkat mempergunakan

Lebih terperinci

Evaluasi dan Perancangan Sistem Proteksi Petir Internal dan Eksternal Divisi Fabrikasi Baja pada Perusahaan Manufaktur

Evaluasi dan Perancangan Sistem Proteksi Petir Internal dan Eksternal Divisi Fabrikasi Baja pada Perusahaan Manufaktur Evaluasi dan Perancangan Sistem Proteksi Petir Internal dan Eksternal Divisi Fabrikasi Baja pada Perusahaan Manufaktur Maulidatun Ni mah *, Annas Singgih Setiyoko 2, Rona Riantini 3 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem Pentanahan adalah suatu rangkaian atau jaringan mulai dari kutub pentanahan atau elektroda, hantaran penghubung sampai

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Salah satu faktor kunci dalam setiap pengamanan atau perlindungan rangkaian listrik baik keamanan bagi peralatan maupun keamanan bagi manusia adalah dengan cara menghubungkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI SISTEM PENTANAHAN (PEMBUMIAN) TITIK NETRAL 3

DAFTAR ISI SISTEM PENTANAHAN (PEMBUMIAN) TITIK NETRAL 3 DAFTAR ISI 18.1. SISTEM PENTANAHAN (PEMBUMIAN) TITIK NETRAL 3 Halaman 18.1.1. Umum 3 18.1.2. Tujuan Pentanahan Titik Netral Sistem 4 18.1.3. Sistem Yang Tidak Ditanahkan (Floating Grounding) 5 18.1.4.

Lebih terperinci

PENGARUH POROSITAS TANAH SISTEM PENTANAHAN PADA KAKI MENARA SALURAN TRANSMISI 150 kv

PENGARUH POROSITAS TANAH SISTEM PENTANAHAN PADA KAKI MENARA SALURAN TRANSMISI 150 kv Yogjakarta, 3 November 2012 PENGARUH POROSITAS TANAH SISTEM PENTANAHAN PADA KAKI MENARA SALURAN TRANSMISI 150 kv Muhammad Suyanto 1 1 Jurusan Teknik Elektro Institut Sains & Teknologi AKPRIND Jogjakarta

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH JARAK DAN KEDALAMAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN DENGAN 2 ELEKTRODA BATANG

ANALISA PENGARUH JARAK DAN KEDALAMAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN DENGAN 2 ELEKTRODA BATANG ANALISA PENGARUH JARAK DAN KEDALAMAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN DENGAN 2 ELEKTRODA BATANG Wahyono *, Budhi Prasetiyo Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof Sudarto, SH Tembalang Semarang

Lebih terperinci

BAB 6 KAWAT PENGHANTAR JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 6 KAWAT PENGHANTAR JARINGAN DISTRIBUSI 83 KAWAT PENGHANTAR JARINGAN DISTRIBUSI BAB 6 KAWAT PENGHANTAR JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Kawat penghantar merupakan bahan yang digunakan untuk menghantarkan tenaga listrik pada sistem saluran

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONDUKTOR TEMBAGA DAN ALUMINIUM UNTUK SISTEM PENTANAHAN

PENGGUNAAN KONDUKTOR TEMBAGA DAN ALUMINIUM UNTUK SISTEM PENTANAHAN PENGGUNAAN KONDUKTOR TEMBAGA DAN ALUMINIUM UNTUK SISTEM PENTANAHAN Galuh Renggani Wilis, Irfan Santosa Staf Pengajar Prodi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal Jalan Halmahera KM.1

Lebih terperinci

Analisa Tahanan Pembumian Peralatan Gedung Laboratorium Teknik Universitas Borneo Tarakan Yang Menggunakan Elektrode Pasak Tunggal Panjang 2 Meter

Analisa Tahanan Pembumian Peralatan Gedung Laboratorium Teknik Universitas Borneo Tarakan Yang Menggunakan Elektrode Pasak Tunggal Panjang 2 Meter Analisa Tahanan Pembumian Peralatan Gedung Laboratorium Teknik Universitas Borneo Tarakan Yang Menggunakan Elektrode Pasak Tunggal Panjang 2 Meter Achmad Budiman* 1 1 Jurusan Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 ( )

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 ( ) IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV (APLIKASI PADA TOWER SUTT 150 KV TOWER 33) Ija Darmana *, Dea Ofika Yudha, Erliwati Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektromedik Politeknik

Lebih terperinci

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERBANDINGAN NILAI TAHANAN PENTANAHAN PADA AREA REKLAMASI PANTAI (CITRALAND)

PERBANDINGAN NILAI TAHANAN PENTANAHAN PADA AREA REKLAMASI PANTAI (CITRALAND) Jurnal MEKTRIK Vol. 1 No. 1, September 2014 ISSN 2564792 PERBANDINGAN NILAI TAHANAN PENTANAHAN PADA AREA REKLAMASI PANTAI (CITRALAND) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Universitas Tadulako, 2) Dosen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir (State of The Art Review) Penelitian mengenai kawat tanah pada jaringan distribusi tegangan menengah saat ini telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN GYPSUM DAN MAGNESIUM SULFAT SEBAGAI UPAYA MENURUNKAN NILAI RESISTANSI PENTANAHAN. ABSTRAK

PENGGUNAAN GYPSUM DAN MAGNESIUM SULFAT SEBAGAI UPAYA MENURUNKAN NILAI RESISTANSI PENTANAHAN.   ABSTRAK PENGGUNAAN GYPSUM DAN MAGNESIUM SULFAT SEBAGAI UPAYA MENURUNKAN NILAI RESISTANSI PENTANAHAN Yuniarti Yuniarti 1, Dedi Hermanto 2, Prima Ahmadi 3 1,2,3 Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

EVALUASI TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH GARDU INDUK (GI) 150 kv KOTA BARU AKIBAT PERUBAHAN RESISTIVITAS TANAH

EVALUASI TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH GARDU INDUK (GI) 150 kv KOTA BARU AKIBAT PERUBAHAN RESISTIVITAS TANAH EVALUASI TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH GARDU INDUK (GI) 150 kv KOTA BARU AKIBAT PERUBAHAN RESISTIVITAS TANAH Yoga Septria Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan menganalisis pengaruh dari aktivasi kimia pada bentonit

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan menganalisis pengaruh dari aktivasi kimia pada bentonit BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan menganalisis pengaruh dari aktivasi kimia pada bentonit dengan mengaktivasi menggunakan asam sulfat (H 2 SO 4 ) sebagai perbaikan

Lebih terperinci

PERANCANGAN GROUNDING UNTUK LABORATORIUM TEKNIK TEGANGAN TINGGI DI TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

PERANCANGAN GROUNDING UNTUK LABORATORIUM TEKNIK TEGANGAN TINGGI DI TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Perancangan Grounding untuk Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi Di Teknik Elektro (Wahyudi Budi P dkk) PERANCANGAN GROUNDING UNTUK LABORATORIUM TEKNIK TEGANGAN TINGGI DI TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

SISTEM PENTANAHAN GRID PADA GARDU INDUK PLTU TELUK SIRIH. Oleh: ABSTRAK ABSTRACT

SISTEM PENTANAHAN GRID PADA GARDU INDUK PLTU TELUK SIRIH. Oleh: ABSTRAK ABSTRACT SISTEM PENTANAHAN GRID PADA GARDU INDUK PLTU TELUK SIRIH Oleh: AndiSyofian. ST. MT Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Padang ABSTRAK Sistem pentanahan bertujuan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BENTONITE SEBAGAI MEDIA PEMBUMIAN ELEKTRODA BATANG

PEMANFAATAN BENTONITE SEBAGAI MEDIA PEMBUMIAN ELEKTRODA BATANG TUGAS AKHIR TE 141599 PEMANFAATAN BENTONITE SEBAGAI MEDIA PEMBUMIAN ELEKTRODA BATANG Winanda Riga Tamma NRP 2212100091 Dosen Pembimbing Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST.,M.Sc Daniar Fahmi ST., MT. JURUSAN

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijay A BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Politeknik Negeri Sriwijay A BAB II TINJAUAN PUSTAKA Politeknik Negeri Sriwijay A BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gardu Induk Gardu induk adalah suatu instalasi yang terdiri dari peralatan listrik yang merupakan pusat beban yang diambil untuk menghubungkan sistem

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA STUDI ANALISIS PENGARUH JENIS TANAH, KELEMBABAN, TEMPERATUR DAN KADAR GARAM TERHADAP TAHANAN PENTANAHAN TANAH TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA STUDI ANALISIS PENGARUH JENIS TANAH, KELEMBABAN, TEMPERATUR DAN KADAR GARAM TERHADAP TAHANAN PENTANAHAN TANAH TESIS UNIVERSITAS INDONESIA STUDI ANALISIS PENGARUH JENIS TANAH, KELEMBABAN, TEMPERATUR DAN KADAR GARAM TERHADAP TAHANAN PENTANAHAN TANAH TESIS LINDA PASARIBU 08 06 42 45 16 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM MAGISTER

Lebih terperinci

BAB IV STUDI PERENCANAAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG STC (SPORT TRADE CENTRE) - SENAYAN

BAB IV STUDI PERENCANAAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG STC (SPORT TRADE CENTRE) - SENAYAN BAB IV STUDI PERENCANAAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG STC (SPORT TRADE CENTRE) - SENAYAN 4.1 Umum Pada setiap gedung yang mempunyai ketinggian yang relatif tinggi diharapkan mempunyai sistem penangkal petir

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV (APLIKASI PADA TOWER SUTT 150 KV TOWER 33)

IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV (APLIKASI PADA TOWER SUTT 150 KV TOWER 33) IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV (APLIKASI PADA TOWER SUTT 150 KV TOWER 33) Ija Darmana a, Dea Ofika Yudha b, Erliwati c a Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Universitas

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

PERCOBAAN I PENGUKURAN TAHANAN TANAH

PERCOBAAN I PENGUKURAN TAHANAN TANAH PERCOBAAN I PENGUKURAN TAHANAN TANAH I. 1. Tujuan Percobaan Untuk menentukan besarnya tahanan pentanahan pada berbagai jenis kondisi tanah. I. 2. Teori Grounding system adalah sebuah kegiatan usaha yang

Lebih terperinci

ANALISA PENTANAHAN PADA BTS BSC BANJARSARI Resna Yunaningrat Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Siliwangi Tasikmalaya

ANALISA PENTANAHAN PADA BTS BSC BANJARSARI Resna Yunaningrat Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Siliwangi Tasikmalaya ANALISA PENTANAHAN PADA BTS BSC BANJARSARI Resna Yunaningrat 017002057 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Siliwangi Tasikmalaya ABSTRACT Grounding system is planning for the installation

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini data yang diambil dari pengukuran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini data yang diambil dari pengukuran BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Dalam penelitian ini data yang diambil dari pengukuran Hambatan pentanahan kaki tower SUTT 150 KV transmisi Bantul Wates. Data penelitian tersebut

Lebih terperinci

Analisa Perbandingan Konfigurasi Vertikal Dengan Bujur Sangkar Elektroda Pentanahan Menggunakan Matlab

Analisa Perbandingan Konfigurasi Vertikal Dengan Bujur Sangkar Elektroda Pentanahan Menggunakan Matlab 107 JURNAL TEKNIK ELEKTRO ITP, Vol. 6, No. 1, JANUARI 2017 Analisa Perbandingan Konfigurasi Vertikal Dengan Bujur Sangkar Elektroda Pentanahan Menggunakan Matlab Ilyas*, Yessi Marniati Politeknik Negeri

Lebih terperinci

Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim

Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim KONDUKTOR Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim digunakan adalah aluminium dan tembaga. Aluminium

Lebih terperinci

BAB I LAS BUSUR LISTRIK

BAB I LAS BUSUR LISTRIK BAB I LAS BUSUR LISTRIK A. Prinsip Kerja Las Busur Listrik Mengelas secara umum adalah suatu cara menyambung logam dengan menggunakan panas, tenaga panas pada proses pengelasan diperlukan untuk memanaskan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV

IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV ( Aplikasi Pada Tower Transmisi 150 kv Antara Gardu Induk Indarung Dengan Gardu Induk Bungus) Dea Ofika Yudha (1), Ir. Arnita, M. T (2),

Lebih terperinci

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS SISTEM PENTANAHAN MENGGUNAKAN TEMBAGA DIBANDING DENGAN MENGGUNAKAN PIPA GALVANIS (LEDENG)

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS SISTEM PENTANAHAN MENGGUNAKAN TEMBAGA DIBANDING DENGAN MENGGUNAKAN PIPA GALVANIS (LEDENG) NASKAH PUBLIKASI ANALISIS SISTEM PENTANAHAN MENGGUNAKAN TEMBAGA DIBANDING DENGAN MENGGUNAKAN PIPA GALVANIS (LEDENG) Disusun Oleh: RISMA LAKSANA D 400 100 011 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV

GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV Moediyono Program Diploma III Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Abstract Moediyono, in paper grounding system at 20 KV electrical

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK BATANG PENTANAHAN SISTEM ARANG-GARAM (SIGARANG) SEBAGAI UPAYA PERBAIKAN SISTEM PENTANAHAN

KARAKTERISTIK BATANG PENTANAHAN SISTEM ARANG-GARAM (SIGARANG) SEBAGAI UPAYA PERBAIKAN SISTEM PENTANAHAN KAAKTESTK BATANG PENTANAHAN SSTEM AANG-GAAM (SGAANG) SEBAGA UPAYA PEBAKAN SSTEM PENTANAHAN Zainal Abidin Program Studi Teknik Elektro Universitas slam Lamongan E-mail: inal9474@gmail.com ABSTACT The research

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun hasil studi yang dikaji oleh penulis dari pemasangan gardu portal type

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun hasil studi yang dikaji oleh penulis dari pemasangan gardu portal type 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Adapun hasil studi yang dikaji oleh penulis dari pemasangan gardu portal type GARPOL/GP6 di lokasi HOTEL AMARIS Jl. Cimanuk No. 14 Bandung, meliputi : 4.1.1 Tiang

Lebih terperinci

PENGAMANAN TERHADAP TEGANGAN SENTUH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PEMBUMIAN NETRAL ( TN ) DAN SISTEM PEMBUMIAN PENGAMAN ( TT ) DI AREA TANGERANG.

PENGAMANAN TERHADAP TEGANGAN SENTUH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PEMBUMIAN NETRAL ( TN ) DAN SISTEM PEMBUMIAN PENGAMAN ( TT ) DI AREA TANGERANG. PENGAMANAN TERHADAP TEGANGAN SENTUH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PEMBUMIAN NETRAL ( TN ) DAN SISTEM PEMBUMIAN PENGAMAN ( TT ) DI AREA TANGERANG. TUGAS AKHIR Diajukan Guna Memenuhi persyaratan Gelar Strata

Lebih terperinci

Presented by dhani prastowo PRESENTASI FIELD PROJECT

Presented by dhani prastowo PRESENTASI FIELD PROJECT Presented by dhani prastowo 6408 030 033 PRESENTASI FIELD PROJECT Latar Belakang Masalah Kesimpulan dan Saran Identifikasi Masalah Isi Pengumpulan dan pengolahan data Tinjauan Pustaka Metodologi Penelitian

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH KEDALAMAN ELEKTRODA PENTANAHAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN

ANALISA PENGARUH KEDALAMAN ELEKTRODA PENTANAHAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN ANALISA PENGARUH KEDALAMAN ELEKTRODA PENTANAHAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN TUGAS AKHIR Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya dari Politeknik Negeri Padang CICI AUGOESTIEN BP

Lebih terperinci