HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGETAHUAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA SISWA USIA 12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR GMIM IV TOMOHON Novarita Mariana Koch *, Mustapa Bidjuni * *Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado Jl. R.W. Mongisidi Malalayang Manado Abstrak Pembangunan nasional harus didukung oleh sumber daya manusia yang handal dan berkualitas dimulai dari anak usia sekolah. Kebiasaan hidup sehat harus ditanamkan secara dini pada anak usia sekolah sebagai bagian pelayanan yang menjadi kebutuhan mendasar, baik pelayanan kesehatan secara umum maupun pelayanan kesehatan secara khusus dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. Kebutuhan yang mendasar untuk memenuhi pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak sekolah terutama pada aspek menyelamatkan apa yang masih bisa diselamatkan pada gigi anak bangsa. Anak bangsa yang sehat menjamin kualitas hidup bangsa yang mengarah pada perilaku pelihara diri yang lebih baik. Perilaku pelihara diri antara lain melalui pengetahuan khususnya pengetahuan kesehatan gigi dan mulut. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dan pengetahuan merupakan simulasi terhadap tindakan seseorang. Karies gigi merupakan penyakit gigi yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya karbohidrat makanan, karbohidrat yang digunakan sebagai pemanis yaitu gula yang merupakan sumber rasa manis yang disukai setiap manusia. World Health Organization (WHO) mencatat bahwa 60-90% anak di seluruh dunia menderita karies gigi, rata-rata perorang mengalami kerusakan gigi lebih dari satu gigi indeks karies gigi anak usia 12 tahun. Tujuan penelitian ini untuk menganalis hubungan antara faktor pengetahuan konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada siswa usia 12 tahun di Sekolah Dasar GMIM IV Tomohon. Metode penelitian menggunakan survey analitik dengan pendekatan cross-sectional menggunakan analisis univariat, bivariat dengan uji fisher s exact. Populasi dalam penelitian ini yaitu anak Sekolah Dasar GMIM IV Tomohon usia 12 tahun berjumlah 60 siswa, sampel penelitian menggunakan total sampling sesuai kriteria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pengetahuan konsumsi makanan kariogenik memiliki hubungan bermakna dengan karies gigi 0,048, Simpulan penelitian ini menyatakan bahwa pengetahuan konsumsi makanan kariogenik memiliki hubungan bermakna. Disarankan lebih meningkatkan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut siswa di rumah dan perlu ditingkatkan program derajat kesehatan gigi dan mulut untuk sekolah secara menyeluruh. Kata Kunci : Pengetahuan Konsumsi Makanan Kariogenik, Karies Gigi, Siswa 12 Tahun PENDAHULUAN Undang-Undang Kesehatan RI No.36 tahun 2009 menyatakan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, oleh karena itu setiap kegiatan dan upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, perlindungan dan berkelanjutan yang sangat penting artinya bagi pembentukan sumber daya manusia Indonesia, peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa serta pembangunan nasional (Tunggal, 2010). Menurut Notoatmodjo (2010) bahwa anak sekolah 1
merupakan bagian kelompok masyarakat yang sangat peka untuk menerima perubahan atau pembaharuan, karena kelompok anak sekolah sedang berada dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan. Penanaman perilaku pelihara diri pada anak sedini mungkin dibidang kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut perlu terus dilakukan sehingga dapat mencegah terjadinya karies gigi, salah satu ranah perilaku yaitu pengetahuan. Pengetahuan menurut Notoatmodjo tahun 2003 merupakan domain terpenting dari terbentuknya tindakan seseorang (Kholid, 2014). Anak akan terganggu aktifitasnya jika mengalami gangguan dalam tubuhnya, termasuk karies gigi. Karies gigi yang merupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh dunia tanpa memandang umur, bangsa ataupun keadaan ekonomi (Tarigan 2014). World Health Organization (WHO) mencatat bahwa 60-90% anak di seluruh dunia menderita karies gigi, rata-rata perorang mengalami kerusakan gigi lebih dari satu gigi indeks karies gigi anak usia 12 tahun (Widayati, 2014). Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa prevalensi nasional masalah kesehatan gigi dan mulut 25,9 % (Kemenkes, 2013). Karies gigi dapat diartikan sebagai suatu proses patologi pascaerupsi yang terlokalisasi dan disebabkan oleh faktor luar. Proses ini dimulai dengan kerusakan jaringan email yang menjadi lunak dan pada akhirnya menyebabkan terjadinya kavita (Bahar, 2011). Karies gigi merupakan penyakit gigi yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya karbohidrat makanan, karbohidrat yang digunakan sebagai pemanis yaitu gula yang merupakan sumber rasa manis yang disukai setiap manusia (Heriandi, 1993). Pemeliharaan kesehatan melalui penanaman hidup sehat dalam bidang kesehatan gigi dan mulut, perlu dilakukan dan dipertimbangkan secara hatihati serta bertanggung jawab (Sriyono, 2005). Penelitian ini bertujuan untuk menganalis hubungan antara faktor pengetahuan konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada siswa usia 12 tahun di Sekolah Dasar GMIM IV Tomohon. METODE Jenis penelitian penelitian survey analitik dengan pendekatan cross-sectional, menggunakan analisa univariat, bivariat dengan uji fisher exact, karies gigi merupakan variabel terikat dan pengetahuan konsumsi makanan kariogenik merupakan variabel bebas. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan September 2017 pada siswa usia 12 tahun di Sekolah Dasar GMIM IV Tomohon. 2
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa usia 12 tahun di Sekolah Dasar GMIM IV Tomohon sebanyak 60 responden. Sampel penelitian yaitu semua siswa usia 12 tahun (total sampling) sebanyak 60 siswa di Sekolah Dasar GMIM IV Tomohon, dengan kriteria inklusi yaitu siswa hadir dan bersedia menjadi responden penelitian, siswa mendapat persetujuan dari orang tua dibuktikan dengan mengembalikan inform consent. Kriteria eksklusi: siswa tidak hadir dan menolak untuk diperiksa, siswa tidak mengisi kuesioner. Alat Penelitian untuk pemeriksaan klinis adalah diagnosa set berupa kaca mulut, excavator, sonde, pinset, masker, sarung tangan, dan format pemeriksaan serta kuesioner. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Karakteristik Responden Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi % Perempuan Laki-laki Total 25 35 60 41,7 58,3 100 Data pada tabel 1 menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin perempuan sebesar 41,7% (25) responden sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 58,3% (35) responden. 2. Deskripsi Hasil Analisis Univariat Variabel a. Pengetahuan Konsumsi Makanan Kariogenik Tabel 2 Distribusi Hasil Pengetahuan Konsumsi Makanan Kariogenik Pada Usia 12 Tahun Di Sekolah Dasar GMIM Tomohon Pengetahuan Frekuensi % Siswa Baik (+) Kurang (-) Total 17 43 60 28,3 71,7 100 3
Gambaran pengetahuan siswa usia 12 tahun di Sekolah Dasar GMIM IV Tomohon, pengetahuan responden paling banyak berada pada kategori kurang sebanyak 43 responden (71,7%) sedangkan sebanyak 17 responden (28,3%) berada pada kategori baik. b. Karies Gigi Tabel 3 Distribusi Hasil Karies Gigi Pada Siswa Usia 12 Tahun Di Sekolah Dasar GMIM IV Tomohon. Karies Gigi Frekuensi % Tidak karies Ada karies Total 6 54 60 10,0 90,0 100 Karies gigi siswa usia 12 tahun di Sekolah Dasar GMIM IV Tomohon dapat digambarkan bahwa responden yang ada karies gigi sebanyak 90,0% (54) responden sedangkan yang tidak karies gigi sebanyak 10,0% (6) responden. 3. Deskripsi Hasil Analisis Bivariat Variabel Tabel 4 Hubungan Antara Faktor Pengetahuan konsumsi makanan kariogenik Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Siswa Usia 12 Tahun Di Sekolah Dasar GMIM IV Tomohon Pengetahuan Karies Gigi Nilai p Tidak Karies Ada Karies n % n % Baik (+) Kurang (-) Total 4 23,5 13 76,5 2 4,7 41 95,3 6 10,0 54 90,0 0,048 Berdasarkan data tabel 4 analisis pengetahuan konsumsi makanan kariogenik dengan karies gigi terdapat hubungan bermakna, diperoleh pengetahuan baik dengan tidak karies gigi sebanyak 4 responden (23,3%), pengetahuan kurang dengan tidak karies gigi sebanyak 2 responden (4,7%). Data juga menunjukkan bahwa pengetahuan baik dengan karies gigi sebanyak 13 responden (76,5%), sedangkan responden pengetahuan 4
kurang dengan karies gigi diperoleh 41 responden (95,3%). Hasil analisis didapatkan nilai p sebesar 0,048 < 0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dengan karies gigi. PEMBAHASAN Keadaan sehat adalah milik semua pihak, tidak hanya di dominasi oleh perorangan akan tetapi juga harus dimiliki oleh kelompok bahkan masyarakat (Taufik, 2007). Kelompok masyarakat termasuk kelompok anak usia 12 tahun. Usia 12 tahun merupakan usia yang sangat rentan dengan perilaku yang mencari jati diri. Menurut Lalongkoe dan Edison (2014) bahwa usia 12 tahun merupakan usia yang memasuki usia remaja dan merupakan peralihan antara dunia anak-anak dan dewasa. Anak usia 12 tahun perlu dilakukan penanaman positif perilaku hidup sehat. Perilaku hidup sehat melalui pengetahuan kesehatan gigi dan mulut, harus dibentuk sedemikian rupa sehingga menghasilkan anak-anak yang sehat pula, Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa perilaku individu terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan kesehatan yang merujuk pada perilaku kesehatan gigi dan mulut, merupakan bagian yang penting dan dapat mempengaruhi aktifitas dan kelancaran kehidupan bagi siapapun termasuk anakanak. Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak dilakukan untuk pendidikan yang menciptakan generasi penerus sehat, berdaya guna dan berhasil guna. Pengetahuan konsumsi makanan kariogenik siswa 12 tahun di Sekolah Dasar GMIM IV Tomohon menunjukkan pengetahuan responden paling banyak berada pada kategori kurang sebanyak 43 responden (71,7%) sedangkan sebanyak 17 responden (28,3%) berada pada kategori baik dan siswa laki-laki justru lebih banyak giginya sehat atau tidak karies sebanyak 4 responden dibandingkan dengan perempuan 2 responden yang giginya sehat. Ini menunjukkan bahwa walaupun dalam penelitian Davidovic, dkk (2014) laki-laki lebih cenderung kurang bertanggung jawab untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut tetapi tidak demikian bagi siswa laki-laki di Sekolah Dasar GMIM IV Tomohon, karena karies gigi tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja. Karies gigi juga banyak diderita oleh anak-anak maupun usia dewasa (Putri dkk,2010). Hal ini berarti bahwa karies gigi dapat menyerang siapa saja. Ranah pengetahuan merupakan ranah awal untuk berperilaku. Hubungan yang bermakna antara pengetahuan konsumsi makanan kariogenik dengan karies gigi pada siswa usia 12 tahun di Sekolah Dasar GMIM IV Tomohon yaitu 41 responden (95,3%) dengan pengetahuan kurang mengalami karies gigi. Hal ini berarti 5
bahwa pengetahuan kesehatan gigi yang kurang mempengaruhi masalah kesehatan gigi seseorang. Penelitian ini didukung oleh penelitian Kartikasari dan Nuryanto (2014) terdapat hubungan antara kejadian karies gigi dengan konsumsi makanan kariogenik. Penelitian oleh Haque, dkk (2013) juga bahwa terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dengan prevalensi karies gigi di Bangladesh. Pengetahuan yang baik tentang kesehatan gigi dan mulut akan dapat memberikan kontribusi yang baik pula terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Menurut Sriyono (2005), karies gigi dapat dicegah dengan menyikat gigi secara diwaktu yang tepat, menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor, pemilihan sikat gigi yang baik sehingga mudah masuk ke segala daerah mulut, menghindari makanan lengket dan mengandung gula serta mengunjungi klinik gigi secara rutin. Hal ini merupakan bagian dari pengetahuan yang sangat mendukung peningkatan kesehatan gigi dan mulut. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian Hubungan antara Faktor Pengetahuan Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi Pada Siswa Usia 12 Tahun Di Sekolah Dasar GMIM IV Tomohon, yaitu: Faktor pengetahuan konsumsi makanan kariogenik memiliki hubungan bermakna dengan kejadian karies gigi pada siswa usia 12 tahun di Sekolah Dasar GMIM IV Tomohon SARAN Saran melalui penelitian ini: 1. Pihak sekolah Derajat kesehatan gigi dan mulut siswa perlu ditingkatkan dengan program kegiatan kesehatan gigi dan mulut untuk sekolah secara menyeluruh. 2. Orang tua Lebih meningkatkan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut siswa di rumah 3. Bagi pihak puskesmas a. Lebih meningkatkan kegiatan terutama promotif, preventif pelayanan kesehatan gigi dan mulut oleh puskesmas di sekolah atau masyarakat dengan memanfaatkan media pendidikan kesehatan gigi. b. Diperlukan monitoring dan evaluasi bersama antara puskesmas dengan sekolah 4. Peneliti lain a. Meningkatkan wawasan untuk penelitian b. Mengungkap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa secara maksimal. DAFTAR PUSTAKA Bahar, A. 2011. Paradigma Baru Pencegahan Karies Gigi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. 6
Davidovic, B, M. Ivanovic. S. Jankovic and J. Lecic. 2014. Knowledge, Attitudes And Behavior Of Children In Relation To Oral Health. University Of Belgrade Serbia. Original Article Vol 71 (10): 949 956. http://www.doiserbia.nb.rs/ft.aspx?= 0042-84501400034D (diakses 7 April 2016). Haque, S.E, M. Rahman, K. Itsuko, M. Mutahara, S. Kayako, A. Tsutsumi, Md. J.Islam, and Md.G. Mustofa. 2016. Effect Of A School Based Oral Health Education In Preventing Untreated Dental Caries And Increasing Knowledge, Attitude, And Practices Among Adolescents In Bangladesh. Research Article BMC Oral Health DOI 10.1186/s12903-016-0202-3. http://www.bm.oralhealth.biomedce ntral.com/articles/10.1186/s12903. Diakses 7 April, 2016 Kariogenik dan Status Gizi pada Anak Sekolah Dasar. Journal of nutrition college, vol 3 no 3. Kemenkes, RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar Indonesia. Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes, RI. 2012. Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah. Kemenkes RI. Jakarta. Lalongkoe, M, R dan Edison, T, A. Komunikasi Terapeutik Pendekatan Praktis Praktisi Kesehatan. Graha Ilmu. Yogyakarta. Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi. PT Rineka Cipta. Jakarta. Putri,H, M, Herijulianti,E, Nurjanah, N. 2009. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. EGC. Jakarta Heriandi, Y. 1993. Kandungan Sukrosa dalam Gula Pasir dan Gula Aren serta Kaitannya dengan Aktifitas Bakteri Karies. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi FKG Usakti Kartikasari, H. Y dan Nuryanto. 2014. Hubungan Kejadian Karies Gigi dengan Konsumsi Makanan Sriyono, N.W. 2005. Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Medika. Yogyakarta. Tarigan, R. 2014. Karies Gigi. EGC. Jakarta. Taufik, M. 2007. Prinsip-Prinsip Promosi Kesehatan Dalam Bidang 7
Keperawatan Untuk Perawat Dan Mahasiswa Keperawatan. CV Infomedika. Jakarta. Tunggal, H.S. 2010. Undang-Undang Kesehatan (Undang-Undang Kesehatan No 36 Tahun 2009). Harvarindo. Jakarta. Widayati, N. 2014. Faktor Yang Berhubungan Dengan Karies Gigi Pada Anak Usia 4-6 Tahun. Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol.2. 2 Mei 2014 (196-205). 8