I. PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Shale merupakan jenis batuan yang mendominasi batuan sedimen di dunia, yakni sekitar 50-70 %, sedangkan sisanya berupa sandstone dan sedikit limestone (Jonas and McBride, 1997). Shale pada umumnya bertindak sebagai batuan induk yang menghasilkan hidrokarbon (liquid dan/atau gas), kemudian hidrokarbon yang dihasilkan bermigrasi ke batuan reservoir (sandstone atau limestone) yang memiliki permeabilitas lebih dari 1 md. Konsep tersebut pada umumnya disebut conventional resources dan sangat berbeda dengan konsep unconventional resources. Pada unconventional resources, shale bertindak tidak hanya sebagai batuan induk tetapi juga sebagai batuan reservoir yang memilliki nilai permeabilitas kurang dari 1mD (Chopra et al., 2012). Shale gas adalah shale yang kaya akan materi organik dan memiliki gas secara bebas atau terserap di dalam matriksnya. Agar shale menjadi shale gas reservoir yang baik, terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi, seperti: kekayaan materi orgnaik (TOC), tingkat kematangan (Ro), tingkat ketebalan, gasin-place, permeabilitas, mineralogy, tingkat kerapuhan, dan tekanan pori (Chopra et al., 2012). Sumber daya spekulatif shale gas di Cekungan Sumatera Selatan memiliki Gas in Place yang besar, yaitu sekitar 56.11 TCF (edukasi.kompasiana.com). Berdasarkan analisa geokimia batuan induk, shale Formasi Talang Akar pada Cekungan Sumatera Selatan merupakan salah satu shale yang berpotensi shale gas (Wibowo, 2013). Pengenalan dan perhitungan berdasarkan log sumur pada batuan yang kaya akan materi organik telah dijelaskan oleh Passey et al. (1990). Ketika skala pada kurva log resistivitas dan log sonic yang sudah terkoreksi di overlay-kan, maka terdapat separasi pada lapisan batuan berbutir halus yang kaya akan materi 1
organik (deltalogr). Separasi pada interval lapisan batuan yang kaya akan materi organik menghasilkan dua efek, yaitu : respon kurva log porositas menunjukkan nilai densitas yang rendah, nilai kecepatan yang rendah, konten hidrogen yang tinggi dan respon kurva log resistivitas menunjukkan kehadirannya suatu fluida. Pada batuan kaya materi organik yang belum atau tidak matang (immature), dimana tidak menghasilkannya suatu hidrokarbon, separasi kurva yang terjadi tidak terdapatnya suatu anomali, berbeda pada batuan sumber yang matang. Pada batuan sumber yang matang, terjadinya peningkatan nilai resistivitas diakibatkan oleh kehadiran hidrokarbon yang tergenerasi. Løseth et al. (2011) menjelaskan adanya hubungan antara nilai TOC yang terdapat pada data sumur dan nilai impedansi akustik yang terdapat pada data seismik, sehingga nilai TOC yang ada dapat disebarkan menggunakan data seismik. Dimana zona yang memiliki nilai konten organik yang lebih tinggi berasosiasi dengan nilai densitas yang lebih rendah dan mengakibatkan nilai impedansi akustik menjadi lebih rendah juga. Pada penelitian ini akan difokuskan pada nilai TOC, Ro, dan ketebalan lapisan. Berdasarkan penjelasan di atas, shale pada Formasi Talang Akar sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut mengenai potensi shale gas khususnya pada lapangan 3712. Keterbatasan yang ada pada data sumur berupa resolusi horizontal yang rendah dapat teratasi dengan adanya data seismik, dan dengan dilakukannya inversi seismik, data seismik yang ada tidak hanya memiliki resolusi horizontal yang tinggi tetapi juga memiliki resolusi vertikal yang tinggi juga atau hampir sama dengan resolusi vertikal data sumur. Penelitian yang akan dilakukan pada lapisan shale Formasi Talang Akar berupa beberapa pendekatan seperti perhitungan ketebalan lapisan, perhitungan N/G shale (1-N/G), persebaran nilai impedansi akustik yang diperoleh dari inversi seismik, dan persebaran nilai TOC yang diperoleh dari hasil konversi nilai impedansi akustik. I. 2. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui ketebalan lapisan, nilai impedansi akustik yang berhubungan dengan nilai TOC pada lapisan shale 2
Formasi Talang Akar, lapangan 3712 pada Cekungan Sumatra Selatan. Tujuan dari penelitian ini yaitu : 1. Menyebarkan nilai TOC pada shale Formasi Talang Akar dengan memanfaatkan hubungan antara nilai impedansi akustik hasil inversi seismik dengan nilai TOC. 2. Mendapatkan zona shale Formasi Talang Akar pada lapangan 3712 yang diperkirakan berpotensi shale gas dengan beberapa karakteristik seperti, memiliki nilai ketebalan lapisan yang tinggi, memiliki nilai impedansi akustik yang lebih rendah dan memiliki nilai TOC yang tinggi. I. 3. Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini yaitu data yang digunakan berupa data seismik 2D (post-stack) yang berfungsi untuk melakukan proses inversi impedansi akustik. Data sumur berupa data log (khususnya log P-wave, resistivitas dan densitas), data VSP (checkshot) dan data geokimia (berasal dari cutting). Data sumur tersebut digunakan untuk mendapatkan nilai ketebalan reservoir, dan nilai TOC, kemudian dilakukan pengikatan data sumur dengan data seismik untuk melihat persebaran dari beberapa macam nilai tersebut. Area studi dibatasi pada Sub-Cekungan Palembang Selatan dan difokuskan pada shale yang ada pada Formasi Talang Akar. I. 4. Manfaat Penelitian Penelitian dengan cara menyebarkan nilai TOC dan nilai ketebalan diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai potensi shale gas pada Formasi Talang Akar di lapangan 3712. Hasil penelitian diharapkan menjadi masukan penting dalam evaluasi untuk merencanakan tahap eksplorasi shale gas selanjutnya. I. 5. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian melingkupi Sub Cekungan Palembang Selatan, Cekungan Sumatera Selatan. Luas area penelitian seluas +1,850 km 2 dan secara 3
administratif terletak di antara Kota Prabumulih dan Kota Baturaja, Propinsi Sumatera Selatan (Gambar 1.1). Area penelitian menyesuaikan data yang diperoleh dari perusahaan (PPPTMGB LEMIGAS). Lapangan 3712 Gambar 1.1. Lokasi daerah penelitian berada pada Sub-Cekungan Palembang Selatan (Sarjono & Sardjito (1989) dengan modifikasi). I. 6. Peneliti Terdahulu Berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan, berikut ini adalah beberapa peneliti terdahulu yang melakukan penelitian terkait dengan penyebaran nilai TOC dan nilai ketebalan Formasi Talang Akar di Cekungan Sumatera Selatan. Adapun hasil studi yang telah dilakukan akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan interpetasi. a. Løseth et al., (2011) dalam papernya telah melakukan penelitian mengenai hubungan antara nilai impedansi akustik di seismik dengan nilai TOC dari sumur. Kesimpulan dari penelitiannya antara lain adalah bahwa hubungan antara nilai impedansi akustik dengan nilai 4
TOC berbanding terbalik, semakin tinggi nilai impedansi akustik maka semakin rendah nilai TOC dan begitu juga sebaliknya, semakin rendah nilai impedansi akustik maka semakin tinggi nilai TOC. b. Perbawa (2011) telah melakukan penelitian tentang integrasi metode inversi seismik simultan, prediksi pori, dan prediksi TOC pada Formasi Talang Akar di area Sub-Cekungan Palembang Selatan untuk studi awal eksplorasi shale gas. Kesimpulan dari penelitiannya yaitu parameter yang sensitif di dalam menyebarkan nilai TOC adalah menggunakan Vp. Nilai Vp diperoleh dari inversi simultan dan kemudian nilai tersebut dikonversi ke TOC. I.8. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai prediksi nilai TOC dan hubungan antara seismik dengan nilai TOC telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Hal yang akan membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada fokus penelitian yang tidak hanya melihat hubungan nilai TOC dengan seismik, tetapi juga menyebarkan nilai TOC menggunakan inversi impedansi akustik pada shale Formasi Talang Akar di Sub-cekungan Palembang Selatan khususnya di lapangan 3712. 5