Panduan konservasi tanah dan air untuk penanggulangan degradasi lahan

dokumen-dokumen yang mirip
Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PER

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

SESI : 7. Kualitas Air dan Pemulihan Ekosistem Topik : 7.1. Konservasi Tanah dan Air. Jadwal : Selasa, 25 November 2014 Jam : WIB.

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG KONSERVASI TANAH DAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

Konservasi lahan Konservasi lahan adalah usaha pemanfaatan lahan dalam usahatani dengan memperhatikan kelas kemampuannya dan dengan menerapkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG KONSERVASI TANAH DAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

commit to user BAB I PENDAHULUAN

GUBERNUR SULAWESI SELATAN,

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 80 TAHUN 2002 TENTANG

PENDAHULUAN. Latar Belakang

DASAR-DASAR ILMU TANAH

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KONSERVASI TANAH DAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN Latar Belakang

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph)

PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem,

EROSI DAN SEDIMENTASI

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DASAR-DASAR ILMU TANAH

Erosi. Rekayasa Hidrologi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Topik : TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

penyebab terjadinya erosi tanah Posted by ariciputra - 29 May :25

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

DAFTAR ISTILAH Air lebih: Bahan pembenah tanah ( soil conditioner Bangunan terjunan: Bedengan: Berat isi tanah: Budidaya lorong ( alley cropping

BAB III PENGENDALIAN LONGSOR Identifikasi dan Delineasi Daerah Rawan Longsor

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utama, yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai matriks

2017, No Pengolahan Air Limbah Usaha Skala Kecil Bidang Sanitasi dan Perlindungan Daerah Hulu Sumber Air Irigasi Bidang Irigasi; Mengingat : 1.

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. mengalami peremajaan secara berkesinambungan (Alibasyah, 1996).

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)

I. PENDAHULUAN. kerusakan akibat erosi dalam ekosistem DAS (Widianto dkk., 2004). Kegiatan

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG

MODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*)

KONSEP EVALUASI LAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

WALIKOTA BITUNG PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN DAERAH KOTA BITUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU KOTA BITUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG REHABILITASI DAN REKLAMASI HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

VIII. KONSERVASI TANAH DAN AIR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim

BAB I PENDAHULUAN. DAS Serayu, terutama di bagian hulu DAS berkaitan dengan pemanfaatan lahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. buruh timah. Dampak positif selalu disertai dampak negatif, hal tersebut berupa

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAYA DUKUNG DAS BRANTAS BERDASARKAN EVALUASI KRITERIA TATA AIR

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG REHABILITASI LAHAN KRITIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Lahan adalah bagian dari sumber daya alam yang makin terbatas

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN REKLAMASI HUTAN PADA AREAL BENCANA ALAM

S M U BE B R E D R A D Y A A Y A TA T N A A N H

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi

DAFTAR ISI Keaslian Penelitian... 4

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal

STUDI EROSI LAHAN PADA DAS AIR DINGIN BAGIAN HULU DI KOTA PADANG. Skripsi APRIZON PUTRA 89059

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Panduan konservasi tanah dan air untuk penanggulangan degradasi lahan ICS 13.020 Badan Standardisasi Nasional

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Prinsip konservasi tanah dan air... 2 4 Kategori teknik konservasi tanah dan air... 2 5 Dasar pemilihan teknik konservasi tanah dan air... 3 6 Penyelenggaraan konservasi tanah dan air... 3 7 Tahapan penyelenggaraan KTA... 3 8 Indikator keberhasilan konservasi tanah dan air... 4 Lampiran A Jenis-jenis teknik konservasi tanah dan air... 5 Lampiran B Nilai erosi yang dapat ditoleransi... 6 Lampiran C Koefisien aliran permukaan... 7 Lampiran D Perhitungan kebutuhan hidup layak (KHL)... 8 Bibliografi... 9 i

Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) 7943:2013, Panduan konservasi tanah dan air (KTA) untuk penanggulangan degradasi lahan merupakan standar penyelenggaraan konservasi tanah dan air yang dilakukan secara sistematis, sehingga penerapan teknik KTA menjadi lebih mudah dan tepat. Dengan demikian, tujuan penerapan teknik KTA untuk menurunkan erosi, sedimentasi, aliran permukaan serta meningkatkan infiltrasi, kesuburan tanah dan produktivitas lahan dapat tercapai secara optimal. Standar ini disusun oleh PT 65-01 Pengelolaan Hutan yang telah dibahas pada rapat teknis dan disepakati dalam rapat konsensus di Bogor pada tanggal 8 Juli 2013 Hadir pada rapat tersebut keterwakilan dari produsen, konsumen, pakar dan regulator. Standar ini telah melalui proses jajak pendapat pada tanggal 12 September 2013 sampai tanggal 11 November 2013 dengan hasil akhir RASNI ii

Pendahuluan Penyelenggaraan Konservasi Tanah dan Air bertujuan untuk mewujudkan sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan, dengan menjamin lahan yang mampu mendukung kehidupan masyarakat, mengoptimalkan aneka fungsi lahan untuk mencapai manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan secara seimbang dan lestari, meningkatkan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS), serta menjamin distribusi manfaat secara merata. Penyelenggaraan konservasi tanah dan air meliputi: perlindungan, pemulihan, peningkatan dan pemeliharaan fungsi lahan. Kegiatan tersebut dilaksanakan baik di kawasan lindung maupun di kawasan budidaya, baik di lahan prima/produktif, lahan terdegradasi (lahan kritis) dan lahan rusak. Kerangka alur pikir penyusunan RSNI Panduan konservasi tanah dan air penanggulangan degradasi lahan dapat digambarkan sebagai berikut: untuk PANDUAN KONSERVASI TANAH DAN AIR (KTA) Prinsip : Kategori : Dasar : Penyelenggaraan KTA Perencanaa Pelaksanaan Monev KTA Berhasil atau Tidak iii

Panduan konservasi tanah dan air untuk penanggulangan degradasi lahan 1 Ruang lingkup Standar ini menetapkan panduan penyelenggaraan konservasi tanah dan air untuk penanggulangan degradasi lahan pada lahan prima/produktif, lahan terdegradasi (lahan kritis dan lahan sangat kritis) dan lahan rusak. Standar ini berlaku untuk semua penggunaan lahan berbasis lahan kecuali lahan gambut, mangrove dan lahan pesisir. Standar ini juga dapat digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah dan pihak lain dalam melakukan penilaian kinerja penyelenggaraan program konservasi tanah dan air untuk penanggulangan degradasi lahan. 2 Istilah dan definisi Untuk keperluan penggunaan standar ini, berlaku istilah dan definisi yang terdapat dalam UU No.7/2006 tentang Sumberdaya air dan PP No. 37/2012 tentang Pengelolaan DAS, serta istilah dan definisi berikut: 2.1 degradasi lahan pengurangan atau kehilangan produktivitas biologi atau ekonomi dan kompleksitas dari lahan pertanian tegalan, perkebunan, lahan irigasi, lahan penggembalaan, dan lahan hutan yang diakibatkan oleh proses penggunaan lahan dan/atau aktivitas manusia 2.2 erosi tanah proses berpindahnya tanah dari satu tempat ke tempat lain melalui proses pemecahan, pengangkutan dan pengendapan butir tanah oleh air atau angin 2.3 konservasi tanah dan air upaya penempatan setiap bidang lahan pada penggunaan yang sesuai dengan kemampuan lahan tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan lahan sehingga dapat mendukung kehidupan secara lestari 2.4 lahan bagian daratan dari permukaan bumi sebagai suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah beserta segenap faktor yang mempengaruhi penggunaannya seperti iklim, relief, aspek geologi, dan hidrologi yang terbentuk secara alami maupun akibat pengaruh manusia (UU nomor 41 tahun 2009: Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan) 2.4.1 lahan prima/produktif lahan yang baik untuk tujuan menumbuhkan tanaman penghasil, baik yang dibudidayakan maupun yang tidak dibudidayakan, termasuk di dalamnya tanah hutan, pertanian dan perkebunan, padang rumput/penggembalaan, tetapi tidak termasuk lahan di perkotaan, permukiman dan perairan. 1 dari 9

2.4.2 lahan kritis lahan yang berada di dalam dan di luar kawasan hutan yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai media pengatur tata air dan unsur produktivitas lahan sehingga menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem DAS. 2.4.3 lahan rusak lahan yang mengalami gangguan seperti perubahan permukaan lahan yang sangat nyata. 2.5 tanah lapisan kulit bumi yang terdiri dari zat padat berupa mineral yang tidak terkonsolidasi dan bahan organik, zat cair serta udara yang mempunyai kemampuan untuk mendukung kehidupan dan media pengatur tata air 3 Prinsip konservasi tanah dan air a. Perlindungan permukaan tanah b. Peningkatan kesuburan tanah c. Peningkatan ketahanan tanah dari ancaman erosi d. Peningkatan infiltrasi tanah e. Penurunan kapasitas transportasi aliran permukaan Catatan: Untuk mencapai sistem pengelolaan lahan berkelanjutan, maka semua prinsip tersebut di atas harus diterapkan. 4 Kategori teknik konservasi tanah dan air a. Vegetatif Konservasi tanah dan air yang melibatkan vegetasi melalui upaya penanaman pohon, tanaman perdu, legum penutup tanah, dan/atau rumput permanen. b. Agronomi Konservasi tanah dan air yang berfokus pada peningkatan produksi, antara lain: melalui pemilihan jenis tanaman, pengaturan pola tanam dan jarak tanam, pemupukan, serta pemberian pembenah fisik tanah (soil conditioner) dan pembenah kimia tanah (soil ameliorant). c. Struktur/sipil teknis Konservasi tanah dan air melalui pembuatan bangunan fisik. d. Manajemen Konservasi tanah dan air melalui perlindungan dan pengamanan lahan prima serta pengendalian konversi dan pengaturan penggunaan lahan dan pengaturan pemanenan kayu. e. Kombinasi Konservasi tanah dan air yang mengkombinasikan 2 atau lebih kategori pada butir 4.a., 4.b., 4.c., dan 4.d. 2 dari 9

5 Dasar pemilihan teknik konservasi tanah dan air a. Pemilihan teknik harus sesuai dan memadai dengan kondisi lahan setempat dan mampu menekan degradasi lahan sampai batas yang dapat ditoleransi, b. Pemilihan teknik dimulai dari yang paling sederhana, mudah dan murah sampai yang paling berat, sulit dan mahal sesuai dengan tingkat degradasi lahan dan iklim setempat, c. Pemilihan teknik yang dianjurkan dapat diterima, dilaksanakan dan dikembangkan oleh masyarakat sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya lokal, d. Penyelenggaraan harus dilaksanakan secara sistematis di dalam suatu DAS. Catatan: Pemilihan dan penerapan teknik konservasi tanah dan air harus memenuhi butir 5.a., 5.b., 5.c. dan 5.d. 6 Penyelenggaraan konservasi tanah dan air 6.1 Perlindungan fungsi lahan Perlindungan fungsi lahan diselenggarakan untuk menjaga dan mempertahankan lahan prima agar tidak rusak dan tetap berfungsi secara optimal sebagai unsur produksi, media pengatur tata air, dan sebagai unsur perlindungan alam/lingkungan. Perlindungan fungsi lahan di lahan kawasan lindung dan budidaya dilakukan dengan cara: pengendalian konversi penggunaan lahan prima, pengamanan dan penataan kawasan. 6.2 Pemulihan fungsi lahan Pemulihan fungsi lahan diselenggarakan untuk mengembalikan/memperbaiki kemampuan dan fungsi lahan terdegradasi (kritis dan rusak), baik di lahan kawasan lindung maupun di lahan kawasan budidaya melalui kegiatan vegetatif dan sipil teknis. 6.3 Peningkatan fungsi lahan Peningkatan fungsi lahan diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan lahan yang kritis dan rusak yang sudah diperbaiki/dipulihkan, agar fungsinya sebagai media produksi dan/atau pengatur tata air dapat meningkat melalui kegiatan vegetatif, teknik agronomi dan/atausipil teknis.. 6.4 Pemeliharaan fungsi lahan Pemeliharaan fungsi lahan diselenggarakan untuk merawat lahan prima serta lahan kritis dan lahan rusak yang sudah diperbaiki/dipulihkan, guna menjamin kelestarian fungsi lahan menggunakan teknik agronomi dan pemeliharaan bangunan sipil teknis. 7 Tahapan penyelenggaraan KTA 7.1 Perencanaan Perencanaan KTA harus memperhatikan: a. Prinsip KTA sesuai butir 3 b. Dasar pemilihan teknik KTA sesuai butir 5 c. Jenis-jenis teknik KTA pada setiap kategori sesuai Lampiran A. 3 dari 9

7.2 Pelaksanaan Pelaksanaan dilakukan secara sistematis sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sesuai butir 7.1. 7.3 Pemantauan dan evaluasi Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan terhadap dampak perlakuan konservasi tanah dan air dengan cara: a) observasi/pengamatan melihat keadaan lapangan secara sepintas tanda-tanda keberhasilan konservasi tanah dan air antara lain: air tidak keruh pada waktu hujan, tidak terjadi longsor, sedimentasi akibat erosi tidak besar, banjir yang terjadi tidak berkepanjangan serta meluas, dan pertumbuhan tanaman tetap subur. b) pengukuran mengukur aliran permukaan, mengukur erosi dan menganalisis sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta kualitas air sungai. c) prediksi mengadakan perkiraan atas keberhasilan konservasi tanah dan air dengan mempergunakan permodelan. 8 Indikator keberhasilan konservasi tanah dan air 8.1 Fisik a. Erosi Prediksi laju erosi lebih kecil atau sama dengan laju erosi yang dapat ditoleransi. Nilai erosi yang dapat ditoleransi dari berbagai jenis tanah, penggunaan dan pengelolaannya sesuai Lampiran B. b. Aliran permukaan Koefisien aliran permukaan harus lebih kecil atau sama dengan kisaran koefisien aliran permukaan pada lahan yang teknik konservasi tanah dan air telah diterapkan secara memadai pada berbagai penggunaan dan pengelolaan lahan. Koefisien aliran permukaan dari berbagai jenis tanah, penggunaan dan pengelolaannya sesuai Lampiran C. 8.2 Ekonomi Produktivitas menjamin pendapatan petani lebih besar atau sama dengan pendapatan yang cukup mendukung kehidupan yang layak (KHL). Penghitungan pendapatan yang dapat mendukung KHL dilakukan dengan menggunakan tatacara sesuai Lampiran D. 8.3 Sosial Teknik konservasi tanah dan air telah diterapkan dan dikembangkan secara meluas. 4 dari 9

Lampiran A (normatif) Jenis-jenis teknik konservasi tanah dan air Jenis jenis teknik konservasi tanah dan air sesuai dengan butir 7.1.c terdiri dari: a. Vegetatif Penanaman tanaman konservasi: berupa penanaman (teknik vegetatif) 1) kayu-kayuan; 2) perdu; 3) rumput-rumputan; dan/atau 4) tanaman penutup tanah lainnya b. Agronomi 1) pemberian mulsa; 2) pengaturan pola tanam; 3) rotasi/ pergiliran tanaman; 4) penanaman dalam strip; 5) pemupukan; 6) pemberian amelioran atau kondisioner (pembenah tanah) ; 7) pengayaan tanaman; 8) pengolahan tanah konservasi; dan/atau 9) pemanenan c. Sipil teknis; pembuatan bangunan konservasi tanah dan air meliputi: 1) Sengkedan 2) Guludan 3) Teras bangku 4) Pengendali jurang 5) Dam pengendali 6) Dam penahan 7) Saluran buntu atau rorak 8) Saluran pembuangan air 9) Terjunan air 10) Sumur resapan 11) Bronjong d. Manajemen penggunaan lahan Merubah penggunaan lahan tidur/terlantar menjadi lahan produktif, dari tanaman semusim yang kurang produktif menjadi tanaman tahunan yang lebih produktif, pengendalian konversi penggunaan lahan, pengaturan pemanenan kayu, pengamanan dan penataan kawasan. 5 dari 9

Lampiran B (normatif) Nilai erosi yang dapat ditoleransi dari berbagai jenis tanah, penggunaan dan pengelolaannya Indikator keberhasilan konservasi tanah dan air sesuai dengan butir 8.1.a. terdiri dari: No Sifat tanah dan substratum Nilai erosi (mm/tahun) 1. Tanah sangat dangkal di atas batuan 0,0 2. Tanah sangat dangkal di atas bahan telah melapuk 0,4 (tidak terkonsolidasi) 3. Tanah dangkal di atas bahan telah melapuk 0,8 4. Tanah dengan kedalaman sedang di atas bahan telah 1,2 melapuk 5. Tanah yang dalam dengan lapisan bawah yang kedap 1,4 air di atas substrata yang telah melapuk 6. Tanah yang dalam dengan lapisan bawah 1,6 berpermeabilitas lambat, di atas substrata telah melapuk 7. Tanah yang dalam dengan lapisan bawahnya 2,0 berpermeabilitas sedang, di atas substrata telah melapuk 8. Tanah yang dalam dengan lapisan bawah yang permeabel, di atas substrata telah melapuk 2,5 Catatan : Kedalaman tanah efektif yaitu kedalaman tanah yang baik bagi pertumbuhan akar tanaman, yaitu sampai pada lapisan yang tidak dapat ditembus akar tanaman. Kriterianya : > 90 cm = dalam 50-90 cm = sedang 25-50 cm = dangkal < 25 cm = sangat dangkal. 6 dari 9

Lampiran C (normatif) Koefisien aliran permukaan dari berbagai jenis tanah, penggunaan dan pengelolaannya Indikator keberhasilan konservasi tanah dan air sesuai dengan butir 8.1.c. terdiri dari: No Tanaman penutup tanah dan kondisi hidrologi Koefisien C untuk laju hujan 25 mm/jam 100 mm/jam 200 mm/jam 1 Tanaman dalam baris, buruk 0,63 0,65 0,66 2 Tanaman dalam baris, baik 0,47 0,56 0,62 3 Padian, buruk 0,38 0,38 0,38 4 Padian, baik 0,18 0,21 0,22 5 Padang rumput potong, pergiliran tanaman, baik 0,29 0,36 0,39 6 Padang rumput, pengembangan tetap, baik 0,02 0,17 0,23 7 Hutan, baik 0,02 0,10 0,15 7 dari 9

Lampiran D (normatif) Perhitungan kebutuhan hidup layak (KHL) Indikator keberhasilan konservasi tanah dan air sesuai dengan butir 8.2. terdiri dari: Kebutuhan fisik minimum (KFM) Kebutuhan fisik minimum adalah 400 Kg beras per kapita/tahun untuk pangan, pakaian dan rumah a. Kebutuhan Hidup Layak (KHL): b. Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) ditambah kebutuhan pendidikan, kesehatan, asuransi dan tabungan. c. Kebutuhan Hidup Layak (KHL)= 250 % x KFM d. Kebutuhan Fisik Minimum adalah setara 400 kg e. Ada Kebutuhan Hidup Tambahan (KHT): 1) 50 % KFM adalah untuk Pendidikan dan kegiatan sosial 2) 50 % KFM adalah untuk tambahan kesehatan dan rekreasi, 3) 50 % KFM adalah untuk asuransi dan tabungan. Kebutuhan hidup per orang diperkirakan 2000 kkal - 2900 kkal setara dengan 350 g beras Sebulan dikalikan 30 hari =10,5 kg per orang 10,5 kg dibulatkan menjadi 11 kg per orang per bulan = 132 kg per orang per tahun Ini hanya untuk kebutuhan makan. Perlu pangan, sandang dan papan. Sehingga untuk kebutuhan fisik minimum 3 x 132 kg = 396 kg per orang (dibulatkan 400 kg per orang) Kebutuhan hidup layak, diperlukan : 50% KFM adalah untuk Pendidikan dan kegiatan sosial 50% KFM adalah untuk tambahan kesehatan dan rekreasi, 50% KFM adalah untuk asuransi dan tabungan. Sehingga kebutuhan hidup layak per orang = 250% x KFM Jika dalam keluarga terdapat jumlah orang misalnya 5 orang, maka : KHL = 250% x 400 kg x 5 orang x harga beras 8 dari 9

Abdurahman Adi. Pengelolaan lahan kering. Bibliografi Ditjen Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial. 2011. Manual Konservasi Tanah dan Air untuk Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Schwab et al. 1966. Soil and water conservation engineering Sitanala, Arsyad. 2006. Konservasi tanah dan Air Peraturan Menteri Kehutanan No: P70/MENHUT-II/2008 tentang Pedoman Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Permenhut No.: P.26/MENHUT-II/2010 tentang Perubahan terhadap Permenhut No. P.70/MENHUT-II/2008 tentang Pedoman Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Permnehut No.: P.9/MENHUT-II/2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kegiatan Pendukung dan Pemberian Insentif Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Peraturan Menteri Pertanian nomor 47/OT.140/10/2006 Pedoman Umum Budidaya Pertanian pada Lahan Pegunungan Peraturan Menteri Pertanian Pengelolaan lahan kering Peraturan Dirjen Bina Pengelolaan DAS dan Pehutanan Sosial No.: P1/V-SET/2013 tetnang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Undang undang No. 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan World Overview of Conservation Approaches and Tachnologies (WOCAT), 1996. 9 dari 9