BAB I PENDAHULUAN. terciptanya manusia yang cerdas dan terampil (Ristanto, 2010).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada pengembangan kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

percaya diri siswa terhadap kemampuan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Syah, 2008). Pendidikan formal

I. PENDAHULUAN. bahwa pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

tingkatan yakni C1, C2, C3 yang termasuk dalam Lower Order Thinking dan C4, C5, C6 termasuk dalam Higher Order Thinking Skills.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan memang memiliki peranan penting dalam kehidupan umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Materi Ekologi merupakan materi yang mempelajari hubungan timbal balik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

konstribusi yang sangat besar dalam memenuhi kebutuhan manusia semakin meningkat (Burns dan Bottino, 1989). Namun sangat disayangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dinamis serta perkembangan yang baik. Menurut Buchori 2001 dalam Trianto

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tri Suci Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. rasa ingin tahu (curiosity) siswa, proses uji coba (trial and error), analisa konsep

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi, pendidikan di Indonesia masih memiliki

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia menurut Faizi (2013) adalah cabang ilmu pengetahuan alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Fauziah Nurrochman, 2015

BAB I PENDAHULUAN Bab I tentang Sistem Pendidikan Nasional: pendidikan adalah usaha sadar

I. PENDAHULUAN. kehidupan. Setyawati (2013:1) menyatakan bahwa peningkatan kualitas

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang dimiliki oleh siswa. Melalui pendidikan diharapkan bangsa ini dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu pendidikan tentu tidak terlepas dengan pembelajaran di

BAB I PENDAHULUAN. seorang guru, bukan hanya sekadar mengajar (teaching) tetapi lebih ditekankan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, manusia lebih mudah menerima informasi yang melimpah, cepat, praktis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang. segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan pembelajaran seperti

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem pendidikan nasional

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang kompleks yang

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arum Wulandari, 2015

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang wajib diikuti oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Gejala umum yang terjadi pada peserta didik saat ini adalah malas berpikir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia serta kemajuan bangsa, sehingga maju dan mundurnya

I. PENDAHULUAN. karena melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada proses belajar mengajar ada interkasi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru, dimana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi dari berbagai media massa, baik media cetak atau elektronika sering dikemukakan bahwa mutu

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya dan dapat membangun pengetahuannya sendiri (student centered. digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran masih kurang.

1. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu yang mengaplikasikan konsep dalam kehidupan nyata.

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi sarana proses belajar-mengajar untuk mencapai hasil prestasi siswa

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal.

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lembaga pendidikan adalah salah satu harapan besar bagi negeri ini agar bisa bangkit dari keterpurukan kualitas pendidikan dalam semua aspek dan jenjang pendidikan. Kualitas pendidikan tersebut sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan terampil (Ristanto, 2010). Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam dan hubungannya dengan alam sekitar (BSNP, 2006). Hal ini berarti pembelajaran sains bukan hanya sekedar teori saja, melainkan harus melakukan aktivitas, mengetahui dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan pembelajaran sehingga mampu membentuk keterampilan yang dapat diaplikasikan pada kehidupan nyata. Survei dari Trend International Mathematic Science (TIMSS) tahun 2007 melaporkan mengenai nilai rata-rata sains pada domain kognitif yang merupakan aspek penting dalam kemampuan pemecahan masalah. Indonesia berada pada peringkat 36 dari 49 negara di dunia. Indonesia memperoleh skor knowing 425, applying 426, dan reasoning 438. Selanjutnya Survey TIMSS pada tahun 2011, Indonesia memiliki skor rata-rata kemampuan di bidang sains 406 di bawah skor ratarata TIMSS, yaitu 500 (IEA, 2011). Kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah merupakan kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam belajar sains. Berpikir kreatif dapat mendorong 1

2 siswa untuk menyebutkan banyak ide dan contoh-contoh serta solusi penyelesaian yang berhubungan dengan kehidupannya. Hal ini dikarenakan berpikir kreatif merupakan tahapan bereksplorasi dan elemen penting dalam memecahkan masalah (Runco, 2004). Materi Biologi adalah materi yang menekankan pengalaman langsung karena berhubungan dengan lingkungan. Salah satu materi biologi yang dibahas yaitu mengenai sistem pencernaan makanan. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak permasalahan yang berkaitan dengan sistem pencernaan makanan yang tidak disadari siswa, dikarenakan siswa tidak terbiasa belajar melalui permasalahan-permasalahan. Dari hasil observasi, ditemukan masih banyak siswa yang tidak paham mengenai makanan yang dikonsumsi, hal ini dikarenakan siswa tidak mampu menyebutkan dengan baik zat makanan yang terkandung dalam makanan yang dimakan. Siswa juga masih suka mengkonsumsi jajanan pedas seperti mie yang ditambahkan banyak saus ataupun cabai, padahal sebagian dari mereka belum sarapan dan ada yang mengeluhkan perutnya terasa perih setelah makan. Siswa juga tidak tahu bahwa ada zat aditif yang ditambahkan pada makanan sehingga tidak baik apabila dikonsumsi terlalu banyak dan masih memilih-milih jajanan sesuai dengan rasanya tanpa memperhatikan gizi dan kesehatan. Permasalahan lainnya yang ditemukan berkaitan dengan materi yaitu masih adanya siswa yang tidak mampu menyebutkan urutan jalannya makanan yang kita makan berdasarkan sistem pencernaan makanan bahkan tidak mampu menyebutkan dengan baik enzim-enzim yang terdapat dalam sistem pencernaan makanan dan organ

3 yang mensekresikan enzim tersebut, serta hanya mampu menyebutkan satu atau dua penyakit saja yang berkaitan dengan sistem pencernaan makanan. Berdasarkan hasil observasi peneliti tersebut, diketahui bahwa pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di SMA Negeri 1 Muara Batu, masih dominan konvensional, artinya pembelajaran masih berpusat kepada guru. Pembelajaran konvensional ini berbentuk ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Proses diskusi dan tanya jawab yang terjadi di kelas hanya bersifat teoritis saja dan tidak bersifat kontekstual. Disisi lain muncul permasalahan lemahnya kemampuan siswa dalam menggunakan cara berpikirnya untuk menjawab soal berbentuk analisis. Hal ini dikarenakan guru cenderung menyampaikan informasi dengan cara berceramah di kelas sedangkan siswa mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru dan meniru apa yang dicatat oleh gurunya sehingga pengetahuan yang dimiliki siswa terbatas dengan apa yang diberikan oleh guru. Siswa tidak diajak untuk berpikir secara kreatif dengan menuangkan ide-idenya sendiri dan memecahkan masalah yang dihadapinya berkaitan dengan sistem pencernaan. Pembelajaran konvensional juga mengarahkan siswa untuk mengahafal sejumlah informasi yang diberikan sehingga siswa sulit menghubungkan konsep satu dengan konsep lainnya dan sulit memahami konsep. Kondisi tersebut berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa yang terlihat dari nilai rata-rata ujian semester dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran biologi SMAN 1 Muara Batu didapatkan informasi bahwa untuk nilai ratarata tahun ajaran (1) 2012/2013 = 65, sedangkan nilai KKM nya = 70; (2) tahun

4 ajaran 2013/2014 = 68, yaitu dibawah nilai KKM nya = 70; dan (3) tahun ajaran 2014/2015 = 72, yaitu dibawah nilai KKM nya = 75. Kurang bervariasinya model pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas memposisikan guru sebagai pentransfer pengetahuan. Pembelajaran dalam bentuk transfer pengetahuan kurang mampu meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Padahal kemampuan berpikir akan muncul apabila selama proses pembelajaran, guru membangun pola interaksi dan komunikasi yang lebih menekankan pada proses pembentukan pengetahuan secara aktif. Guru sebagai salah satu faktor penunjang keberhasilan dalam proses belajar mengajar memegang peranan penting untuk menjadikan siswa terampil. Salah satunya guru dapat menggunakan model-model pembelajaran untuk materi yang diajarkannya. Sudjana (2005) mengemukakan bahwa: guru menempati kedudukan sentral, sebab peranannya sangat menentukan. Oleh karena itu, kualitas guru sangat menentukan akan hasil pembelajaran yang diharapkan. Penerapan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan memberikan dampak yang baik bagi perkembangan belajar siswa. Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang diterjemahan dari kata Problem based learning (PBL). PBM merupakan salah satu model pembelajaran yang mengorientasikan masalah diawal pembelajaran. Masalah dijadikan kasus untuk memulai suatu topik pembelajaran. PBM merupakan model pembelajaran yang sangat baik dalam merubah paradigma pendidikan sains. PBM menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran sehingga siswa ikut terlibat dalam pembelajaran mereka sendiri, hal ini menggesarkan peran guru sebagai pemberi ilmu

5 pengetahuan dan menjadikan siswa lebih terampil dalam proses pembelajaran (Allchin, 2013) Dalam penerapannya PBM mengimplementasi masalah yang kontekstual sehingga memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah disamping memperoleh ilmu pengetahuan dari materi khusus yang dipelajarinya (Jonassen, 2011). Lebih lanjut Dole et al, (2015) mengemukakan bahwa PBM mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk belajar lebih dalam, termasuk penguasaan konten, berpikir kritis dan pemecahan masalah, komunikasi yang efektif, belajar mandiri, dan pola pikir akademik. Hasil penelitian Gordon et al dalam Sungur (2006) menemukan bahwa PBM membantu siswa mengembangkan keterampilan interpersonal, berpikir kritis dan mencari informasi. Awang dan Ishak (2008) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, karena siswa diajak untuk berpikir dan menyelesaikan masalah. Seperti halnnya Pembelajaran Berbasis Masalah, pembelajaran group investigation (GI) juga merupakan model pembelajaran yang sesuai dengan paradigma konstruktivis. Siswa mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk terlibat langsung dan aktif dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan sampai cara mempelajari suatu topik. Group Investigation (GI) memberi kebebasan kepada pembelajar untuk berfikir secara analitis, kritis, kreatif, reflektif dan produktif (Isjoni, 2009). Pada dasarnya model pembelajaran Group Investigation (GI) ini dirancang untuk membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi mengenai

6 masalah itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan menguji hipotesis (Taniredja et al, 2011). Dengan kelebihan yang ada dalam PBM dan Group Investigation (GI) maka perlu diteliti penggunaan kedua model pembelajaran ini pada materi sistem pencernaan makanan dengan menggunakan permasalahan-permaslahan yang kontekstual dengan kehidupan siswa sebagai solusi agar siswa lebih aktif dalam proses belajar sehingga dapat melatih kemampuan berpikir kreatif dan mampu memecahkan masalah yang diharapkan dapat bermanfaat dalam kehidupan seharihari. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah berhubungan dengan pembelajaran biologi disekolah, antara lain: 1. Banyak permasalahan yang berkaitan dengan sistem pencernaan makanan yang tidak disadari siswa. 2. Siswa tidak terbiasa belajar melalui permasalahan-permasalahan. 3. Masih banyak siswa yang tidak paham mengenai makanan yang dikonsumsi. 4. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru masih dominan konvensional (pembelajaran masih berpusat kepada guru). 5. Proses diskusi dan tanya jawab yang terjadi di kelas hanya bersifat teoritis saja dan tidak bersifat kontekstual. 6. Lemahnya kemampuan siswa dalam menggunakan cara berpikirnya untuk menjawab soal berbentuk analisis.

7 7. Guru cenderung menyampaikan informasi dengan cara berceramah di kelas sedangkan siswa mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru dan meniru apa yang dicatat oleh gurunya. 8. Pengetahuan yang dimiliki siswa terbatas dengan apa yang diberikan oleh guru. 9. Siswa tidak diajak untuk berpikir secara kreatif dengan menuangkan ide-idenya sendiri dan memecahkan masalah yang dihadapinya berkaitan dengan sistem pencernaan. 10. Pembelajaran konvensional juga mengarahkan siswa untuk mengahafal sejumlah informasi yang diberikan oleh guru. 11. Siswa sulit menghubungkan konsep satu dengan konsep lainnya dan sulit memahami konsep. 12. Masih rendahnya hasil belajar Biologi siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Muara Batu. 13. Kurang bervariasinya model pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas memposisikan guru sebagai pentransfer pengetahuan. 14. Pembelajaran dalam bentuk transfer pengetahuan kurang mampu meningkatkan kemampuan berpikir siswa. 1.3 Batasan Masalah Identifikasi masalah yang telah disebutkan sebelumnya menunjukkan bahwa adanya permasalahan yang perlu dicari penyelesaiannya maka penelitian ini perlu dibatasi agar menjadi lebih terfokus pada permasalahan mendasar dan memberikan dampak yang luas terhadap hasil belajar, keterampilan berpikir kreatif, dan

8 keterampilan pemecahan masalah. Berkaitan dengan hal tersebut, maka penelitian ini membatasi permasalahan pada: 1. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan group investigation. 2. Materi pelajaran biologi dalam penelitian ini yaitu materi kelas XI semester II tentang sistem pencernaan makanan yang meliputi zat-zat makanan, alat-alat pencernaan makanan, proses pencernaan makanan, penyakit/kelainan pada sistem pencernaan dan sistem pencernaan makanan pada hewan. 3. Hasil belajar siswa yang diukur berupa kemampuan kognitif pada ranah kognitif taksonomi Bloom (C 1 -C 6 ). 4. Kemampuan berpikir kreatif siswa yang diukur dalam penelitian ini menggunakan petunjuk yang diberikan oleh Munandar (1977). 5. Kemampuan pemecahan masalah siswa yang diukur dalam penelitian ini menurut Polya (1985) dan Gagne (1992). 1.4 Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah dan identifikasi masalah maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan group investigation (GI) terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Muara Batu? 2. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan group investigation (GI) terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Muara Batu?

9 3. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan group investigation (GI) terhadap kemampuan memecahkan masalah siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Muara Batu? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan group investigation (GI) terhadap hasil belajar biologi siswa SMA Negeri 1 Muara Batu. 2. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan group investigation (GI) terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa SMA Negeri 1 Muara Batu. 3. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan group investigation (GI) terhadap kemampuan memecahkan masalah siswa SMA Negeri 1 Muara Batu. 1.6 Manfaat Penelitian Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acauan bagi guru dan peneliti selanjutnya, yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan group investigation (GI). Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi guru biologi sebagai salah satu pertimbangan bagi guru untuk menggunakan model pembelajaran aktif dalam menyampaikan materi pembelajaran biologi dan meningkatkan keterampilan berpikir aktif pada siswa.