Keputusasaan (Hopelessness) Pengertian Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat keterbatasan atau tidak adanya alternative atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi energy yang dimilikinya (NANDA, 2005) Tanda dan Gejala 1. Ungkapan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa seperti Saya tidak dapat melakukannya! 2. Klien tampak mengeluh dan murung (blue mood) 3. Klien berbicara seperlunya 4. Klien menunjukkan kesedihan, afek datar dan tumpul. 5. Klien mengisolasi diri 6. Kontak mata klien kurang 7. Klien mengangkat bahu sebagai tanda masa bodah terhadap situasi yang ada 8. Klien menunjukkan gejala kecemasan 9. Nafsu makan klien berkurang 10. Peningkatan waktu tidur klien 11. Klien tidak mau terlibat dalam perawatan 12. Klien mengalami penurunan perhatian kepada orang lain Rentang Respon Respon adaptif Respon maladaptive Kepekaan Reaksi berduka Supresi emosi Penundaan Putus asa Emosional tak terkomplikasi reaksi berduka
Keterangan 1. Kepekaan emosional Kepekaaan ini biasanya berperan aktif dalam dunia internal dan eksternal seseorang. Secara umum orang yang mengalami kepekaan emosional akan menampilakan sikap terbuka akan perasaannya sendiri. 2. Reaksi berduka tak terkomplikasi Reaksi ini muncul sebagai respon terhadap kehilangan dan secara umum menunjukkan bahwa seseorang sedang menghadapi suatu kehilangan yang nyata, serta terbenam dalam proses berduka. 3. Supresi emosi Reaksi ini muncul sebagai penyangkalan terhadap perasaan sendiri, timbulnya pelepasan dari keterikatan dengan emosi atau penalaran terhadap semua aspek dari efektif seseorang. Artinya seseorang berusaha memberikan alasan yang logis terhadap semua sikap yang ditampilkannya sehingga orang lain akan berusaha untuk memahaminya. 4. Penundaan reaksi berduka Biasanya reaksi ini muncul pada awal proses berkabung dan mungkin akan berlanjut hingga bertahun-tahun. 5. Putus asa Keadaan subjektif seorang individu yang melihat keterbatasan atau tidak adanya alternative atau pilihan dari pribadinya dan tidak dapat memobilisasi energy yang dimilikinya. Faktor Predisposisi 1. Teori Kehilangan Teori ini berhubungan dengan factor perkembangan misalnya kehilangan orang tua pada masa anak-anak. Teori ini menjelaskan bahwa seseorang tidak berdaya dalam mengatasi kehilangan 2. Teori Kepribadian Teori ini menjelaskan ada kepribadian seseorang yang menyebabkan rentan terhadap suatu rasa putus asa. 3. Model Kognitif
Model ini menjelaskan bahwa putus asa merupakan masalah kognitif yang didominasi oleh penilaian negative seseorang terhadap diri sendiri, lingkungan, dan masa depan. 4. Model Belajar Ketidakberdayaan Putus asa dimulai dari kehilangan kendali diri kemudian menjadi pasif dan tidak mampu menyelesaikan masalah. Setelah itu, pada individu timbul keyakinan akan ketidakmampuan mengendalikan kehidupan sehingga tidak berupaya mengembangkan respon yang adaptif. 5. Model Perilaku Putus asa terjadi karena kurangnya pujian positif selama berinteraksi dengan lingkungan. 6. Model Biologis Pada keadaan ini, dalam tubuh seseorang terjadi penurunan zat kimiawi yaitu katekolamin, tidak berfungsinya endokrin dan terjadi peningkatan sekresi dari kortisol. Faktor Presipitasi 1. Faktor Biologis Bila seseorang mengalami gangguan fisik tertentu, atau pengobatan yang berlangsung lama akan menyebabkan seseorang mengalami kondisi putus asa. 2. Faktor Psikologis Bila seseorang merasa kehilangan kasih sayang dari seseorang yang dicintainya atau kehilangan harga dirinya akan menyebabkan kondisi putus asa. 3. Faktor Sosial Budaya Bila seseorang mengalami kehilangan peran karena adanya perceraian atau kehilangan pekerjaan karena pemutusan pekerjaan akan menyebabkan kondisi putus asa. Berdasarkan proses terjadinya masalah diatas, maka klien yang mengalami keputusasaan akan menampilkan perasaan diri negative terhadap diri maupun lingkungan sekitarnya yang diakibatkan karena adanya keyakinan akan ketidakmampuan diri dalam menghadapi kehidupan. Selain itu, bila lingkungan eksternal tidak memberikan dukungan akan sikap dan perilakunya yang tidak adaptif akan menyebabkan reaksi mengisolasi diri dan resiko tinggi timbulnya ide bunuh diri.
Pohon Diagnosis Resiko tinggi bunuh diri Isolasi sosial Keputusasaan Harga diri rendah situasional Kehilangan Masalah yang dapat timbul antara lain: 1. Keputusasaan 2. Kehilangan 3. Harga diri rendah situasional 4. Isolasi sosial 5. Resiko tinggi bunuh diri Diagnosis Keperawatan berdasarkan prioritas 1. Resiko tinggi bunuh diri 2. Keputusasaan 3. Kehilangan 4. Harga diri rendah situasional 5. Isolasi sosial
Rencana Tindakan Keperawatan Tujuan : - Klien dapat menyampaikan penderitaan yang dialami secara terbuka dan konstruktif kepada orang lain - Klien dapat mengenang kehidupannya yang positif - Klien dapat mempertimbangkan makna dan nilai-nilai hidupnya - Klien dapat berpartisipasi dalam peran yang bermakna Intervensi : - Beri kesempatan bagi klien untuk mengungkapkan perasaan sedih atau keputusasaan - Tetapkan adanya perbedaan antara cara pandang klien terhadap kodisinya dengan cara pandang perawat terhadap kondisi klien - Bantu klien mengidentifikasi tingkah laku yang mendukung putus asa - Diskusikan dengan klien cara yang biasa dilakukan untuk mengatasi masalah - Dukung klien untuk menggunakan koping efektif - Berikan alternative penyelesaian masalah Tujuan : - Klien tidak mnegalami putus asa yang berkepanjangan Intervensi : - Bantu klien mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaannya - Dengarkan klien dengan seksama - Tunjukkan sikap empati agar klien bersedia mengutarakan keraguan, ketakutan, dan kekhawatirannya - Bantu klien mengidentifikasi hal-hal yang menyenangkan - Bantu klien memahami bahwa ia pribadi yang mampu mengatasi aspek keputusasaan dalam hidupnya - Bantu klien mengidentifikasi sumber-sumber harapan - Bantu klien dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan - Bantu klien dalam mempelajari keterampilan koping yang efektif - Libatkan keluarga dan orang terdekat klien dalam rencana perawatan