Kepekaan Reaksi berduka Supresi emosi Penundaan Putus asa

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN )

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BERDUKA DAN KEHILANGAN. Niken Andalasari

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

Pengertian Kehilangan adalah perubahan dari sesuatu yang ada menjadi tidak ada atau situasi yang diharapkan terjadi tidak tercapai. Kehilangan dapat d

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL KEPUTUSASAAN DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO

BAB I PENDAHULUAN. dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun. komunitas, dalam berhubungan dengan lingkungan manusia harus

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

PROSES TERJADINYA MASALAH

LAPORAN PENDAHULUAN DEPRESI

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan jumlah penderita gangguan jiwa (Nurdwiyanti,2008),

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan meningkatnya penderita gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih. Pengertian

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

Koping individu tidak efektif

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

KEBUTUHAN HARGA DIRI DAN KONSEP DIRI NIKEN ANDALASARI

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di zaman global seperti sekarang

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

Konsep diri, KDK, Sal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang. yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa.

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran)

Konsep Wellbeing dalam Psikologi Positif. Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Psychiatric Association,1994). Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

Selamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

2.1.2Faktor Penyebab Harga Diri Rendah 1. Faktor Predisposisi a). Perkembangan individu yang meliputi : 1). Adanya penolakan dari orang tua.

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

GANGGUAN MOOD (ALAM PERASAAN)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Keputusasaan (Hopelessness) Pengertian Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat keterbatasan atau tidak adanya alternative atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi energy yang dimilikinya (NANDA, 2005) Tanda dan Gejala 1. Ungkapan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa seperti Saya tidak dapat melakukannya! 2. Klien tampak mengeluh dan murung (blue mood) 3. Klien berbicara seperlunya 4. Klien menunjukkan kesedihan, afek datar dan tumpul. 5. Klien mengisolasi diri 6. Kontak mata klien kurang 7. Klien mengangkat bahu sebagai tanda masa bodah terhadap situasi yang ada 8. Klien menunjukkan gejala kecemasan 9. Nafsu makan klien berkurang 10. Peningkatan waktu tidur klien 11. Klien tidak mau terlibat dalam perawatan 12. Klien mengalami penurunan perhatian kepada orang lain Rentang Respon Respon adaptif Respon maladaptive Kepekaan Reaksi berduka Supresi emosi Penundaan Putus asa Emosional tak terkomplikasi reaksi berduka

Keterangan 1. Kepekaan emosional Kepekaaan ini biasanya berperan aktif dalam dunia internal dan eksternal seseorang. Secara umum orang yang mengalami kepekaan emosional akan menampilakan sikap terbuka akan perasaannya sendiri. 2. Reaksi berduka tak terkomplikasi Reaksi ini muncul sebagai respon terhadap kehilangan dan secara umum menunjukkan bahwa seseorang sedang menghadapi suatu kehilangan yang nyata, serta terbenam dalam proses berduka. 3. Supresi emosi Reaksi ini muncul sebagai penyangkalan terhadap perasaan sendiri, timbulnya pelepasan dari keterikatan dengan emosi atau penalaran terhadap semua aspek dari efektif seseorang. Artinya seseorang berusaha memberikan alasan yang logis terhadap semua sikap yang ditampilkannya sehingga orang lain akan berusaha untuk memahaminya. 4. Penundaan reaksi berduka Biasanya reaksi ini muncul pada awal proses berkabung dan mungkin akan berlanjut hingga bertahun-tahun. 5. Putus asa Keadaan subjektif seorang individu yang melihat keterbatasan atau tidak adanya alternative atau pilihan dari pribadinya dan tidak dapat memobilisasi energy yang dimilikinya. Faktor Predisposisi 1. Teori Kehilangan Teori ini berhubungan dengan factor perkembangan misalnya kehilangan orang tua pada masa anak-anak. Teori ini menjelaskan bahwa seseorang tidak berdaya dalam mengatasi kehilangan 2. Teori Kepribadian Teori ini menjelaskan ada kepribadian seseorang yang menyebabkan rentan terhadap suatu rasa putus asa. 3. Model Kognitif

Model ini menjelaskan bahwa putus asa merupakan masalah kognitif yang didominasi oleh penilaian negative seseorang terhadap diri sendiri, lingkungan, dan masa depan. 4. Model Belajar Ketidakberdayaan Putus asa dimulai dari kehilangan kendali diri kemudian menjadi pasif dan tidak mampu menyelesaikan masalah. Setelah itu, pada individu timbul keyakinan akan ketidakmampuan mengendalikan kehidupan sehingga tidak berupaya mengembangkan respon yang adaptif. 5. Model Perilaku Putus asa terjadi karena kurangnya pujian positif selama berinteraksi dengan lingkungan. 6. Model Biologis Pada keadaan ini, dalam tubuh seseorang terjadi penurunan zat kimiawi yaitu katekolamin, tidak berfungsinya endokrin dan terjadi peningkatan sekresi dari kortisol. Faktor Presipitasi 1. Faktor Biologis Bila seseorang mengalami gangguan fisik tertentu, atau pengobatan yang berlangsung lama akan menyebabkan seseorang mengalami kondisi putus asa. 2. Faktor Psikologis Bila seseorang merasa kehilangan kasih sayang dari seseorang yang dicintainya atau kehilangan harga dirinya akan menyebabkan kondisi putus asa. 3. Faktor Sosial Budaya Bila seseorang mengalami kehilangan peran karena adanya perceraian atau kehilangan pekerjaan karena pemutusan pekerjaan akan menyebabkan kondisi putus asa. Berdasarkan proses terjadinya masalah diatas, maka klien yang mengalami keputusasaan akan menampilkan perasaan diri negative terhadap diri maupun lingkungan sekitarnya yang diakibatkan karena adanya keyakinan akan ketidakmampuan diri dalam menghadapi kehidupan. Selain itu, bila lingkungan eksternal tidak memberikan dukungan akan sikap dan perilakunya yang tidak adaptif akan menyebabkan reaksi mengisolasi diri dan resiko tinggi timbulnya ide bunuh diri.

Pohon Diagnosis Resiko tinggi bunuh diri Isolasi sosial Keputusasaan Harga diri rendah situasional Kehilangan Masalah yang dapat timbul antara lain: 1. Keputusasaan 2. Kehilangan 3. Harga diri rendah situasional 4. Isolasi sosial 5. Resiko tinggi bunuh diri Diagnosis Keperawatan berdasarkan prioritas 1. Resiko tinggi bunuh diri 2. Keputusasaan 3. Kehilangan 4. Harga diri rendah situasional 5. Isolasi sosial

Rencana Tindakan Keperawatan Tujuan : - Klien dapat menyampaikan penderitaan yang dialami secara terbuka dan konstruktif kepada orang lain - Klien dapat mengenang kehidupannya yang positif - Klien dapat mempertimbangkan makna dan nilai-nilai hidupnya - Klien dapat berpartisipasi dalam peran yang bermakna Intervensi : - Beri kesempatan bagi klien untuk mengungkapkan perasaan sedih atau keputusasaan - Tetapkan adanya perbedaan antara cara pandang klien terhadap kodisinya dengan cara pandang perawat terhadap kondisi klien - Bantu klien mengidentifikasi tingkah laku yang mendukung putus asa - Diskusikan dengan klien cara yang biasa dilakukan untuk mengatasi masalah - Dukung klien untuk menggunakan koping efektif - Berikan alternative penyelesaian masalah Tujuan : - Klien tidak mnegalami putus asa yang berkepanjangan Intervensi : - Bantu klien mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaannya - Dengarkan klien dengan seksama - Tunjukkan sikap empati agar klien bersedia mengutarakan keraguan, ketakutan, dan kekhawatirannya - Bantu klien mengidentifikasi hal-hal yang menyenangkan - Bantu klien memahami bahwa ia pribadi yang mampu mengatasi aspek keputusasaan dalam hidupnya - Bantu klien mengidentifikasi sumber-sumber harapan - Bantu klien dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan - Bantu klien dalam mempelajari keterampilan koping yang efektif - Libatkan keluarga dan orang terdekat klien dalam rencana perawatan