Judul Artikel MENGENAL 10 MATA AIR DI WILAYAH PANDEGLANG. Di tulis oleh: Subki, ST

dokumen-dokumen yang mirip
Judul Artikel PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR DI KABUPATEN SERANG. Di tulis oleh: Subki, ST

BAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya air bersifat dinamis dalam kualitas dan kuantitas, serta dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

PENDAHULUAN Latar Belakang

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada

KAJIAN ALTERNATIF PENYEDIAAN AIR BAKU UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA PERIKANAN DESA PAMOTAN KECAMATAN DAMPIT KABUPATEN MALANG

DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN. Sub Kompetensi

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR DOMESTIK PENDUDUK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN Analisis Situasi Mitra

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

TINJAUAN PUSTAKA. meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin. Dalam ilmu perairan

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR...

I. PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber kehidupan yang mutlak diperlukan oleh semua

Repository.Unimus.ac.id

Gambar 4. Keadaan sebelum dan sesudah adanya pengairan dari PATM

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB II TINJAUAN UMUM

4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Hygiene

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mahluk hidup, termasuk manusia. Penggunaan air oleh manusia sangat beraneka

BAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK Faris Afif.O,

I. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri.

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

Perencanaan Peningkatan Pelayanan Sanitasi di Kelurahan Pegirian Surabaya

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB 4 POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah atau disebut sebagai underground river, misalnya sungai bawah tanah di

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III TINJAUAN WILAYAH

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebidang lahan yang menampung air hujan

IDENTIFIKASI MANFAAT DAN KERUGIAN PERTAMBANGAN. 6.1 Indentifikasi Manfaat yang Dirasakan Masyarakat dari Kegiatan. Kabupaten. perusahaan.

BAB II HASIL IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS POTENSI

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Pengelolaan Situ Rawa Badung. akibat pembangunan jalan dan pemukiman (lihat Gambar 3).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Umum

PEMANFAATAN SUNGAI BAWAH TANAH GUA NGGUWO UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN AIR PENDUDUK DESA GIRI ASIH, KECAMATAN PURWOSARI, KABUPATEN GUNUNG KIDUL

Pengembangan Sistem Panen Hujan dan Aliran Permukaan untuk Mengurangi Risiko Kekeringan Mendukung Ketahanan Pangan

PEMANFAATAN KAWASAN UMBUL TLATAR KECAMATAN BOYOLALI KABUPATEN BOYOLALI BERDASARKAN PENDAPAT MASYARAKAT TUGAS AKHIR

Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran

BAB I PENDAHULUAN. Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penyehatan Lingkungan Permukiman bertujuan untuk mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni, sehat, aman, produktif dan berkelanjutan melalui

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, yang berarti

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA

I. PENDAHULUAN. bagi manusia. Bagi kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan air baik

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU

IRIGASI AIR TANAH DALAM / IRIGASI TEKANAN/POMPA

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah

BAB IV PANDUAN KONSEP

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Mengidentifikasi Kelangkaan Sumberdaya Air di Desa Cijeruk

BAB IV KAJIAN DATA LAPANGAN IV.1 KAJIAN STRUKTUR MASYARAKAT DAN PERMUKIMAN

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi

ARI WISONO X

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Lokasi Studi.

ANALISA KEBUTUHAN AIR BERSIH KOTA BATAM PADA TAHUN 2025

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

Transkripsi:

Judul Artikel MENGENAL 10 MATA AIR DI WILAYAH PANDEGLANG Di tulis oleh: Subki, ST Disampaikan kepada: Tim redaktur/pengelola website DLHK Provinsi Banten Kawasan pusat pemerintahan provinsi banten (KP3B) Jl. Syech nawawi Albantani, palima Curug Kota Serang Telp. (0254) 267 094. Web. Dlhk.bantenprov.go.id

MENGENAL 10 MATA AIR DI WILAYAH PANDEGLANG Jumlah mata air di Kabupaten Pandeglang hasil verifikasi data sekunder berjumlah ± 25 mata air. Mata air yang cukup banyak ditemukan terdapat di Kecamatan Kaduhejo yang tersebar sebanyak 8 sumber mata air dan lainnya terdapat di Kecamatan Pulosari dan Kecamatan Mandalawangi. Berikut sepuluh profil mata air yang ada di kabupaten pandeglang yang penulis rangkum dari berbagai sumber: 1. Mata Air Ciajeng Mata air Ciajeng berlokasi di desa Nembol Kecamatan Mandalawangi. Mata air Ciajeng saat ini kondisinya relatif sedang. Dari segi kuantitas air, sumber mata air ini hanya digunakan sebagai kolam penampungan ikan dan MCK warga setempat. Secara visual, kondisi air dari mata air Ciajeng ini sangat jernih. Saat ini pengelolaan hanya dilakukan secara sederhana dengan membendung mata air mdan membuat batasan dengan badan jalan. Di daerah sekitar mata air Ciajeng masih terdapat vegetasi sebagai salah satu cathcment area. Berdasarkan tutupan vegetasinya daerah ini masih memiliki vegetasi yang tergolong cukup baik. Penggunaan lahan dalam radius 200 m dengan luasan 12,56 ha didominasi oleh kawasan hutan sebesar 59,26%%, dan kawasan perkebunan sebesar 40,72%. Dalam hal tingkat kekritisan sumberdaya lahan, daerah ini masih dalam kategori

agak kritis. Tipikal jenis tanah di lokasi ini umumnya adalah tanah jenis latosol dan kemiringan lokasi sekitar >40% dengan elevasi sebesar 400 meter di atas permukaan laut (m.dpl). 2. Mata Air Cigede Mata Air Cigede berlokasi di desa Nembol Kecamatan Mandalawangi. Dari segi kuantitas, kondisi mata air pada sumber mata air Cigede kurang baik di musim kemarau. Akan tetapi pada musim penghujan, sumber mata air ini cukup baik (informasi warga). Walaupun demikian, saat musim kemarau, sumber mata air ini masih mengalirkan air dari bagian atasnya. Secara visual, kondisi air sangat jernih dan biasanya digunakan oleh warga setempat sebagai tempat pemandian. Di area sumber mata air Cigede, sebagian besar lahannya digunakan untuk perkebunan masyarakat yaitu sekitar 72,99% dari luasan lahan sebesar 12,56 ha pada radius 200 m dan siasanya 26,99% adalah lahan kawasan hutan. Berdasarkan tutupan lahannya, vegetasi di sekitar sumber mata air Cigede masih dalam kategori baik, walaupun tingkat kekritisan secara umum masuk dalam kategori agak kritis. Jenis tanah di area sumber mata air umumnya memiliki tanah jenis Latosol dan kemiringan di area lokasi adalah >40% dengan elevasi sebesar 427 m.dpl. Di dekat sumber mata air telah di lakukan pembuatan selokan air dalam bentuk permanen.

3. Mata Air Cibuntu Mata air Cibuntu berlokasi di Desa Sukamanah Kecamatan Kaduhejo. Secara visual mata air Cibuntu cukup jernih, akan tetapi berdasarkan kuantitas airnya kondisi mata air Cibuntu relatif sedang. Di bagian tepi dari sumber mata air ini terdapat aliran air panas dari atasnya. Sumber mata air ini digunakan oleh masyarakat sekitar sebagai tempat pemandian dan sebagai sumber air bersih untuk masak, sumber air minum, dll. Saat ini lokasi sumber mata air telah dibendung seperti kolam penampungan. Pada radius 200 m dari sumber mata air, sebagaian besar lahannya digunakan sebagai area perkebunan sebesar 96,92% dari total luas lahan sebesar 12,56 ha dan sisanya digunakan sebagai area budidaya lahan basah sebesar 3,07%. Tipikal tanah di area ini umumnya adalah tanah jenis latosol dan kemiringan lokasi ini sekitar 9-15% dengan elevasi 166 m.dpl. Dalam hal tingkat kekritisan sumberdaya lahan, daerah ini masuk dalam kategori tidak kritis. 4. Mata Air Ciereng Mata air Ciereng terletak di desa Sukamanah Kecamatan Kaduhejo. Sumber mata air Ciereng berada di dalam rimbunan vegetasi. Secara kuantitas, sumber mata air Ciereng masih dalam kategori relatif baik. Kondisi air pada mata air ini cukup jernih, sehubungan dengan fungsinya yang dijadikan sebagai tempat pemandian dan sumber air bersih untuk memasak. Saat ini, mata air dibiarkan mengalir secara alami dan tidak dilakukan pembendungan pada sumbernya. Sebagian masyarakat mengambil air tersebut melalui mesin pompa dan dialirkan dengan pipa atau selang penyaluran. Selain itu, di lokasi sumber telah dibuatkan pengaliran dengan pipa untuk memudahkan masyarakat saat mengambilnya secara langsung di lokasi sumber.

Sumber mata air Ciereng, belum dilakukan pembuatan bendungan seperti kolam pemandian. Dalam radius 200 m dari sumber air, sebagian besar penggunaan lahannya adalah kawasan perkebunan sebesar 99,56% dari total luasan sebesar 12,56 ha dan sisanya sebesar 0,43% adalah budidaya lahan basah. Dalam hal tingkat kekritisan lahan, lokasi ini masuk dalam kriteria potensial kritis dan elevasi sumber mata air berada pada ketinggian 172 m.dpl dengan kemiringan 9-15%. Sedangkan jenis tanah di lokasi ini umumnya adalah tanah jenis latosol.

5. Mata Air Cilandeuh Mata air Cilandeuh terletak di desa Palurahan Kecamatan Kaduhejo. Sumber mata air Cilandeuh berada dalam kondisi yang relatif baik dengan kuantitas air yang cukup memadai untuk dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Sebagain sumber mata air Cilandeuh ini digunakkan sebagai tempat pemandian oleh masyarakat lokal dan sebagian lagi digunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan rumah tangga melalui penyaluran pipa-pipa air. Sumber mata air ini belum dukelola dengan baik dan masih terlihat seperti alami. Penyaluran air kerumah-rumah warga melalui bantuan pompa air dan memasang selangselang penyaluran yang seadanya sehingga nampak terlihat tidak rapih. Secara visual, kondisi air pada mata air Cilandeuh sangat jernih Dalam hal penggunaan lahan, sebagian besar adalah kawasan perkebunan masyarakat, yaitu sebesar 94,46% dari luas lahan sebesar 12,56 ha pada radius 200 m dari sumber mata air dan sisanya sebesar 5,52% adalah digunakan sebagai budidaya lahan basah. Mata air Cilandeuh berada pada ketinggian 226 m.dpl dengan kemiringan berkisar antara 9-15%. Jenis tanah di area ini umumnya adalah tanah jenis Latosol dengan tingkat kekeritisan lahan masuk dalam kategori tidak kritis. 6. Mata Air Cipicung Mata air Cipicung terletak di desa Sukamanah Kecamatan Kaduhejo. Berada di bawa pohon Picung, dan nampak terlihat seperti tidak dikelola dengan baik. Secara kuantitas air, sumber air dari mata air Cipicung relatif baik. Dalam kondisi musim kemarau, kuantitas air mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih. Sumber mata air ini digunakan oleh masyarakat untuk mandi dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Disamping sumber

mata air, telah dibuatkan pancuran atau saluran air untuk digunakan sebagai tempat wudhu dan mandi. Secara visual, kondisi air cukup jernih, akan tetapi nampak seperti tidak dikelola dengan baik. Hal tersebut terlihat banyak rerumputan dan dedaunan yang berserakan di sumber mata air. Masyarakat sekitar menyalurkan air melalui pompa air dengan memasang pipa dan selang-selang penyaluran. Selain pada sumber mata air, sanitasi lingkungan disekitarnya juga masih terdapat pemandangan yang kurang baik dalam hal sampah domestik (padat). Samapah domestik nampak tertumpuk disekitar sumber mata air, yang seharusnya dijauhkan dan ditempatkan pada tempat pengelolaan sampah. Hal tersebut dapat mengurangi nilai estetika lingkungan sekitar. Di area sumber mata air Cipicung sebagian besar penggunaan lahan pada radius 200 m adalah kawasan perkebunan sebesar 90,93% dari luas lahan sebesar 12,56 ha dan sisanya sebesar 9.05% digunakan sebagai budidaya lahan basah. Mata air Cipicung berada pada ketinggian 192 m.dpl dengan kemiringan berkisar 9-15%. Dalam hal tingkat kekritisan lahan, di area sumber mata air ini berada dalam kategori tidak kritis, dan jenis tanah di area ini umumnya adalah tanah jenis Latosol. 7. Mata Air Cisetu Mata air Cisetu terletak di desa Sukasari Kecmatan Kaduhejo. Pada sumber mata air Cisetu terdapat 3 (tiga) titik sumber mata air yang ditandai sebagai mata air Cisetu 1, mata air Cisetu 2 dan mata air Cisetu 3. Jarak ketiga sumber mata air ini sangat berdekatan satu sama lainnya dan masih dalam satu area. Ketiga sumber mata air Cisetu digunakan oleh

masyarakat sebagai sumber irigasi dan kebutuhan sehari-hari lainnya (mandi, mencuci, memasak, dan juga sebagai salah satu sumber air minum. Terlihat di lokasi sumber mata air terdapat beberapa pipa untuk menyalurkan air, dan sumber mata air ini telah dibuatkan bangunan penampung sebelum disalurkan secara langsung. Dalam kondisi musim kemarau yang cukup panjang, mata air Cisetu 1 (Gambar 3.13) kondisinya yang relatif sedang. Pada kondisi tersebut sumber mata air ini masih dapat mengalirkan air. Air dari sumbernya langsung dialirkan melalui pancuran air ke bak penampungan untuk didistribusikan ke bagian bawahnya. Secara visual, kondisi dari mata air Cisetu 1 cukup jernih. Begitu halnya dengan sumber mata air Cisetu 2, secara visual kondisinya cukup jernih. Air dari sumber mata air ini sebagian dialirkan melalui pipa penyaluran untuk kebutuhan rumah tangga dan sebagian lagi dialirkan di bak penampungan. Bak penampungan pada mata air Cisetu 2 tidak untuk menyimpan air sebagai penyediaan kebutuhan rumah tangga tetapi digunakan sebagai kolam pemandiaan anak-anak seperti layaknya kolam renang skala kecil. Dari segi kuantitas air, mata air Cisetu 2 relatif sedang. Di lokasi sumber mata air telah dibendung secara permanen sebagai salah satu bentuk pengelolaan sumber mata air agar tidak tertimbun oleh reruntuhan batuan atau sampah rerumputan Berbeda dengan mata air Cisetu 3, kuantitas air pada sumber mata air ini relatif sangat baik dibandingkan dengan mata air di bagian bawahnya, yaitu Cisetu 1 dan Cisetu 2. Di titik sumber mata air masih terlihat alami dan tidak dilakukan pembendungan pada titik mata air. Pembendungan hanya dilakukan dibagian bawahnya sebagai bak penampungan sementara, sebelum air disalurkan ke bawahnya. Kondisi bak penampungan sementara ini sudah terlihat retak dan nampak rembesan air disisi kolam penampungan. Secara visual, kondisi fisik air dari sumber mata air ini relatif jernih (Gambar 3.15). Sanitasi lingkungan di area ini relatif baik, baik pada sumber mata air Cisetu 1, Cisetu 2 maupaun pada mata air Cisetu 3. Di area ini telah dibuatkan bendungan irigasi dan sekaligus sebagai situ yang dibangun oelh Dinas PU Provinsi Banten untuk menampung air sebelum disalurkan kebagian bawahnya. Di area sumber mata air Cisetu, sebagian besar penggunaan lahannya adalah peruntukan kawasan perkebunan dengan presentase sebesar 99,98% dari luas lahan 12,56 ha pada radius 200 m. Sumber mata air Cisetu berada pada ketinggian rata-rata sebesar 250 meter di atas permukaan laut (m.dpl) dengan kemiringan berkisar antara 16-25%. Jika dilihat dari tingkat kekritisan lahannya, di area sumber mata air ini masuk dalam kategori agak kritis dan jenis tanah di area ini umumnya adalah tanah jenis latosol. 3

8. Mata Air Citaman Mata air Citaman terletak di desa Sukamanah Kecamatan Kaduhejo. Dalam kondisi musim kemarau yang cukup panjang, mata air citaman tergolong relative cukup baik. Kuantitas air Citaman mampu memenuhi kebutuhan akan air bersih untuk masyarakat sekitar. Peruntukan sumber air pada mata air Citaman umumnya untuk kebutuhan rumah tangga dan sebagaian ditampung sebagai tempat pemandian anak-anak seperti layaknya kolam renang. Secara visual, kondisi fisik air cukup jernih. Air yang mengalir dari titik sumber mata air umumnya ditampung dalam penampungan sebelum didistribusikan ke rumah warga. Di area sumber mata air Citaman, terlihat sanitasi yang cukup baik Berdasarkan tipe tutupan atau penggunaan lahannya, sebagian besar terdiri dari kawasan perkebunan sebesar 94,55% dari luas lahan 12,56 ha pada radius 200 m. Kemudian diikuti oleh penggunaan bududaya lahan basah sebesar 4,34% dan kawasan hutan sebesar 1,10%. Mata air Citaman berada pada ketinggian 172 m.dpl dengan kemiringan berkisar antara 9-15%. Jika dilihat dari tingkat kekritisan lahannya, secara umum area sumber mata air Citaman berada dalam kriteria tidak kritis dan jenis tanah di area ini secara umum adalah tanah jenis Latosol.

9. Mata Air Kasilihan Mata air Kasilihin terletak di desa Cilentung Kecamatan Pulosari. Mata air Kasilihan relatif masih alami dan secara visual kondisi fisik air sangat jernih. Aliran air dari titik sumber sangat cepat dan dari segi kuantitas atau debit air maka mata air Kasilihan relatif sangat baik. Dalam kondisi musim kemarau, aliran air dari mata air ini cukup cepat dan mampu mengalirkan atau mengeluarkan air. Saat ini mata air Kasilihan belum dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai sumber air untuk kebutuhan sehari-hari (Gambar 3.19). Jarak dari pemukiman atau rumah penduduk cukup jauh, yaitu sekitar ± 1 km. Di sumber mata air ini belum terlihat adanya pemeliharaan dan pemanfaatan mata air secara langsung. Air yang keluar dari sumber mata air mengalir mengikuti aliran dibawahnya. Jika sumber mata air ini dikelola dengan baik maka memiliki manfaat sebagai sumber cadangan air bersih yang cukup potensial untuk mendukung keberlangsungan masyarakat akan kebutuhan air bersih di musim kemarau. Secara umum penggunaan lahan di area sumber mata air pada radius 200 m lebih didominasi oleh lahan perkebunan masyarakat sebesar 99,98% dari total luas lahan sebesar 12,56 ha. Sumber mata air Kasilihan berada pada ketinggian 412 m.dpl dengan kemiringan >40%. Untuk tingkat kekeritisan lahan, area sumber mata air Kasilihan berada pada kriteria agak kritis dan jenis tanah di area ini umumnya adalah tanah jenis latosol. Selain terdapat sumber mata air biasa, ditemukan juga sumber mata air panas yang letaknya kurang lebih 500 m sumber mata air Kasilihan. Kuantitas dan debit mata air panas sangat baik jika pada titik sumber dibuatkan bak penampungan untuk menapung air yang keluar dari sumber. Saat ini mata air panas masih terlihat alami dan belum adanya pemanfaatan yang cukup berarti untuk dikelola lebih lanjut oleh masyarakat sekitar. Jika dilihat aliran airnya maka sumber mata air ini cukup petensial sebagai wisata pemandian air panas Kasilihan

Sama halnya dengan sumber mata air Kasilihan yang berada di bawahnya, penggunaan lahan di area mata air panas ini umumnya adalah kawasan perkebunan masyarakat sebesar 99,98% dengan luasan area 12,56 ha pada radius 200 m dari sumber mata air panas. Mata air panas Kasilihan berada pada elevasi 420 m.dpl dengan kemiringan > 40%. Tingkat kekritisan lahan di area sumber mata air panas ini tergolong dalam kategori agak kritis dan tipikal tanah di area ini umumnya adalah tanah jenis Litosol. 10. Mata air panas Cisolong Mata air panas Cisolong merupakan mata air yang sudah dikelola oleh pemda setempat dan pihak swasta sebagai tempat wisata pemandian air panas Cisolong. Di area ini memiliki beberapa titik sumber mata air panas yang sudah di kelola, sehingga penamaannya ditandai sebagai mata air panas Cisolong 1 dan mata air panas Cisolong 2. Kedua mata air ini jaraknya tidak berjauhan dan masih dalam satu desa, yaitu Desa Sukamanah, Kecamatan Kaduhejo. Mata air panas Cisolong 1 memiliki suhu di atas suhu normal. Secara umum kuantitas dan debit air pada mata air panas Cisolong 1 ini relatif sangat baik. Kondisi fisik air secara visual cukup jernih.

Penggunaan lahan di area sumber mata air panas Cisolong 1 umumnya adalah kawasan perkebunan masyarakat dengan presentase sebesar 87,84% dengan luasan area sebesar 12,56 ha pada radius 200 m dari sumber mata air dan sisanya sebesar 12,15% adalah pemukiman dan budidaya lahan basah. Mata air panas Cisolong 1 berada pada elevasi 177 m.dpl dengan kemiringan berkisar 9-15%. Tipikal tanah di area ini umumnya adalah tanah jenis Latosol dan tingkat kekritisan lahan di area sumber mata air Cisolong berada dalam kategori potensial kritis. Beda halnya dengan mata air panas Cisolong 2 yang secara kuantitas dan debit air masih relatif kecil jika dibandingkan dengan mata air panas Cisolong 2. Mata air ini telah dikelola sebagai tempat wisata pemandian air panas. Secara umum area sumber mata air panas Cisolong 2 sebagian besar adalah kawasan perkebunan, yaitu sebesar 91,92% dari luas lahan 12,56 ha pada radius 200 m dan sisanya sebesar 8,07% adalah pemukiman dan budidaya lahan basah. Sumber Referensi:,2015. Laporan penyusunan Profil dan Data Kerusakan mata air di wilayah Kabupaten Pandeglang. Biodata Singkat Penulis Nama : Subki, ST Tempat, tanggal lahir : Serang, 06 Agustus 1982 Alamat : Komp. Puri Anggrek Blok D20/1 RT. 03/08 Kel. Teritih Kec. Walantaka Kota Serang Pekerjaan : Pegawai Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten