KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN ITIK BALI SEBAGAI SUMBER PLASMA NUTFAH TERNAK (GROWTH CHARACTERISTICS OF BALI DUCK AS A SOURCE OF GERMPLASM) Triana Susanti, L.Hardi Prasetyo dan Brant Brahmantiyo Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Bogor 16002 Email : Rd_Triana@Yahoo.com ABSTRACT Bali duck is an Indonesian local duck breed mostly found in Bali and Lombok. Bali duck has specific characteristics such as white plumage, yellow shank and beak or brown plumage with blackish shank and beak, white eggshell and average weight 59 glegg. The ducks were kept extensively and the population has declined although the demand is increasing. Conservation of Bali duck is important for Indonesian germplasm. One hundred and thirty five female and 25 male Bali duckling from Kediri, Tabanan, province of Bali were kept in brooder cage from day old to 2 weeks of age and then transferred to litter pens for the rest of reseach (12 weeks of age). Starter diet (0-8 weeks) was given with protein 20% and ME 3000 kcal/kg, and grower diet with protein 14% and ME 2400 kcal/kg ration was given for the rest Water and feedwere given ad lib. Body weight, average daily gain, feed consumption and conversion and also mortality data were collected. The data were analyzed with completely random design. Results showed that the body weight of female and male Bali ducks at day old were not different and relatively more higher than other Indonesian local ducks. Differences between female and male growth were occurred at 6 weeks of age. There was no difference between brown and white feather on growth of male ducks, except at 12 weeks old. Feed consumption and conversion of male and female ducklings were not different Mortality on early stage of age (20% male and 2455% female) were affected by environmental stress and low adaptation ability of the ducks. Keywords: Bali duck, growth, feed conversion, mortality. ABSTRAK Itik Bali adalah itik lokal Indonesia yang banyak dibudidayakan di daerah Bali dan Lombok Ciri khas itik Bali adalah warns bulu putih dengan paruh dan kaki berwarna kuning atau warns bulu coklat dengan parch dan kaki berwarna hitam. Warns kerabang telur putih dengan berat telur rata-rata 59 g/butir. Itik Ball banyak dipelihara secara ekstensif dan populasinya terus menurun padahal permintaannya terus meningkat sehingga perlu dilakukan upaya pelestarian terhadap itik Bali sebagai sumber plasma nutfah temak di Indonesia. Sejumlah 135 ekor itik Bali yang terdiri dari 110 ekor betina dan 25 ekor jantan berasal dari peternak di kecamatan Kediri, Tabanan, ditempatkan di kandang brooder sampai umur 2 minggu dan selanjutnya dipindahkan ke kandang lantai sampai umur 12 minggu. Pakan starter (0-8 minggu) diberikan dengan kandungan protein 20% dan energi metabolis 3000 kkal/kg. kemudian pakan grower (8-12 minggu) dengan protein 14% dan EM 2400 kkal/kg. Pakan dan air disediakan ad lib. Peubah yang diamati adalah bobot badan, pertambahan bobot badan, konsumsi dan konversi ransum serta mortalitas. Pengambilan data dilakukan dengan rancangan acak lengkap. Hasil menunjukkan bahwa bobot badan awal itik Bali jantan dan betina tidak berbeda dan relatif lebih besar dibandingkan itik jenis lain. Perbedaan pertumbuhan jantan dan betina terjadi pada umur 6 minggu. Berdasarkan warns bulu, itik Bali berbulu coklat lebih balk pertumbuhannya daripada itik berbulu putih pada umur 12 minggu 174 - Lokakarya Nasional Unggas Air2001
pada jantan. Konsumsi dan konversi ransum itik Bali jantan dan betina begitupula berdasarkan wama bulu tidak berbeda. Mortalitas itik pads awal pemeliharaan terjadi karena cekaman dan days adaptasi dengan tingkatmortalitas betina sebesar24.55% dan jantan 20%. Kata kunci: Itik Bali, pertumbuhan, konsumsi, konversi, mortalitas. PENDAHULUAN Itik Bali adalah itik lokal Indonesia yang banyak dibudidayakan di daerah Bali dan Lombok. Ciri khas itik Bali adalah warns bulu yang putih dengan paruh dan kaki (shank) kuning atau warns bulu coklat dengan paruh dan kaki berwarna hitam. Warna kulit telur berwarna putih dengan berat ratarata 59 gram/butir (Murtidjo, 1988). Secara ekonomis, bulu itik Bali dapat dimanfaatkan untuk pembuatan bahan shuttle cock, isi bantal, isi kasur maupun juga sebagai alat pembersih debu (kemoceng). Pemanfaatan itik Bali berbulu putih yang semakin bervariasi akan meningkatkan nilai jualnya. Diperoleh informasi bahwa permintaan terhadap itik Bali jantan berbulu putih dan berjambul cukup tinggi untuk dimanfaatkan secara ekonomis dan upacara adat di Bali, namun ketersediaannya masih kurang, sehinggga harga itik tersebut menjadi sangat mahal. Hingga saat ini itik Bali umumnya dipelihara secara ekstensif, yaitu digembalakan di area] persawahan. Oleh sebab itu, itik Bali kurang begitu berkembang bila dibandingkan dengan itik-itik di daerah lain seperti itik Tegal di Jaws Tengah, itik Mojosari di Jawa Timur atau itik Alabio di Kalimantan Selatan. Begitu pula produktivitasnya relatif rendah terutama itik Bali berbulu putih, padahal permintaannya cukup tinggi. Jumlah populasi itik Bali semakin berkurang dari tahun ke tahun, bahkan populasi tahun 1999 bila dibandingkan dengan populasi tahun 1995 terjadi penurunan sebesar 5,13% (Dinas Peternakan Bali, 2000). Padahal itik Bali adalah salah satu sumber kekayaan plasma nutfah ternak lokal di Indonesia yang belum banyak diungkap karakteristiknya. Sehingga perlu diupayakan pelestarian terhadap itik Bali tersebut, karena apabila suatu plasma nutfah punah, kita tidak akan dapat membentuknya lagi. Tahap pelestarian itik Bali dalam kegiatan ini adalah karakteristisasi pertumbuhan itik Bali. Diharapkan informasi mengenai pertumbuhan itik Bali ini akan berguna dalam rangka pelestarian plasma nutfah ternak di Indonesia. MATERI DAN METODE Materi penelitian ini adalah itik Bali sebanyak 135 ekor terdiri dari 40 ekor betina,70 ekor betina berbulu coklat, 10 ekor jantan berbulu putih dan 15 ekor jantan berbulu coklat. Itik yang digunakan untuk penelitian tersebut berasal dari beberapa peternak di Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan Bali, yang dikumpulkan menjadi satu dengan umur yang sama yaitu satu hari. Itik- Makalah Penunjang (Poster) - 175
itik tersebut dipelihara secara berkelompok terdiri dari 20 ekor per kelompok, disesuaikan dengan kapasitas kandang brooder yang berukuran panjang 90 cm, lebar 60 cm dan tinggi 30 cm yang ditempatkan pada rak besi yang terletak 80 cm dari lantai kandang. Bahan kandang terbuat dari kawat yang dilengkapi dengan alat pemanas listrik, tempat pakan dan tempat minum yang terbuat dari plastik. Pemeliharaan di kandang brooder sampai itik berumur 2 minggu, setelah itu dipindahkan ke kandang lantai sampai umur siap bertelur (sekitar 20 minggu). Pakan yang diberikan sesuai dengan rekomendasi dari beberapa penelitian di Balai Penelitian Ternak yaitu pakan untuk pertumbuhan starter umur 0-8 minggu dengan kandungan protein 20 % dan energi metabolis 3.000 kkal/kg, sedangkan pakan pada umur 8-12 minggu mengandung protein 16% dan energi 2400 kkal/kg. Peubah yang diamati adalah bobot badan, pertambahan bobot badan, konsumsi ransum dan konversi ransum serta mortalitas. Penimbangan dan pengumpulan data dilakukan setiap minggu selama 8 minggu, untuk selanjutnya setiap dua minggu sampai umur itik 12 minggu. Pengolahan data dilakukan dengan menghitung rata-rata dan standar deviasinya untuk masing-masing peubah pada masa pertumbuhan yaitu 1 hari sampai 12 minggu. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan terhadap bobot badan selama 12 minggu yang ditimbang setiap minggu berdasarkan warns bulu dan jenis kelamin tercantum pada Tabel 1. Pada Tabel 1 tampak bahwa itik jantan dan betina baik bulu coklat maupun putih memiliki bobot awal yang sama. Bila dibandingkan dengan itik Alabio dan Mojosari yang memiliki bobot awal 40,27 dan 39,47 (Susanti, dkk., 1998), bobot awal itik Bali relatif lebih tinggi daripada kedua jenis itik tersebut. Penyebab perbedaan bobot awal tersebut adalah faktor genetik dan bobot telur (Hardjosworo, 1980). Perbedaan pertumbuhan mulai tampak pada umur 6 minggu antara jantan dan betina, sedangkan berdasarkan warns dalam jenis kelamin yang sama perbedaan pertumbuhan mulai terjadi pada umur 12 minggu, tampak bahwa itik betina putih memiliki bobot badan 1442,07 gram yang nyata lebih kecil dibandingkan betina coklat dengan bobot 1495,32 gram. Bobot badan itik Bali pada umur 8 minggu relatif lebih besar dibandingkan dengan itik jenis lain. Susanti, dkk. (1998) memperoleh bobot badan 8 minggu pada itik Alabio, Mojosari, persilangan Alabio x Mojosari dan persilangan Mojosari x Alabio berturut-turut 1009 gram, 953 gram, 1002 gram dan 1144 gram. Perbedaan pertumbuhan tersebut sangat dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi, hngkungan sekitar, sistem perkandangan dan potensi genetiknya. 176 - Lokakarya Nasional Unggas Air 2001
Tabel 1. Bobot badan itik Bali umur 1 hari sampai 12 minggu berdasarkan warna bulu dan jenis kelamin Minggu jantan Betina ke- Putih Coklat Putih Coklat DOD 48,00 t 3,21, 47,31 t 4,11 a 47,86 t 4,41 a 50,15 t 5,84 a 1 93,86 t 16,75 a 92,31 t 30,87a 84,76 t 22,79a 94,60 t 27,01 a 2 170,14 t 33,84 a 159,54 t 53,61 a 143,72 t 55,13 a 168,89 t 60,60 a 3 313,14 t 47,00 a 280,54 t 101,59 a 246,59 t 97,51 a 291,17 t 103,92 a 4 421,00 t 65,64 a 382,54 t 125,93 a 337,83 ±120,50-382,47 t 142,47 a 5 735,71 t 112,23 a 681,54 t 153,78 a 614,83 t 166,96 a 640,64 f 160,37 a 6 1022,86 t 112,80 b 956,15 t 181,18 b 872,76 t 171,15 a 895,11 t 159,44 a 7 1264,29 t 90,90 b 1241,54 t 159,00 b 1076,21 t 163,17 a 1089,15 t 130,18 a 8 1407,14 t 67,01 b 1435,38 t 141,75 b 1254,83 t 157,09 a 1282,34 t 120,64 a 10 1550,57 t 79,33 b 1597,77 t 112,61 b 1345,76 t 126,96 a 1397,17 t 105,00 a 12 1656,43t 92,68 1703,85t 95.96 d 1442,07t 120,52 a 1495,32 t 104,19 b Keterangan : Superskrip yang sama pada baris yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada P>0.05. Pertambahan bobot badan yang paling tinggi pada umur 4-5 mmggu. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan secara umum yaitu pada 0-5 minggu pertama pertumbuhan mula-mula lambat, kemudian mulai umur 5 minggu pertumbuhan mulai cepat sampai umur 12 minggu, setelah itu pertumbuhan mulai konstan sehingga membentuk kurva pertumbuhan yang menyerupai huruf S dan disebutjuga kurva sigmoid (Gambar 1). Pertumbuhan Itik Bali Selama 18 Minggu 2 3 4 5 8 7 8 9 10 11 12 13 ` 14 ' 15 18 17 18 19 Umur(minyyu) Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Itik Bali selama 18 Minggu. Makalah Penunjang (Poster) - 177
Konsumsi ransum pada itik Bali baik jantan maupun betina (label 2) meningkat sampai dengan umur 12 minggu sesuai dengan tingkat pertumbuhannya, dengan konsumsi pakan itik jantan 125 g/ekor/hari dan itik betina 135 g/ekor/hari pada umur 12 minggu. Konsumsi pakan sangat dipengaruhi oleh keadaan hngkungan, yaitu ketersediaan air. Apabila air sulit diperoleh, maka itik akan mengkonsumsi pakan lebih sedikit, sehingga pertumbuhan akan terganggu. Tabel 2. Konsumsi dan konversi pakan itik Bali jantan dan betina selama 12 minggu Minggu ke- Pertambahan bobot badan (g/ekor/minggu) Jantan Betina Konsumsi (g/ekor/minggu) Konversi pakan Jantan Betina jantan Betina 1 41.00 35.93 131.00 127.89 3.20 3.56 2 60.04 59.63 267.17 224.33 4.45 3.76 3 110.68 103.20 466.52 420.75 4.21 4.08 4 104.05 84.52 279.32 455.63 2.68 5.39 5 304.50 258.24 789.25 654.29 2.59 2.53 6 279.00 260.84 810.00 760.72 2.90 2.92 7 270.00 185.06 820.50 825.60 3.04 4.46 8 176.00 186.27 895.00 860.72 5.09 4.62 10 135.43 105.42 1492.74 1840.45 11.02 17.46 12 92.17 90.72 1592.61 1854.96 17.28 20.45 Nilai konversi ransum pada umur 0-8 minggu berkisar antara 2,53 sampai 5,39 untuk itik betina dengan rata-rata 3,915, sedangkan nilai konversi ransum itik jantan berkisar antara 2,59 sampai 5,09 dengan rata-rata 3,52. Nilai konversi ini relatif sama dengan itik Alabio, Mojosari, maupun persilangan bolak batik antara Alabio dan Mojosari (Susanti, dkk.,1998). Mortalitas itik betina lebih banyak daripada jantan (label 3), karena daya tahan clan daya adaptasi terhadap hngkungan lebih rendah, terutama pada minggu pertama sampai minggu keempat. Namun secara umum masih normal apabila kematian tinggi pada saat itik masih berumur muda, dan harus mengalami pengangkutan dari Bali ke Bogor lewat udara. 178 - Lokakarya Nasional Unggas Air2001
Tabe13. Mortalitas Itik Bali jantan dan betina selama 12 minggu Minggu ke- Awal jantan (ekor) Mati Sisa Awal Betina (ekor) Mati Persen (%) 20.00 24.55 Sisa DOD 25 2 23 110 8 102 1 23 0 23 102 2 100 2 23 1 22 100 7 93 3 22 2 20 93 5 88 4 20 0 20 88 4 84 5 20 0 20 84 1 83 6-12 20 0 20 83 0 83 Total 25 5 20 110 27 83 KESIMPULAN Bobot badan itik Bali relatif lebih besar baik jantan maupun betina dibandingkan dengan itik jenis lain. Berdasarkan warns bulu itik berbulu coklat lebih baik pertumbuhannya daripada itik Bali berbulu putih pada umur 12 minggu terutama pada jantan. Hal ini menunjukkan bahwa perlu dilakukan pelestarian terhadap itik Bali terutama jantan yang berbulu putih karena pertumbuhannya yang relatif rendah sedangkan permintaannya tinggi. Tahap pelestarian terhadap itik Bali pada saat ini adalah konservasi. Nilai konsumsi dan konversi Ransum pada itik Bali tidak berbeda nyata antara jantan dan betina, begitu pula warns bulu tidak berbeda. Tingkat mortalitas pada itik Bali masih relatif normal seperti pada jenis itik yang lain. DAFTAR PUSTAKA Dinas Peternakan Propinsi Bali. 2000. Informasi Data Peternakan Propinsi Bali Tahun 1999. Denpasar, Bali. Hardjosworo, P.S.,D. Sugandi clan D.J. Samosir,1980. Pengaruh Perbedaan Kadar Protein dalam Ransum terhadap Pertumbuhan dan Kemampuan Berproduksi Itik yang Dipelihara secara Terkurung. Laporan Penelitian Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Murtidjo, B.A.,1988. Mengelola Itik. Penerbit Kanisius. Yogyakarta Makalah Penunjang (Poster) - 179
Susanti, T., L.H. Prasetyo, Yono C.R. dan Wahyuning, K.S., 1998. Pertumbuhan Galur Persilangan Timbal Balik Itik Alabio dan Mojosari. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, Puslitbangnak, Puslitbangtan, Bogor. 180 - Lokakarya Nasional linggas Air 2001