BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Teori Komunikasi Interpersonal Trenholm dan Jensen (dalam Suranto Aw, 2011: 3) mendefenisikan komunikasi interpersonal sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka (komunikasi diadik). Sifat komunikasi ini adalah: (a) spontan dan informal; (b) saling menerima feedback secara maksimal; (c) partisipan berperan fleksibel. Selain definisi menurut Trenholm dan Jensen tadi, Littlejohn (dalam Suranto Aw, 2011: 3) juga memberikan definisi komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara individu-individu. Agus M. Hardjana (dalam Suranto Aw, 2011: 3) mengatakan, komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antardua atau beberapa orang, di mana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung pula. Pendapat senada dikemukakan oleh Deddy Mulyana (dalam Suranto Aw, 2011: 3) bahwa komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adlaah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal. 13
14 Definisi lain juga dikemukakan oleh Devito (dalam Suranto Aw, 2011: 4), komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera. Arni Muhammad (dalam Suranto Aw, 2011: 4) mengemukakan pengertian komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi di antara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya (komunikasi langsung). Selanjutnya Indriyo Gitosudarmo dan Agus Mulyono (dalam Suranto Aw, 2011: 4) memaparkan, komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berbentuk tatap muka, interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan non verbal, serta saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antarindividu di dalam kelompok kecil. Dengan melihat seluruh definisi komunikasi interpersonal yang dikemukakan oleh berbagai ahli maka peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung antara pengirim dan penerima pesan baik secara langsung maupun tidak langsung. Dikatakan terjadi secara langsung apabila komunikasi ini dilakukan secara tatap muka dan dikatakan tidak terjadi secara langsung apabila komunikas ini dilakukan dengan menggunakan media tertentu. Jadi komunikasi interpersonal tidak semata-mata terjadi hanya diantara dua orang saja, bisa terjadi antara seseorang dengan sekelompok kecil orang.
15 2.1.1.1 Karakteristik Komunikasi Interpersonal Richard L. Weaver II mengemukakan karakteristikkarakteristik komunikasi interpersonal (dalam Budyatna, 2011: 15-21), yaitu: 1. Melibatkan paling sedikit dua orang Komunnikasi antarpribadi melibatkan paling sedikit dua orang. Menurut Weaver, apabila kita mendefenisikan komunikasi antarpribadi dalam arti jumlah orang yang terlibat, haruslah diingat bahwa komunikasi antarpribadi sebetulnya terjadi antara dua orang yang merupakan bagian dari kelompok yang lebih besar. Apabila dua orang dalam kelompok yang lebih besar sepakat mengenai hal tertentu atau sesuatu, maka kedua orang itu nyata-nyata terlibat dalam komunikasi antarpribadi. 2. Adanya umpan balik atau feedback Komunikasi antarpribadi melibatkan umpan balik. Umpan balik merupakan pesan yang dikirim kembali oleh penerima kepada pembicara. Dalam komunikasi antarpribadi hampir selalu melibatkan umpan balik langsung. Sering kali bersifat segera, nyata, dan berkesinambungan. 3. Tidak harus tatap muka Komunikasi antarpribadi tidak harus tatap muka. Bagi komunikasi antarpribadi yang sudah terbentuk, adanya saling pengertian antara dua individu, kehadiran fisik tidaklah terlalu penting. Misalnya, interaksi antara dua rekan kerja, bisa melalui
16 telepon, e-mail, dan media lainnya. Namun menurut Weaver, bentuk ideal suatu komunikasi tetap dengan adanya kehadiran secara fisik dalam berinteraksi secara antarpribadi, walaupun tanpa kehadiran fisik masih dimungkinkan. 4. Menghasilkan beberapa pengaruh atau effect Untuk dapat dianggap sebagai komunikasi antarpribadi yang benar, maka sebuah pesan harus menghasilkan atau memiliki efek atau pengaruh. Efek atau pengaruh itu tidak harus segera dan nyata, tetapi harus terjadi. Contoh komunikasi antarpribadi yang tidak menghasilkan efek misalnya, Anda berbicara dengan orang yang lagi asyik mendengarkan musik melalui headphones. Contoh tersebut bukanlah komunikasi antarpribadi jika pesanpesan yang Anda sampaikan tidak diterima dan tidak mnghasilkan efek. 5. Pesan dikirim dan diterima dalam bentuk verbal maupun nonverbal Untuk meningkatkan keefektifan komunikasi antarpribadi, peserta komunikasi berupaya saling meyakinkan, dengan mengoptimalkan penggunaan pesan verbal maupun nonverbal secara bersamaan, saling mengisi, saling memperkuat sesuai tujuan komunikasi. 2.1.1.2 Sikap Positif yang Mendukung Komunikasi Interpersonal Devito (dalam Suranto Aw, 2011: 82-84) mengemukakan lima sikap positif yang perlu dipertimbangkan ketika seseorang
17 merencanakan komunikasi interpersonal. Lima sikap positif tersebut meliputi: 1. Keterbukaan (openness) Keterbukaan ialah sikap dapat menerima masukan dari orang lain, serta berkenan menyampaikan informasi penting kepada orang lain. Dengan keterbukaan ini, maka komunikasi interpersonal akan berlangsung secara adil, transparan, dua arah, dan dapat diterima oleh semua pihak yang berkomunikasi. 2. Empati (empathy) Empati ialah kemampuan seseorang untuk merasakan kalau seandainya menjadi orang lain, dapat memahami sesuatu yang sedang dialami orang lain, dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan dapat memahami sesuatu persoalan dari sudut pandang orang lain, melalui kacamata orang lain. 3. Sikap mendukung (supportiveness) Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Artinya masingmasing pihak yang berkomunikasi memiliki komiutmen untuk mendukung terselenggaranya interaksi secara terbuka. 4. Sikap positif (positiveness) Sikap positif ditunjukkan dalam bentuk sikap dan perilaku. Dalam bentuk sikap, maksudnya adalah bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi interpersonal harus memiliki perasaan dan pikiran positif, bukan prasangka dan curiga. Dalam bentuk perilaku, artinya bahwa tindakan yang dipilih adalah relevan
18 dengan tujuang komunikasi interpersonal, yaitu secara nyata melakukan aktivitas untuk terjalinnya kerjasama. 5. Kesetaraan (equality) Kesetaraan ialah pengakuan bahwa kedua belah pihak memiliki kepentingan, kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan saling memerlukan. Kita harus bisa menempatkan diri setara dengan orang lain, menyadari akan adanya kepentingan yang berbeda, tidak memaksakan kehendak, komunikasi dua arah, dan suasan komunikasi. Kelima sikap tersebut apabila bisa selalu dijaga dan diperhatikan maka hubungan komunikasi interpersonal akan berlangsung dengan efektif dan terjaga dalam jangka waktu yang lama. Serta juga akan selalu memberikan hasil yang positif. 2.1.1.3 Hambatan Dalam Komunikasi Interpersonal Meskipun kita sudah berusahan untuk berkomunikasi dengan sebaik-baiknya, namun komunikasi dapat menjadi gagal karena berbagai alasan. Usaha untuk berkomunikasi secara memadai kadang-kadang diganggu oleh hambatan tertentu. Suranto (2011: 86-87) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menghambat efektivitas komunikasi interpersonal dapat disebutkan sebagai berikut. 1. Kredibilitas komunikator rendah Komunikator yang tidak berwibawa di hadapan komunikan, menyebabkan berkurangnya perhatian komunikan terhadapt komunikator.
19 2. Kurang memahami latar belakang sosial dan budaya Nilai-nilai sosial budaya yang berlaku di suatu komunitas atau di masyarakat harus diperhatikan, sehingga komunikator dapat menyampaikan pesan dengan baik, tidak bertentangan dengan nilai-nalai sosial budaya yang berlaku. Sebaliknya, antara pihakpihak yang berkomunikasi perlu menyesuaikan diri dengan kebiasaan yang berlaku. 3. Kurang memahami karakteristik komunikan Karakteristik komunikan meliputi tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, dan sebagainya perlu dipahami oleh komunikator. Apabila komunikator kurang memahami, cara komunikasi yang dipilih mungkin tidak sesuai dengan karakteristik komunikan dan hal ini dapat menghambat komunikasi karena dapat menimbulkan kesalah pahaman. 4. Prasangka buruk Prasangka negatif antara pihak-pihak yang terlibat komunikasi harus dihindari, karena dapat mendorong ke arah sikap apatis dan penolakan. 5. Komunikasi satu arah Komunikasi berjalan satu arah, dari komunikator kepada komunikan terus-menerus dari awal sampai akhir, menyebabkan hilangnya kesempatan komunikan untuk meminta penjelasan terhadap hal-hal yang belum dimengerti.
20 6. Tidak digunakan media yang tepat Pilihan penggunaan media yang tidak tepat dapat menyebabkan pesan yang disampaikan sukar dipahami oleh komunikan. 7. Perbedaan persepsi Apabila pesan yang dikirimkan oleh komunikator dipersepsi sama oleh komunikan, maka keberhasilan komunikasi menjadi lebih baik. Namun perbedaan latar belakang sosial budaya, sering kali mengakibatkan perbedaan persepsi, karena semakin besar perbedaan latar belakang budaya, semakin besar pula pengalaman bersama. Kurang lebih faktor-faktor diatas adalah faktor yang paling sering menghambat jalannya komunikasi interpersonal dengan baik. Maka dari itu butuh perhatian lebih untuk memperhatikan faktorfaktor tadi dalam menjalin komunikasi. 2.1.2 Public Relations Definisi Public Relations menurut penulis buku Public Relations Edisi Kelima Frank Jefkins (2004: 10) adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian. Definisi Public Relations menurut Dr. Rex Harlow (dalam Ruslan, 2012: 16) yaitu PR adalah fungsi manajemen yang khas dan mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara organisasi
21 dengan publiknya menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian, penerimaan dan kerja sama; melibatkan manajemen dalam menghadapi persoalan atau permasalahan, membantuk manajemen untuk mampu menganggapi opini publik; mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam mengantisipasi kecenderungan penggunaan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama. Selain definisi tadi, dalam buku Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi (Rosady, 2012: 17) juga terdapat definisi Public Relations yang dikemukakan oleh para pakar Public Relations pada pertemuan di Mexico City pada bulan Agustus 1978 yang dikenal dengan sebutan The Statement of Mexico, yang berbunyi: Praktik Public Relations adalah seni dan ilmu pengetahuan sosial yang dapat dipergunakan untuk menganalisis kecenderungan, memprediksi konsekuensi-koensekuensinya, menasihati para pemimpin organisasi, dan melaksanakan program yang terencana mengenai kegiatan-kegiatan yang melayani, baik untuk kepentingan organisasi maupun kepentingan publik atau umum. 2.1.2.1 Spesialisasi Public Relations Dalam buku Manajemen Public Relations: Strategi Menjadi Humas Profesional, Morissan (2010: 32-34) menjelaskan bahwa public relations memiliki speasialisasi. Lihat pada tabel berikut ini:
22 Bidang Pekerjaan Public Relations Publisitas Public Affairs Pemasaran Hubungan investor Manajemen isu Lobi Spesialisasi Media Relations Community Relations Government Relations Industrial Relations Marketing Relations Customer Relations Hubungan investor Peneliti kehumasan Lobyis Target Khalayak Wartawan, media massa Masyarakat sekitar Badan/lembaga pemerintah Buruh, badan pemerintah, dan lain-lain Masyarakat konsumen Pelanggan Pemegang saham, calon investor, wartawan keuangan, masyarakat pasar modal Tergantung keperluan Anggota parlemen, pejabat eksekutif, partai politik Tabel 2.1 Spesialisasi Public Relations Pengetahuan tambahan yang dibutuhkan Ilmu jurnalistik Pengetahuan mengenai media Sosiologi, budaya, agama. Ilmu hukum, ilmu politik, sosiologi dan budaya Hukum perburuhan, psikologi Ilmu Pemasaran Ilmu pemasaran, sosiologi, psikologi. Pengetahuan pasar modal, ilmu keuangan, akuntansi, ilmu hukum. Metode riset kehumasan Semua ilmu 1. Publisitas melahirkan bidang kekhususan public relations yang disebut dengan media relations. Media relations mengkhususkan khalayak pada wartawan (pers) dan media massa pada umumnya. Organisasi tertentu menjadikan hubungan baiknya dengan media massa sebagai sesuatu yang sangat penting bagi kemajuan usahanya.
23 2. Public affairs melahirkan 3 bidang kekhususan, yaitu community relations, government relations dan terakhir adalah industrial relations. a. Community relations mengkhususkan khalayak mereka pada masyarakat yang tinggal atau berada disekitar perusahaan (pabrik). Perusahaan tertentu memberikan penekanan pada aspek ini dalam aktivitas kehumasannya karena perusahaan atau pabrik berada di tengah lingkungan masyarakat di mana pengertian dan dukungan masyarakat sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tujuan perusahaan. b. Government relations yang khusus terfokus dalam hubungannya dengan aparat pemerintahan. Lembaga tertentu memiliki unit ini karena mereka banyak melakukan proyek yang harus terus-menerus bekerja sama atau berkoordinasi dengan pemerintah. c. Industrial relations khusus menangani kelompok buruh atau pekerja. Perusahaan tertentu akan lebih menekankan pada aspek perburuhan ini karena, misalnya, sebagian besar usaha perusahaan sangat ditentukan oleh adanya kerja sama yang baik antara perusahaan dan buruh. 3. Pemasaran melahirkan bidang kekhususan yang disebut dengan marketing relations (disebut juga marketing communication) dan customer relations yang khusus melayani khalayak konsumen dan pelanggan. Perusahaan lebih fokus kepada konsumen atau pelanggan, yaitu khalayak yang langsung berhubungan dengan
24 perusahaan untuk mendapatkan barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan. Komunikasi pemasaran merupakan hal yang sangat ditekankan dalam marketing dan customer relations ini. Hubungan investor khusus melayani khalayak pemilik atau penanam modal (investor) perusahaan dan masyarakat pasar modal. 4. Manajemen isu melahirkan bidang khusus, yaitu riset kehumasan yang bertujuan untuk mengetahui pandangan dan opini khalayak terhadap organisasi atau perusahaan atau untuk mengetahui tingkat kepuasan khalayak terhadap produk yang dihasilkan perusahaan. Perusahaan terkadang membayar jasa konsultan humas yang khusus mendalami masalah riset kehumasan ini. 5. Lobi telah pula menjadi bidang khusus, lobi merupakan kegiatan humas yang bertujuan untuk membangun dan memelihara hubungan dengan pemerintah utamanya untuk tujuan memengaruhi peraturan dan perundang-undangan. Pada penelitian ini, peneliti akan memfokuskan pada kegiatan media relations, meliputi strategi yang dilakukan oleh perusahaan untuk membangun hubungan yang baik dengan media dalam kaitannya dengan pembentukan citra perusahaan di mata media.
25 2.2 Teori Khusus 2.2.1 Media Relations Lesly (dalam Darmastuti, 2012: 42) menjelaskan bahwa media relations merupakan kegiatan yang berhubungan dengan media komunikasi untuk melakukan publisitas atau merespons kepentingan media terhadap organisasi. Lesly memberikan penekanan dalam media relations lebih pada publisitas. Dan menurut Frank Jefkins (dalam Darmastuti, 2012: 42), definisi media relations adalah usaha untuk mencari publikasi atau penyiaran yang maksimum atas suatu pesan atau informasi humas dalam rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak dari organisasi atau perusahaan yang bersangkutan. Media relations menempati posisi penting dalam pekerjaan seorang PR karena media massa menjadi gatekeepers dan mengontrol informasi yang mengalir ke masyarakat dalam suatu sistem sosial. Yosal Iriantara (2011: 37) juga mengemukakan bahwa kegiatan media relations bukan hanya untuk menggunakan media untuk berkomunikasi dengan publik, tetapi juga menggunakan media untuk mendengarkan atau mengikuti apa yang dikomunikasikan publikpublik organisasi kepada organisasi. Namun, hubungan personal yang kurang harmonis antara PR dan media massa merupakan alasan mengapa pekerja media kurang melibatkan public relations dalam pekerjaan mereka. Padahal,
26 informasi yang dibatasi oleh pekerja media ini adalah informasi yang sangat diperlukan oleh masyarakat. Informasi ini biasanya dibutuhkan untuk membangun citra positif perusahaan yang mereka wakili dan untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan atau organisasi tersebut. Pada tataran inilah dibutuhkan keahlian seorang public relations untuk menggunakan strategi yang tepat dalam melakukan pendekatan kepada institusi media dan pekerja media (Darmastuti, 2012: 40-42). 2.2.1.1 Prinsip-Prinsip Media Relations Menurut Jefkins (dalam Ardianto, 2011: 181) ada enam prinsip yang perlu diketahui oleh seorang PR dalam menjalin media relations (hubungan pers) yang baik, yaitu: 1. Memahami dan melayani media. Seorang PR harus mampu menjalin kerja sama dengan pihak media. Ia harus menciptakan suatu hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. 2. Membangun reputasi sebagai orang yang dapat dipercaya. Para pejabat PR harus senantiasa siap menyediakan waktu atau memasok materi-materi yang akurat di mana saja dan kapan saja hal itu dibutuhkan. Hanya dengan cara inilah ia akan dinilai sebagai suatu sumber informasi yang akurat dan dapat dipercaya oleh pers. 3. Menyediakan salinan naskah yang baik. Misalnya saja menyediakan reproduksi foto-foto yang baik, menarik, dan jelas. Dengan adanya teknologi input langsung dari komputer akan
27 sangat mudah mengoreksi dan menyusun ulang siaran berita atau news release. 4. Bekerjasama dalam penyediaan materi. Sebagai contoh, pejabat PR dan wartawan dapat bekerja sama dalam mempersiapkan sebuah wawancara atau temu pers dengan tokoh-tokoh tertentu. 5. Menyediakan fasilitas verifikasi. Para pejabat PR juga perlu memberi kesempatan kepada wartawan untuk melakukan verifikasi (membuktikan kebenaran) atas setiap materi yang mereka terima. 6. Membangun hubungan personal yang kokoh. Suatu hubungan personal yang kokoh dan positif hanya akan tercipta serta terpelihara apabila dilandasi oleh keterbukaan, kejujuran, kerjasama dan sikap saling menghormati profesi masing-masing. 2.2.1.2 Kegiatan Media Relations Menurut Soemirat dan Ardianto (2003), dalam upaya membina media relations (hubungan pers), maka PR melakukan berbagai kegiatan yang bersentuhan dengan media massa atau pers antara lain: 1. Konferensi Pers, temu pers atau jumpa pers yaitu informasi yang diberikan secara simultan/berbarengan oleh sorang pejabat pemerintah atau swasta kepada sekelompok wartawan, bahkan bisa ratusan wartawan sekaligus. Syarat utama dari sebuah konferensi pers adalah berita yang akan disampaikan sifatnya sangat penting.
28 2. Press Briefing, yaitu pemberian informasi diselenggarakan secara regular oleh seorang pejabat PR. Dalam kegiatan ini disampaikan informasi-informasi mengenai kegiatan yang baru terjadi kepada pers, juga diadakan tanggapan atau pertanyaan bila wartawan belum puas dan menginginkan keterangan lebih terperinci. 3. Press Tour, yaitu suatu kegiatan yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan atau lembaga untuk mengunjungi daerah tertentu dan mereka pun (pers) diajak menikmati objek wisata yang menarik. 4. Press Release (News Release) atau Siaran Pers sebagai publisitas, yaitu media yang banyak digunakan dalam kegiatan PR untuk menyebarkan berita. 5. Special Events, yaitu peristiwa khusus sebagai suatu kegiatan PR yang penting dan memuaskan banyak orang untuk ikut serta dalam suatu kesempatan, yang mampu meningkatkan pengetahuan dan memenuhi selera publik. Seperti peresmian gedung, peringatan ulang tahun perusahaan, seminar, pameran lokakarya, open house, dan lainnya. Dalam kegiatan ini PR biasanya mengundang pers atau media untuk meliputnya. 6. Press Luncheon, yaitu pejabat PR mengadakan jamuan makan siang bagi para wakil media massa/wartawan/reporter, sehingga pada kesempatan ini pihak pers bisa bertemu dengan top manajemen perusahaan/lembaga guna mendengarkan perkembangan perusahaan atau lembaga tersebut.
29 7. Wawancara Pers, yaitu wawancara yang sifatnya lebih pribadi, lebih individu. PR atau top manajemen yang diwawancarai hanya berhadapan dengan wartawan atau reporter yang bersangkutan. 2.2.2 Citra Citra merupakan serangkaian pengetahuan, pengalaman, perasaan (emosi) dan penilaian yang di organisasikan dalam sistem kognisi manusia atau pengetahuan pribadi yang sangat diyakini kebenarannya (Ardianto, 2011: 98). Citra adalah dunia menurut persepsi kita (Rakhmat, dalam Ardianto. 2011: 99). Citra adalah kesan, perasaan, gambaran diri public terhadap perusahaan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu objek, orang atau organisasi (Canton, dalam Ardianto. 2011: 99). Dari teori-teori tersebut dapat dilihat bahwa citra merupakan persepsi dari publik suatu perusahaan. Publik itu sendiri sangat luas, pada penelitian ini penulis akan memfokuskan pada media. Dimana dalam strategi media relations tentunya perusahaan menginginkan citranya terbentuk dengan baik di mata publiknya terutama media itu sendiri. Karena media adalah corong dari perusahaan dan yang membentuk opini di public mengenai perusahaan Okezone.com.
30 2.2.2.1 Jenis Citra yaitu: Frank Jefkins (2004: 20-23) menuturkan ada lima jenis citra, 1. Citra Bayangan Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi biasanya adalah pemimpinnya mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya. Dalam kalimat lain, citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar terhadap organisasinya. Citra ini seringkali tidaklah tepat, bahkan hanya sekedar ilusi, sebagai akibat dari tidak memadainya informasi, pengetahuan atau pun pemahaman yang dimiliki oleh kalangan dalam organisasi itu mengenai pendapat atau pandangan pihak-pihak luar. 2. Citra yang Berlaku Kebalikan dari citra bayangan, citra yang berlaku (current image) ini adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihakpihak luar mengenai suatu organisasi. Namun sama dengan citra bayangan, citra yang berlaku tidak selamanya, bahkan jarang, sesuai dengan kenyataan karena semata-mata terbentuk dari pengalaman atau pengetahuan orang-orang luar yang biasanya serba terbatas. Biasanya pula, citra ini cenderung negatif. 3. Citra yang Diharapkan Citra harapan (wish image) adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen. Citra ini juga tidak sama dengan citra yang sebenarnya. Biasanya citra yang diharapkan itu lebih baik
31 atau lebih menyenangkan daripada citra yang ada; walaupun dalam keadaan tertentu, citra yang terlalu baik juga bisa merepotkan. 4. Citra Perusahaan Citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya. Citra perusahaan ini terbentuk dari banyak hal, seperti sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan dan stabilitas di bidang keuangan, kualitas produk, dan lain sebagainya. 5. Citra Majemuk Banyaknya jumlah pegawai (individu), cabang, atau perwakilan dari sebuah perusahaan atau organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan tersebut secara keseluruhan. Jumlah citra yang dimiliki suatu perusahaan boleh dikatakan sama banyaknya dengan jumlah pegawai yang dimilikinya.
32 2.3 Kerangka Teori PR Komunikasi Interpersonal Kegiatan Media Relations Citra Gambar 2.1 Kerangka Teori Berdasarkan kerangka teori di atas, penulis akan meneliti mengenai strategi media relations yang digunakan oleh PR Okezone.com dan teori-teori yang mempengaruhi adalah teori komunikasi interpersonal yaitu yang mendasari bagaiamana pendeketan secara personal berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan media relations. Teori yang terakhir adalah teori citra, karena PR Okezone.com perlu menjaga hubungan baiknya dengan media dalam upaya untuk pembentukan citra perusahaan di benak publik sesuai dengan citra yang diharapkan oleh Okezone.com sendiri.
33 2.4 Kerangka Pikir Untuk lebih mengarahkan penelitian ini makan penulis membuat sebuah kerangka pemikiran. Berikut kerangka pemikiran penulis dalam penelitian ini: OKEZONE.COM KEGIATAN PR (MEDIA RELATIONS) PUBLIC RELATIONS MEDIA PLANNER KEGIATAN MEDIA RELATIONS dan MENGELOLA RELASI PEMBENTUKAN CITRA Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran